• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan (Input)

Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam penanganan pneumonia dengan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).

5.1.1 Tenaga Kesehatan

Salah satu faktor keberhasilan suatu program adalah tersedianya sumber daya manusia yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sumber daya manusia merupakan aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Sumber daya manusia di puskesmas yaitu tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas. Tenaga kesehatan yang kurang mampu, kurang cakap dan tidak terampil, salah satunya mengakibatkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya (Sudarmayanti dalam Husni dkk, 2012).

Puskesmas Bandar Khalipah mempunyai petugas MTBS yang berjumlah 2 orang tenaga kesehatan dan juga menangani poli anak.. Sedangkan frekuensi pasien MTBS paling sedikit berjumlah 7 orang setiap harinya. Ini mengakibatkan beban kerja yang berat bagi tenaga kesehatan yang ada. Pengobatan langsung dilakukan olah tenaga kesehatan bukan dokter sedangkan terapi tidak dilaksanakan dikarenakan tidak ada dokter yang menangani MTBS di Puskesmas Bandar Khalipah. Pelatihan pertama dan terakhir kali dilakukan pada tahun 2004 yang dilaksanakan oleh Dinas

61

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada saat sebelum terpecah dari Kabupaten Serdang Berdagai.

Menurut penelitian Dian Rahayu (2007) kinerja seorang karyawan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal (dalam diri seseorang) dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yaitu beban kerja yang terlalu banyak. Di puskesmas tenaga kesehatan memiliki tugas integrasi, yaitu melaksanakan tugas selain dari tugas pokok. Di Puskesmas Bandar Khalipah tenaga kesehatan pengelola MTBS juga mengelola posyandu, tumbuh kembang balita hingga remaja sehingga jika ada tugas ke luar seperti posyandu maka pengelolaan MTBS terkendala yang hanya dilaksanakan oleh 1 orang atau tidak sama sekali apabila keduanya pergi tugas.

Dalam modul MTBS penyesuaian alur pelayanan dilakukan guna mengurangi waktu tunggu balita sakit. Jika informasi mengenai MTBS dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS kepada tenaga kesehatan lainnya di puskesmas yang belum mendapat pelatihan MTBS, maka alur pelayanan MTBS bisa disesuaikan hingga memangkas waktu tunggu balita. Tenaga kesehatan yang terlatih MTBS sudah melaksanakan penanganan pneumonia sesuai dengan modul MTBS dan kemudian mengisi formulir MTBS,

namun dalam pengisian formulir ada beberapa yang tidak diisi oleh tenaga kesehatan, bagian konseling kapan kunjungan ulang. Berdasarkan penelitian Mardijanto (2005) bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan dengan kelengkapan pengisian formulir MTBS, jadi petugas akan lengkap mengisi formulir MTBS jika tingkat keparahan penyakit semakin parah.

5.1.2 Dana

Adanya keterbatasan sumber daya dapat menghambat pelaksanaan suatu kebijakan. Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki sebuahprogram, maka hasilnya pun akan semakin efektif, apabila dana yang diberikan seefisien mungkin dan semakin kecilnya dana yang digunakan untuk sebuah program, maka program hanya akan berjalan lambat, dan hasilnya pun tidak akan efisien. Oleh sebab itu dengan dana yang minim tenaga kesehatan tidak dapat menjalankan tugasnya dalam menangani balita sakit karena pneumonia dengan menggunakan MTBS di wilayah puskesmas (Wibowo, 2008).

Dana yang mendukung pelaksanaan MTBS di Puskesmas ada akan tetapi sangat minim karena harus berbagi dengan program anak lain. Dana tersebut berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Maka dari itu untuk pelaksanaan tugas keluar serta untuk perbaikan fasilitas pelaksanaan MTBS, penambahan alat, transportasi tenaga kesehatan untuk kunjungan ke rumah ke rumah-rumah tidak ada.

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil, dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan disuatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses serta pelayanan yang berkualitas. Oleh karena itu, reformasi kebijakan kesehatan disuatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan efektivitas dari pembiayaan kesehatan itu sendiri Husni dkk,2012).

63

Sarana, Prasarana dan Peralatan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan suatu program dan dapat menunjang kelancaran suatu program. Fasilitas harus ada pada setiap puskesmas dan harus dalam kondisi yang baik (ukurannya pasti) atau tidak rusak, fasilitas harus ada pada setiap Puskesmas untuk membantu para petugas puskesmas melaksanakan kegiatannya (Wibowo, 2008). Sebenarnya tidak banyak peralatan dan obat-obatan yang diperlukan untuk terlaksananya MTBS. Peralatan yang diperlukan antara lain timer untuk menghitung nafas, kalaupun tidak ada bisa memakai arloji dengan jarum detik, termometer, timbangan badan, tensi atau manset anak. Obat-obatan yang digunakan dalam penanganan balita sakit adalah obat yang sudah lazim ada. Bahan cetakan juga diperlukan dalam pelaksanaan MTBS, meliputi formulir MTBS, Kartu Nasehat Ibu (KNI), buku bagan.

Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Bandar Khalipah cukup tersedia walaupun ada beberapa sarana yang belum tersedia, sehingga penanganan pneumonia dengan MTBS belum dapat berjalan dengan baik. Adapun sarana dan prasarana yang sudah tersedia yaitu obat untuk pneumonia, timbangan bayi dan balita, KNI, modul MTBS, dan formulir MTBS. Adapun sarana yang belum tersedia yaitu ruangan khusus untuk MTBS, KNI, pipa lambung stateskop, alat hitung pernapasan balita, dan alat pengisap lendir untuk kasus berat. Kelengkapan sarana dan prasarana dijelaskan oleh penelitia Ardani (2010), yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kader dan sarana prasarana dengan keberhasilan berjalannya suatu program.

Pada pelaksanaan perawatan anak sakit, penggunaan buku bagan merupakan pedoman yang digunakan oleh tenaga kesehatan untuk memberikan tindakan dan

pengobatan bagi anak sakit. Bagan dan modul MTBS yang dijadikan pedoman untuk pelaksanaan MTBS adalah modul MTBS tahun 2014 Pada pelaksanaan proses manajemen kasus MTBS penggunaan formulir MTBS dan pengisian secara lengkap sangat menentukan keberhasilan penerapan proses manajemen kasus dalam rangka menangani balita sakit dan bayi muda secara komprehensif di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI, 2008). Formulir yang digunakan dalam pelaksanaan MTBS di Puskesmas Bandar Khalipah adalah formulir yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang diberikan pada tahun 2004 pada saat pelatihan MTBS ke tenaga kesehatan, jika MTBS berjalan dengan baik maka seharusnya formulir MTBS sudah diganti dengan formulir yang baru.

KNI diberikan oleh tenaga kesehatan pada saat konseling yang berguna bagi si ibu sebagai panduan dalam merawat balita sakit di rumah. Puskesmas Bandar Khalipah melakukan konseling kepada ibu balita secara langsung atau lisan, ini disebabkan karena tidak tersedianya KNI sebagai perantara dalam pemberian konseling kepada ibu.

Puskesmas Bandar Khalipah belum memiliki ruangan khusus untuk ruang MTBS. Saat ini penanganan penyakit balita dengan MTBS dilaksanakan di ruangan poli anak. Di ruangan poli anak ada sekitar 2 orang tenaga kesehatan dengan tanggung jawab mengelola program yang berbeda-beda. Manajemen yang baik adalah juga melakukan penataan ruangan tempat para tenaga akan bekerja. Tujuan akhir dari pengaturan ruangan ini adalah untuk memperlancar komunikasi kerja tenaga kesehatan serta mempermudah koordinasi dan pengawasan dan dengan demikian meningkatkan efisiensi penggunaan waktu pada khususnya dan efisiensi

65

kerja pada umumnya. Memberikan rasa nyaman dan senang bekerja kepada tenaga kesehatan, memberikan kesan yang baik terhadap para pasien.

Dokumen terkait