BAB III TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN GPIB JEMAAT
B. Masa Persiapan Pelembagaan (1986-1990)
Pada tahun 1986, tepatnya pada tanggal 15 Mei 1986, Majelis Sinode GPIB
dengan Surat Keputusan Nomor : 1796/86/MS. XIII/Kpts, melembagakan Jemaat
bagian GPIB “Ebenhezer” Ketapang dari Jemaat GPIB “Siloam” Pontianak
menjadi Jemaat GPIB “Ebenhezer” Ketapang.90 Dengan dilembagakannya GPIB
“Ebenhezer” Ketapang menjadi Gereja yang Dewasa dan Mandiri, maka secara administratif GPIB “Siloam” Marau menjadi Pos Pelayanan dari GPIB
“Ebenhezer” Ketapang, sehingga segala bentuk tanggungjawab pelayanan baik dalam hal pendanaan maupun dalam hal pengadaan Pelayan Firman baik itu
Vikaris atau Pendeta, yang sebelumnya kesemuanya itu adalah tanggungjawab
dari Jemaat GPIB “Siloam” Pontianak, berubah menjadi tanggungjawab dari
Jemaat GPIB “Ebenhezer” Ketapang.
90 Arsip Jemaat GPIB Ebenhezer Ketapang, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Majelis Sinode, 1991.
48
Sejak menjadi Pos Pelayanan dari Jemaat GPIB “Ebenhezer” Ketapang,
GPIB ”Siloam” Marau terus mengalami perkembangan, karena jemaat yang ada di
Pos Pelayanan ini terus mengusahakan diri untuk berkembang dan menjadi lebih
baik. Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan berjemaat di GPIB “Siloam”
Marau ini pun tampak dari adanya pertambahan jumlah jemaat dan terlaksananya
pembangunan gedung-gedung, baik gedung gereja, sekolah, maupun pastori.91
Melihat perkembangan yang dialami oleh pos pelayanannya, maka Jemaat Induk
yakni GPIB “Ebenhezer” Ketapang, merekomendasikan GPIB “Siloam” Marau
untuk bisa dilembagakan.
2. Kegiatan Pendewasaan
Dalam lingkup GPIB, sistem pemerintahan tertinggi GPIB adalah
“Presbiterial Sinodal”, dengan titik tolaknya ialah Jemaat (Gereja) setempat. Pimpinan Gereja dipercayakan pada Presbiter yang beranggotakan pejabat-pejabat
Gerejawi, yang bersama-sama memikirkan, merencanakan, menerapkan, dan
mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan pelayanan dan pengutusan Gereja.
Dengan sistem pemerintahan yang demikian, di dalam menjalankan visi dan
misinya, GPIB berpeluang untuk lebih fleksibel, kreatif, dan independen, untuk
merespon dan beradaptasi dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat sekitarnya.
Visi GPIB dalam hal ini adalah “GPIB menjadi Gereja yang mewujudkan damai
sejahtera bagi seluruh ciptaanNya”, dan Misinya adalah “Mewujudkan kehadiran
GPIB yang membawa damai sejahtera Allah agar menjadi berkat
91 Pastori adalah fasilitas rumah dari milik Gereja/Jemaat yang diperuntukkan bagi tempat tinggal Pendeta dan keluarganya.
49
tengah masyarakat dan dunia”.92 Oleh kerena itu, demi terlaksananya visi dan
misi GPIB, serta terwujudnya cita-cita GPIB, maka dibuatlah peraturan-peraturan
Gereja yang bertumpu pada Tata-Dasar yang di dalamnya tertampung semua
Gagasan Dasar Perlengkapan GPIB. Maka, berdasarkan asas “Presbiterial
Sinodal” yang tertuang dalam Tata Dasar Gereja GPIB yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu Jemaat, Persidangan Sinode, dan Majelis Sinode93, yang untuk
selanjutnya, ketiga komponen inilah yang menjadi pedoman utama bagi Gereja
GPIB untuk bertumbuh serta melaksanakan tugas panggilan dan pengutusan yang
sebenarnya.
GPIB “Siloam” Marau dalam usahanya untuk memposisikan diri sebagai
Gereja yang Dewasa dan Mandiri melalui proses pelembagaan yang dilakukan
oleh Majelis Sinode GPIB, terus berupaya memperlengkapi diri dengan berbagai
hal yang telah menjadi syarat baku di dalam pemerintahan GPIB. Syarat-syarat
tersebut tercantum dalam Tata Dasar Gereja GPIB yang menjadi pedoman utama
bagi Gereja GPIB untuk terus bertumbuh dalam usahanya untuk melaksanakan
panggilan dan pengutusan Gereja.
Berikut adalah syarat-syarat pendewasaan dan pelembagaan jemaat yang
harus dipenuhi oleh GPIB “Siloam” Marau sebagai Bajem (Bakal Jemaat), yang
tercantum dalam buku Tata Gereja GPIB, peraturan nomor 8 pasal 1 dan 2 :
92
http://www.gpib.org/artikel/gpib-menuju-jemaat-yang-misioner, diakses tanggal 12 Februari 2014.
93 Majelis Sinode GPIB, Tata Gereja GPIB Buku III, Jakarta, Majelis Sinode GPIB, 2010, hlm. 12-13.
50
Pasal 1 mengenai syarat-syarat Pendewasaan Jemaat94 :
a. Adanya pertumbuhan yang terukur jelas dan memenuhi semua ketentuan yang dipersyaratkan sebagai suatu Jemaat Dewasa.
b. Direkomendasikan oleh Jemaat Induk setelah mendengar aspirasi warga jemaat dari “Sektor” atau “Pos Pelayanan” yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.95
Pasal 2 mengenai syarat-syarat Pelembagaan Jemaat96 :
a. Jumlah warga Jemaat dalam Bajem tersebut sudah mencapai sekurang-kurangnya 75 Kepala Keluarga.
b. Pengembangan persekutuan, pelayanan dan kesaksian dalam Bajem yang akan dilembagakan menunjukan hasil pertumbuhan yang baik / signifikan.
c. Tersedianya presbiter yang bertanggung jawab atas persekutuan, pelayanan dan kesaksian serta pembinaan warga jemaat serta pengelolaan perbendaharaan jemaat.
d. Adanya wilayah pelayanan di mana terdapat prospek terjadinya konsentrasi warga jemaat bermukim.
e. Dirokemendasikan oleh Jemaat Induk.
f. Memiliki tempat ibadah tetap termasuk fasilitas pastori.97
GPIB “Siloam” Marau, berdasarkan rekomendasi dari Jemaat Induk, dengan
berpedoman pada syarat-syarat di atas, maka dibentuklah Panitia Persiapan
Pelembagaan berdasarkan “Surat Keputusan Majelis Sinode GPIB Nomor
178/91/MS.XV/Kpts tanggal 6 Februari 1991 tentang Pembentukan Panitia Persiapan Pelembagaan bagian Jemaat “Ebenhezer” Ketapang di wilayah pelayanan “Siloam” Marau.”98
Panitia Persiapan Pelembagaan ini dibentuk
94 Pendewasaan Jemaat adalah proses penyiapan suatu persekutuan warga GPIB yang sebelumnya telah diwadahi dalam suatu bentuk persekutuan seperti “sektor” dari suatu jemaat yang sudah melembaga atau “pos pelayanan”, yang karena pertumbuhannya menunjukkan prospek yang baik, sehingga perlu segera ditingkatkan statusnya menjadi “Bakal Jemaat” disingkat “Bajem”.
95 Majelis Sinode GPIB, op. cit., hlm. 144.
96
Pelembagaan Jemaat adalah proses penyiapan suatu Bajem untuk ditetapkan secara hukum menjadi satu jemaat mandiri.
97 Majelis Sinode GPIB, op. cit., hlm. 145.
98 Arsip Jemaat GPIB Ebenhezer Ketapang, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Majelis Sinode, 1991.
51
oleh Majelis Jemaat Induk, dalam hal ini adalah Jemaat GPIB “Ebenhezer”
Ketapang, dengan mengikutsertakan Presbiter dan warga jemaat dari Bajem yang
akan dilembagakan dan ditetapkan oleh Majelis Sinode. Berikut adalah
tugas-tugas Panitia Persiapan Pelembagaan yang juga tercantum dalam Tata Gereja
GPIB :
a. Melakukan penelitian yang lebih medalam tentang wilayah pelayanan serta jumlah warga jemaat yang bermukim di wilayah tersebut.
b. Melakukan penelitian tentang pengembangan kemajuan ekonomi warga jemaat untuk memenuhi biaya rutin jemaat setiap bulan
c. Melakukan penelitian terhadap perkembangan masyarakat di wilayah tersebut khususnya tentang tingkat kerukunan agama.
d. Melakukan penelitian tentang kemungkinan pengadaan Gedung Gereja, Pastori, Kantor dan lain-lain di wilayah pelayanan tersebut.99
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Panitia Persiapan
Pelembagaan, maka didapatlah hasil penelitian sebagai berikut :
GPIB “Siloam” Marau yang terletak di Pusat Kecamatan (Kecamatan
Marau), yang semula pada periode datangnya para penginjil sekitar tahun 1970-an
hanya terdiri dari 5 Kepala Keluarga. Namun, sekitar tahun 1980-1990’an
meningkat menjadi 30 Kepala Keluarga. Selain itu, di GPIB “Siloam” Marau juga
sudah terdapat beberapa Presbiter yang bertanggung jawab atas Persekutuan,
Pelayanan dan Kesaksian di GPIB “Siloam” Marau. Presbiter yang ada di GPIB
“Siloam” Marau pada saat itu terdiri dari 5 orang yaitu Bapak Kristanto Persen, Bapak Exlopas F. Neno, Bapak Kurniawan Kusum, Bapak Sudin Situmorang,
Bapak Petrus P.L. Londong.100 Selain itu, GPIB “Siloam” Marau juga sudah
memiliki gedung gereja sebagai tempat ibadah dan Pastori sebagai tempat tinggal
99 Majelis Sinode GPIB, op. cit., hlm. 145-146.
100 Arsip Jemaat GPIB Ebenhezer Ketapang, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Majelis Sinode, 1991.
52
vikaris atau pendeta yang bertugas di wilayah Kecamatan Marau. Kehidupan
jemaatnya juga sudah mengalami perkembangan, yang semula hidup dengan
hanya mengandalkan hasil hutan, namun sekitar tahun 1980-1990’an, beberapa
jemaat sudah ada yang memiliki pekerjaan tetap yaitu sebagai Guru, Pegawai
Pemerintahan, dan Wiraswasta. Setelah melihat berbagai aspek yang ada, terlihat
bahwa GPIB “Siloam” Marau siap untuk dilembagakan dan menjadi Gereja
Dewasa.