• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

7. Materi Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Materi merupakan bagian dari kurikulum yang digunakan untuk mencampai tujuan pendidikan Agama Islam, kerena di dalamnya terkandung nilai-nilai yang dianggap perlu untuk dimiliki oleh anak didik. Materi ini hums dikuasai oleh pendidik, sebab kalau tidak akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar mengajar.17 18

Pada hakikatnya kitab suci Al-Qur’an menjadi bahan-bahan pokok pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan Islam, formal maupun non formal, oleh kerena materi pendidikan Islam yang bersumber dari Al- Quran hams dipahami, dihayati, diyakini, dan di amalkan dalam

1 fi

kehidupan umat Islam.

Zuhairini dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Usaha Nasional,

1983.hlm.45 17 Ibid.

Quran harus dipaham i, dihayati, diyakini, dan di am alkan dalam

kehidupan umat Islam.18

Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok Islam meliputi: a. ‘Aqidah

Adalah bersifat i’tiqad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah. Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. b. Syari’ah

Adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.

c. Akhlak

Adalah suatu amalan yang bersifat penyempurna bagi dua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk Rukun Imam, Rukun Islam, dan Akhlak; dan dari ketiganya melahirkan beberapa keilmuan Agama, yaitu : Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh

dan Ilmu Akhlak. Kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar 18

hukum Islam yaitu Al Q ur’an dan Al Hadits, serta ditambah lagi

dengan sejarah Islam (Tarikh).19

BAB III GAMBARAN UMUM

M A 'H A D A L -D I R A S A H A L -I S L A M I Y A H

PROPINSI PATTANI, THAILAND SELATAN TAHUN 2006/2007

1. Sejarah dan Perkembangan

Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah didirikan pada tahun 2513 B/1970 M didirikan oleh Tuan guru H. Ibrahim Waebuesa bersama anggotanya, sekarang di serah kuasakan kepada anaknya Muhammad Arafah Waebuesa menjadi pengurus, diikuti dengan Ustad Awie Cikmad sebagai guru besar, dan Ustad Abdullah Waebuesa selaku penasihat.

Pada tahun 2515 B/1970 M M a ’had telah mendapatkan pengesahan dari Kementerian Pendidikan untuk mengajar peringkat kurikulum bagian agama dari kelas 1-4. Pada tahun 2520 B /1977 M

M a ’had telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Pendidikan untuk

mengajar peringkat kurikulum bagian pertama Matyum Thon 1-3 (SMP) dan bagian agama dari kelas 5-7. Pada tahun 2529 B/1986 M mulai mengajar peringkat kurikulum bagian akhir M atyum P lai 4-6 (SMA) dan bagian agama dari kelas 8-10.

Pada tahun 2537 B/1994 M pihak M a ’had membuat perubahan sistem pendidikan yaitu sistem lama tahun 2528 B/1985 M menjadi sistem tahun 2537 B/1994 M. Pada tahun 2539 B/1996 M M a ’had telah mendapatkan pengesahan dari kementerian Pendidikan untuk merubah

status M a'had dari yang sebelumnya belum diakui oleh pemerintah menjadi status diakui serta perubahan sistem pengajaran. Kurikulum pendidikan bagian pertama M atyom Thon Ton 1-3 (SMP) tahun 2521 B/1978 B menjadi kurikulum pendidikan Agama Islam bagian pertama dibawah Kementerian Pendidikan, menggabung dengan kurikulum pengajian bagian pertama tahun 2521 B/1978 M (perubahan baru tahun 2533 B/1990 M) dan kurikulum pengajian bagian akhir tahun 2523 B/1980 M menjadi kurikulum pengajian Agama Islam di bawah Kementerian Pendidikan digabungkan dengan kurikulum bagian akhir M atyom Thon Plai 4-6 (SMA) tahun 2523 B/1980 M (perubahan baru tahun 2533 B/1990 M) serta mendapatkan pengesahan dari kementerian Pendidikan untuk merubah sistem pendidikan dari sistem tahun 2528 B/1985 M

menjadi sistem 2538 B/1995 M .1

Selama kurun waktu yang panjang, M a’had al-Dirasah al- Islamiyah 2513 B/1970 M telah berkembang begitu maju dari aspek kurikulum yang telah dibuat secara otonom. Ternyata, begitu sekolah tersebut berkembang pihak pemerintah telah menyetujui atas berdirinya

M a ’had tersebut mulai dari statusnya terdaftar hingga telah diakui secara resmi oleh pemerintah. Pada awal berdiri M a ’had sistem kurikulum masih bersifat tradisional yang kemudian sekarang ini sudah berubah menjadi tradisional semi-modem. Perkembangan M a ’had ini, panjang sekali peijalanannya menuju yang lebih baik dari pada awal berdirinya M a ’had

Dokumentasi Buku Pengenalan Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah

tersebut. Oleh karena itu pihak M a ’had tentu berupaya sekuat mungkin agar Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah diakui oleh masyarakat, pemerintah maupun negara.

Perubahan-perubahan yang dialami oleh M a ’had tersebut acapkali adanya intervensi pemerintah dalam mengusung sektor kurikulum. Mungkin saja pemerintah memiliki hak otoritas dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Juga, ketika M a ’had tersebut telah diakui oleh pemerintah status dari M a ’had tersebut juga berubah. Penyebab hal ini semuanya adalah adanya sistem pendidikan yang masih dikotomis. Sehingga pendidikan agama ‘isla m dipisah dengan pendidikan umum”. Sebagaimana mestinya M a’had al-Dirasah al-Islamiyah sistem kurikulum pendidikan masih menggunakan Islam tidak ada intervensi oleh pemerintah negara. Tetapi pada faktanya ketika M a ’had ini telah maju maka pihak pemerintah ikut ambil dalam penetapan kurikulum.

Inilah kemudian M a’had al-Dirasah al-Islamiyah sudah terbumbuhi dengan ditambahnya penerapan sistem kurikulum bersifat umum (sekuler). Sehingga M a ’had tersebut memiliki dua sistem sekaligus. Sebenarnya, kalau kita tarik dari kacamata Islam, bahwa pendidikan haruslah integral tidak dikotomis (agama dan umum). Pada zaman keemasan Islam yaitu ketika masih tegaknya Daulah khilafah Islamiyah seluruh pendidikan diatur oleh negara baik berupa pembiayaan,sistem kurikulum dan sebagainya diatur dengan benar, dan tidak kenal adanya pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum sehingga saling bersatu. Kalau kita melihat

keadaan sekarang ini memang pendidikan mengikuti sebuah sistem negara yang ditetapkan saat ini yaitu Sekulerisme. Sekulerisme inilah yang kemudian menjadi dalang besar dalam mengurusi rakyat baik yang berkaitan dengan politik, ekonomi, budaya, hukum, sosial, pendidikan, tanpa terkecuali seluruh lini kehidupan telah mengangkangi sistem Sekuleristik dan sebagainya. Oleh karena itu, sistem Sekulerisme tidak memihak “agama dijadikan sebagai mengatur seluruh kehidupan”. Dan sistem Sekulerisme ini tidak terlepas pada sejarah eropa pada abad 19 yang mana pihak gereja menjadi otoritas negara dalam mengatur masyarakat yang bersifat intimidasi terhadap rakyat yang anti rasional, anti sain dan teknologi kemudian agama dijadikan otoritas dalam penindasan rakyat pada waktu itu. Pada faktanya, Sekulerisme disini adalah pemisahan agama dari kehidupan dunia (negara). Tentu kembali lagi terhadap perubahan kurikulum M a’had al-Dirasah al-Islamiyah dengan kesimpulan telah terkenanya tekanan pemerintah untuk mengganti kurikulum yang telah ada sesuai dengan cita-cita mereka.

Dokumen terkait