• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap proses komunikasi selalu ditunjukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar – pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing – masing berbeda dalam berbagai jenis : jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita – cita dan lain sebagainya (Effendy, 1993:25)

Seperti pada teori komunikasi massa, komunikasi massa ditujukan pada khalayak yang sangat luas. Herbert Blumer menyatakan empat karakteristik khalayak komunikasi massa :

1. Berasal dari berbagai strata sosial (berbeda usia, tingkat pendidikan, jabatan dan gaya hidup)

2. Merupakan kelompok anonim yang terdiri dari individu – individu yang tak saling mengenal.

3. Karena secara fisik terpisah hanya ada kemungkinan – kemungkinan untuk interaksi dan bertukar pengalaman sehingga kecil kemungkinan terjadi kontak fisik seperti pada crowd.

4. Tidak terorganisasi sehingga tidak mungkin digerakkan untuk kepentingan tertentu.

Khalayak media media massa tersebut mempunyai kecenderungan untuk memilih pesan nama yang diinginkan menurut Barenson, Steiner dan Klapper dalam buku yang disusun oleh Blake dan Horoldsen, kecenderungan memilih pesan dalam media massa diistilahkan sebagai selective preception.Dalam hal ini meliputi :

1. Selective Exposure :

Kecenderungan manusia membuka diri (expose) pada pesan komunikasi yang sama dan sesuain dengan kenutuhana dan pendapatnya, menghindarkan komunikasi yang tidak sesuai dengan kepentingan dan pendapat.

2. Selective Attention :

Kecenderungan manusia memperhatikan pesan yang sesuai dengan kebutuhab serta minatnya.

3. Selective Retentation :

Kecenderungan manusia untuk mengingat isi pesan yang menarik serta sesuai dengan kebutuhan serta minatnya ( Blake dan Haroldsen, 2005: 84)

De Fleur dan ball – Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan ketiga kerangka teoritis, antara lain :

1. Perspektif perbedaan individual ( Individual Differences Theory). 2. Perspektif Kategori Sosial (Sosial Categori Theory).

3. Perspektif Hubungan Sosial.

Dalam perspektif perbedaan individual ( Individual Differences Theory ), memandang bahwa sikap dan organisasi personal psikoligis individua akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan dan bagaimana individu memberi makna pada stimuli tersebut (Rahmat, 2003 : 203 – 204). Atas dasr pengakuan bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingannya, kepercayaannya maupun nilai – nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka terhadap komunikasi massa juga berbeda (Liliweri, 1991 : 106), mengacu pada pernyataan tersebut individu memiliki kepribadian masing – masing yang akan mempengeruhi juga pada preferensi mereka dalam menanggapi sesuatu. Khalayak lebih uska dengan suatu kejadian yang dianggap itu menyimpang dari norma – norma yang ada dibandingkan dengan berita – berita yang lain jika dirasa berita tersebut dapat mendukung berbagai kepentingan, kepercayaan, nilai – nilai yang dianut tersebut.

Selanjutnya, berdasarkan perspektif kategori sosial (Social Category Theory) dikatakan bahwa “ Prespektif kategori berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok – kelompok sosial, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Anggota – anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respon kepadanya dengan cara yang hampir sama pula”, (Rakhmat, 2003 :203- 204). Penggolongan

kelompok sosial umumnya didasarkan pada ciri – ciri usia, jenis kelamin (sex), pendapat, pendidikan , pemukiman atau pertalian yang bersifat religius.Persamaan gaya, orientasi dan perilaku akan berkaitan dengan suatu gejalah seperti pada media massa pada perilaku yang seragam (Effendy, 2003: 267)

Masyarakat dalam penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan usia 17 tahun keatas, yang berdomisili di daerah Surabaya. Alasan dipilihnya usia 17 tahun keatas adalah karena pada usia tersebut masyarakat dapat menerima dan memberikan pendapatnya. Usia 17 tahun merupakan awal dari masa kedewasaan dimana perubahan kognitif yang mengarah pada peningkatan potensi diri, pola pikir lebih kongkrit dan pragmatik .Berdasarkan teori tersebut, terdapat golongan – golongan tertentu dalam masyarakat yang memiliki perilaku yang sama dalam menanggapi dan memberikan pendapat terhadap suatu bentuk komunikasi. Dalam hal ini mempengaruhi masyarakat surabaya dalam menanggapi citra kepolisian pasca pembritaan briptu norman di media massa.

2.1.6 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Respon. Yang semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Menurut stimulus respon ini, efek

yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikannya. Unsur- unsur dalam pesan yaitu :

1) Pesan (Stimulus, S)

2) Komunikasi (Organism, O) 3) Efek (Respon, R)

Dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan perubahan sikap adalah how bukan what dan why. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Sedangkan dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula. Ma’rat dalam bukunya “Sikap Manusia, perubahan serta pengukurannya”. Menurut pendapat Hovlan, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam penelaah sikap yang baru ada tiga variable penting, yaitu :

1) Perhatian 2) Pengertian 3) Penerimaan

Teori S-O-R digambarkan sebagai berikut :

Stimulus Organism : ‐ Perhatian ‐ Pengertian ‐ Penerimaan Response

Gambar 1 : Teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R)

Gambar tersebut menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi di individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikasi. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. (Effendy, 2000: 254-256).

Teori S-O-R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat kesesuaian antara unsur- unsur dari teori tersebut dengan topik yang diangkat, yaitu Opini Masyarakat Tentang Polisi Pasca Pemberitaan Briptu Norman Kamaro.

Dokumen terkait