• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salman ITB Kerjasama dengan Lembaga Studi Islam Bandung, 1401 H – 1981 M), h

C. KHI sebagai Produk Hukum Nasional

1. Materi hukum

Materi yang disuguhkan harus memenuhi tiga aspek, yakni aspek kognitif (pikiran), aspek apektif (perasaan), dan aspek konotif (kecenderungan). Jadi materi-materi hukum dalam Kompilasi Hukum Islam harus memenuhi ketiga unsur tersebut dalam menerapkan ke dalam masyarakat.

Kompilasi Hukum Islam harus disuguhkan secara menarik sehingga bisa membawa masyarakat mematuhi hukum, dan sanksi moral (akhirat) perlu ditonjolkan. Materi hukum dalam Kompilasi Hukum Islam meliputi 3 (tiga) aspek hukum, yakni hukum perkawinan, hukum kewarisan, dan hukum perwakafan.

Kalau diteliti secara mendalam, maka materi hukum yang terkandung dalam hukum perkawinan tersebut meliputi berbagai proses dalam perkawinan. Menurut Kompilasi Hukum Islam, perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yakni akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan ibadah.33 Pengertian tersebut mempunyai makna paling tidak tiga hal, yaitu perjanjian antara pihak ijab dan pihak

peng-qabul atau pihak istri dan pihak suami. Makna lainnya merupakan

perintah Allah dan sekaligus diyakini sebagai perbuatan ibadah. Materi perkawinan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, baik sebelum maupun sesudah melangsungkan akad nikah yaitu peminangan, wali hakim, akad nikah, mahar, taklik talak, harta kekayaan, pemeliharaan anak, perwalian, khuluk, dan mut‟ah. Materi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan hukum

33Republik Indonesia, Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum

perkawinan yang dianut dalam Kompilasi Hukum Islam. Berikut ini penulis menguraikan dalam rangkaian hukum perkawinan.34

Tahap yang pertama dilakukan adalah peminangan yang merupakan upaya melakukan perjodohan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Peminangan ini biasanya dilakukan atau diberi kepercayaan kepada orang-orang yang dituakan dan mempunyai pengalaman.

Wali hakim ialah wali nikah yang ditunjuk oleh Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk olehnya, yang diberi hak dan kewenangan untuk bertindak sebagai wali nikah. Dalam praktik masyarakat, wali hakim ini biasanya dilaksanakan oleh PPN (pegawai pencatat nikah) atau Kepala Kantor Urusan Agama (KUA). Tatapi yang lebih umum dilaksanakan adalah Imam Desa atau Imam Kelurahan. Namun sekarang hal ini dilaksanakan oleh pejabat yang bernama penghulu.

Akad nikah ialah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali, dan kabul diucapkan oleh mempelai laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi. Yang menjadi masalah adalah jika ijab-kabul tidak dilaksanakan dalam satu majelis, dan atau mempelai laki-laki diwakili untuk menerima kabul. Hal ini dapat dilakukan/dilangsungkan pernikahan, karena sekarang dapat ditunjang oleh alat teknologi yang semakin canggih. Suatu hal yang tak dapat dipungkiri, bahwa hal tersebut terjadi dalam kehidupan masyarakat muslim, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Mahar adalah pemberian dari seorang calon mempelai laki-laki kepada seorang calon mempelai perempuan, baik berbentuk uang, barang atau lainnya yang tidak bertentangan dengan syari‟at Islam. Bentuk mahar ini biasanya telah disepakati oleh kedua belah pihak untuk dijadikan sebagai mahar atau maskawin. Mahar ini sangat bervariasi, tergantung kebiasaan dalam masyarakat di mana pihak perempuan untuk dapat menerimanya.

Taklik talak ialah perjanjian yang diucapkan oleh mempelai laki-laki setelah terjadinya ijab-kabul yang merupakan janji talak

kepada istri jika terjadi pada masa yang akan datang. Perjanjian tersebut biasanya dibacakan di hadapan orang banyak untuk didengarkan, sehingga hal tersebut marupakan bagian dari ikrar bagi seorang suami untuk menggauli istrinya dengan baik berdasarkan syari‟at Islam.

Harta kekayaan dalam perkawinan yang biasa disebut dengan

syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendirian maupun bersama

antara suami dan istri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung, selanjutnya disebut harta bersama. Harta bersama ini biasa disebut dengan harta gonogini. Hal ini tanpa dipersoalkan terdaftar atas nama siapa pun. Harta gonogini tersebut tidak diatur dalam fikih mawaris, oleh karenanya merupakan hasil ijtihad dari ulama atau tim penyusun Kompilasi Hukum Islam tersebut.

Pemeliharaan anak atau biasa disebut dengan haḍanah adalah kegiatan mengasuh, memelihara, merawat, dan mendidik anak sampai dewasa dan atau anak tersebut telah mampu untuk hidup mandiri. Dengan demikian kewajiban orang tua telah lepas jika anak tersebut telah dewasa (untuk laki-laki sampai selesai pendidikan/putus sekolah tapi sudah dewasa/kawin, dan untuk anak perempuan hingga ia sudah kawin.

Perwalian ialah kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan dan bertindak sesuatu perbuatan hukum, sebagai wakil untuk kepentingan dan atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang tua, dan atau orang tua anak tersebut tidak mampu dan atau tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Perwalian ini sangat penting, karena begitu banyak anak yang terlantar yang tidak mendapatkan pengasuhan secara wajar, sehingga anak tersebut tidak memenuhi kebutuhan hidup sebagaimana mestinya. Kalau unsur ini diabaikan, berarti masyarakat atau orang yang mestinya berkewajiban untuk memelihara dan mendidik anak tersebut, berarti ia juga mengabaikan hukum Islam. Mengabaikan hukum Islam berarti melecehkan syari‟at Islam, dan melecehkan syari‟at Islam berarti berpaling dari Allah dan rasul-Nya.

Khuluk ialah perceraian yang terjadi atas permintaan istri dengan memberikan tebusan atau ‘iwaḍ kepada suaminya serta

disetujui oleh suami. Perceraian semacam ini dalam pengadilan disebut cerai gugat. Sebaliknya, mut‟ah adalah pemberian bekas suami kepada istri yang dijatuhi talak berupa benda, uang, dan atau lainnya. Oleh karena itu, jika suami yang mengajukan gugatan ke pengadilan disebut cerai talak. Uraian-uraian tersebut merupakan ketentuan umum dalam materi hukum perkawinan.35