PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH
AL-ISLAMIYAH PROPINSI PATTANI
THAILAND SELATAN
TAHUN 2006 / 2007
SKRIPSI
D ia j u k a n u n tu k M e m e n u h i T u g a s d a n M e l e n g k a p i S y a r a t G u n a M e m p e r o l e h G e la r S a r ja n a P e n d id ik a n I s la m ( S .P d .I )
D a l a m I lm u T a r b iy a h
NIM : 1*1 02 063
JURUSAN TARBIYAH
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA JURUSAN TARBIYAH
j (.Tentara pelajar No.02 Telp.(0298) 323706,323433 fax.(0298 »323433 salat iga 50721 W ebsite: www.stain.co.id E -m ail: administrasi@stainsaiatiga.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi saudara: MR.MUHATROM WING dengan nomor induk mahasiswa: 11102063 yang berjudul: “PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH AL-ISLAMIYAH PROPINSI
PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006/2007” telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari selasa tanggal 02 Oktober 2007 M. yang bertepatan dengan tanggal 20 Ramadhan 1428 H. dan telah diterima sebagai sebagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelaran sarjana dalam ilmu Tarbiyah.
02 Oktober 2007 M Salatiga
20 Ramadhan 1428 H
PANITIA
fmad Maim u n M. Ag.
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA JURUSAN TARBIYAH
jl.T entara pelajar No.02 Telp.(0298) 323706,323433 fax.(0298)323433 salatiga 50721 W ebsite : www.stain.co.id E -m a il: adm inistrasi@ stainsalatiga.ac.id
Achmad Maimun M.Ag
Dosen STAIN Salatiga
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga
Salatiga 3 Agustus 2007
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Mr. Muhatrom Wing Nim : 111 02 063
Judul skripsi : PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI M A’HAD AL-DIRASAH AL-ISL AMI Y AH PROPINSI PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006/2007
Untuk itu kami mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqosahkan
MOTTO
U U
jA
a jU
jfk ll j a j t o ^ia
J j ^ - a 4
/ ^
^ > J*
Se6enamya, fll-Q u r’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada
orang-orang yang di6eri iCmu dan tida^ada yang mengingkari
ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang zalim
(QS Al Ankabuut :49)‘
< P E < R S T .M ® M { W
Skripsi in i penulis persem6ahkgn kepada:
V
J4yaf (K . S a th o p h a ) dan I6u (K j. T a tim o h ) yang tercinta yang seCaCumenjadi dorongan pertam a 6agi ku agar ku 6isa menyelesaikan tugas kuRah in i
V
JAdikzodk&u (S u fia, S o f i d a n S o fa ) yang tersayang. M ereda adalahsemangat Sagi ku untufjaku menjalan kegiatan 6eCajar.
V
Teman-teman seperjuanganku (keluarga 6esar M ahasisw a Islam (Patani diIndonesia) yang selalu mem6erikgn m otivasi dan dorongan yang 6aik,6agi ku.
V
Teman-teman A ngkatan 2002 khususnya Tar6iyah.Tidak^ada kgta lain yang aku 6isa mem6eri dalam saat in i hanya
“<XJ(B'VjWT!EqUMJL ly L S M V J L V A M E O gK JL SE M V JL*
KATA PENGANTAR
. V _ - * >4
A$jil jjja l£ il o jS jlJ AiS jJAl) ^jlc. o jg ia J J a J ^ P j t 5 - ^ J A lj^ij (J^ jl ^ aII <&Aa^J1
j Aa2»-oU JLbai ^gic. c^ljljj ^Iujj (Jj-a ^ ill Ajjxajj eAjfrlAAa-a (jl A^-ujI j <dllV' 4-1'V
{J
• Aj uLgI cj j j j L A S k l 4_ia_x-<a J A li
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyusunkan Skripsi ini sebagaimana semestinya.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada bapak revolusioner Nabi
Muhammad SAW. yang telah berubah alam jahiliyah menuju alam terang
menerang, tidak lupa salam muhibbah kami sampaikan kepada para shahabat dan
pengikutnya yang telah setia hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan, Untuk itu penulis dengan sadar keterbatasan bagi diri penulis sendiri,
maka dengan rendah hati mengucap banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga
2. Bapak fatchurrohman, M.Pd selaku ketua Progdi PAI yang telah
memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini
3. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah
4. Segenap staf dan dosen STAIN Salatiga yang selama ini telah memberikan
ilmu dan pelayanan kepada penulis.
5. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dorongan guna
menyelesaikan tugas studi di STAIN Salatiga, serta semua yang
diberikan.
6. Tuan guru H. Muhammad Arafah Waebuesa selaku Kepala M a’had al-
Dirasah al-Islamiyah yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.
7. Teman-teman seperjuangan, terutama keluarga besar Persatuan Mahasiswa
Islam Pattani Selatan Thailand di Indonesia (PMIPTI) Salatiga, yang telah
mengambil perhatian secara langsung dan tidak langsung sehingga
penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.
8. Semua pihak yang terkait yang ikut membantu, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT, untuk itu penulis dengan rendah hati memohon kritik dan
saran demi membangun, membina dan kesempurnaan skripsi ini.
Kendatipun penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis
sendiri juga pembaca pada umumnya, serta membawa hasil yang positif. Amin
Yarabbal a’lamin.
Salatiga, 1 Agustus 2007
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN MOTO »*
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN KATA PENGANTAR v
HALAMAN DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah 1
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan penelitian 5
D. Kegunaan penelitian 5
E. Definisi operasional 5
F. Metode Penelitian 7
G. Sistematika Skripsi 12
BAB H LAND ASAN TEORI
A. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum... 15
2. Konsep Kurikulum... 16
3. Komponen-komponen Kurikulum... 21
5. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum... 29
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum... 32
B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian... 33
2. Landasan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 34
3. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 37
4. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 40
5. Bentuk Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 41
6. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 43
7. Materi Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 44
BAB n i Gambaran Umum Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah Propinsi Pattani Thailand Selatan Tahun 2006/2007 1. Sejarah dan Perkembangan... 45
2. Tujuan Berdirinya Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah... 48
3. Letak Geografis... 51
4. Struktur Organisasi... 51
5. Keadaan Guru dan Sisw a... 54
6. Sarana dan Prasarana... 59 7. Pelaksanaan kurikulum pendidikan agama
sebagai lembaga pendidikan’T e n c e ra h a n ” 62
BAB IV PENYAJIAN DATA
1. Bentuk Kurikulum P A I ... 70
2. Pelaksanaan Kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah
al-Islam iyah... 78
3. Hasil dalam Pelaksanaan Kurikulum P A I ... 83
4. Faktor Pendukung dan Pengham bat... 92
BAB V PENUTUP
A. K esim pulan... 95
B. Saran-saran... 97
C. Kata P en u tu p ... 98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel I : Struktur O rganisasi... 52
Tabel II : Jumlah Guru Tetap Pendidikan Agama Isla m ... 54
Tabel III : Jumlah Guru Tidak Tetap Pendidikan Agama Is la m ... 54
Tabel IV : Jumlah Guru Tetap Pendidikan U m u m ... 55
Tabel V : Jumlah Guru Tidak Tetap Pendidikan U m u m ... 55
Tabel VI : Jumlah Ruang Belajar dan Siswa Pendidikan Agam a... 57
Tabel VII : Jumlah Ruang Belajar dan Siswa Pendidikan Umum ... 58
Tabel VIII : Struktur Kurikulum Pendidikan Agama Islam Tingkat Ibtidaiyah... 68
Tabel IX : Struktur Kurikulum Pendidikan Agama Islam Tingkat M utaw assithoh... 69
Tabel X : Struktur Kurikulum Pendidikan Agama Islam Tingkat Tsanaw iyyah... 70
Tabel XI : Tentang Siswa tahu Pengertian Tentang Aqidah Islam ... 77
Tabel XII : Tentang Siswa Mengerti Dasar dan Tujuan Aqidah Islam 77 Tabel XIII : Tentang Siswa Dapat Menjelaskan Pengertian Rukun Iman 78 Tabel XIV : Tentang Siswa Dapat Menjelaskan Pengertian Iman dan Isla m ... 78
Tabel XV : Tentang Siswa Mengetahui Rukun Islam Secara Lengkap 79
Tabel XVII : Tentang Guru Mulai Mengajar dengan B asm alah... 80
Tabel XVIII : Tentang Guru Bercerita tentang Akhlak N a b i... 81
Tabel XIX : Tentang Kepribadian Guru PAI Patut di C o n to h ... 81
Tabel XX : Tentang Siswa Senang Belajar Pendidikan Agama Islam 82
Tabel XXI : Tentang Setiap hari Jum ’at Siswa di Wajib Sholat
Berjamaah di M asjid ... 82
Tabel XXII : Tentang Siswa Mengerjakan Sholat Tepat W a k tu ... 83
Tabel XXIII : Tentang Sikap Siswa Ketika Melihat Makanan yang
Diharamkan A g a m a ... 84
Tabel XXIV : Tentang Sikap Siswa Ketika Ada Teman Yang S a k it.... 84
Tabel XXV : Tentang Sikap Siswa Ketika Ada Teman Yang Sangat
B A B I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi manusia. Melalui
pendidikan manusia dapat belajar menghadapi segala problematika yang ada
di alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. Pendidikan dalam
kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Ia dapat
membentuk kepribadian seseorang dan pendidikan diakui sebagai kekuatan
yang dapat meningkatkan prestasi dan produktifitas seseorang. Dengan
bantuan pendidikan, seseorang memahami dan menginterpretasikan
lingkungan yang dihadapi, sehingga ia mampu menciptakan karya yang
gemilang dalam hidupnya atau dengan kata lain manusia dapat mencipta suatu
peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi dengan bantuan pendidikan.
Karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan pada
kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrin Islam .1
Kurikulum merupakan salah satu aspek pendidikan yang mempunyai
peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu membantu anak
didik mengembangkan kepribadiannya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum
juga merupakan salah satu aspek yang mempegaruhi anak didik di sekolah. *
M. Ali Hasan & Mukti Ali. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,
Dalam kaitan dengan strategi integrasi nasional secara keseluruhan,
yang dirancangkan oleh Marsekal Sarit Thanarat, pemerintah pusat
merancangkan program perbaikan pendidikan pondok pada tahun 1961,
dengan tujuan untuk mengubah lembaga tersebut menjadi pelopor perubahan
dan modernisasi. Kementerian Pendidikan diberi tugas untuk mendaftarkan
semua pondok yang ada guna menentukan pondok mana yang “memenuhi
persyaratan untuk mencapai bantuan pemerintah” sebelum inisiatif tahun 1961
itu, Kementerian Pendidikan tidak mempunyai wewenang yang tegas
berdasarkan hukum untuk mengatur pondok. Selama itu pondok dianggap
sebagai “lembaga keagamaan” dari pada “lembaga pendidikan”.
Keempat propinsi yang berbatasan juga dikelompokkan bersama
menjadi satu unit administratif dengan nama Wilayah Pendidikan II. Sebuah
pusat penelitian dan koordinasi khusus didirikan di Yala dengan tugus
tunggal: memasukkan kurikulum sekuler Thai ke dalam struktur pendidikan
tradisional. Pandangan pemerintah ketika itu adalah, dari pada membangun
sekolah-sekolah baru yang akan menelan biaya yang sangat besar dan dapat
dipastikan akan ditentang keras oleh komunitas Melayu-Muslim akan lebih
baik untuk menyesuaikan lembaga-lembaga yang sudah ada, dan secara
berangsur-angsur mendorongnya agar menerima perubahan-perubahan yang
diperlukan. Jika lembaga- lembaga itu harus diberikan status baru. Oleh
karena pendidikan dasar dan menengah di Negara Thai diselenggarakan oleh
i
pemerintah dan swasta, maka pondok tidak dapat dimasuk an ke dalam salah
memberi pelajaran agama; karena itu pemerintah berusaha membujuk pondok-
pondok, dengan menawarkan bantuan keuangan, untuk menerima perubahan.
Lalu ditetapkanlah suatu kategori khusus: Sekolah Swasta untuk Pendidikan
Islam (rongrian rasdr son sasna Islam). Ini merupakan suatu inovasi yang
memungkinkan pondok tetap “swasta”, tetapi dalam pada itu harus tunduk
kepada peraturan-peraturan pemerintah jika ingin mendapat dukungan
pemerintah.
Status baru sebagai “sekolah swasta” mengharuskan pondok, yang
secara tradisional berstruktur longgar, untuk menyesuaikan diri kepada
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan formal bagi lembaga pendidikan
moderen. Kelas-kelas harus disesuaikan dengan tingkat-tingkat prestasi
intelektual yang terukur melalui ujian-ujian yang teratur. Mata pelajaran-mata
pelajaran harus direncanakan dan kemajuan murid harus dipantau dengan
seksama.2
M a ’had al-D irasah al-lslam iyah merupakan sebuah lembaga
pendidikan Islam swasta, di sini telah diajarkan dua bagian pendidikan, yaitu
pendidikan agama Islam dan pendidikan umum, sehingga siswa dapat meraih
ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum, dan juga memperoleh
dua ijazah, yaitu ijazah pendidikan agama Islam, dan ijazah pendidikan umum.
Pada bagian agama mempunyai kelas Ibtidaiyah, Mutawassithoh, dan
Tsanawiyyah (Aliyah). Adapun bagian pendidikan umum mempunyai kelas
1-2 Surin Pitsuwan. Islam di Muang Thai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani. Jakarta : LP3ES,
3 SMP (sokolah lanjutan pertama) yaitu M .l s/d M. 3, dan kelas 1-3 SMA
(sekolah lanjutan atas) yaitu M.4 s/d M.6 sesuai dengan kurikulum yang di
tawarkan pemerintah.
Namun demikian masih banyak lembaga pendidikan di Thailand
khususnya lembaga pendidikan swasta yang belum mengimplementasikan
kurikulum secara optimal, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam undang-
undang tentang pendidikan. Ini merupakan suatu kelemahan yang perlu dicari
penyebabnya.
Berangkat dari latar belakang masalah inilah, peneliti merasa tertarik
untuk meneliti secara mendalam tentang Pelaksanaan Kurikulum PAI di
M a’had al-Dirasah al-Islamiyah Propinsi Pattani Thailand Selatan
Tahun 2006/2007.
B. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, dapat penulis
rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk kurikulum PAI di Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah..
2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al-Islamiyah
3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan kurikulum PAI di Ma’had al-
Dirasah al-Islamiyah
4. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kurikulum PAI di
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian atau penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al-
Islamiyah
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al-
Islamiyah
3. Untuk pengetahui hasil yang dicapai oleh M a’had al-Dirasah al-Islamiyah
4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
kurikulum PAI.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian adalah :
1. Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi
Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah dalam upaya penyempurnaan pelaksanaan
kurikulum PAI.
2. Kegunaan secara teoritis, sebagai bahan sumbangsih bagi pengembangan
kurikulum lembaga pendidikan Islam.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari kesalahpahaman serta untuk memperoleh kejelasan
tentang judul di atas, perlu kiranya penulis memberikan beberapa penegasan
1. Kurikulum
Definisi tentang kurikulum adalah sebagai suatu rencana yang
disusun secara sistematis dan metodologis untuk melancarkan proses
belajar-mngajar di bawah bimbingan serta tanggungjawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya/
Memilih melakukan pembahasan tahun 2006/2007 dimaksudkan
untuk mengetahui perkembangan kondisi dari kurukulum PAI tersebut.
2. PAI (Pendidikan Agama Islam)
Pendidikan Islam ialah suatu aktivitas/usaha pendidikan terhadap
anak didik menuju ke arah terbentuknya kepribadian muslim yang
muttaqien.* 4
Adapun pendapat lain, menurut Drs. H. Zuhairini “Pendidikan
Agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran
Islam”5
3. M a’had al-Dirasah al-Islamiyah
Sekolah Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah adalah sebuah lembaga
pendidikan agama Islam formal yang dikelola oleh swasta, beralamat di
jalan Phetkasim 93/2 M. 1 T. Dhon A. Phanarik Ch. Pattani 94190
Thailand Selatan yang didirikan oleh Tuan Guru H. Ibrahim Waebuesar
bersama anggotanya, pada tahun 2513 B/1970 M.
Nasution. S.. Prof. Dr.. M.A.. Kurikulum dan pengajaran. Bina Aksara. Jakarta. 1989, hlm.5
4 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001,him. 111
4. Propinsi Pattani Thailand Selatan
Pattani merupakan salah satu propinsi atau wilayah yang
berbatasan dengan Malaysia dan berada di Thailand Selatan yang meliputi
empat propinsi (wilayah), yaitu Wilayah Yala, Narathiwat, Songkhla dan
Pattani sendiri. Mayoritas penduduk menganut agama Islam.
Dari uraian yang telah penulis kemukakan maka proposal skripsi
yang beijudul : “Pelaksanaan Kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah
al-Islamiyah Propinsi Pattani Thailand Selatan 2006/2007” adalah
suatu penelitian atau penyelidikan tentang pelaksanaan kurikulum
pendidikan agama Islam tingkat Tsanawiyah yang berlokasi di M a’had al-
Dirasah al-Islamiyah
F. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode penelitian mutlak diperlukan karena
merupakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa dan melaporkan data.
Disamping itu metode penelitian diperlukan guna mencapai tujuan dan hasil
yang diinginkan. Berkaitan dengan metode penelitian ini dapat diuraikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Subyek Penelitian
Metode ini sering disebut penentuan sumber subyek, atau tempat
diperolehnya data. Adapun pihak yang dijadikan sumber data adalah :
a. Kepala sekolah.
c. Guru agama.
d. Siswa.
2. Teknik sampling
Karena ada keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel.
Adapun dalam penulisan ini yang menjadi populasi adalah seluruh
siswa di Sekolah M a’had al-Dirasah al-Islamiyah Namun karena jum lah
keseluruhan siswa 837 orang, maka sebagai sampel penelitian adalah
siswa tingkat Tsanawiyah kelas I, II, III, sebanyak 125 siswa, dengan
rincian, kelas I sebanyak 31 siswa, kelas II sebanyak 67 siswa, dan kelas
III sebanyak 27 siswa. Dari data-data tersebut penulis memperoleh data
pada angkatan 2006/2007 sebagai pedoman. Untuk mendapatkan sampel
yang representatif dari keseluruhan populasi, penulis menggunakan
pedoman seperti yang dikemukakan sebagai berikut:
Untuk sekadar ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya perupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jum lah subjeknya besar dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
Berdasarkan pedoman diatas, maka penulis mengambil sampel
sebesar 20% dari 125 orang siswa, yakni 25 orang siswa, terdiri dari 6
siswa kelas I, 13 siswa kelas II, dan 6 siswa kelas III tingkat Tsanawiyah.
Selanjutnya teknik sampel yang penulis pergunakan adalah teknik
dengan mempertimbangkan banyaknya subjek dalam setiap strata. Adapun
teknik pengambilan sampel dalam setiap strata adalah secara random
dengan cara undian.
3. Metode Pegumpulan Data
a. Observasi
Metode observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena- fenomena yang
diselidiki.0 Metode ini digunakan untuk mengadakan pengamatan
terhadap subyek penelitian. Peneliti secara langsung akan mengadakan
observasi ke M a ’had al-D irasah al-Islam iyah. Metode observasi ini
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data megenai sarana dan
prasarana, keadaan sekolah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
penelitian ini. r
b. Wawancara (Interview)
Yang dimaksud dengan metode wawancara atau interview
adalah suatu cara untuk mendapatkan data-data keterangan yang
dilakukan dengan jalan tanya jaw ab secara lisan terhadap data-data
atau fakta-fakta yang perlu untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Metode ini juga dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jaw ab yang dikeijakan dengan sistematik dan berlandaskan
tujuan penyelidikan.' 6 7
6 Sutrisno Hadi. Metode Reseach /-//. Yogyakarta : Andi Offset, 1986,hlm.l36
'yietode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data dari
kepala sekolah, para pendiri, para guru, dan pihak-pihak yang kiranya
dapat memberikan keterangan yang diperlukan yang belum dapat
diperoleh secara observasi. Teknik wawancara yang penulis
pergunakan adalah bebas terpimpin, yaitu sebelum penulis melakukan
wawancara, pokok-pokok persoalan telah penulis persiapkan
sebelumnya. Sedangkan dalam pelaksanaannya penulis tidak terikat
pada daftar pertanyaan yang penulis ajukan, tetapi melihat pada situasi
dan kondisi agar wawancara dapat berjalan dengan lancar,
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui
penyelidikan benda- benda tertulis seperti buku- buku, majalah,
dokumen- dokumen, catatan harian dan sebagainya.0
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang sudah
tertulis dan berwujud dokumentasi yaitu mengenai jum lah guru,
jum lah siswa, struktur organisasi, kurikulum pendidikan agama Islam
dan arsip-arsip lain yang berkaitan dengan penelitian. Adapun
digunakannya metode dokumentasi ini adalah sebagai pelengkap dari
pada metode interview dan metode observasi.
s Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta,
d. Angket (Questioner)
Yaitu “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang
pribadinya atau hal yang ia ketahui.9 10
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi
siswa di sekolah.
4. Metode Analisis Data
Metode analisa yang digunakan dalam penyusunan proposal skripsi
ini adalah analisa data kualitatif. Alasan penulis menggunakan analisa
tersebut dalam penelitian ini karena mengingat data-data yang diperoleh
berupa keterangan atau uraian-uraian kalimat (data kualitatif) yang tidak
berhubungan dengan angka-angka. Di samping itu metode ini bersifat
umum, menginterpretasikan data yang ada, yang mana dalam pelaksanaan
tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan saja, tetapi meliputi
analisa dan interpretasi tentang arti data itu.
Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa hasil
penelitian ini adalah :
a. Metode induktif
Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-
peristiwa yang konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat um um .'0
9 Suharsimi Arikunto, Op.Cit.,him 124
Berarti metode induktif ini yaitu pengambilan dari peristiwa atau
fakta yang bersifat khusus, kepada peristiwa atau fakta yang bersifat
umum dari gejala-gejala konkret dari kesimpulan.
b. Metode deduktif
Metode ini merupakan kebalikan dari metode induktif, dengan
prinsip dari metode deduktif ini adalah :
“Apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam
suatu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua
peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis itu”.“
G. Sistematika Skripsi
Untuk memperjelaskan gambaran umum kajian skripsi ini, maka
digunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian inti dan bagian akhir.
Bagian awal meliputi halaman judul, halaman nota dinas, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi dan
daftar tabel. Bagian inti terdiri dari 5 bab yaitu:
BAB I: Membahas tentang pendahuluan, latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. 11
3A B II:
BAB III:
BAB IV:
BAB V:
Landasan teori, meliouti uraian tentang pengertian
kurikulum, konsep kurikulum, komponen-komponen
kurikulum, prinsip pengembangan kurikulum,
pengembangan kurikulum, faktor-faktor yang
mempengaruhi, pengertian kurikulum pendidikan agama
Islam, landasan kurikulum pendidikan agama Islam, prinsip
pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam, ciri-ciri
kurikulum pendidikan agama Islam, bentuk kurikulum
pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam,
dan materi pendidikan agama Islam.
Gambaran umum M a ’had al-D irasah al-Islam iyah Pada
gambaran umum ini, akan dibahas tentang sejarah
berdirinya, tujuan berdirinya, letak geografis, struktur
organisasi, keadaan guru, siswa dan sarana prasarana.
Penyajian data dan Pembahasan Bentuk Kurikulum PAI di
M a ’had al-D irasah al-Islam iyah, pelaksanaan kurikulum
PAI di Ma ’had al-D irasah al-Islam iyah, hasil yang dicapai
oleh M a ’had al-D irasah al-Islam iyah, dan faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan kurikulum PAI.
Penutup, bab yang terakhir berisi kesimpulan, saran-saran,
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Kurikulum
a. Pengertian kurikulum
a. Pengertian Kurikulum secara Etimologi
Webster’s Third New International Distionery menyebut Curriculum
berasal dari kata curere. Dalam bahasa latin currere berarti:
1) Berlari cepat (pada perlombaan lari di stadion) 2) Tergesa-gesa
3) Menjalani
Currere dikatabendakan menjadi curriculum berarti:
1) Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki.
2) Peijalanan, satu pengalaman tanpa berhenti. 3) a) Jalan, larinya
b) Perlombaan, pacuan, balap c) Peredaran, gerakan berkeliling. 4) Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan.
Menurut satuan pelajaran yang dibuat oleh Dep. P&K, Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “jarak yang ditempuh”.
Semula dipakai dalam lapangan olahraga.1 *
Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta :
b. Pengertian Kurikulum secara Terminologi
Menurut J. Lloyd Trump dan F. M iller dalam buku Secondary
School Improvement (1973) menganut definisi kurikulum yang luas.
Menurut mereka kurikulum juga termasuk metode belajar dan mengajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-
hal struktural mengenai waktu, jumlah ruang serta kemungkinan memilih mata pelajaran, Sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau semua aspek tersebut tidak diperhatikan.2
Menurut Romine, (1945:14) yang penulis kutip dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran oleh Oemar Hamalik (2005:18) pengertian
ini menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisah yang tegas antara intra dan ektra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi
siswa pada hakekatnya adalah kurikulum.
2. Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum menurut Eisner:
a. Pengembangan proses kognitif
b. Teknologi
c. Humanistik atau aktualisasi diri anak,
b. Kurikulum Sebagai Teknologi
Kemajuan dalam teknologi menghasilkan sejumlah alat-alat termasuk elektronik yang kian lama kian banyak dimanfaatkan dalam pendidikan seperti proyektor, TV, radio, video taperecorder, film,
computer, dan sebagainya. Alat-alat ini lazim disebut “hardware ” atau
perangkat keras dalam pendidikan. Banyaknya alat-alat serupa itu yang digunakan menimbulkan istilah teknologi pendidikan.
Akan tetapi ada lagi aspek lain dalam teknologi pendidikan, yakni apa yang disebut “software” yang mempengaruhi teknik atau cara mengajar dan belajar. Salama ini mengajar ini dianggap masih
terlampau banyak bercorak seni dan sangat ditentukan oleh keterampilan dan kepribadian masing-masing guru. Apa yang
dilakukan dengan sukses oleh seorang guru belum tentu dapat diulangi atau ditiru guru lain dengan hasil yang sama. Teknologi pendidikan
berusaha agar teknik mengajar ini dapat dikuasai sepenuhnya sehingga dapat dijamin hasil yang sama lepas dari faktor kepribadian guru atau murid. Teknologi pendidikan bermaksud memberikan dasar ilmiah dan
empiris kepada proses belajar mengajar.3 c. Kurikulum Sebagai Aktualisasi Diri
Konsep ini dapat dipandang sebagai suatu aspek falsafah John
Dewey yang menekankan bahwa tugas pendidikan yang utama ialah
mengembangkan anak sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat dilakukan bila dalam pendidikan dikembangkan kemampuan dan potensi anak, khususnya imajinasi yang kreatif. Unutk itu perlu diberikan kebebasan,
kemandirian, hak untuk menemukan diri serta pengembangan kemampuan fisik dan emosionalnya, jadi perkembangan anak itu
sebagai keseluruhan. Kurikulumnya sering berdasarkan konsepsi “child-centered” yang mengutamakan ekspresi diri secara kreatif, individualitas, aktivitas pertumbuhan “dari dalam”, bebas dari paksaan dari luar. Kurikulum ini memelihara keutuhan anak sebagai
“keseluruhan”. Khusunya mengenai kreativitas dan spontanitas anak (Taba,1962,h.28).
d. Kurikulum Sebagai Rekonstruksi Sosial
Pendidikan dapat mengubah manusia dalam pikiran, perasaan,
dan perbuatannya, oleh karena itu dapat mempunyai peranan dalam mengubah masyarakat dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan lazim digunakan oleh pemerintah untuk mengubah individu dan masyarakat menurut falsafah dan cita-cita
baru.
John Dewey, memandang pendidikan sebagai alat rekonstruksi sosial yang paling efektif. Dengan membentuk individu dapat dibentuk
George Counts, memberikan peranan yang lebih besar lagi kepada pendidikan. Ia berpendapat bahwa pendidikan sanggup
mengatur dan mengendalikan perubahan sosial. Ia melihat kemungkinan menggunakan pendidikan sebagai alat “social
engineering” dan peranan pendidikan sebagai “statesm en”, ahli
Negara.
Othanel Smith, juga mempunyai harapan yang tinggi tentang
“social mission" atau missi sosial sekolah. Dengan teknik “social
engineering” pendidikan dapat mengontrol perkembangan sosial,
sebelum perkembangan bila tidak dikendalikan memperbudak atau
menghancurkan manusia. Pendidikan dapat mengarahkan transformasi atau perubahan masyarakat.4
e. Kurikulum Sebagai Rasionalisasi Akademik
Pada tahun 1960-an, setelah Sputnik, pengetahuan akademis ini
sangat menonjol kedudukannya dalam kurikulum, khususnya
matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam untuk meningkatkan ilmu dan teknologi. Juga timbul pendekatan baru dalam pengajarannya yang dipelopori oleh Jerome Bruner melalui bukunya yang terkenal
“The Process o f Education”. Ia mengemukakan bahwa dalam
mempelajari disiplin ilmu harus diutamakan pemahaman konsep dan prinsip-prinsipnya yang paling fundamental. Prinsip-prinsip
d. Rekonstruksi sosial
e. Akademik
McNeil menggunakan istilah kurikulum yang humanistik, bersifat
rekonstruksi sosial, teknologi dan akademik. Hilda Taba melihat kurikulum sebagai alat untuk transmisi kebudayaan, transformasi masyarakat,dan pengembangan anak sebagai individu. Konsep ketiga ahli kurikulum menunjukkan banyak persamaan,
a. Kurikulum Sebagai Pengembangan Proses Kognitif
Kurikulum dapat dipandang sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, khususnya kemampuan berpikir agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Yang
diutamakan ialah produknya. Yang harus dipentingkan ialah peningkatan cara ia berpikir, bagaimana berpikir “the how ” bukan apa,
“the w hat” yang dipikirkan. Untuk itu anak-anak perlu mendapat latihan dalam proses berpikir untuk mencapai otonomi intelektual yang memberikan kemampuan kepadanya untuk berpikir secara mandiri tentang berbagai masalah baru yang belum pernah dipelajarinya di
fundamental itulah yang merupakan struktur disiplin itu. Prinsip
fundamental yang dipahami akan dapat digunakan untuk memahami banyak hal, fakta, peristiwa, dan hubungan lainnya. Jadi mempelajari struktur disiplin adalah jalan yang paling efisien untuk mempelajari bidang ilmu itu.5
3. Komponen-komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang miliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta
evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat.
Kedua kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai
dengan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan
kurikulum, a. Tujuan
Telah di kemukakan bahwa, dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan penting, akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya.
Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama
perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua
didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai- nilai filosofis, terutama falsafah negara.
b. Bahan ajar
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang
guru adalah menciptakan lingkungan tersabut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang
dalam suatu rencana mengajar, yang mencakup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan belajar, strategi mengajar, media dan
sumber belajar, serta evaluasi hasil belajar.6
c. Strategi mengajar
Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau metode mengajar. Pada waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga memikirkan strategi mengajar mana yang
sesuai untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (1974: 93-97) membagi strategi mengajar itu atas
6 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Exposition-Discovery learning dan Groups-Individual Learning.
Ausubal and Robinsan (1969: 43-45) membaginya atas strategi
Reception Learning-Discovery Learning dan Rote
Learning-Meaningful Lerning.
1) Reception/ Exposition Learning-Discovery Learning
Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna
yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception Learning
dilihat dari sisi siswa, sedangkan exposition dilihat dari sisi guru.
Dalam exposition atau reception Learning keseluruhan bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Siswa tidak dituntut untuk mengolah, atau melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya.
2) Rote learning- Meaningful Learning
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa mempehatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa
menguasai bahan ajar dengan menghafalkannya. Dalam
meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan makna
bagi siswa.
3) Group Learning- Individual Learning
Pelaksanaan discovery learning menurut aktivitas belajar yang bersifat individual atau dalam kelompok- kelompok kecil.
dan mempunyai beberapa masalah. Masalah pertama, kerena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama, maka
kegiatan discovery hanya dilakukan oleh siswa- siswa yang pandai dan cepat, siswa- siswa yang kurang dan lambat, akan meginkuti
saja kegiatan dan menerima temuan- temuan anak- anak cepat, d. Media mengajar
Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan untuk mendorong siswa belajar.
Mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam yaitu
Interaksi insani, realita, pictorial, symbol tertulis, dan rekaman suara.
1) Interaksi insani
Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih. Dalam komunikasi tersebut kehadiran sesuatu
pihak secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi perilaku yang
lainnya.
2) Realita
Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang- orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang
diamati siswa. 3) Pictorial
dibuat kertas, film, kaset, disket, dan media lainnya. Media
pictorial mempunyai banyak keuntungan karena hampir semua
bentuk, ukuran, kecepatan, makhluk, dan peristiwa dapat di sajikan
dalam media ini. 4) Simbol tertulis
Simbol tertulis merupakan media penyajian informasi yang paling umum, tetapi tetap efektif. Ada beberapa macam bentuk
media simbol tertulis seperti buku teks, buku paket, paket program belajar, modul, dan majalah-majalah.
5) Rekaman suara
Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara. Rekaman dapat disajikan secara tersendiri atau digabung dengan media pictorial. Penggunaan rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup
efektif.
e. Evaluasi pengajaran
Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, dan media pengajaran adalah evaluasi dan penyempurnaan. Evaluasi berfungsi untuk menilai pencapaian tujuan- tujuan yang telah ditentukan serta melalui proses pelaksanaan
1) Evaluasi hasil belajar-mengajar
Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan-
tujuan khusus yang ditentukan, diadakan suatu evaluasi. Evaluasi ini disebut juga evaluasi hasil belajar-mengajar. Dalam evaluasi ini
disusun butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan. Untuk tiap tujuan khusus minimal disusun satu butir soal. Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan belajar dalam jangka waktu yang relatif pendek, tujuan pertama tujuan formatif sebenarnya lebih banyak ditujukan
untuk menilai proses pengajaran .
Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan yang lebih luas, satu semester, satu tahun atau
selama jenjang pendidikan.
2) Evaluasi pelaksanaan mengajar
Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan mengajar
f. Penyempurnaan pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan pengajaran secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Komponen apa yang disempurnakan, dan bagaimana penyempurnaan
tersebut dilaksanakan. Sesuai dengan komponen yang di evaluasi, pada dasarnya semua komponen pengajaran mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen mendapatkan prioritas lebih dulu atau dapat penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahannya.7
4. Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat,
a. Peranan Para Administrator Pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum,
menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimum course
yang dituntut. b. Peranan Para Ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan pada perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena
itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang
studi/disiplin ilmu.
c. Peranan Guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam
perencanaan muapun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembangan kurikulum bagi kelasnya.
Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang
kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Dia yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk
d. Peranan Orang Tua Murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenan dengan dua hal: pertama dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang
tua murid dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.
Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid.8
5. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan
satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai;
yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek- aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
b. Prinsip Relevansi (kesesuaian)
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan
masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal.
d. Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi
atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosisitem dan
kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. e. Prinsip Berkesinambungan (kontinuitas)
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian- bagian, aspek-aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki
hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan
f. Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan
proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin
dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktek, antara unsur-unsur keilmuan sain, sosial, humoniora, dan keilmuan perilaku.
g. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan silaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan. Perencanaanterpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsisten antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral.
h. Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan
pembelajaran yang bermutu, sedang mutu pendidikan berorientasi pada hasilpendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan/media
yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional, yang diharapkan.*
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2005.hlm.30-32
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.
a. Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan
dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Telah diuraikan terdahulu bahwa pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam
kurikulum. b. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian
kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.
Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat,
c. Sistem Nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam
kurikulum.10
B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian
Kurikulum sebagaimana diketahui adalah sekumpulan materi atau
mata pelajaran yang disiapkan untuk dipelajari oleh peserta didik dalam jenjang atau tingkat tertentu. Menurut pendapat Hasan Langgulung, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kurikulum pendidikan Islam dapat diartikan sekumpulan bahan atau mata
pelajaran berupa sejumlah ilmu pengetahuan, lingkungan dan seluruh situasi anak didik belajar (sekolah/madrasah) serta pengalaman yang diajarkan kepada anak didik. Dengan pengertian ini bahwa kurikulum
pendidikan Islam bukan hanya sejumlah pengetahuan yang harus diajarkan
kepada anak didik, tetapi seluruh proses dan lingkungan di mana anak didik memperoleh pendidikan dan pengajaran. Pengetahuan yang akan
diberikan kepada anak didik itu berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW atau dengan kata lain pengetahuan yang tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW.11
Adapun kurikulum pendidikan agama Islam, menurut M. Arifin (1993:186) adalah: Kurikulum pendidikan agama Islam adalah sebagai suatu rangkaian program yang mengarahkan kegiatan belajar-mengajar
yang terencana secara sistematis dan terarah yang mencerminkan cita-cita dari para pendidik sebagai norma dragger (pembawa norma) Islami.
2. Landasan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Landasan kurikulum pendidikan Islam menurut Omar Mohammad
al-Toumy al-Syaibani adalah sebagai berikut: a. Dasar Agama
Semua sistem kehidupan masyarakat termasuk sistem pendidikan yang memuat tujuan, kurikulum dan sebagainya haruslah berlandaskan
agama Islam atau syari’at Islam yang menyangkut prinsip dan ajaran yang berkaitan dengan akidah, ibadah, muamalat dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat, yang harus dikembalikan kepada kitab Al- Qur’an dan sunnah Nabi SAW. Berasarkan Al-Qur’an dan sunnah, *
kemudian melahirkan sumber-sumber cabang lain yang menguraikan dan menyimpulkan dasar-dasar dan hukum umum yang terkandung dalam kedua sumber tersebut.
b. Dasar Falsafah
Falsafah disini bermaksud suatu bentuk ajaran tentang suatu atau tentang segala sesuatu sebagai suatu ideologi. Falsafah yang menjadi prinsip dalam pendidikan Islam wajib dipelihara, bukan hanya dalam
menentukan tujuan-tujuan pendidikan Islam saja, tetapi juga dalam semua aspek pendidikan Islam, termasuk dalam menentukan dan
mengembangkan kurikulum pendidikan Islam. Falsafah pendidikan Islam yang menjadi dasar pengembangan kurikulum pendidikan bukanlah falsafah hasil karya manusia, tetapi falsafah yang bersumber dari wahyu
Allah SWT, atas bimbingan Nabi SAW dan peninggalan-peninggalan pemikiran Islam yang benar sepanjang zaman.
c. Dasar Psikologis
Dasar psikologis adalah dasar yang berkaitan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangannya, bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan-kebutuhan, keinginan, minat, kecakapan, perbedaan individu, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan sebagainya. Islam tidak melarang mendalami dan
pertimbangan dalam menentukan tujuan-tujuan kurikulum dan menentukan kandungannya, menyusun dan melaksanakan pengalaman- pengalamannya.
d. Dasar Sosial
Bahwa kurikulum pendidikan Islam itu dikembangkan atas dasar kehidupan masyarakat atau dengan perkataan lain bahwa kurikulum itu
dibentuk dengan memperhatikan persoalan-persoalan kehidupan masyarakat, seperti kebudayaan, kepercayaan, pengetahuan, keterampilan, tradisi, karena kurikulum disusun untuk kepentingan masyarakat baik
kepentingan untuk mendidik anak sebagai generasi pengganti yang akan melanjutkan tugas-tugas generasi tua dalam bidang pekerjaan tertentu dan
sebagainya. Kemudian tugas kurikulum memang berkaitan sekali dengan masyarakat, misalnya karena kurikulum turut serta dalam proses kemasyarakatan bagi anak didik, penyesuaian mereka dengan masyarakat
tempat mereka hidup, memperoleh sikap dan perilaku yang baik terhadap masyarakatnya, cara bergaul dan bekeijasama dalam masyarakat, tanggung jawab, rela berkorban dan sebagainya.12
3. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pendidikan Islam menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani13 adalah:
a. Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan
dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan- kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan dan hubungan- hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus
berdasar pada agama dan akhlak Islam, harus terisi dengan jiwa agama
Islam, keutamaan-keutamaan, cita-citanya yang tinggi dan bertujuan untuk membina pribadi yang mukmin, kemauan yang baik dan hati nurani yang selalu waspada. Prinsip ini wajib dipelihara bukan hanya pada ilmu-ilmu syari’at saja, tetapi segala yang terkandung dalam
kurikulum termasuk ilmu, akal, fisik, profesional dan segala kegiatan dan pengalaman, sebab semuanya harus berjalan dalam rangka agama, akhlak dan berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan spiritual dan akhlak.
b. Luas cakupannya dan menyeluruh kandungannya yaitu kurikulum yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang
menyeluruh, luas pula dalam perhatiannya. Ia memperhatikan
pengembangan bimbingan terhadap segala aspek pribadi anak didik dari segi intelektual, psikologis, sosial, spiritual, dan bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual, kebudayaan, sosial,
ekonomi, dan politik termasuk ilmu-ilmu agama, bahasa kemanusiaan, fisik, praktis, profesional, seni dan sebagainya.
c. Prinsip ketiga adalah keseimbangan yang relatif antara tujuan dengan kandungan-kandungan kurikulum. Kalau ia memberi perhatian besar pada aspek spiritual dan ilmu syari’at, tidaklah berarti ia membolehkan aspek spiritual itu melebihi aspek penting yang lain dalam kehidupan,
dan juga tidak boleh ilmu syari’at melampaui ilmu seni dan kegiatan lain yang tidak dapat diabaikan untuk diadakan baik bagi individu maupun masyarakat. Oleh sebab itu agama Islam yang menjadi sumber ilham kurikulum dalam menciptakan falsafah dan tujuan-tujuannya, menekankan kepentingan dunia dan akhirat serta mengakui pentingnya
jasmani, akal, jiwa dan kebutuhan setiap aspek itu. Oleh sebab itu ia meminta kaum muslimin memilih jalan tengah, yaitu keseimbangan dan kesederhanaan dalam segala sesuatu.
d. Prinsip keempat adalah berkaitan dengan bakat, kemampuan-
kemampuan dan kebutuhan anak didik, begitu juga dengan alam
prinsip ini maka anak didik lebih terpenuhi kebutuhannya dan lebih sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakatnya.
e. Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individu di antara para
anak didik dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya serta juga memelihara perbedaan dan kelainan di antara alam sekitar dan masyarakat. Karena pemeliharaan ini dapat menambahkan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan anak didik dan
masyarakat serta menambahkan fungsi dan gunanya, sebagaimana ia menambahkan keluwesannya.
f. Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan. Islam yang menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip dan dasar
kurikulum pendidikan Islam, mencela keras sifat taklid (mengikuti) sesuatu pendapat tanpa melakukan menyelidikan tentang kebenarannya. Islam menggalakkan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu menjadi kewajiban kaum muslimin untuk melakukan perubahan dan
perkembangan terhadap kurikulum pendidikan Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan umat Islam pada masa sekarang.
kandungan-kandungan kurikulum dengan kebutuhan-kebutuhan anak didik dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, serta tuntutan zaman. Islam tidak menyetujui kurikulum pendidikan Islam yang tidak tersusun mata pelajaran, pengalaman dan aktivitas anak didik sesuai dengan perkembangan logika dan perkembangan usia anak didik.
4. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam sebagaimana pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani adalah:
a. Ciri pertama kurikulum pendidikan Islam adalah mengedepankan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai tujuan, kandungan- kandungannya metode, alat-alat untuk bercorak agama.
b. Ciri kedua kurikulum pendidikan Islam adalah meluas cakupannya dan
menyeluruh kandungannya yaitu kurikulum yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh, luas
pula perhatiannya. Ia memperhatikan pengembangan bimbingan terhadap segala aspek pribadi anak didik dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.
d. Ciri keempat adalah kecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejeruan dan bahasa-bahasa asing.
e. Ciri kelima kurikulum pendidikan Islam adalah keterkaitan dengan minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan-perbedaan perorangan anak didik.14
5. Bentuk Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Menurut Hery Noer Ali, dalam pendidikan dikenal ada 4 model
konsep kurikulum yang masing-masing lahir dari aliran pendidikan yang berbeda, yaitu :
(1) Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh
para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.
(2) Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan Pribadi. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak
dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam
pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. (3) Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial ini bersumber pada aliran
pendidikan interaksional. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi,
kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya.
(4) Teknologi dan Kurikulum
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjung efisiansi dan efektivitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan pengunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video, penggajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan
bantuan computer, dan lain-lain.
Karena kurukulum model ini memberikan berbagai ilmu pengetahuan
yang saling terkait satu dengan yang lainnya.1'1
6. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam adalah merupakan tujuan yang
hendak dicapai oleh setiap orang muslim yang melaksanakan pendidikan
agama. Karena dalam pendidikan Agama Islam yang perlu ditanamkan
terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya
keimanan yang teguh itu maka akan menghasilkan ketaatan menjalankan
kewajiban agama.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Adz Dzariyah ayat
56 yang berbunyi:
Artinya:
“Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar mereka itu
beribadah kepada Ku”.
Demikian juga dengan tujuan pendidikan islam yang identik
dengan tujuan hidup setiap orang Islam yaitu menjadi hamba yang taat dan
patuh kepada Allah, sebagaimana tertera dalam Q. S. Al-Baqarah ayat 201
yang berbunyi: 15
J
li)! O i j-p
L
jj
JI
^
iljip li/}
Artinya:‘T c Tuhan kam i berilah kam i kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan periharalah kam i dari siksa neraka ”
Di samping beribadat kepada Allah, maka setiap Muslim di dunia
ini harus mempunyai cita-cita untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akherat.16
7. Materi Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Materi merupakan bagian dari kurikulum yang digunakan untuk
mencampai tujuan pendidikan Agama Islam, kerena di dalamnya
terkandung nilai-nilai yang dianggap perlu untuk dimiliki oleh anak didik.
Materi ini hums dikuasai oleh pendidik, sebab kalau tidak akan
menimbulkan kesulitan dalam proses belajar mengajar.17 18
Pada hakikatnya kitab suci Al-Qur’an menjadi bahan-bahan pokok
pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan Islam, formal maupun
non formal, oleh kerena materi pendidikan Islam yang bersumber dari Al-
Quran hams dipahami, dihayati, diyakini, dan di amalkan dalam
1 fi
kehidupan umat Islam.
Zuhairini dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Usaha Nasional,
1983.hlm.45 17 Ibid.
Quran harus dipaham i, dihayati, diyakini, dan di am alkan dalam
kehidupan umat Islam.18
Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok Islam meliputi: a. ‘Aqidah
Adalah bersifat i’tiqad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah. Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. b. Syari’ah
Adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan
manusia. c. Akhlak
Adalah suatu amalan yang bersifat penyempurna bagi dua amal
di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.
Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk Rukun Imam, Rukun Islam, dan Akhlak; dan dari ketiganya
melahirkan beberapa keilmuan Agama, yaitu : Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh
dan Ilmu Akhlak. Kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar 18
hukum Islam yaitu Al Q ur’an dan Al Hadits, serta ditambah lagi
dengan sejarah Islam (Tarikh).19
BAB III
GAMBARAN UMUM
M A 'H A D A L -D I R A S A H A L -I S L A M I Y A H
PROPINSI PATTANI, THAILAND SELATAN
TAHUN 2006/2007
1. Sejarah dan Perkembangan
Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah didirikan pada tahun 2513 B/1970
M didirikan oleh Tuan guru H. Ibrahim Waebuesa bersama anggotanya,
sekarang di serah kuasakan kepada anaknya Muhammad Arafah Waebuesa
menjadi pengurus, diikuti dengan Ustad Awie Cikmad sebagai guru besar,
dan Ustad Abdullah Waebuesa selaku penasihat.
Pada tahun 2515 B/1970 M M a ’had telah mendapatkan
pengesahan dari Kementerian Pendidikan untuk mengajar peringkat
kurikulum bagian agama dari kelas 1-4. Pada tahun 2520 B /1977 M
M a ’had telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Pendidikan untuk
mengajar peringkat kurikulum bagian pertama Matyum Thon 1-3 (SMP)
dan bagian agama dari kelas 5-7. Pada tahun 2529 B/1986 M mulai
mengajar peringkat kurikulum bagian akhir M atyum P lai 4-6 (SMA) dan
bagian agama dari kelas 8-10.
Pada tahun 2537 B/1994 M pihak M a ’had membuat perubahan
sistem pendidikan yaitu sistem lama tahun 2528 B/1985 M menjadi sistem
tahun 2537 B/1994 M. Pada tahun 2539 B/1996 M M a ’had telah