• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Indonesia

BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA YANG DIKEMBANGKAN DI INDONESIA

F. Masalah Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Indonesia

Setiap penyelesaian suatu sengketa baik melalui proses litigasi (pengadilan), maupun alternatif penyelesaian sengketa lainnya seperti: negoisasi, mediasi, dan konsiliasi membutuhkan adanya kepastian hukum dari setiap putusan yang dihasilkan. Putusan yang dihasilkan tersebut pada intinya diharapkan dapat menghasilkan rasa keadilan dan penyelesaian masalah bagi para pihak yang bersengketa. Di sisi lain, putusan tersebut tidak boleh membuat jurang pemisah antara pihak yang memenangkan perkara dengan pihak yang dikalahkan. Dalam transaksi bisnis internasional masalah kepastian hukum ini sangat menentukan dan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kredibilitas dan reputasi para pelaku bisnis transaksi bisnis kedepannya.

1. Kepastian hukum sebagai pertimbangan utama Investor

Transaksi bisnis Internasional pada umumnya didasarkan pada kontrak yang telah disepakati. Dengan adanya kontrak yang mengikat tersebut melahirkan keyakinan para pihak terhadap ekspektasi yang akan didapatkannya dari pelaksanaan kontrak tersebut, dan untuk harapan tersebut, para pihak bersedia menggunakan sumber daya yang dimilikinya sebagai imbalan harapan yang diinginkan tersebut. Untuk memastikan harapan para pihak tersebut, kontrak harus diikat sebagai sumber kewajiban moral dan juga sebagai sumber kewajiban hukum. yang pelaksanaannya

wajib ditaati.78 Sebagai konsekuensinya, hakim maupun pihak ketiga tidak boleh mencampuri isi kontrak yang dibuat oleh para pihak tersebut.79

Selain faktor ekonomi dan politik, faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya adalah masalah kepastian dan prediktabilitas hukum.80 Tetapi kepastian hukum merupakan pertimbangan yang utama oleh pelaku bisnis dalam hal akan melakukan investasi, sebab pengusaha atau Investor sangat membutuhkan ketenangan dalam berinvestasi/berusaha, berharap mendapatkan insentif yang memadai dari pemerintah dimana para pelaku bisnis itu berinvestasi dan memperoleh peluang untuk berkembang dengan lingkungannya, dengan karyawannya dan dengan mitranya secara baik. Tanpa itu, sulit bagi pelaku bisnis untuk mengembangkan usahanya.

Masalah kepastian hukum dalam penyelenggaraan investasi, tidak seluruhnya ditentukan oleh kaidah-kaidah hukum dalam undang-undang tersebut. Kepastian hukum dalam pengertian substansi harus pula didukung oleh substansi hukum pada bidang hukum bisnis lainnya dan ditentukan pula aspek dan ditentukan pula aspek kepastian dalam strukrut penegakan hukum.

Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum setiap

78

Todung Mulya Lubis., ”Infrastruktur dan Kepastian Hukum”, (Kompas: Selasa, 14 Juni 2005).

79

Fred B.G. Tambunan., ”Kekuatan Mengikat Perjanjian dan Batas-Batasnya”, Makalah, (Jakarta: Juli 1998), hal. 1.

80

kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.81 Bila suatu negara ingin menjadi tujuan berinvestasi oleh para pelaku bisnis nasional maupun internasional, maka hukum yang terkait prosedural dan kegiatan investasi harus dapat menciptakan kepastian hukum.

Menurut hemat penulis, bahwa masalah kepastian hukum dalam transaksi bisnis internasional di Indonesia masih sangat rendah dan sangat mengurangi minat para investor untuk berinvestasi. Hal ini tercermin dari banyaknya kontrak antara investor asing dengan pihak Indonesia, baik pelaku usaha, Badan Usaha Milik Negara maupun pemerintah yang dibatalkan atau terancam dibatalkan oleh pengadilan. Pembatalan kontrak oleh pengadilan yang kerap diakibatkan adanya praktek mafia peradilan ataupun ketidakpahaman terhadap substansi kontrak yang berakibat pada terkendalanya investasi yang dilakukan. Banyak investor asing mengalami kesulitan dalam menyelesaikan perjanjian kontrak dan pembayaran ketika mengikuti sistem hukum di Indonesia, Aneka kepastian persidangan sering tidak konsisten dalam menilai fakta dan bukti-bukti yang tersedia. Sejumlah kasus diantaranya, termasuk PT. Asuransi Manulife, PT. Prudential Life Assurance, PT. Danareksa Jakarta, PT. Tripolyta, dan Asia Pulp & Paper, serta anak perusahaannya, di Indonesia menggambarkan ketidakpedulian lembaga pengadilan terhadap legitimasi transaksi

81

Mahmul Siregar., ”Kajian Hukum Kontrak Dagang Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27 Nomor 24 Tahun 2008, hal. 60, dan bandingkan dengan Pasal 3 Undan-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing.

komersial yang dibuat berdasarkan perjanjian Internasional.82 Kondisi ini menimbulkan dampak besar terhadap tingkat resiko Indonesia di pasar modal Internasional dan atas arus modal langsung.83

2. Kepastian hukum dalam pelaksanaan putusan arbitrase asing

Terhadap timbulnya suatu sengketa transaksi bisnis internasional, penyelesaian sengketa transaksi bisnis umumnya dilakukan secara konvensional melalui litigasi (pengadilan), akan tetapi dampak kegiatan bisnis yang sangat pesat terhadap lembaga hukum berakibat terhadap pengadilan, dimana pengadilan dianggap tidak profesional dalam menangani sengketa bisnis dan tidak independen.84 Akibatnya para investor dalam menyelesaikan sengketa bisnisnya memilih jalan lain yakni melalui penyelesaian sengketa arbitrase. Banyak faktor yang mendorong para pelaku transaksi bisnis Internasional memilih arbitrase, di antaranya adalah karena putusan arbitrase bersifat final and binding dan karenanya cenderung siap untuk dilaksanakan, dan sifat arbitrase yang menjamin netralitas Dewan Arbitrase yang dipilih para pihak, artinya tidak mempunyai national character.85 Alasan tersebut di atas, selalu menjadi pertimbangan pihak asing melakukan transaksi bisnis di Indonesia. Pertimbangan pertama lebih mengarah kepada aspek kepastian hukum, dan

82

Hikmahanto Juwana., ”Kepastian Hukum”, Seputar Indonesia 30 Juli 2007, diakses dari http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/opini/kepastian-hukum-2html, diakses terakhir tanggal 25 September 2008.

83 Ibid. 84

United Kingdom Report, Departement of Trade and Industry, (London: 1996,) hal. 3. 85

Erman Suparman., Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial untuk Penegakan Keadilan, (Jakarta: Tatanusa, 2004), hal. 3.

pertimbangan kedua lebih ditujukan untuk menghindari kemungkinan terjadi penyempitan nasionalisme.

3. Kepastian hukum dalam kepailitan

Salah satu bidang hukum yang terkait dengan bisnis Internasional adalah hukum kepailitan. Hukum kepailitan mejadi salah satu faktor pertimbangan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Secara konvensional hukum kepailitan lebih banyak dibicarakan dalam konteks hukum nasional. Namun dengan adanya transaksi bisnis Internasional, kepastian hukum dalam hukum kepailitan menjadi perhatian masyarakat bisnis Internasional dan dapat mempengaruhi iklim investasi suatu negara.86

Ketidakpastian Hukum dalam perkara PT. Prudential Life Assurance, dalam menghadapi gugatan dan permohonan pailit yang diajukan Lee Bon Siong (warga negara Malaysia) yang berbuntut dengan pailitnya perusahaan yang tergolong top five tersebut di Indonesia. Namun, kepailitan Prudential tidak berlangsung lama karena Mahkamah Agung, tidak sampai 30 hari membatalkan putusan pengadilan niaga.87

Berdasarkan perkara tersebut di atas, dapat dipahami bahwa hukum kepailitan di Indonesia tidak jelas mengatur tentang konsep insolvensi dan tidak mengenal konsep insolvensi test, sehingga sulit dibedakan peristiwa berhenti membayar karena tidak mampu membayar. Peristiwa pertama mengarah kepada terjadinya keadaan

86

Jurnal Hukum Bisnis, Loc. cit, hal. 64. 87

“Sepuluh Perkara Litigasi Komersil Paling Menghebohkan 2004”, Sumber, http://www.hukumonline.com, diakses terakhir tanggal 23 September 2008.

pailit sedangkan peristiwa kedua lebih mengarah kepada perbuatan cidera janji yang semestinya diselesaikan melalui gugatan perdata biasa.