• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH AL-ISLAMIYAH PROPINSI PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006 2007 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH AL-ISLAMIYAH PROPINSI PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006 2007 SKRIPSI"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH

AL-ISLAMIYAH PROPINSI PATTANI

THAILAND SELATAN

TAHUN 2006 / 2007

SKRIPSI

D ia j u k a n u n tu k M e m e n u h i T u g a s d a n M e l e n g k a p i S y a r a t G u n a M e m p e r o l e h G e la r S a r ja n a P e n d id ik a n I s la m ( S .P d .I )

D a l a m I lm u T a r b iy a h

NIM : 1*1 02 063

JURUSAN TARBIYAH

(2)

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA JURUSAN TARBIYAH

j (.Tentara pelajar No.02 Telp.(0298) 323706,323433 fax.(0298 »323433 salat iga 50721 W ebsite: www.stain.co.id E -m ail: administrasi@stainsaiatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi saudara: MR.MUHATROM WING dengan nomor induk mahasiswa: 11102063 yang berjudul: “PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH AL-ISLAMIYAH PROPINSI

PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006/2007” telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari selasa tanggal 02 Oktober 2007 M. yang bertepatan dengan tanggal 20 Ramadhan 1428 H. dan telah diterima sebagai sebagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelaran sarjana dalam ilmu Tarbiyah.

02 Oktober 2007 M Salatiga

20 Ramadhan 1428 H

PANITIA

fmad Maim u n M. Ag.

(3)

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA JURUSAN TARBIYAH

jl.T entara pelajar No.02 Telp.(0298) 323706,323433 fax.(0298)323433 salatiga 50721 W ebsite : www.stain.co.id E -m a il: adm inistrasi@ stainsalatiga.ac.id

Achmad Maimun M.Ag

Dosen STAIN Salatiga

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga

Salatiga 3 Agustus 2007

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Mr. Muhatrom Wing Nim : 111 02 063

Judul skripsi : PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI M A’HAD AL-DIRASAH AL-ISL AMI Y AH PROPINSI PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006/2007

Untuk itu kami mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqosahkan

(4)

MOTTO

U U

j

A

a j

U

j

fk ll j a j t o ^ia

J j ^ - a 4

/ ^

^ > J*

Se6enamya, fll-Q u r’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada

orang-orang yang di6eri iCmu dan tida^ada yang mengingkari

ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang zalim

(QS Al Ankabuut :49)‘

(5)

< P E < R S T .M ® M { W

Skripsi in i penulis persem6ahkgn kepada:

V

J4yaf (K . S a th o p h a ) dan I6u (K j. T a tim o h ) yang tercinta yang seCaCu

menjadi dorongan pertam a 6agi ku agar ku 6isa menyelesaikan tugas kuRah in i

V

JAdikzodk&u (S u fia, S o f i d a n S o fa ) yang tersayang. M ereda adalah

semangat Sagi ku untufjaku menjalan kegiatan 6eCajar.

V

Teman-teman seperjuanganku (keluarga 6esar M ahasisw a Islam (Patani di

Indonesia) yang selalu mem6erikgn m otivasi dan dorongan yang 6aik,6agi ku.

V

Teman-teman A ngkatan 2002 khususnya Tar6iyah.

Tidak^ada kgta lain yang aku 6isa mem6eri dalam saat in i hanya

“<XJ(B'VjWT!EqUMJL ly L S M V J L V A M E O gK JL SE M V JL*

(6)

KATA PENGANTAR

. V _ - * >4

A$jil jjja l£ il o jS jlJ AiS jJAl) ^jlc. o jg ia J J a J ^ P j t 5 - ^ J A lj^ij (J^ jl ^ aII <&Aa^J1

j Aa2»-oU JLbai ^gic. c^ljljj ^Iujj (Jj-a ^ ill Ajjxajj eAjfrlAAa-a (jl A^-ujI j <dllV' 4-1'V

{J

• Aj uLgI cj j j j L A S k l 4_ia_x-<a J A li

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, dengan rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyusunkan Skripsi ini sebagaimana semestinya.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada bapak revolusioner Nabi

Muhammad SAW. yang telah berubah alam jahiliyah menuju alam terang

menerang, tidak lupa salam muhibbah kami sampaikan kepada para shahabat dan

pengikutnya yang telah setia hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan, Untuk itu penulis dengan sadar keterbatasan bagi diri penulis sendiri,

maka dengan rendah hati mengucap banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga

2. Bapak fatchurrohman, M.Pd selaku ketua Progdi PAI yang telah

memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini

3. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah

(7)

4. Segenap staf dan dosen STAIN Salatiga yang selama ini telah memberikan

ilmu dan pelayanan kepada penulis.

5. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dorongan guna

menyelesaikan tugas studi di STAIN Salatiga, serta semua yang

diberikan.

6. Tuan guru H. Muhammad Arafah Waebuesa selaku Kepala M a’had al-

Dirasah al-Islamiyah yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.

7. Teman-teman seperjuangan, terutama keluarga besar Persatuan Mahasiswa

Islam Pattani Selatan Thailand di Indonesia (PMIPTI) Salatiga, yang telah

mengambil perhatian secara langsung dan tidak langsung sehingga

penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

8. Semua pihak yang terkait yang ikut membantu, baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat

ganda dari Allah SWT, untuk itu penulis dengan rendah hati memohon kritik dan

saran demi membangun, membina dan kesempurnaan skripsi ini.

Kendatipun penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis

sendiri juga pembaca pada umumnya, serta membawa hasil yang positif. Amin

Yarabbal a’lamin.

Salatiga, 1 Agustus 2007

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN MOTO »*

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

HALAMAN KATA PENGANTAR v

HALAMAN DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah 1

B. Rumusan masalah 4

C. Tujuan penelitian 5

D. Kegunaan penelitian 5

E. Definisi operasional 5

F. Metode Penelitian 7

G. Sistematika Skripsi 12

BAB H LAND ASAN TEORI

A. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum... 15

2. Konsep Kurikulum... 16

3. Komponen-komponen Kurikulum... 21

(9)

5. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum... 29

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum... 32

B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian... 33

2. Landasan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 34

3. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 37

4. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 40

5. Bentuk Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 41

6. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 43

7. Materi Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 44

BAB n i Gambaran Umum Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah Propinsi Pattani Thailand Selatan Tahun 2006/2007 1. Sejarah dan Perkembangan... 45

2. Tujuan Berdirinya Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah... 48

3. Letak Geografis... 51

4. Struktur Organisasi... 51

5. Keadaan Guru dan Sisw a... 54

6. Sarana dan Prasarana... 59 7. Pelaksanaan kurikulum pendidikan agama

(10)

sebagai lembaga pendidikan’T e n c e ra h a n ” 62

BAB IV PENYAJIAN DATA

1. Bentuk Kurikulum P A I ... 70

2. Pelaksanaan Kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah

al-Islam iyah... 78

3. Hasil dalam Pelaksanaan Kurikulum P A I ... 83

4. Faktor Pendukung dan Pengham bat... 92

BAB V PENUTUP

A. K esim pulan... 95

B. Saran-saran... 97

C. Kata P en u tu p ... 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel I : Struktur O rganisasi... 52

Tabel II : Jumlah Guru Tetap Pendidikan Agama Isla m ... 54

Tabel III : Jumlah Guru Tidak Tetap Pendidikan Agama Is la m ... 54

Tabel IV : Jumlah Guru Tetap Pendidikan U m u m ... 55

Tabel V : Jumlah Guru Tidak Tetap Pendidikan U m u m ... 55

Tabel VI : Jumlah Ruang Belajar dan Siswa Pendidikan Agam a... 57

Tabel VII : Jumlah Ruang Belajar dan Siswa Pendidikan Umum ... 58

Tabel VIII : Struktur Kurikulum Pendidikan Agama Islam Tingkat Ibtidaiyah... 68

Tabel IX : Struktur Kurikulum Pendidikan Agama Islam Tingkat M utaw assithoh... 69

Tabel X : Struktur Kurikulum Pendidikan Agama Islam Tingkat Tsanaw iyyah... 70

Tabel XI : Tentang Siswa tahu Pengertian Tentang Aqidah Islam ... 77

Tabel XII : Tentang Siswa Mengerti Dasar dan Tujuan Aqidah Islam 77 Tabel XIII : Tentang Siswa Dapat Menjelaskan Pengertian Rukun Iman 78 Tabel XIV : Tentang Siswa Dapat Menjelaskan Pengertian Iman dan Isla m ... 78

Tabel XV : Tentang Siswa Mengetahui Rukun Islam Secara Lengkap 79

(12)

Tabel XVII : Tentang Guru Mulai Mengajar dengan B asm alah... 80

Tabel XVIII : Tentang Guru Bercerita tentang Akhlak N a b i... 81

Tabel XIX : Tentang Kepribadian Guru PAI Patut di C o n to h ... 81

Tabel XX : Tentang Siswa Senang Belajar Pendidikan Agama Islam 82

Tabel XXI : Tentang Setiap hari Jum ’at Siswa di Wajib Sholat

Berjamaah di M asjid ... 82

Tabel XXII : Tentang Siswa Mengerjakan Sholat Tepat W a k tu ... 83

Tabel XXIII : Tentang Sikap Siswa Ketika Melihat Makanan yang

Diharamkan A g a m a ... 84

Tabel XXIV : Tentang Sikap Siswa Ketika Ada Teman Yang S a k it.... 84

Tabel XXV : Tentang Sikap Siswa Ketika Ada Teman Yang Sangat

(13)

B A B I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi manusia. Melalui

pendidikan manusia dapat belajar menghadapi segala problematika yang ada

di alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. Pendidikan dalam

kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Ia dapat

membentuk kepribadian seseorang dan pendidikan diakui sebagai kekuatan

yang dapat meningkatkan prestasi dan produktifitas seseorang. Dengan

bantuan pendidikan, seseorang memahami dan menginterpretasikan

lingkungan yang dihadapi, sehingga ia mampu menciptakan karya yang

gemilang dalam hidupnya atau dengan kata lain manusia dapat mencipta suatu

peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi dengan bantuan pendidikan.

Karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan pada

kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrin Islam .1

Kurikulum merupakan salah satu aspek pendidikan yang mempunyai

peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu membantu anak

didik mengembangkan kepribadiannya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum

juga merupakan salah satu aspek yang mempegaruhi anak didik di sekolah. *

M. Ali Hasan & Mukti Ali. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,

(14)

Dalam kaitan dengan strategi integrasi nasional secara keseluruhan,

yang dirancangkan oleh Marsekal Sarit Thanarat, pemerintah pusat

merancangkan program perbaikan pendidikan pondok pada tahun 1961,

dengan tujuan untuk mengubah lembaga tersebut menjadi pelopor perubahan

dan modernisasi. Kementerian Pendidikan diberi tugas untuk mendaftarkan

semua pondok yang ada guna menentukan pondok mana yang “memenuhi

persyaratan untuk mencapai bantuan pemerintah” sebelum inisiatif tahun 1961

itu, Kementerian Pendidikan tidak mempunyai wewenang yang tegas

berdasarkan hukum untuk mengatur pondok. Selama itu pondok dianggap

sebagai “lembaga keagamaan” dari pada “lembaga pendidikan”.

Keempat propinsi yang berbatasan juga dikelompokkan bersama

menjadi satu unit administratif dengan nama Wilayah Pendidikan II. Sebuah

pusat penelitian dan koordinasi khusus didirikan di Yala dengan tugus

tunggal: memasukkan kurikulum sekuler Thai ke dalam struktur pendidikan

tradisional. Pandangan pemerintah ketika itu adalah, dari pada membangun

sekolah-sekolah baru yang akan menelan biaya yang sangat besar dan dapat

dipastikan akan ditentang keras oleh komunitas Melayu-Muslim akan lebih

baik untuk menyesuaikan lembaga-lembaga yang sudah ada, dan secara

berangsur-angsur mendorongnya agar menerima perubahan-perubahan yang

diperlukan. Jika lembaga- lembaga itu harus diberikan status baru. Oleh

karena pendidikan dasar dan menengah di Negara Thai diselenggarakan oleh

i

pemerintah dan swasta, maka pondok tidak dapat dimasuk an ke dalam salah

(15)

memberi pelajaran agama; karena itu pemerintah berusaha membujuk pondok-

pondok, dengan menawarkan bantuan keuangan, untuk menerima perubahan.

Lalu ditetapkanlah suatu kategori khusus: Sekolah Swasta untuk Pendidikan

Islam (rongrian rasdr son sasna Islam). Ini merupakan suatu inovasi yang

memungkinkan pondok tetap “swasta”, tetapi dalam pada itu harus tunduk

kepada peraturan-peraturan pemerintah jika ingin mendapat dukungan

pemerintah.

Status baru sebagai “sekolah swasta” mengharuskan pondok, yang

secara tradisional berstruktur longgar, untuk menyesuaikan diri kepada

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan formal bagi lembaga pendidikan

moderen. Kelas-kelas harus disesuaikan dengan tingkat-tingkat prestasi

intelektual yang terukur melalui ujian-ujian yang teratur. Mata pelajaran-mata

pelajaran harus direncanakan dan kemajuan murid harus dipantau dengan

seksama.2

M a ’had al-D irasah al-lslam iyah merupakan sebuah lembaga

pendidikan Islam swasta, di sini telah diajarkan dua bagian pendidikan, yaitu

pendidikan agama Islam dan pendidikan umum, sehingga siswa dapat meraih

ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum, dan juga memperoleh

dua ijazah, yaitu ijazah pendidikan agama Islam, dan ijazah pendidikan umum.

Pada bagian agama mempunyai kelas Ibtidaiyah, Mutawassithoh, dan

Tsanawiyyah (Aliyah). Adapun bagian pendidikan umum mempunyai kelas

1-2 Surin Pitsuwan. Islam di Muang Thai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani. Jakarta : LP3ES,

(16)

3 SMP (sokolah lanjutan pertama) yaitu M .l s/d M. 3, dan kelas 1-3 SMA

(sekolah lanjutan atas) yaitu M.4 s/d M.6 sesuai dengan kurikulum yang di

tawarkan pemerintah.

Namun demikian masih banyak lembaga pendidikan di Thailand

khususnya lembaga pendidikan swasta yang belum mengimplementasikan

kurikulum secara optimal, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam undang-

undang tentang pendidikan. Ini merupakan suatu kelemahan yang perlu dicari

penyebabnya.

Berangkat dari latar belakang masalah inilah, peneliti merasa tertarik

untuk meneliti secara mendalam tentang Pelaksanaan Kurikulum PAI di

M a’had al-Dirasah al-Islamiyah Propinsi Pattani Thailand Selatan

Tahun 2006/2007.

B. RUMUSAN MASALAH

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, dapat penulis

rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk kurikulum PAI di Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah..

2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al-Islamiyah

3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan kurikulum PAI di Ma’had al-

Dirasah al-Islamiyah

4. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kurikulum PAI di

(17)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian atau penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al-

Islamiyah

2. Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al-

Islamiyah

3. Untuk pengetahui hasil yang dicapai oleh M a’had al-Dirasah al-Islamiyah

4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

kurikulum PAI.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan penelitian adalah :

1. Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi

Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah dalam upaya penyempurnaan pelaksanaan

kurikulum PAI.

2. Kegunaan secara teoritis, sebagai bahan sumbangsih bagi pengembangan

kurikulum lembaga pendidikan Islam.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalahpahaman serta untuk memperoleh kejelasan

tentang judul di atas, perlu kiranya penulis memberikan beberapa penegasan

(18)

1. Kurikulum

Definisi tentang kurikulum adalah sebagai suatu rencana yang

disusun secara sistematis dan metodologis untuk melancarkan proses

belajar-mngajar di bawah bimbingan serta tanggungjawab sekolah atau

lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya/

Memilih melakukan pembahasan tahun 2006/2007 dimaksudkan

untuk mengetahui perkembangan kondisi dari kurukulum PAI tersebut.

2. PAI (Pendidikan Agama Islam)

Pendidikan Islam ialah suatu aktivitas/usaha pendidikan terhadap

anak didik menuju ke arah terbentuknya kepribadian muslim yang

muttaqien.* 4

Adapun pendapat lain, menurut Drs. H. Zuhairini “Pendidikan

Agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam

membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran

Islam”5

3. M a’had al-Dirasah al-Islamiyah

Sekolah Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah adalah sebuah lembaga

pendidikan agama Islam formal yang dikelola oleh swasta, beralamat di

jalan Phetkasim 93/2 M. 1 T. Dhon A. Phanarik Ch. Pattani 94190

Thailand Selatan yang didirikan oleh Tuan Guru H. Ibrahim Waebuesar

bersama anggotanya, pada tahun 2513 B/1970 M.

Nasution. S.. Prof. Dr.. M.A.. Kurikulum dan pengajaran. Bina Aksara. Jakarta. 1989, hlm.5

4 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001,him. 111

(19)

4. Propinsi Pattani Thailand Selatan

Pattani merupakan salah satu propinsi atau wilayah yang

berbatasan dengan Malaysia dan berada di Thailand Selatan yang meliputi

empat propinsi (wilayah), yaitu Wilayah Yala, Narathiwat, Songkhla dan

Pattani sendiri. Mayoritas penduduk menganut agama Islam.

Dari uraian yang telah penulis kemukakan maka proposal skripsi

yang beijudul : “Pelaksanaan Kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah

al-Islamiyah Propinsi Pattani Thailand Selatan 2006/2007” adalah

suatu penelitian atau penyelidikan tentang pelaksanaan kurikulum

pendidikan agama Islam tingkat Tsanawiyah yang berlokasi di M a’had al-

Dirasah al-Islamiyah

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode penelitian mutlak diperlukan karena

merupakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa dan melaporkan data.

Disamping itu metode penelitian diperlukan guna mencapai tujuan dan hasil

yang diinginkan. Berkaitan dengan metode penelitian ini dapat diuraikan hal-

hal sebagai berikut:

1. Subyek Penelitian

Metode ini sering disebut penentuan sumber subyek, atau tempat

diperolehnya data. Adapun pihak yang dijadikan sumber data adalah :

a. Kepala sekolah.

(20)

c. Guru agama.

d. Siswa.

2. Teknik sampling

Karena ada keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka dalam

penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel.

Adapun dalam penulisan ini yang menjadi populasi adalah seluruh

siswa di Sekolah M a’had al-Dirasah al-Islamiyah Namun karena jum lah

keseluruhan siswa 837 orang, maka sebagai sampel penelitian adalah

siswa tingkat Tsanawiyah kelas I, II, III, sebanyak 125 siswa, dengan

rincian, kelas I sebanyak 31 siswa, kelas II sebanyak 67 siswa, dan kelas

III sebanyak 27 siswa. Dari data-data tersebut penulis memperoleh data

pada angkatan 2006/2007 sebagai pedoman. Untuk mendapatkan sampel

yang representatif dari keseluruhan populasi, penulis menggunakan

pedoman seperti yang dikemukakan sebagai berikut:

Untuk sekadar ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari

100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya perupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika jum lah subjeknya besar dapat

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih

Berdasarkan pedoman diatas, maka penulis mengambil sampel

sebesar 20% dari 125 orang siswa, yakni 25 orang siswa, terdiri dari 6

siswa kelas I, 13 siswa kelas II, dan 6 siswa kelas III tingkat Tsanawiyah.

Selanjutnya teknik sampel yang penulis pergunakan adalah teknik

(21)

dengan mempertimbangkan banyaknya subjek dalam setiap strata. Adapun

teknik pengambilan sampel dalam setiap strata adalah secara random

dengan cara undian.

3. Metode Pegumpulan Data

a. Observasi

Metode observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena- fenomena yang

diselidiki.0 Metode ini digunakan untuk mengadakan pengamatan

terhadap subyek penelitian. Peneliti secara langsung akan mengadakan

observasi ke M a ’had al-D irasah al-Islam iyah. Metode observasi ini

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data megenai sarana dan

prasarana, keadaan sekolah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan

penelitian ini. r

b. Wawancara (Interview)

Yang dimaksud dengan metode wawancara atau interview

adalah suatu cara untuk mendapatkan data-data keterangan yang

dilakukan dengan jalan tanya jaw ab secara lisan terhadap data-data

atau fakta-fakta yang perlu untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Metode ini juga dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan

jalan tanya jaw ab yang dikeijakan dengan sistematik dan berlandaskan

tujuan penyelidikan.' 6 7

6 Sutrisno Hadi. Metode Reseach /-//. Yogyakarta : Andi Offset, 1986,hlm.l36

(22)

'yietode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data dari

kepala sekolah, para pendiri, para guru, dan pihak-pihak yang kiranya

dapat memberikan keterangan yang diperlukan yang belum dapat

diperoleh secara observasi. Teknik wawancara yang penulis

pergunakan adalah bebas terpimpin, yaitu sebelum penulis melakukan

wawancara, pokok-pokok persoalan telah penulis persiapkan

sebelumnya. Sedangkan dalam pelaksanaannya penulis tidak terikat

pada daftar pertanyaan yang penulis ajukan, tetapi melihat pada situasi

dan kondisi agar wawancara dapat berjalan dengan lancar,

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui

penyelidikan benda- benda tertulis seperti buku- buku, majalah,

dokumen- dokumen, catatan harian dan sebagainya.0

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang sudah

tertulis dan berwujud dokumentasi yaitu mengenai jum lah guru,

jum lah siswa, struktur organisasi, kurikulum pendidikan agama Islam

dan arsip-arsip lain yang berkaitan dengan penelitian. Adapun

digunakannya metode dokumentasi ini adalah sebagai pelengkap dari

pada metode interview dan metode observasi.

s Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta,

(23)

d. Angket (Questioner)

Yaitu “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang

pribadinya atau hal yang ia ketahui.9 10

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi

siswa di sekolah.

4. Metode Analisis Data

Metode analisa yang digunakan dalam penyusunan proposal skripsi

ini adalah analisa data kualitatif. Alasan penulis menggunakan analisa

tersebut dalam penelitian ini karena mengingat data-data yang diperoleh

berupa keterangan atau uraian-uraian kalimat (data kualitatif) yang tidak

berhubungan dengan angka-angka. Di samping itu metode ini bersifat

umum, menginterpretasikan data yang ada, yang mana dalam pelaksanaan

tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan saja, tetapi meliputi

analisa dan interpretasi tentang arti data itu.

Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa hasil

penelitian ini adalah :

a. Metode induktif

Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-

peristiwa yang konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang

mempunyai sifat um um .'0

9 Suharsimi Arikunto, Op.Cit.,him 124

(24)

Berarti metode induktif ini yaitu pengambilan dari peristiwa atau

fakta yang bersifat khusus, kepada peristiwa atau fakta yang bersifat

umum dari gejala-gejala konkret dari kesimpulan.

b. Metode deduktif

Metode ini merupakan kebalikan dari metode induktif, dengan

prinsip dari metode deduktif ini adalah :

“Apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam

suatu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua

peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis itu”.“

G. Sistematika Skripsi

Untuk memperjelaskan gambaran umum kajian skripsi ini, maka

digunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian

awal, bagian inti dan bagian akhir.

Bagian awal meliputi halaman judul, halaman nota dinas, halaman

pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi dan

daftar tabel. Bagian inti terdiri dari 5 bab yaitu:

BAB I: Membahas tentang pendahuluan, latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil

penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika penulisan. 11

(25)

3A B II:

BAB III:

BAB IV:

BAB V:

Landasan teori, meliouti uraian tentang pengertian

kurikulum, konsep kurikulum, komponen-komponen

kurikulum, prinsip pengembangan kurikulum,

pengembangan kurikulum, faktor-faktor yang

mempengaruhi, pengertian kurikulum pendidikan agama

Islam, landasan kurikulum pendidikan agama Islam, prinsip

pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam, ciri-ciri

kurikulum pendidikan agama Islam, bentuk kurikulum

pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam,

dan materi pendidikan agama Islam.

Gambaran umum M a ’had al-D irasah al-Islam iyah Pada

gambaran umum ini, akan dibahas tentang sejarah

berdirinya, tujuan berdirinya, letak geografis, struktur

organisasi, keadaan guru, siswa dan sarana prasarana.

Penyajian data dan Pembahasan Bentuk Kurikulum PAI di

M a ’had al-D irasah al-Islam iyah, pelaksanaan kurikulum

PAI di Ma ’had al-D irasah al-Islam iyah, hasil yang dicapai

oleh M a ’had al-D irasah al-Islam iyah, dan faktor

pendukung dan penghambat pelaksanaan kurikulum PAI.

Penutup, bab yang terakhir berisi kesimpulan, saran-saran,

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Kurikulum

a. Pengertian kurikulum

a. Pengertian Kurikulum secara Etimologi

Webster’s Third New International Distionery menyebut Curriculum

berasal dari kata curere. Dalam bahasa latin currere berarti:

1) Berlari cepat (pada perlombaan lari di stadion) 2) Tergesa-gesa

3) Menjalani

Currere dikatabendakan menjadi curriculum berarti:

1) Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki.

2) Peijalanan, satu pengalaman tanpa berhenti. 3) a) Jalan, larinya

b) Perlombaan, pacuan, balap c) Peredaran, gerakan berkeliling. 4) Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan.

Menurut satuan pelajaran yang dibuat oleh Dep. P&K, Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “jarak yang ditempuh”.

Semula dipakai dalam lapangan olahraga.1 *

Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta :

(27)

b. Pengertian Kurikulum secara Terminologi

Menurut J. Lloyd Trump dan F. M iller dalam buku Secondary

School Improvement (1973) menganut definisi kurikulum yang luas.

Menurut mereka kurikulum juga termasuk metode belajar dan mengajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-

hal struktural mengenai waktu, jumlah ruang serta kemungkinan memilih mata pelajaran, Sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau semua aspek tersebut tidak diperhatikan.2

Menurut Romine, (1945:14) yang penulis kutip dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran oleh Oemar Hamalik (2005:18) pengertian

ini menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisah yang tegas antara intra dan ektra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi

siswa pada hakekatnya adalah kurikulum.

2. Konsep Kurikulum

Konsep kurikulum menurut Eisner:

a. Pengembangan proses kognitif

b. Teknologi

c. Humanistik atau aktualisasi diri anak,

(28)

b. Kurikulum Sebagai Teknologi

Kemajuan dalam teknologi menghasilkan sejumlah alat-alat termasuk elektronik yang kian lama kian banyak dimanfaatkan dalam pendidikan seperti proyektor, TV, radio, video taperecorder, film,

computer, dan sebagainya. Alat-alat ini lazim disebut “hardware ” atau

perangkat keras dalam pendidikan. Banyaknya alat-alat serupa itu yang digunakan menimbulkan istilah teknologi pendidikan.

Akan tetapi ada lagi aspek lain dalam teknologi pendidikan, yakni apa yang disebut “software” yang mempengaruhi teknik atau cara mengajar dan belajar. Salama ini mengajar ini dianggap masih

terlampau banyak bercorak seni dan sangat ditentukan oleh keterampilan dan kepribadian masing-masing guru. Apa yang

dilakukan dengan sukses oleh seorang guru belum tentu dapat diulangi atau ditiru guru lain dengan hasil yang sama. Teknologi pendidikan

berusaha agar teknik mengajar ini dapat dikuasai sepenuhnya sehingga dapat dijamin hasil yang sama lepas dari faktor kepribadian guru atau murid. Teknologi pendidikan bermaksud memberikan dasar ilmiah dan

empiris kepada proses belajar mengajar.3 c. Kurikulum Sebagai Aktualisasi Diri

Konsep ini dapat dipandang sebagai suatu aspek falsafah John

Dewey yang menekankan bahwa tugas pendidikan yang utama ialah

(29)

mengembangkan anak sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat dilakukan bila dalam pendidikan dikembangkan kemampuan dan potensi anak, khususnya imajinasi yang kreatif. Unutk itu perlu diberikan kebebasan,

kemandirian, hak untuk menemukan diri serta pengembangan kemampuan fisik dan emosionalnya, jadi perkembangan anak itu

sebagai keseluruhan. Kurikulumnya sering berdasarkan konsepsi “child-centered” yang mengutamakan ekspresi diri secara kreatif, individualitas, aktivitas pertumbuhan “dari dalam”, bebas dari paksaan dari luar. Kurikulum ini memelihara keutuhan anak sebagai

“keseluruhan”. Khusunya mengenai kreativitas dan spontanitas anak (Taba,1962,h.28).

d. Kurikulum Sebagai Rekonstruksi Sosial

Pendidikan dapat mengubah manusia dalam pikiran, perasaan,

dan perbuatannya, oleh karena itu dapat mempunyai peranan dalam mengubah masyarakat dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan lazim digunakan oleh pemerintah untuk mengubah individu dan masyarakat menurut falsafah dan cita-cita

baru.

John Dewey, memandang pendidikan sebagai alat rekonstruksi sosial yang paling efektif. Dengan membentuk individu dapat dibentuk

(30)

George Counts, memberikan peranan yang lebih besar lagi kepada pendidikan. Ia berpendapat bahwa pendidikan sanggup

mengatur dan mengendalikan perubahan sosial. Ia melihat kemungkinan menggunakan pendidikan sebagai alat “social

engineering” dan peranan pendidikan sebagai “statesm en”, ahli

Negara.

Othanel Smith, juga mempunyai harapan yang tinggi tentang

“social mission" atau missi sosial sekolah. Dengan teknik “social

engineering” pendidikan dapat mengontrol perkembangan sosial,

sebelum perkembangan bila tidak dikendalikan memperbudak atau

menghancurkan manusia. Pendidikan dapat mengarahkan transformasi atau perubahan masyarakat.4

e. Kurikulum Sebagai Rasionalisasi Akademik

Pada tahun 1960-an, setelah Sputnik, pengetahuan akademis ini

sangat menonjol kedudukannya dalam kurikulum, khususnya

matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam untuk meningkatkan ilmu dan teknologi. Juga timbul pendekatan baru dalam pengajarannya yang dipelopori oleh Jerome Bruner melalui bukunya yang terkenal

“The Process o f Education”. Ia mengemukakan bahwa dalam

mempelajari disiplin ilmu harus diutamakan pemahaman konsep dan prinsip-prinsipnya yang paling fundamental. Prinsip-prinsip

(31)

d. Rekonstruksi sosial

e. Akademik

McNeil menggunakan istilah kurikulum yang humanistik, bersifat

rekonstruksi sosial, teknologi dan akademik. Hilda Taba melihat kurikulum sebagai alat untuk transmisi kebudayaan, transformasi masyarakat,dan pengembangan anak sebagai individu. Konsep ketiga ahli kurikulum menunjukkan banyak persamaan,

a. Kurikulum Sebagai Pengembangan Proses Kognitif

Kurikulum dapat dipandang sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, khususnya kemampuan berpikir agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Yang

diutamakan ialah produknya. Yang harus dipentingkan ialah peningkatan cara ia berpikir, bagaimana berpikir “the how ” bukan apa,

“the w hat” yang dipikirkan. Untuk itu anak-anak perlu mendapat latihan dalam proses berpikir untuk mencapai otonomi intelektual yang memberikan kemampuan kepadanya untuk berpikir secara mandiri tentang berbagai masalah baru yang belum pernah dipelajarinya di

(32)

fundamental itulah yang merupakan struktur disiplin itu. Prinsip

fundamental yang dipahami akan dapat digunakan untuk memahami banyak hal, fakta, peristiwa, dan hubungan lainnya. Jadi mempelajari struktur disiplin adalah jalan yang paling efisien untuk mempelajari bidang ilmu itu.5

3. Komponen-komponen Kurikulum

Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang miliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta

evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.

Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat.

Kedua kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai

dengan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan

kurikulum, a. Tujuan

Telah di kemukakan bahwa, dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan penting, akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya.

(33)

Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama

perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua

didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai- nilai filosofis, terutama falsafah negara.

b. Bahan ajar

Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang

guru adalah menciptakan lingkungan tersabut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang

dalam suatu rencana mengajar, yang mencakup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan belajar, strategi mengajar, media dan

sumber belajar, serta evaluasi hasil belajar.6

c. Strategi mengajar

Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau metode mengajar. Pada waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga memikirkan strategi mengajar mana yang

sesuai untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (1974: 93-97) membagi strategi mengajar itu atas

6 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja

(34)

Exposition-Discovery learning dan Groups-Individual Learning.

Ausubal and Robinsan (1969: 43-45) membaginya atas strategi

Reception Learning-Discovery Learning dan Rote

Learning-Meaningful Lerning.

1) Reception/ Exposition Learning-Discovery Learning

Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna

yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception Learning

dilihat dari sisi siswa, sedangkan exposition dilihat dari sisi guru.

Dalam exposition atau reception Learning keseluruhan bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Siswa tidak dituntut untuk mengolah, atau melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya.

2) Rote learning- Meaningful Learning

Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa mempehatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa

menguasai bahan ajar dengan menghafalkannya. Dalam

meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan makna

bagi siswa.

3) Group Learning- Individual Learning

Pelaksanaan discovery learning menurut aktivitas belajar yang bersifat individual atau dalam kelompok- kelompok kecil.

(35)

dan mempunyai beberapa masalah. Masalah pertama, kerena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama, maka

kegiatan discovery hanya dilakukan oleh siswa- siswa yang pandai dan cepat, siswa- siswa yang kurang dan lambat, akan meginkuti

saja kegiatan dan menerima temuan- temuan anak- anak cepat, d. Media mengajar

Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan untuk mendorong siswa belajar.

Mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam yaitu

Interaksi insani, realita, pictorial, symbol tertulis, dan rekaman suara.

1) Interaksi insani

Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih. Dalam komunikasi tersebut kehadiran sesuatu

pihak secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi perilaku yang

lainnya.

2) Realita

Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang- orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang

diamati siswa. 3) Pictorial

(36)

dibuat kertas, film, kaset, disket, dan media lainnya. Media

pictorial mempunyai banyak keuntungan karena hampir semua

bentuk, ukuran, kecepatan, makhluk, dan peristiwa dapat di sajikan

dalam media ini. 4) Simbol tertulis

Simbol tertulis merupakan media penyajian informasi yang paling umum, tetapi tetap efektif. Ada beberapa macam bentuk

media simbol tertulis seperti buku teks, buku paket, paket program belajar, modul, dan majalah-majalah.

5) Rekaman suara

Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara. Rekaman dapat disajikan secara tersendiri atau digabung dengan media pictorial. Penggunaan rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup

efektif.

e. Evaluasi pengajaran

Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, dan media pengajaran adalah evaluasi dan penyempurnaan. Evaluasi berfungsi untuk menilai pencapaian tujuan- tujuan yang telah ditentukan serta melalui proses pelaksanaan

(37)

1) Evaluasi hasil belajar-mengajar

Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan-

tujuan khusus yang ditentukan, diadakan suatu evaluasi. Evaluasi ini disebut juga evaluasi hasil belajar-mengajar. Dalam evaluasi ini

disusun butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan. Untuk tiap tujuan khusus minimal disusun satu butir soal. Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan belajar dalam jangka waktu yang relatif pendek, tujuan pertama tujuan formatif sebenarnya lebih banyak ditujukan

untuk menilai proses pengajaran .

Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan yang lebih luas, satu semester, satu tahun atau

selama jenjang pendidikan.

2) Evaluasi pelaksanaan mengajar

Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan mengajar

(38)

f. Penyempurnaan pengajaran

Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan pengajaran secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Komponen apa yang disempurnakan, dan bagaimana penyempurnaan

tersebut dilaksanakan. Sesuai dengan komponen yang di evaluasi, pada dasarnya semua komponen pengajaran mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen mendapatkan prioritas lebih dulu atau dapat penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahannya.7

4. Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat,

a. Peranan Para Administrator Pendidikan

Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam

pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum,

(39)

menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimum course

yang dituntut. b. Peranan Para Ahli

Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan pada perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena

itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang

studi/disiplin ilmu.

c. Peranan Guru

Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam

perencanaan muapun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembangan kurikulum bagi kelasnya.

Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang

kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Dia yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk

(40)

d. Peranan Orang Tua Murid

Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenan dengan dua hal: pertama dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang

tua murid dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.

Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid.8

5. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

a. Prinsip Berorientasi pada Tujuan

Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan

tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan

satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai;

yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek- aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.

(41)

b. Prinsip Relevansi (kesesuaian)

Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan

masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas

Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal.

d. Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)

Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi

atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosisitem dan

kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. e. Prinsip Berkesinambungan (kontinuitas)

Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian- bagian, aspek-aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki

hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan

(42)

f. Prinsip Keseimbangan

Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan

proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin

dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktek, antara unsur-unsur keilmuan sain, sosial, humoniora, dan keilmuan perilaku.

g. Prinsip Keterpaduan

Kurikulum dirancang dan silaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan. Perencanaanterpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsisten antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral.

h. Prinsip Mutu

Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan

pembelajaran yang bermutu, sedang mutu pendidikan berorientasi pada hasilpendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan/media

yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional, yang diharapkan.*

Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2005.hlm.30-32

(43)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.

a. Perguruan Tinggi

Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan

dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Telah diuraikan terdahulu bahwa pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam

kurikulum. b. Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian

(44)

kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.

Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat,

c. Sistem Nilai

Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam

kurikulum.10

B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian

Kurikulum sebagaimana diketahui adalah sekumpulan materi atau

mata pelajaran yang disiapkan untuk dipelajari oleh peserta didik dalam jenjang atau tingkat tertentu. Menurut pendapat Hasan Langgulung, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kurikulum pendidikan Islam dapat diartikan sekumpulan bahan atau mata

pelajaran berupa sejumlah ilmu pengetahuan, lingkungan dan seluruh situasi anak didik belajar (sekolah/madrasah) serta pengalaman yang diajarkan kepada anak didik. Dengan pengertian ini bahwa kurikulum

(45)

pendidikan Islam bukan hanya sejumlah pengetahuan yang harus diajarkan

kepada anak didik, tetapi seluruh proses dan lingkungan di mana anak didik memperoleh pendidikan dan pengajaran. Pengetahuan yang akan

diberikan kepada anak didik itu berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW atau dengan kata lain pengetahuan yang tidak bertentangan dengan

Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW.11

Adapun kurikulum pendidikan agama Islam, menurut M. Arifin (1993:186) adalah: Kurikulum pendidikan agama Islam adalah sebagai suatu rangkaian program yang mengarahkan kegiatan belajar-mengajar

yang terencana secara sistematis dan terarah yang mencerminkan cita-cita dari para pendidik sebagai norma dragger (pembawa norma) Islami.

2. Landasan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Landasan kurikulum pendidikan Islam menurut Omar Mohammad

al-Toumy al-Syaibani adalah sebagai berikut: a. Dasar Agama

Semua sistem kehidupan masyarakat termasuk sistem pendidikan yang memuat tujuan, kurikulum dan sebagainya haruslah berlandaskan

agama Islam atau syari’at Islam yang menyangkut prinsip dan ajaran yang berkaitan dengan akidah, ibadah, muamalat dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat, yang harus dikembalikan kepada kitab Al- Qur’an dan sunnah Nabi SAW. Berasarkan Al-Qur’an dan sunnah, *

(46)

kemudian melahirkan sumber-sumber cabang lain yang menguraikan dan menyimpulkan dasar-dasar dan hukum umum yang terkandung dalam kedua sumber tersebut.

b. Dasar Falsafah

Falsafah disini bermaksud suatu bentuk ajaran tentang suatu atau tentang segala sesuatu sebagai suatu ideologi. Falsafah yang menjadi prinsip dalam pendidikan Islam wajib dipelihara, bukan hanya dalam

menentukan tujuan-tujuan pendidikan Islam saja, tetapi juga dalam semua aspek pendidikan Islam, termasuk dalam menentukan dan

mengembangkan kurikulum pendidikan Islam. Falsafah pendidikan Islam yang menjadi dasar pengembangan kurikulum pendidikan bukanlah falsafah hasil karya manusia, tetapi falsafah yang bersumber dari wahyu

Allah SWT, atas bimbingan Nabi SAW dan peninggalan-peninggalan pemikiran Islam yang benar sepanjang zaman.

c. Dasar Psikologis

Dasar psikologis adalah dasar yang berkaitan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangannya, bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan-kebutuhan, keinginan, minat, kecakapan, perbedaan individu, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan sebagainya. Islam tidak melarang mendalami dan

(47)

pertimbangan dalam menentukan tujuan-tujuan kurikulum dan menentukan kandungannya, menyusun dan melaksanakan pengalaman- pengalamannya.

d. Dasar Sosial

Bahwa kurikulum pendidikan Islam itu dikembangkan atas dasar kehidupan masyarakat atau dengan perkataan lain bahwa kurikulum itu

dibentuk dengan memperhatikan persoalan-persoalan kehidupan masyarakat, seperti kebudayaan, kepercayaan, pengetahuan, keterampilan, tradisi, karena kurikulum disusun untuk kepentingan masyarakat baik

kepentingan untuk mendidik anak sebagai generasi pengganti yang akan melanjutkan tugas-tugas generasi tua dalam bidang pekerjaan tertentu dan

sebagainya. Kemudian tugas kurikulum memang berkaitan sekali dengan masyarakat, misalnya karena kurikulum turut serta dalam proses kemasyarakatan bagi anak didik, penyesuaian mereka dengan masyarakat

tempat mereka hidup, memperoleh sikap dan perilaku yang baik terhadap masyarakatnya, cara bergaul dan bekeijasama dalam masyarakat, tanggung jawab, rela berkorban dan sebagainya.12

(48)

3. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pendidikan Islam menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani13 adalah:

a. Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan

dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan- kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan dan hubungan- hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus

berdasar pada agama dan akhlak Islam, harus terisi dengan jiwa agama

Islam, keutamaan-keutamaan, cita-citanya yang tinggi dan bertujuan untuk membina pribadi yang mukmin, kemauan yang baik dan hati nurani yang selalu waspada. Prinsip ini wajib dipelihara bukan hanya pada ilmu-ilmu syari’at saja, tetapi segala yang terkandung dalam

kurikulum termasuk ilmu, akal, fisik, profesional dan segala kegiatan dan pengalaman, sebab semuanya harus berjalan dalam rangka agama, akhlak dan berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan spiritual dan akhlak.

b. Luas cakupannya dan menyeluruh kandungannya yaitu kurikulum yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang

menyeluruh, luas pula dalam perhatiannya. Ia memperhatikan

(49)

pengembangan bimbingan terhadap segala aspek pribadi anak didik dari segi intelektual, psikologis, sosial, spiritual, dan bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual, kebudayaan, sosial,

ekonomi, dan politik termasuk ilmu-ilmu agama, bahasa kemanusiaan, fisik, praktis, profesional, seni dan sebagainya.

c. Prinsip ketiga adalah keseimbangan yang relatif antara tujuan dengan kandungan-kandungan kurikulum. Kalau ia memberi perhatian besar pada aspek spiritual dan ilmu syari’at, tidaklah berarti ia membolehkan aspek spiritual itu melebihi aspek penting yang lain dalam kehidupan,

dan juga tidak boleh ilmu syari’at melampaui ilmu seni dan kegiatan lain yang tidak dapat diabaikan untuk diadakan baik bagi individu maupun masyarakat. Oleh sebab itu agama Islam yang menjadi sumber ilham kurikulum dalam menciptakan falsafah dan tujuan-tujuannya, menekankan kepentingan dunia dan akhirat serta mengakui pentingnya

jasmani, akal, jiwa dan kebutuhan setiap aspek itu. Oleh sebab itu ia meminta kaum muslimin memilih jalan tengah, yaitu keseimbangan dan kesederhanaan dalam segala sesuatu.

d. Prinsip keempat adalah berkaitan dengan bakat, kemampuan-

kemampuan dan kebutuhan anak didik, begitu juga dengan alam

(50)

prinsip ini maka anak didik lebih terpenuhi kebutuhannya dan lebih sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan-kebutuhan

masyarakatnya.

e. Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individu di antara para

anak didik dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya serta juga memelihara perbedaan dan kelainan di antara alam sekitar dan masyarakat. Karena pemeliharaan ini dapat menambahkan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan anak didik dan

masyarakat serta menambahkan fungsi dan gunanya, sebagaimana ia menambahkan keluwesannya.

f. Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan. Islam yang menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip dan dasar

kurikulum pendidikan Islam, mencela keras sifat taklid (mengikuti) sesuatu pendapat tanpa melakukan menyelidikan tentang kebenarannya. Islam menggalakkan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu menjadi kewajiban kaum muslimin untuk melakukan perubahan dan

perkembangan terhadap kurikulum pendidikan Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan umat Islam pada masa sekarang.

(51)

kandungan-kandungan kurikulum dengan kebutuhan-kebutuhan anak didik dan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat, serta tuntutan zaman. Islam tidak menyetujui kurikulum pendidikan Islam yang tidak tersusun mata pelajaran, pengalaman dan aktivitas anak didik sesuai dengan perkembangan logika dan perkembangan usia anak didik.

4. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam sebagaimana pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani adalah:

a. Ciri pertama kurikulum pendidikan Islam adalah mengedepankan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai tujuan, kandungan- kandungannya metode, alat-alat untuk bercorak agama.

b. Ciri kedua kurikulum pendidikan Islam adalah meluas cakupannya dan

menyeluruh kandungannya yaitu kurikulum yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh, luas

pula perhatiannya. Ia memperhatikan pengembangan bimbingan terhadap segala aspek pribadi anak didik dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.

(52)

d. Ciri keempat adalah kecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejeruan dan bahasa-bahasa asing.

e. Ciri kelima kurikulum pendidikan Islam adalah keterkaitan dengan minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan-perbedaan perorangan anak didik.14

5. Bentuk Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Menurut Hery Noer Ali, dalam pendidikan dikenal ada 4 model

konsep kurikulum yang masing-masing lahir dari aliran pendidikan yang berbeda, yaitu :

(1) Kurikulum Subjek Akademis

Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh

para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.

(2) Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan Pribadi. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak

(53)

dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam

pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. (3) Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial ini bersumber pada aliran

pendidikan interaksional. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi,

kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya.

(4) Teknologi dan Kurikulum

Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjung efisiansi dan efektivitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan pengunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video, penggajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan

bantuan computer, dan lain-lain.

(54)

Karena kurukulum model ini memberikan berbagai ilmu pengetahuan

yang saling terkait satu dengan yang lainnya.1'1

6. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam adalah merupakan tujuan yang

hendak dicapai oleh setiap orang muslim yang melaksanakan pendidikan

agama. Karena dalam pendidikan Agama Islam yang perlu ditanamkan

terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya

keimanan yang teguh itu maka akan menghasilkan ketaatan menjalankan

kewajiban agama.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Adz Dzariyah ayat

56 yang berbunyi:

Artinya:

“Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar mereka itu

beribadah kepada Ku”.

Demikian juga dengan tujuan pendidikan islam yang identik

dengan tujuan hidup setiap orang Islam yaitu menjadi hamba yang taat dan

patuh kepada Allah, sebagaimana tertera dalam Q. S. Al-Baqarah ayat 201

yang berbunyi: 15

(55)

J

li)! O i j-p

L

jj

JI

^

iljip li/}

Artinya:

‘T c Tuhan kam i berilah kam i kebaikan di dunia dan kebaikan di

akhirat dan periharalah kam i dari siksa neraka

Di samping beribadat kepada Allah, maka setiap Muslim di dunia

ini harus mempunyai cita-cita untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan di akherat.16

7. Materi Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Materi merupakan bagian dari kurikulum yang digunakan untuk

mencampai tujuan pendidikan Agama Islam, kerena di dalamnya

terkandung nilai-nilai yang dianggap perlu untuk dimiliki oleh anak didik.

Materi ini hums dikuasai oleh pendidik, sebab kalau tidak akan

menimbulkan kesulitan dalam proses belajar mengajar.17 18

Pada hakikatnya kitab suci Al-Qur’an menjadi bahan-bahan pokok

pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan Islam, formal maupun

non formal, oleh kerena materi pendidikan Islam yang bersumber dari Al-

Quran hams dipahami, dihayati, diyakini, dan di amalkan dalam

1 fi

kehidupan umat Islam.

Zuhairini dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Usaha Nasional,

1983.hlm.45 17 Ibid.

(56)

Quran harus dipaham i, dihayati, diyakini, dan di am alkan dalam

kehidupan umat Islam.18

Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok Islam meliputi: a. ‘Aqidah

Adalah bersifat i’tiqad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah. Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. b. Syari’ah

Adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan

manusia. c. Akhlak

Adalah suatu amalan yang bersifat penyempurna bagi dua amal

di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk Rukun Imam, Rukun Islam, dan Akhlak; dan dari ketiganya

melahirkan beberapa keilmuan Agama, yaitu : Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh

dan Ilmu Akhlak. Kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar 18

(57)

hukum Islam yaitu Al Q ur’an dan Al Hadits, serta ditambah lagi

dengan sejarah Islam (Tarikh).19

(58)

BAB III

GAMBARAN UMUM

M A 'H A D A L -D I R A S A H A L -I S L A M I Y A H

PROPINSI PATTANI, THAILAND SELATAN

TAHUN 2006/2007

1. Sejarah dan Perkembangan

Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah didirikan pada tahun 2513 B/1970

M didirikan oleh Tuan guru H. Ibrahim Waebuesa bersama anggotanya,

sekarang di serah kuasakan kepada anaknya Muhammad Arafah Waebuesa

menjadi pengurus, diikuti dengan Ustad Awie Cikmad sebagai guru besar,

dan Ustad Abdullah Waebuesa selaku penasihat.

Pada tahun 2515 B/1970 M M a ’had telah mendapatkan

pengesahan dari Kementerian Pendidikan untuk mengajar peringkat

kurikulum bagian agama dari kelas 1-4. Pada tahun 2520 B /1977 M

M a ’had telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Pendidikan untuk

mengajar peringkat kurikulum bagian pertama Matyum Thon 1-3 (SMP)

dan bagian agama dari kelas 5-7. Pada tahun 2529 B/1986 M mulai

mengajar peringkat kurikulum bagian akhir M atyum P lai 4-6 (SMA) dan

bagian agama dari kelas 8-10.

Pada tahun 2537 B/1994 M pihak M a ’had membuat perubahan

sistem pendidikan yaitu sistem lama tahun 2528 B/1985 M menjadi sistem

tahun 2537 B/1994 M. Pada tahun 2539 B/1996 M M a ’had telah

Gambar

Tabel XVII
gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak atau tidak,
Tabel 1Struktur Organisasi
Tabel 2Jumlah Guru Tetap Pendidikan Agama Islam
+7

Referensi

Dokumen terkait

(4) Pertamanan yang merupakan media identitas sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (4), yang dilaksanakan oleh berbagai pihak agar memenuhi azas keindahan,

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh variabel self efficacy dan social support terhadap individual performance baik secara langsung atau melalui burnout

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) pelaksanaan pendidikan karakter di MI Al-Anwar Pangkalan Banteng terlaksana melalui; (a) pengintegrasian nilai-nilai

Dalam asuransi jiwa, model beberapa penyebab kegagalan dapat diterapkan antara lain untuk menyusun tabel beberapa penyebab kegagalan ( multiple decrement table ) dan menentukan besar

8 Disamping itu, pendekatan ini kurang memberikan tempat kepada kenyataan historis yang melatarbelakangi sehingga teks menjadi tercabut dari konteks yang

Satu hal yang perlu dicatat adalah pada masa ini muncul kesadaran anak akan konsep diri yang berkenaan dengan “gender”. Pada masa ini telah berkembang perbedaan

Berdasarkan hal tersebut, maka didapatkan luas penggunaan lahan pemukiman adalah sebesar 87,376 % sehingga daerah di kawasan sungai Air hitam merupakan daerah kedap air yang