• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. ESQ Training

4. Materi ESQ Training

Training ESQ adalah sebuah training yang menyatukan tiga kecerdasan sekaligus, yaitu IQ, EQ dan SQ. Walau dinamakan training SDM, namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat- ayat Al-

Qur’an dan Hadits.20 Dalam ESQ training terdapat empat tahapan atau

jenjang pelatihan yang dapat diikuti peserta untuk membangun atau mengembangkan dirinya.21 Ke- empat tahapan tersebut antara lain:

a. Training ESQ Basic

Pada training awal ini peserta akan memperoleh pemahaman tentang konsep dasar ESQ serta merasakan pengalaman spiritual yang akan mengubah hidup peserta ke arah yang lebih baik. Itulah salah satu fokus dari ESQ Basic Training yaitu menjadikan pelaksanaan nilai sebagai sebuah komitmen spiritual. ESQ Basic Training juga akan mengubah paradigma akan arti sebuah kebahagiaan dan pekerjaan. Jika selama ini makna kebahagiaan hanya sesuatu yang bersifat materi dan emosional, maka melalui training ini peserta akan diajak menemukan kebahagiaan

19 Sekilas ESQ Training, diakses pada tanggal 08 April 2014 dari http://esq165blog.wordpress.com

20Nadia Nurfitria, Pe garuh Pelaksa aan Trainining ESQ Terhadap Kinerja Karyawan

U i ersitas Isla Negeri “yarif Hidayatullah , Jakarta: , Hal. .

21 Sekilas ESQ Training, diakses pada tanggal 08 April 2014 dari http://esq165blog.wordpress.com

lain, yaitu spiritual happiness, sehingga hidup menjadi lebih bermakna dan bernilai (meaning & value).22

b. Training ESQ Mission and Caracter Building

Training ini membantu peserta untuk memiliki visi yang jelas & misi yang kuat, mengintegrasikan misi kehidupan yang seringkali terpisah: antara pribadi dengan insitusi tempat bekerja, antara dunia dengan akhirat, antara pribadi dengan pasangan dan keluarga. Selain itu, training ini juga akan membentuk karakter yang tangguh dengan cara mengubah paradigma dalam melihat sebuah masalah, bukan lagi sebagai sebuah beban melainkan kesempatan untuk menempa diri.23

c. Training ESQ Self Control and Collaboration

Setelah membangkitkan visi-misi dan membangun karakter, langkah selanjutnya adalah mengelola kelemahan agar potensi yang dimiliki dapat dikeluarkan serta membangun kolaborasi antar individu maupun antar bagian. Kelemahan yang tidak terkontrol dapat menjadi sumber runtuhnya sebuah institusi begitu pula dengan kekuatan yang tidak sinergis.24 Kemampuan untuk mengendalikan diri serta mengalahkan

semua kelemahan adalah hasil yang akan peserta peroleh dari training

22 Training ESQ Carracter Building 1, diakses pada tanggal 09 April 2014 dari

http://esq165blog.wordpress.com/training-character-building-1-eksekutif-profesional-reguler/ 23 Training ESQ MCB, diakses pada tanggal 09 April 2014 dari

http://esq165blog.wordpress.com/training-esq-character-building-2-mission-character-building/ 24 Training ESQ SCC, diakses pada tanggal 09 April 2014 dari

ini. Di dalam training ini peserta juga akan diajak untuk menemukan potensi yang tak ternilai yaitu kolaborasi serta menciptakan tim kerja yang solid.

d. Training ESQ Total Action

Visi telah ditetapkan, Misi telah ditentukan, Nilai telah terinternalisasi kokoh ke dalam karakter yang komit untuk menghadapi segala ujian & tantangan. Lebih lanjut, seluruh potensi dan kelemahan telah diidentifikasi dan masing-masing bagian telah berkolaborasi secara strategis. Semua persyaratan bagi sebuah institusi untuk maju telah terpenuhi, namun seringkali target masih belum tercapai hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan eksekusi. Kesenjangan eksekusi terjadi karena pelaksanaan di lapangan tidak sesuai dengan rencana strategis yang sudah ditentukan, baik itu dari segi waktu maupun kualitas pekerjaannya.25

Training ESQ Total Actionakan menanamkan sebuah kesadaran bahwa waktu yang dimiliki untuk mewujudkan visi, sangat terbatas dan kesempatan tidak datang untuk kedua kali. Oleh karena itu, setiap individu harus disiplin dan konsisten dalam menjalankan tugas serta rencana. Untuk mewujudkan sebuah ide menjadi kenyataan maka

25 Training ESQ Total Action, diakses pada tanggal 09 April 2014 dari http://esq165blog.wordpress.com/training-esq-character-building-4-total-action/

diperlukan kemampuan untuk mengeksekusi, dan itulah yang akan peserta dapatkan dalam training ESQ Total Action.

5. Pengukuran

Training

Untuk mengetahui efektivitas sebuah pelatihan maka perlu dilakukan beberapa pengukuran. Model pengukuran efektivitas pelatihan yang dikembangkan oleh Donald Kirkpatrick (1959) menjelaskan terdapat 4 tingkatan pengukuran yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Tahap Reaksi, yakni mengetahui sejauh mana kepuasan peserta training terhadap hal- hal fisik yang terdapat dalam training seperti kepuasan terhadap metode pelatihan, fasilitas pelatihan, tenaga pelatih (trainer) dan lain sebagainya.

b. Tahap Pembelajaran, yakni mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta terhadap isi atau inti yang diajarkan dalam training yang nantinya tingkat pemahaman ini akan mempengaruhi pola fikir dan sikap peserta. c. Tahap Prilaku, yakni mengetahui sejauh mana hasil pembelajaran melalui

training tersebut diaplikasikan kedalam proses kerja.

d. Tahap Hasil, yakni mengetahui sejauh mana program pelatihan yang telah dilaksanakan tersebut memberikan kontribusi yang positif kepada perusahaan.

Goldstein dan Buxton (dalam Mangkunegara 2006: 69) berpendapat bahwa evaluasi pelatihan dapat didasari pada kriteria pedoman dari

kesuksesan pelatihan, dan rancangan percobaan. Kriteria yang digunakan sebagai pedoman ukuran kesuksesan pelatihan yaitu:

a. Kriteria reaksi, mengenai pendapat peserta tentang materi yang diberikan, pemberi materi, metode yang digunakan serta penguasaan materi.

b. Kriteria pembelajaran, meliputi pengetahuan, keterampilan dan ke-mampuan peserta.

c. Kriteria prilaku, mengenai sejauh mana isi atau inti training diterapkan dalam kegiatan kerjanya.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka kriteria- kriteria ini-lah yang nantinya akan dijadikan sebagai indikator yang sesuai dalam mengukur variabel pelatihan (dalam hal ini ESQ Training).

D. Produktivitas

1. Pengertian Produktivitas

Menurut Dewan Produktivitas Nasional RI tahun 1983, produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu.26

Secara konseptual, produktivitas adalah hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Produktivitas dapat dikuantifikasi dengan membagi keluaran dengan masukan. Menaikkan produktivitas dapat dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas, dengan menghasilkan lebih banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan sumber daya tertentu (Blecher,1987:3)27 Sedangkan menurut formulasi National Productivity Board (NPB) Singapore, dikatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukuan peningkatan perbaikan.28

Produktivitas sering diukur dalam masukan dan keluaran ekonomi. Akan tetapi, masukan dan keluaran sumber daya manusia dan sosial juga merupakan faktor penting. Jika prilaku organisasi lebih baik, dapat memperbaiki kepuasan kerja sehingga terjadi peningkatan hasil sumber daya manusia.29 Pakar lain mendeskripsikan bahwa produktivitas merupakan ukuran tentang seberapa baik suatu sistem operasi berfungsi dan indikator efisiensi dan daya saing dari suatu perusahaan atau departmen.30

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya produktivitas adalah kemampuan dalam menghasilkan barang atau jasa dari

27 Prof. Dr. Wibowo, S.E.,M.Phil , Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), hal. 109

28 Dr. Sedarmayanti, M.Pd , Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, (Bandung: Mandar Maju, 2001), hal. 56

29 Prof. Dr. Wibowo, S.E.,M.Phil , Ibid, hal. 110 30 Prof. Dr. Wibowo, S.E.,M.Phil , Ibid, hal. 111

berbagai macam faktor produksi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan dalam suatu perusahaan, dapat dikatakan bahwa produktivitas dihasilkan dari kapabilitas (kemampuan) SDM dalam menggunakan alat kerja, metode kerja, modal kerja, bahan baku dan informasi.

2. Faktor- faktor Produktivitas

Banyak sekali faktor produktivitas yang dikemukakan para ahli, baik itu berhubungan dengan tenaga kerja, maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijakan pemerintah secara keseluruhan.

Menurut J. Ravianto, produktivitas kerja merupakan fungsi motivasi, kecakapan, kepribadian, peran dan kepenatan31:

a. Motivasi, termasuk didalamnya motivasi berprestasi, motivasi terhadap mutu kerja dan mutu kehidupan hari esok yang lebih baik.

b. Kecakapan, termasuk kecakapan menggunakan peralatan dan tekhnologi, kecakapan manajerial, hubungan antara manusia, pemecahan permasalahan yang dihasilkan melalui pelatihan dan pengalaman.

c. Kepribadian, termasuk pandangan terhadap nilai- nilai, sikap dan etika kerja, disiplin, pendidikan, kerjasama, dan partisipasi penuh serta kesesuaian pada pekerjaan.

d. Peran, pandangan terhadap peran yang dilakukan terhadap pengembangan dan pembangunan yang dipengaruhi oleh rasa ikut memiliki, pengalaman serta rasa solidaritas kelompok.

e. Kepenatan, sebagai faktor yang mengurangi produktivitas, dipengaruhi oleh suasana kerja, motivasi, gaya hidup, gizi serta kesehatan.

Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep menunjukkan adanya keterkaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu. Seorang tenaga kerja yang produktif adalah seorang tenaga kerja yang cekatan dan mampu menghasilkan barang dan jasa sesuai mutu yang ditetapkan, dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini dimungkinkan jika tenaga kerja tersebut mendapatkan pendidikan dan pelatihan, sehat berenergi, terdapat peralatan dan kesempatan berprestasi.32

3. Pengukuran Produktivitas

Terdapat dua tipe rasio produktivitas, yaitu total productivity dan partial productivity. Total productivity ratio menghubungkan nilai semua keluaran dengan nilai semua masukan. Partial productivity ratio menghubungkan nilai semua keluaran dengan nilai kategori utama masukan. Kebanyakan ukuran produktivitas yang dipakai ekonom dan eksekutif bisnis

adalah labor productivity index karena tenaga kerja merupakan komponen biaya terbesar.33

Produktivitas menunjukkan hubungan antara keluaran yang ditimbulkan oleh sistem produksi atau jasa dan masukan yang disediakan untuk menciptakan keluaran tersebut. Produktivitas juga dapat dilihat dari hubungan antara hasil dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Ukuran produktivitas parsial diperoleh dengan membagi keluaran total organisasi dengan masukan tunggal.34

Produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Produktivitas fisik diukur dengan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, sedangkan produktivitas nilai diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, prilaku, disiplin, motivasi dan komitmen terhadap pekerjaan. Oleh karena itu, mengukur produktivitas tidaklah mudah, disamping banyaknya variabel yang harus diukur, juga alat ukur yang digunakan sangat bervariasi.

Dimensi waktu dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengetahui tingkat produktivitas, hal ini disebabkan dimensi waktu merupakan faktor yang berada di luar pengendalian manusia, sehingga objektifitasnya sangat

33 Prof. Dr. Wibowo, S.E.,M.Phil , Ibid, hal. 112 34 Prof. Dr. Wibowo, S.E.,M.Phil , Ibid, hal 113

baik.35 Menurut Sutrisno untuk mengukur produktivitas kerja maka diperlukan suatu indikator sebagai berikut36:

a. Kemampuan, memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Kemampuan seorang karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja.

b. Meningkatkan hasil yang dicapai, selalu berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan sesuatu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. c. Semangat kerja, merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. d. Pengembangan diri, senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan

kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang dihadapi.

e. Mutu, merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang pegawai.

f. Efisiensi, perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber yang digunakan.

Seperti yang dijelaskan diatas, maka Dalam penelitian ini digunakan indikator kemampuan, meningkatkan hasil yang dicapai, semangat kerja,

35 Dr. Darsono P, SE, SF, MA, MM dan Tjatjuk Siswandoko, SE, MM, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2011) hal. 168

36 Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 104

pengembangan diri, mutu dan efisiensi untuk mengukur produktivitas sumber daya manusia.

4. Peningkatan Produktivitas

Cara yang lazim digunakan untuk meningkatkan produktivitas adalah37: a. Manajemen harus mampu membuat program kerja yang sesuai dengan

kemampuan sumber daya manusia yang dimilikinya dan yang sesuai dengan perubahan kondisi eksternal dan internal sehingga outputnya dapat dinikmati pelanggan serta manajemen bergaya demokratis.

b. Sumber daya manusia harus dimotivasi agar mampu bekerja efektif dan efisien.

c. Metode kerja harus cocok dengan kondisi peralatan dan sumber daya manusia yang tersedia.

d. Peralatan kerja harus cocok dengan jenis dan kualitas barang atau jasa yang diproduksi.

e. Material atau sasaran kerja yang diolah harus cocok dengan jenis dan kualitas barang atau jasa yang diproduksi.

f. Lingkungan kerja harus kondusif.

g. Teknik pengukuran prestasi kerja yang harus tepat. h. Modal kerja harus cukup untuk melaksanakan kegiatan.

Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk38, yaitu: a. Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang

sama.

b. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.

c. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.

40

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kantor pusat PT. Asuransi Takaful Keluarga yang beralamat di Jl. Mampang Prapatan Raya No. 100 Jakarta, 12790 Indonesia.

B. Sejarah Berdirinya PT. Asuransi Takaful Keluarga

Berawal dari sebuah kepedulian yang tulus, beberapa pihak bersepakat untuk membangun perekonomian syariah di Indonesia. Simpul awal ekonomi syariah tersebut ditandai dengan berdirinya bank syariah pertama di Indonesia. Selanjutnya, simpul tersebut makin kuat dengan terbentuknya Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) pada 16 tahun silam. Atas prakarsa Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, bersama Bank Muamalat Indonesia Tbk., PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, dan beberapa pengusaha Muslim Indonesia, serta bantuan teknis dari Syarikat Takaful Malaysia, Bhd. (STMB), TEPATI mendirikan PT Syarikat Takaful Indonesia (Takaful Indonesia) pada 24 Februari 1994, sebagai pendiri asuransi syariah pertama di Indonesia.

Selanjutnya, pada 5 Mei 1994 Takaful Indonesia mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga (Takaful Keluarga) yang bergerak di bidang asuransi jiwa

syariah dan PT Asuransi Takaful Umum (Takaful Umum) yang bergerak di bidang asuransi umum syariah. Takaful Keluarga kemudian diresmikan oleh Menteri Keuangan saat itu, Mar’ie Muhammad dan mulai beroperasi sejak 25 Agustus 1994. Sedangkan Takaful Umum diresmikan oleh Menristek/Ketua BPPT Prof. Dr. B.J. Habibie selaku ketua sekaligus pendiri ICMI dan mulai beroperasi pada 2 Juni 1995. Sejak saat itu, Takaful Keluarga dan Takaful Umum berkembang menjadi salah satu perusahaan asuransi syariah terkemuka di Indonesia.

Dalam perkembangannya, pada tahun 1997, STMB menjadi salah satu pemegang saham melalui penempatan modalnya dan mencapai nilai yang signifikan pada tahun 2004. Komitmen STMB untuk terus memperbesar Takaful Indonesia juga dibuktikan dengan setoran modal langsung di PT Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2009. Selanjutnya, pada tahun 2000 Permodalan Nasional Madani (PNM) turut memperkuat struktur modal Perusahaan, kemudian diikuti oleh Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 2004. Komitmen PT Asuransi Takaful Keluarga untuk terus meningkatkan kualitas sekaligus menjaga konsistensi layanan kepada masyarakat ditunjukkan dengan diperolehnya sertifikasi ISO 9001:2008, sebagai standar internasional terbaru untuk sistem manajemen mutu dari Det Norske Veritas (DNV), Norwegia.

Kemajuan Asuransi Takaful Keluarga pada bidang asuransi syariah terbukti dengan diperolehnya penghargaan dari berbagai pihak, di antaranya dari Majalah Media Asuransi, Infobank, Investor, dan lain-lain. Terakhir, dalam acara

Islamic Finance Award 2010 yang diadakan oleh Karim Business Consulting, Asuransi Takaful Keluarga memperoleh predikat 3rd Rank The Best Islamic Life Insurance.

Kini, seiring dengan perkembangan bisnis syariah yang semakin maju, Asuransi Takaful Keluarga berkomitmen untuk terus memberikan layanan terbaik bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga mampu berperan dalam menguatkan simpul-simpul pembangunan ekonomi syariah, demi masa depan Indonesia yang gemilang.

C. Visi Dan Misi 1. Visi

Menjadi Role Model Bisnis Syariah di Indonesia dengan Profesional, Amanah dan Memberikan Manfaat bagi Masyarakat.

2. Misi

a. Menjadikan Asuransi Takaful Keluarga sebagai perusahaan asuransi jiwa terbaik di indonesia.

b. Menjadikan Sumber Daya Manusia sebagai salah satu aset bagi pertumbuhan perusahaan.

D. Budaya Kerja

Sumber daya insani PT Asuransi Takaful Keluarga selalu memegang prinsip dan komitmen syariah didalam menjalankan bisnis bukan hanya memiliki kompetensi yang terbaik namun juga harus memiliki attitude syariah yang terealisasi dalam menjalankan amalan muamalah sehari-hari baik vertikal maupun horizontal dalam ibadah wajib ataupun sunah.

E. Struktur Organisasi

1. Dewan Pengawas Syariah:

a. Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, Msi (Ketua) b. KH. Muhyiddin Junaidi (Anggota)

2. Dewan Komisaris:

a. Dato' Mohamed Hassan Md Kamil (Komisaris Utama) b. Rianto Ahmadi (Komisaris Independen)

c. Muhammad Harris, SE (Komisaris) d. Mahadzir Azizan (Komisaris) 3. Dewan Direksi:

a. Ronny A Iskandar (Direktur Utama) b. Rina Elvirona (Direktur Operasional)

F. Metodologi Penelitian

Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah

suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuan yakni usaha dimana dilakukan dengan menggunakan metode-metode tertentu.1

Adapun metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dokumen terkait