• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bagian Bedah Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan dan Rumah Sakit Hewan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor. Penelitian dilaksanakan kurang lebih selama 12 bulan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan November 2010. Ruangan periksa dan kamar bedah disiapkan dengan steril pada suhu ruangan 24oC.

Materi Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor anjing domestik. Berat anjing rata-rata 10 ± 2 kilogram, kisaran umur sama (22 ± 2 bulan) dan jenis kelamin jantan. Anjing diperoleh dari masyarakat di sekitar Darmaga Bogor dan selama penelitian diperlakukan sesuai dengan asas kesejahteraan hewan “3R”, yaitu : Replacement, Reduction, dan Refinement. Anjing dikarantina, diadaptasikan selama 10 hari dan sebelum dilakukan perlakuan, hewan dilatih untuk handling dan diadaptasikan dengan ruangan operasi. Dilakukan evaluasi status pasien dan penentuan status pasien sebelum dilakukan anestesi. Evaluasi meliputi sejarah pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan tes laboratorium diagnosis. Pasien dengan klasifikasi status klas I (Tabel 7.) yang digunakan untuk perlakuan anestesi sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh American Society of Anesthesiologist (ASA) (Lumb dan Jones 1996; Muir et at. 2000; McKelvey dan Hollingshead 2003).

Pemeriksaan hewan sebelum anestesi adalah pemeriksaan status kesehatannya yaitu sejarah pasien, pemeriksaan fisik (respirasi, kardiovaskuler, hati, ginjal, status dehidrasi, signalmen, refleks pedal dan refleks palpebral serta pemeriksaan organ), dan pemeriksaan diagnostik laboratorium (PCV, Hb, RBC, WBC, platelet, dan elektrokardiogram). Semua hewan dibebaskan dari parasit eksterna dan interna dengan memberikan obat cacing dan ektoparasit sesuai dengan McKelvey dan Hollingshead (2003).

Mengikuti prosedur Intelisano et al. (2008), sebelum dilakukan eksperimen hewan dipuasakan selama 12 jam dan tidak diberikan air minum tiga jam menjelang perlakuan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama penelitian untuk mendapatkan kombinasi preanestesi dan induksi anestesi pada anjing, penelitian tahap kedua untuk mendapatkan kombinasi anestesi untuk pemeliharaan status teranestesi dengan metode infusi gravimetrik menggunakan kombinasi ketamine HCl dan propofol. Hewan coba dibagi enam kelompok perlakuan, masing-masing empat ekor sebagai ulangan pada penelitian tahap pertama, sedangkan penelitian tahap kedua dibagi lima kelompok perlakuan dan masing-masing empat ekor sebagai ulangan.

I. Penelitian tahap pertama untuk mendapatkan kombinasi preanestesi dan induksi anestesi pada Anjing, yaitu :

1. Grup 1, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03 mg/kgBB)–xylazine HCl (2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10 menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan ketamine HCl (4 mg/kg BB). Grup1 disebut pula kelompok AXK.

2. Grup 2, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03 mg/kgBB)–xylazine HCl (2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10 menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan propofol (4 mg/kg BB). Grup 2 disebut pula kelompok AXP.

3. Grup 3, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03 mg/kgBB)–xylazine HCl (2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10 menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan ketamine HCl (4 mg/kg BB)-propofol (4 mg/kg BB). Grup 3 disebut pula kelompok AXKP. 4. Grup 4, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03

mg/kgBB)–midazolam (0,2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10 menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan ketamine HCl (4 mg/kg BB). Grup 4 disebut pula kelompok AMK.

5. Grup 5, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfatee sulfate (0,03 mg/kgBB)–midazolam (0,2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10

menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan propofol (4 mg/kg BB). Grup 5 disebut pula kelompok AMP.

6. Grup 6, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03 mg/kgBB)–midazolam (0,2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan propofol (4 mg/kg BB) - ketamine HCl (4 mg/kg BB). Grup 6 disebut pula kelompok AMKP.

Diagram alir penelitian tahap pertama pada anjing disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Diagram alir penelitian tahap pertama pada anjing. Anjing domestik bobot 10±2kg,

kondisi sehat, siap dianestesi (24 ekor) 1 (4 ekor) 2 (4 ekor) 3 (4 ekor)

(Atropine sulfate 0,03 mg/kg + Xilazin 2mg/kg )

AX AX AX 4 (4 ekor) 5 (4 ekor) 6 (4 ekor)

Atropine sulfate 0,03 mg/kg + Midazolam 0,2mg/kg )

AM AM AM

Peubah yang diamati : Waktu Induksi, Durasi dan Pemulihan anestesi

Perubahan fisiologis sistem Kardiovaskuler dan Respirasi

Ketamine HCl 4mg/kg Propofol 4mg/kg Ketamine HCl 4mg/kg + Propofol 4mg/kg

AXK AXP AXKP

Ketamine HCl 4mg/kg Propofol 4mg/kg Ketamine HCl 4mg/kg + Propofol 4mg/kg

II. Penelitian tahap kedua untuk mendapatkan kombinasi anestesi untuk pemeliharaan status teranestesi dengan metode infusi gravimetrik. Hewan coba dibagi lima kelompok perlakuan dan masing-masing empat ekor sebagai ulangan. Anjing dipreanestesi dan diinduksi dengan kombinasi terbaik pada penelitian tahap pertama. Semua hewan coba diberikan preanestesi atropine sulfate–xylazine HCl (0,03 mg/kgBB & 2 mg/kgBB) yang terpilih secara intramuskuler dalam satu

syringe, setelah 10 menit dilakukan induksi secara intravena dengan ketamine HCl-propofol (@ 4 mg/kg BB), dan 15 menit kemudian diberi tetes infusi

intravena secara gravimetrik dengan kombinasi ketamine HCl-propofol sampai menit ke-120. Infusi dipasang pada vena cephalica antibrachii menggunakan infusi set kateter 20G (terumo® 15 drop/ml). Campuran infusi ketamine HCl-propofol dibuat dengan cara mengencerkan HCl-propofol (Propofol-Lipuro® 1%, BBraun) dengan cairan infusi NaCl 0,9% dengan perbandingan 1:4 mengikuti prosedur BBraun (2009) dan ditambahkan ketamine HCl (Ketamil®

1. Grup I (AXKP-K2P2), perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infusi

intravena gravimetrik dengan campuran ketamine HCl dan propofol masing – masing dosis 0,2mg/kg BB/menit.

10%, Illium) sebanyak 2 mg/ml) (Lampiran 1). Pengukuran parameter dilakukan sebelum perlakuan (menit ke-0) dan setiap 10 menit sampai menit ke-140, yaitu :

2. Grup II (AXKP-K4P4), perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infusi

intravena gravimetrik dengan campuran ketamine HCl dan propofol masing – masing dosis 0,4mg/kg BB/menit.

3. Grup III (AXKP-K6P6), perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infusi

intravena gravimetrik dengan campuran ketamine HCl dan propofol masing – masing dosis 0,6mg/kg BB/menit.

4. Grup IV (AXKP-P4), perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infusi

intravena gravimetrik dengan propofol dosis 0,4mg/kg BB/menit.

5. Grup V (AXKP-I), perlakuan pemeliharaan anestesi secara inhalasi dengan isofluran dosis 1-2%.

Diagram alir penelitian tahap kedua pada anjing disajikan pada Gambar 13.

20 ekor

Preanestesi dan induksi (terpilih tahap I) AXKP

Metode Infusi Gravimetrik

(setelah 15 menit induksi)

I II III IV V Ketamine + Propofol ( @0,2mg/kg/mnt) Ketamine + Propofol ( @0,4mg/kg/mnt) Ketamine + Propofol ( @0,6mg/kg/mnt Propofol (0,4mg/kg/mnt) Inhalasi Isofluran ( 1-2%)

AXKP-K2P2 AXKP-K4P4 AXKP-K6P6 AXKP-P AXKP-I

Gambar 13 Diagram alir penelitian tahap kedua pada anjing.

Metode Penelitian

Kegiatan utama dalam penelitian ini adalah persiapan dan pengadaan hewan coba, perekaman parameter fisiologis seperti elektrokardiogram, pengukuran tekanan darah arteri, pengukuran suhu rektal, pengukuran kadar gas CO2 respirasi, nilai saturasi oksigen, dan pengukuran parameter hemodinamika serta pengamatan tanda klinis periode anestesi seperti waktu induksi, durasi, dan waktu pemulihan anestesi. Sebelum dilakukan perlakuan (menit ke-0) dilakukan pengukuran terhadap parameter penelitian seperti pulsus, suhu rektal, respirasi, denyut jantung, refleks (palpebral, pupil, pedal, telinga, dan ekor), urunasi, dan defikasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran parameter setiap 10 menit (dihitung dari penyuntikan induksi anestetikum) selama 120 menit. Pemeriksaan darah dilakukan sebelum perlakuan, saat perlakuan, dan setelah 24 jam selesai perlakuan anestesi.

Peubah yang diamati : Waktu induksi, durasi dan pemulihan anestesi

Perubahan fisiologis sistem kardiovaskuler dan respirasi Perubahan atau evaluasi hematologis

Evaluasi toksisitas In ravi m et ri k

Parameter

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Parameter waktu anestesi :

1.1. Waktu induksi; 1.2. Waktu anestesi; dan 1.3. Waktu pemulihan 2. Parameter respirasi:

2.1Frekuensi respirasi;

2.2Tekanan CO2 respirasi (end tidal CO2/ET CO2

2.3Nilai saturasi oksigen.

); dan

3 Parameter kardiovaskuler : 3.1Frekuensi denyut jantung;

3.2Tekanan darah (noninvasive blood pressure/NIBP), yaitu; 3.2.1 SAP (systole arterial pressure),

3.2.2 DAP(diastole arterial pressure), dan 3.2.3 MAP(mean arterial pressure). 3.3Elektrokardiogram ( EKG, Lead II), yaitu:

3.3.1 Amplitudo gelombang P (mV),

3.3.2 Amplitudo gelombang R (QRS) (mV), 3.3.3 Durasi interval PR (detik),

3.3.4 Durasi interval QRS (detik), dan 3.3.5 Durasi interval QT (detik).

3.4. Nilai CRT (capillary refill time) 4 Parameter hematologis :

4.1Nilai eritrosit, 4.2Nilai leukosit,

4.3Nilai hemoglobin, dan 4.4Nilai hematokrit. 5 Parameter suhu rektal.

Difinisi dan Batasan Parameter

1. Waktu induksi (induction time) adalah waktu yang diukur dari penyuntikan anestetikum sampai terjadinya anestesi. Anestesi mulai terjadi ditandai dengan hilangnya rasa nyeri (menjepit telinga dan interdigitti), tidak ada gerakan hewan, tidak ada refleks kelopak mata, spingter ani longgar, bola mata menuju

ventrocantus.

2. Waktu anestesi (duration of actions) adalah waktu yang dihitung dari mulai terjadinya anestesi sampai hewan mulai sadar. Hewan mulai sadar ditandai dengan adanya gerakan ekor, kaki, telinga atau kepala, adanya respon rasa nyeri (menjepit kulit dan muskulus di telinga dan sela-sela jari kaki (interdigitti) dengan pinset), adanya suara dari hewan, adanya refleks kelopak mata, spingter ani menegang.

3. Waktu pemulihan (recovery) adalah waktu yang dihitung dari hewan mulai sadar sampai hewan bisa berdiri dengan keempat kaki.

4. Frekuensi respirasi adalah faktor penting dalam ventilasi pulmonum, udara alveolar diperbaharui oleh udara atmosfir. Pengamatan frekuensi respirasi dilakukan dengan menghitung jumlah ekspirasi atau inspirasi yang terjadi selama satu menit dengan mempergunakan alat fisiograf.

5. Frekuensi denyut jantung adalah hitungan berapa kali jantung berdenyut dalam satu menit. Pengamatan frekuensi jantung dilakukan dengan elektrokardiograf. 6. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu rekaman keadaan yang menggambarkan

konduksi listrik jantung. Rekaman konduksi listrik jantung sangat umum digunakan secara klinis untuk mendiagnosa disfungsi listrik jantung. Depolarisasi atrial, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel akan menyebabkan depleksi voltase yang khas dalam bentuk gelombang pada elektrokardiogram (Cunningham 2002; Nelson 2003). Gambaran elektrokardiogram jantung diukur dengan elektrokardiograf.

7. Tekanan darah sistol (systole arterial pressure/SAP), tekanan darah diastol (diastole arterial pressure/DAP) dan Tekanan darah rata-rata (mean arterial

pressure/MAP) diukur secara tidak langsung (noninvasive blood pressure/NIBP) dengan cara menempelkan cuff pada proximal radius untuk mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan menggunakan alat fisiograf.

8. Pengukuran oksigen dan CO2 dilakukan untuk melihat jumlah gas CO2 yang dikeluarkan serta jumlah gas O2

9. Suhu tubuh adalah variabel fisiologis yang paling sederhana dan mudah untuk diamati selama anestesi. Suhu rektal adalah paling sederhana untuk diamati perubahannya dengan menggunakan alat fisiograf.

yang dihirup dengan menggunakan alat fisiograf dan oxymetri.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan alat fisiograf model BSM-800 (Nihon Kohden®). Alat fisiograf model BSM-800 adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemantauan (monitoring) perubahan-perubahan parameter fisiologis selama pembedahan. Seluruh parameter fisiologis dapat diukur secara bersamaan selama proses pembedahan. Parameter utama yang dapat diukur adalah respirasi, tekanan darah, elektrokardiogram (EKG) dan temperatur. Sedangkan parameter tambahan yang dapat diukur adalah kadar gas CO2 respirasi, dan tekanan darah non inpasif (Noninvasive Blood Pressure/NIBP). Oxymetri VE02-14 digunakan untuk mengukur saturasi oksigen.

Perekamam dan Pengukuran Parameter

Setiap anjing diperiksa secara klinis dan anjing yang digunakan adalah anjing yang dinyatakan sehat dengan klasifikasi status klas I (Lumb dan Jones 1996; Muir et at. 2000; McKelvey dan Hollingshead 2003). Selanjutnya dilakukan pencukuran bulu di daerah pemasangan elektroda. Setelah dilakukan pembersihan dengan kapas beralkohol pada lokasi penempelan elektroda, dilakukan penempelan elektroda sebagai persiapan perekaman parameter.

Perekaman EKG, Denyut Jantung, dan Respirasi

Perekaman elektrokardiogram (EKG) dilakukan dengan menggunakan seperangkat elektrokardiograf yang menyatu dalam alat fisiograf model BSM-8800 (Nihon Kohden®

Setelah ketiga elektroda dipasang, perekaman elektrokardiograf segera dijalankan dengan menekan tombol ECG pada keypad alat fisiograf sehingga keluar ECG setting screen. Sebelum dijalankan secara bersamaan dengan perekaman parameter yang lainnya, dilakukan pemilihan terutama terhadap sensitifitas, kecepatan serta waktu perekaman EKG, sebagai berikut:

). Slot panel bawah ECG/RESP dihubungkan dengan slot yang menghubungkan pasien dengan kode slot AC-800PJ yang mempunyai tiga elektroda. Pemasangan elektroda dilakukan dengan cara menempelkan elektroda pada kulit anjing yang telah dibersihkan dengan alkohol 70% pada posisinya masing-masing. Anjing diletakkan pada posisi berbaring dengan posisi terlentang dengan dada menghadap keatas (dorsal recumbency). Elektroda yang berwarna merah (R) ditempelkan pada kulit daerah fossa infraclavicular kanan, elektroda berwarna kuning (L) ditempelkan pada kulit daerah fossa infraclavicular kiri dan elektroda yang berwarna hijau (F) ditempelkan pada kulit daerah anterior kiri garis axilla diatas tulang rusuk terakhir.

a. Sensitivitasnya : ECG SENS…..x1

b. Lead : ECG LEADS…II (untuk 3 elektroda)

c. HR Alarm Limits : ALM LIMITS

d. Arrhytmia-related Alarm Limits : ARRHYTMIA SETUP

e. ECG Setup Screen : ECG SETUP

Dari hasil perekaman elektrokardiogram, diamati terhadap gelombang P dan R, interval PR, QRS, dan interval QT. serta frekuensi jantung. Semua gelombang diukur terhadap amplitudonya (mv) sedangkan interval PR, QRS, dan interval QT diukur durasinya (detik).

Dari ketiga hantaran perekaman elektrokardiogram, hanya hantaran II yang diutamakan untuk dilakukan pengujiannya terhadap amplitudo dan durasinya. Hal ini disebabkan karena hantaran II digunakan sebagai penyidikan terhadap adanya

gangguan jantung sebelum hantaran yang lainnya digunakan, hantaran II adalah syarat minimal untuk pemantauan pada saat pembedahan dan karena hantaran II mempunyai gambaran gelombang yang mudah dibaca.

Pemerikasaan frekuensi denyut jantung dilakukan pada elektrokardiogram (EKG) yang direkam secara otomatis pada mesin fisiograf. Dilakukan perekaman terhadap EKG dan frekuensi denyut jantung sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar setelah infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).

Perekaman frekuensi respirasi dilakukan dengan menggunakan alat fisiograf model BSM-8800 (Nihon Kohden®

Setelah ketiga elektroda dipasang, perekaman frekuensi respirasi dilakukan dengan menekan tombol RESP pada keypad sehingga keluar RESP setting screen. Dilakukan pemilihan :

). Slot panel bawah ECG/RESP dihubungkan dengan slot yang menghubungkan pasien dengan kode AC-800PJ yang mempunyai tiga elektroda. Elektroda merah (R) dan elektroda hijau (F) digunakan untuk mengukur frekuensi respirasi dan ditempatkan agar paru-paru berada diantara elektroda tersebut. Pemasangan elektroda dilakukan dengan cara yang sama dengan perekaman elektrokardiogram (EKG).

a. Sensitivitasnya : RESP SENS……..x1 b. Respirasi ON/OFF : ON/OFF RESP MEAS c. RESP Alarm Limits : ALM LIMITS

d. RESP Setup Screen : RESP SETUP

Dari hasil perekaman frekuensi respirasi, diamati terhadap prekuensi respirasi yang akan tercatat secara otomanis pada layar. Dilakukan perekaman terhadap frekuensi respirasi sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar setelah infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).

Pengukuran Tekanan Darah

Perekaman tekanan darah dilakukan dengan menggunakan alat fisiograf model BSM-8800 (Nihon Kohden®

Setelah cuff dipasang, perekaman tekanan darah dilakukan dengan menekan tombol NIBP pada keypad sehingga keluar NIBP setting screen. Dilakukan pemilihan:

). Tekanan darah yang direkam adalah tekanan darah non infasif (non invasive blood pressure, NIBP) yang terdiri dari tekanan darah sistol (systole arterial pressure/SAP), tekanan darah diastol (diastole arterial pressure/DAP) dan tekanan darah rata-rata (mean arterial pressure/MAP). Slot panel bawah NIBP dihubungkan dengan slot yang menghubungkan pasien dengan kode slot AP-860PA. Pada ujung slot dipasangkan cuff ukuran kecil (Model YS-025P4). Penempelan cuff dilakukan pada daerah sepertiga proximal radius untuk mengukur tekanan darah arteri brachialis.

a. FREQUENCY SET………MANUAL / CONTINUOUS / INTERVAL

b. VITAL LIST STORE………..ON

Dari hasil perekaman tekanan darah, diamati terhadap tekanan darah yang akan tercatat secara otomanis pada layar. Dilakukan perekaman terhadap tekanan darah sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar setelah infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).

Perekaman Tekanan CO2 Respirasi (End Tidal CO2/ET CO2

Perekaman kadar gas CO

)

2 respirasi dilakukan dengan menggunakan alat fisiograf model BSM-8800 (Nihon Kohden®). Slot panel bawah CO2 dihubungkan dengan slot yang menghubungkan pasien dengan kode slot AG-800PA/ AG-830PA. Sensor CO2

Setelah alat dipasang, perekaman kadar gas CO

(AG-830PA) dan gas adapter tube dipasang pada ujung slot yang akan menghubungkan pasien dengan mesin fisiograf. Pada ujung Gas adapter tube

dipasang tracheal tube yang akan dimasukkan pada saluran pernapasan anjing.

2 dilakukan dengan menekan tombol CO2 pada keypad sehingga keluar CO2 setting screen. Dilakukan pemilihan :

a. Sensitivitasnya : Tekan CO2

b. CO

SENS multi-function key (40mmHg)

2

c. CO

Alarm Limits : ALM LIMITS

2 Setup Screen : CO2

Dari hasil perekaman kadar gas CO SETUP

2, diamati terhadap kadar gas CO2 yang akan tercatat secara otomanis pada layar. Dilakukan perekaman terhadap kadar gas CO2 sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar setelah infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).

Pengukuran Suhu Rektal

Perekaman suhu tubuh dilakukan dengan menggunakan alat fisiograf model BSM-8800 (Nihon Kohden®). Slot panel bawah TEMP (1, 2)

Setelah alat dipasang, perekaman suhu tubuh dilakukan dengan menekan tombol TEMP pada keypad sehingga keluar TEMP setting screen. Dilakukan pemilihan pada menu temperatur.

dihubungkan dengan slot yang menghubungkan pasien dengan kode slot AW-800PA/ AP-851PA. Alat pengukur temperatur yang akan dimasukkan pada rektal adalah YSI-401J (YSI-401).

Dari hasil perekaman suhu tubuh, diamati terhadap suhu tubuh yang akan tercatat secara otomanis pada layar. Dilakukan perekaman terhadap suhu tubuh sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar setelah infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).

Gambaran Darah

Penghitungan jumlah eritrosit, hemoglobin, jumlah leukosit total dan nilai hematokrit/PCV dilakukan dengan cell counter machine celdyn-1400. MCV (mean corpuscular volume) = PCV x 10/∑ RBC (fl). MCH (mean corpuscular hemoglobin) = Hb x 10/∑ RBC (pg). MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration) = Hb/PVC x 100 (%). Diferensiasi Leukosit: dilakukan dengan menghitung di bawah mikroskop perbesaran 100x untuk sejumlah 100 leukosit yang meliputi netrofil,

eosinofil, limfosit dan monosit pada preparat ulas darah tipis dengan pewarnaan Giemsa. Hasil yang diperoleh (%) kemudian dikalikan dengan jumlah leukosit total, sehingga diperoleh nilai absolut dan masing-masing sel leukosit.

Protokol dan Pelaksanaan Penelitian

Pemeriksaan terhadap seluruh parameter fisiologis dilakukan sebelum perlakuan (menit 0), pada menit ke 10, 20, 30, … dan seterusnya sampai menit ke-120 yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar. Hewan dinyatakan teranestesi apabila telah memenuhi minimal tiga syarat yaitu sedasi, analgesi, dan relaksasi atau tidak bergerak. Hewan dinyatakan sadar ditandai dengan adanya gerakan, adanya suara hewan, rasa sakit, munculnya respon atau refleks (kelopak mata, pupil, pedal, telinga, spingter ani, dan ekor), dan hewan dapat berdiri dengan keempat kakinya.

Rancangan Penelitian dan Analisis Statistik

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dan masing-masing perlakuan terdiri dari empat ekor anjing sebagai ulangan. Data hasil penelitian dianalisis berdasarkan sidik ragam. Apabila didapat perbedaan yang nyata, maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan dengan selang kepercayaan 95 % dan 99% (Rossi and Junqueira 2003; Steel and Torrie 1991).

Dokumen terkait