• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGGUNAKAN RANSUM DENGAN SUPLEMENTASI CAMPURAN GARAM KARBOKSILAT KERING

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan bulan Juni sampai dengan September 2011. Pengolahan minyak ikan Lemuru ke dalam bentuk Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK) dan penguraian karkas kerbau Rawa dan sapi Peranakan Ongole ke dalam potongan komersial daging dilakukan di Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengeringan CGKK dengan oven dilakukan di Teknopark SEAFAST, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dan penggemukan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok A, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan penyembelihan dan pemotongannya dilakukan di RPH (Rumah Potong Hewan) Elders.

Materi Ternak

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan 14 ekor ternak uji. Ternak yang digunakan meliputi enam ekor kerbau rawa dan delapan ekor sapi Peranakan Ongol (PO). Ternak yang digunakan adalah ternak jantan yang berumur 2,5 tahun serta memiliki rataan bobot awal 218,66±16,28 kg (kerbau) dan 217,37±15,44 kg (sapi).

Pakan

Ransum yang diberikan untuk penggemukan ternak pada penelitian ini terdiri dari rumput lapang dan rumput gajah, konsentrat komersil yang dicampur dengan kulit ari kedelai yang merupakan limbah dari proses pembuatan tempe, dan sebagai perlakuan, ditambahkan minyak ikan lemuru yang telah terproteksi ke dalam bentuk CGKK pada konsentratnya. Air minum ternak diberikan secara ad libitum. Ransum yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ransum yang Digunakan dalam Penelitian

Persentase pemberian hijauan dan konsentrat adalah 60:40. Konsentrat yang diberikan terdiri dari konsentrat komersil yang dicampur dengan kulit ari kedelai dengan perbandingan 1:2. Suplemen minyak ikan lemuru terproteksi dalam bentuk CGKK ditambahkan pada ransum dengan takaran 45 gr/ 1 kg konsentrat. Kandungan nutrisi ransum yang digunakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian

Zat-zat Makanan Ransum Ransum+CGKK

Bahan Kering 33,33 33,58 Kadar Abu 7,42 7,25 Lemak Kasar 2,25 2,91 Protein Kasar 13,65 13,82 Serat Kasar 35,80 35,93 BETN 40,87 40,09 TDN 57,79 58,87

*Hasil analisa Proksimat **Berdasarkan perhitungan

TDN (Hartadi et al, 1980) = 92.64–.338(SK)–6.945(LK)–0.762(BETN)+

1.115(PK)+0.031(SK)2-0.133(LK)2+0.036(SK)(BETN)+

0.207(LK)(BETN)+0.100(LK)(PK)-0.022(LK)2(PK)

Peralatan

Alat-alat yang digunakan untuk menunjang terlaksananya penelitian ini antara lain kandang pemeliharaan dan peralatan perkandangan, pisau daging serta timbangan digital. Kandang yang digunakan adalah kandang individu berukuran 2 x 1,5 m, lengkap dengan tempat pakan dan tempat air minum. Timbangan berkapasitas

20 kg disediakan untuk menimbang hijauan pakan ternak dan timbangan dengan kapasitas 10 kg disediakan untuk menimbang konsentrat. Timbangan digital dengan kapasitas 1000 kg disediakan untuk menimbang bobot badan ternak.

Prosedur

Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu pengolahan minyak ikan lemuru ke dalam bentuk CGKK (Campuran Garam Karboksilat Kering), pemeliharaan dan penggemukan kerbau Rawa dan sapi PO selama 12 minggu, serta pemotongan dan penguraian karkasnya ke dalam potongan komersial daging. Pengambilan data dilakukan ketika pemotongan dan penguraian karkas dilaksanakan.

Pembuatan CGKK (Campuran Garam Kering Karboksilat)

Penelitian ini diawali dengan proses pengolahan minyak ikan lemuru ke dalam bentuk CGKK. Pembuatan CGKK dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan CGKK saat pemeliharaan dan penggemukan. Pengolahan minyak ikan lemuru ke dalam bentuk CGKK dilakukan dengan mencampurkan sejumlah minyak ikan lemuru dengan HCl, campuran ini kemudian dikocok dan ditambahkan aquades. Adonan tersebut dipanaskan selama ±30 menit sampai suhunya mencapai 60 oC. KOH lalu ditambahkan untuk mencegah adonan teroksidasi, setelah itu adonan disimpan pada suhu ruang sampai terbentuk garam karboksilat dipermukaannya. Onggok super dicampurkan dengan adonan, menggunakan perbandingan 5:1. Pencampuran harus halus, merata dan tidak terjadi gumpalan. Campuran tersebut lalu dioven di Teknopark SEAFAST dengan suhu 32 oC. CGKK yang sudah kering dikemas dalam plastik. Satu bungkus CGKK memiliki berat 90 gram. CGKK yang telah siap inilah yang nantinya dicampurkan ke dalam konsentrat sebagai suplemen pakan sapi. Alur pembuatan suplemen minyak lemuru yang terproteksi dalam bentuk CGKK disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Alur Pembuatan Suplemen Minyak Ikan Lemuru yang terproteksi dalam Bentuk CGKK

Pemeliharaan dan Penggemukan

Enam ekor kerbau Rawa jantan dan delapan ekor sapi Peranakan Ongol (PO) dipelihara selama 12 minggu dengan sistem feedlot, dimana tiga ekor kerbau Rawa dan empat ekor sapi PO diberi pakan dengan menggunakan konsentrat yang diberi penambahan suplemen CGKK, sedangkan tiga ekor kerbau Rawa dan empat ekor sapi PO lainnya diberi pakan tanpa penambahan suplemen CGKK. Ternak dikandangkan sesuai dengan perlakuannya sehingga memudahkan pemberian perlakuan CGKK. Pakan yang diberikan untuk ternak dalam satu hari adalah hijauan sebanyak 20 kg dan konsentrat sebanyak 12 kg. Konsentrat terdiri dari campuran konsentrat komersil dan kulit ari kedelai yang merupakan limbah dari proses

Alat disiapkan, bahan (HCl, KOH dan onggok) ditimbang HCl dan KOH masing-masing dilarutkan dengan aquades Minyak ikan lemuru + larutan HCL, lalu dikocok Ditambahkan aquades, dipanaskan, lalu diaduk hingga suhu ±60 oC Ditambahkan larutan KOH, diaduk kemudian didinginkan Dicampur dengan onggok (perbandingan 5:1) hingga merata

Dioven pada suhu 32 oC

Dikemas dengan takaran 90 gram

pembuatan tempe, lalu sebagai perlakuan, ditambahakan suplemen CGKK ke dalam konsentrat dengan takaran 45 gram/ kg konsentrat. Pemberian pakan dilakukan selama tiga kali.

Pemotongan Ternak dan Deboning

Penyembelihan dilakukan di RPH (Rumah Potong Hewan) Elders. Ternak yang akan disembelih ditimbang bobot potongnya terlebih dahulu, kemudian dimandikan dan diberi tanda (berupa nomor) dengan menggunakan spidol marker agar mudah dalam mengidentifikasi. Ternak digiring masuk ke ruang pemingsanan (knocking box) lalu dipingsankan (stunning) dengan menggunakan alat cash knocker yang dipukulkan tepat dipertengahan dahi di antara kedua kelopak mata. Penyembelihan dilakukan dengan memotong vena jugularis, oesophagus dan trachea, lalu didiamkan sebentar sampai pengeluaran darah sempurna, setelah ternak mati, salah satu kaki belakang diikatkan dengan rantai pada ujung katrol listrik dan kemudian secara perlahan ditarik ke atas sampai menggantung sempurna pada rel penggantung (roller dan shackling chain). Penggantungan dilakukan pada tendon Achilles. Kepala, keempat kaki, ekor dan kulit dipisahkan dari tubuh ternak. Kaki belakang dilepas dengan gunting listrik. Kepala dilepas dari tubuh pada sendi occipito-atlantis (heading). Kaki depan dan belakang dilepaskan pada sendi Carpo-metacarpal dan sendi Tarso-metatarsal. Pengulitan (skinning) dilakukan dengan membuat irisan dari anus sampai leher melewati bagian perut dan dada, juga dari arah kaki belakang dan kaki depan menuju irisan tadi. Kulit dilepas dari arah ventral perut dan dada ke arah dorsal dan punggung.

Pengeluaran isi rongga perut dan dada dilakukan dengan menyayat dinding abdomen sampai dada. Karkas segar kemudian dibelah simetris (splitting) dengan menggunakan gergaji listrik besar (power saw) pada sepanjang tulang belakang dari sacral (Ossa vertebrae sacralis) sampai leher (Ossa vertebrae cervicalis). Karkas diberi label dan ditimbang dengan timbangan sebagai bobot karkas segar/panas sebelah kiri dan kanan, kemudian persentase bobot karkas panas dari setiap ternak dihitung. Karkas disimpan dalam chilling room pada suhu 2-5 oC selama ±24 jam.

Gambar 3. Alur Pemotongan Ternak dan Deboning Ternak digiring ke ruang pemingsanan, lalu dibius dengan Stunning Gun Ternak disembelih, kemudian didiamkan hingga pengeluaran darah maksimal Karkas dingin ditimbang

Deboning dan fat trim

Tubuh ternak digantung. Kepala, kaki dan

kulit dilepaskan Karkas disimpan di chilling room dengan suhu 2-5 oC Evicerasi Karkas dibelah menjadi dua bagian, lalu ditimbang Masing-masing potongan komersial karkas ditimbang

Karkas yang diamati potongan komersialnya adalah karkas sebelah kiri, setengah karkas sebelah kiri ini dibelah menjadi dua bagian terlebih dahulu sebelum dideboning, yaitu pada ruas tulang rusuk 12 dan 13. Seperempat potongan karkas bagian depan (forequarter) meliputi chuck, blade, cuberoll, brisket dan shin, sedangkan seperempat bagian belakang (hindquarter) meliputi striploin atau sirloin, tenderloin, rump, silverside, topside, knuckle, flank dan shank. Semua potongan komersial karkas kemudian ditimbang dan dicatat sebagai bobot potongan komersial karkas. Bobot total daging juga ditimbang dan dihitung persentasenya dari setiap karkas. Alur pemotongan dan deboning ternak disajikan pada Gambar 3.

Rancangan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x2 dengan dua faktor perlakuan yang berbeda yaitu jenis tenak (kerbau dan sapi) dan perlakuan pemberian pakan suplemen CGKK pada ternak (tiga ekor kerbau rawa dan empat ekor sapi PO menggunakan CGKK serta tiga ekor kerbau rawa dan empat ekor sapi PO lainnya tidak menggunakan CGKK).

Model matematika yang digunakan adalah :

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij+ εijk

Keterangan :

Yijk = Hasil pengamatan terhadap perdagingan dan distribusi daging

pada ternak dengan jenis ternak ke-i, dan pemberian pakan suplemen ke-j, dan dengan ulangan ke-k

µ = Nilai rataan perdagingan dan distribusi daging pada ternak Ai Pengaruh jenis ternak taraf ke-i

Bj = Pengaruh pemberian pakan suplemen pada taraf ke-j

(AB)ij = Pengaruh interaksi faktor jenis ternak pada taraf ke-i dengan

pemberian pakan suplemen pada taraf ke-j

ε

ijk = Pengaruh galat percobaan yang berasal dari faktor jenis ternak

ke-i dan perlakuan pemberian pakan suplemen ke-j pada ulangan yang ke-k

Data rataan karakteristik karkas yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) sedangkan data rataan potongan komersial karkas dianalisis dengan menggunakan Analysis of Covariance (ANCOVA). Hasil analisis yang menunjukkan perbedaan nyata diuji lanjut dengan menggunakan Least Square Means (LS Means). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik karkas yang meliputi bobot potong, bobot karkas panas, persentase bobot karkas panas, bobot daging dan persentase bobot daging, serta potongan komersial karkas yang meliputi chuck, blade, cuberoll, brisket, shin, striploin, tenderloin, rump, silverside, topside, knuckle, flank dan shank.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Pemeliharaan enam ekor kerbau Rawa dan delapan ekor sapi Peranakan Ongole (PO) berlokasi di laboratorium lapang blok A Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan kandang pemeliharaan intensif (individu). Ukuran setiap kandang individu yaitu 2 1,5 m. Kandang yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan dibersihkan setiap hari untuk menjaga kebersihannya.

Enam ekor kerbau Rawa dan delapan ekor sapi PO yang digunakan sebagai ternak uji adalah ternak yang berumur 2,5 tahun. Penelitian ini menggunakan ternak uji berupa kerbau Rawa, karena kerbau Rawa adalah jenis kerbau penghasil daging. Terdapat dua jenis kerbau lokal di Indonesia, yaitu kerbau Rawa dan kerbau Sungai, namun kerbau Sungai adalah jenis kerbau penghasil susu, sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini. Fokus penelitian ini adalah untuk menggali potensi ternak kerbau sebagai ternak penghasil daging, karena kurangnya minat masyarakat terhadap daging kerbau, sehingga sapi digunakan sebagai ternak pembanding. Kerbau memiliki dewasa tubuh yang lebih lambat daripada sapi, yaitu sekitar tiga tahun, sedangkan sapi hanya ± 2,5 tahun. Penggunaan sapi PO dalam penelitian ini disebabkan karena sapi PO memiliki dewasa tubuh yang lebih lambat daripada jenis sapi lainnya.

Ternak uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak jantan, karena ternak jantan lebih baik dalam proses penggemukan yaitu memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada ternak betina. Ternak-ternak yang digunakan memiliki kondisi tubuh yang sehat dan bugar. Kerbau rawa yang digemukkan memiliki rataan bobot awal 218,66±16,28 kg, sedangkan sapi PO memiliki bobot awal 217,37±15,44 kg.

Dalam proses penggemukan, ke 14 ternak uji dipelihara dengan pemberian pakan berupa rumput lapang, rumput gajah dan konsentrat. Konsentrat yang diberikan terdiri dari konsentrat komersil yang dicampur dengan kulit ari kedelai dengan perbandingan 1:2. Kulit ari kedelai yang digunakan merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tempe. Penggunaan kulit ari kedelai ini bertujuan untuk menekan biaya pakan agar lebih murah, karena harga konsentrat komersil

cukup mahal sehingga kurang aplikatif apabila metode ini diterapkan untuk peternak kecil. Kulit ari kedelai digunakan untuk pakan penggemukan karna memiliki kandungan protein yang tinggi. Protein adalah nutrisi yang sangat diperlukan ternak dalam proses penggemukan.

Ternak uji dibagi ke dalam dua kelompok. Tiga ekor kerbau Rawa dan empat ekor sapi PO diberi ransum dengan tambahan suplemen CGKK, sedangkan tiga ekor kerbau Rawa dan empat ekor sapi PO lainnya tanpa penambahan suplemen CGKK. Suplemen CGKK yang digunakan memiliki komponen utama berupa minyak ikan lemuru. Minyak ikan lemuru merupakan limbah dari proses pengalengan ikan. Minyak ikan lemuru mengandung asam-asam lemak tak jenuh, yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan kualitas karkas ternak yang dipelihara. Kelemahan dari minyak ikan lemuru ini yaitu tidak dapat diberikan langsung dalam pakan ternak karena memiliki palatabilitas yang rendah, selain itu jika diberikan secara langsung, asam-asam lemak tak jenuh yang terkandung dalam minyak ikan lemuru akan terhidrogenasi oleh bakteri rumen.

Alasan penambahan suplemen sumber lemak dalam pakan adalah karena penambahan lemak dalam ransum yang digunakan untuk penggemukan ruminan dapat meningkatkan jumlah energi pada ransum, meningkatkan palatabilitas ransum, serta menurunkan produksi metan dalam rumen. Peningkatan palatabilitas ransum akan meningkatkan total konsumsi ransum pada ternak, sedangkan penurunan produksi metan di dalam rumen, akan meningkatkan efiensi penggunaan energi. Penambahan lemak dalam pakan ruminan juga berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial (Parakkasi, 1999).

Karakteristik Karkas

Karkas adalah bagian tubuh ternak yang berasal dari hasil pemotongan dikurangi dengan darah, kepala, kaki (mulai dari carpus dan tarsus ke bawah), kulit, organ dalam (jantung, hati, paru-paru), limpa, saluran percernaan dan saluran reproduksi (Soeparno, 2005). Tujuan dari usaha penggemukan ternak pedaging adalah ternak mencapai bobot potong yang tinggi, dengan persentase bobot karkas dan daging yang optimal, selain itu penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas. Usaha penggemukan tidak hanya menghasilkan karkas, namun karkas merupakan komponen utama yang memiliki nilai ekonomi paling tinggi.

Kualitas karkas adalah nilai pada karkas yang dihasilkan oleh seekor ternak terhadap suatu kondisi pemasaran. Nilai karkas dari seekor ternak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu berat karkas, jumlah total daging yang dihasilkan, serta kualitas daging yang dihasilkan.

Tabel 3. Rataan Karakteristik Karkas Berdasarkan Jenis Ternak dan Perlakuan

Parameter Jenis Ternak Perlakuan Rata-rata Non CGKK CGKK Bobot Potong (kg) Kerbau 306,33± 13,05 324,67 ± 14,98 315,50b ± 16,08 Sapi 290,00±22,48 289,75±14,15 289,88a±17,39 Rata-rata 297.00 ± 19.64 304.71± 22.87 Bobot Kerbau 143,67 ± 7,97 149,50 ± 8,50 146,58 ± 8,03 Karkas Sapi 150,88±16,56 151,38±11,43 151,12±13,18 Panas (kg) Rata-rata 147,78 ± 13,16 150,57 ± 9,51 Persentase Kerbau 46,88 ± 0,68 46,09 ± 2,92 46,49a ± 1,94

Bobot Karkas Sapi 51,98±3,18 52,20±1,72 52,09b ± 2,37

Panas (%) Rata-rata 49,79 ± 3,55 49,58 ± 3,87 Daging (kg) Kerbau 48,86±3,77 50,71±4,05 49,78±3,64 Sapi 51,25±6,59 49,77±4,45 50,51±5,26 Rata-rata 50,23±5,30 50,17±3,95 Persentase Kerbau 68,72±1,46 68,18±1,56 68,45±1,39 Bobot Sapi 67,99±3,45 66,69±3,11 67,34±3,12 Daging (%) Rata-rata 68,31±2,61 67,33±2,50

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Hasil pengamatan pada karakteristik karkas kerbau Rawa dan sapi PO yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan analisis ragam yang telah dilakukan terhadap karakteristik karkas yang meliputi bobot potong, bobot karkas panas, persentase bobot karkas panas, bobot daging dan persentase daging, dapat diketahui bahwa penambahan suplemen minyak ikan lemuru terproteksi dalam Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK) pada ransum yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap semua parameter yang diamati, namun jenis ternak memberikan perbedaan nyata (P<0,05) pada bobot potong dan persentase bobot karkas panas.

Bobot potong merupakan bobot ternak yang dihitung ketika ternak akan dipotong. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan sistem pemeliharaan intensif, rataan bobot potong kerbau lebih tinggi daripada bobot potong sapi. Rataan bobot potong kerbau mencapai 315,50±16.08 kg sedangkan sapi hanya 289,88±17.39 kg. Perbedaan bobot potong antara kerbau dan sapi disebabkan karena pertambahan

bobot badan harian, konsumsi dan konversi pakan antara kedua ternak yang tidak sama. Berdasarkan penelitian Bianti (2012) yang merupakan anggota dalam tim penelitian ini, diperoleh data rataan pertambahan bobot badan harian, konsumsi serta konversi pakan pada kedua jenis ternak yang dipelihara dan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Pertambahan Bobot Badan dan Konsumsi Berdasarkan Jenis Ternak dengan Suplemen CGKK

Parameter Jenis Ternak

Perlakuan Rata-rata Non CGKK CGKK PBBH Kerbau 1,096±0,0643 1,223±0,0473 1,160b±0,085 (kg/ekor/hari) Sapi 0,930±0,0920 0,997±0,0974 0,953a±0,091 Rata-rata 1,001±0,116 1,082±0,150 Konsumsi (BK) Kerbau 6,183±0,032 6,303±0,135 6,243b±0,110 (kg/ekor/hari) Sapi 5,207±0,068 5,345±0,028 5,276a±0,088 Rata-rata 5,625±0,524 5,775±0,518 Konversi Kerbau 5,666±0,321 5,133±0,208 5,400±0,379 Sapi 5,650±0,479 5,525±0,499 5,587±0,458 Rata-rata 5,657±0,386 5,375±0,427 Sumber: Bianti, 2012

Berdasarkan penelitian Bianti yang belum dipublikasikan tersebut, dapat diketahui bahwa kerbau memiliki pertambahan bobot badan harian dan konsumsi pakan yang lebih tinggi daripada sapi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Anggraeni dan Triwulanningsih (2007) bahwa kerbau adalah ternak yang potensial untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging, karena kerbau memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu memiliki respon nutrisional yang lebih baik daripada sapi. Kerbau memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memanfaatkan pakan serat. Kemampuan cerna serat kasar kerbau 5% lebih tinggi daripada sapi. Pemberian pakan serat dan konsentrat berkualitas mampu memberikan laju PBBH hingga 1 kg/hari (Anggraeni dan Triwulanningsih, 2007). Namun konversi pakan kerbau yang tidak berbeda nyata dengan sapi menunjukkan bahwa kerbau tidak efisien dalam memanfaatkan pakan yang diberikan.

Nutrisi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Perbedaan respon nutrisional menyebabkan kadar laju pertumbuhan yang tidak sama. Konsumsi protein dan energi mempengaruhi kecepatan laju pertumbuhan. Ternak yang

mengkonsumsi protein dan energi dalam jumlah yang besar akan memiliki kecepatan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Pengaruh nutrisi ini akan lebih tampak pada ternak yang berada pada periode awal pertumbuhan (Soeparno, 2005). Kerbau juga memiliki daya adaptasi yang sangat baik terhadap lingkungan, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan pakan baru yang diberikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendratno et al. (1981) telah dibuktikan bahwa pemberian pakan tambahan berupa bungkil kedelai sejumlah 1,75 kg/ekor/hari pada kerbau jantan yang berumur 2,5-3 tahun mampu menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 0,75 kg/ekor/hari, sedangkan pemberian dedak halus sebanyak 2 kg dan 4 kg/ekor/hari menghasilkan pertambahan bobot badan masing-masing sebesar 0,7 dan 0,78 kg/ekor/hari.

Bobot karkas merupakan salah satu parameter yang penting dalam sistem evaluasi karkas. Hasil karkas dinyatakan dalam persentase karkas. Persentase karkas merupakan rasio dari bobot karkas terhadap bobot potong. Melalui usaha penggemukan dengan sistem pemberian pakan secara intensif serta manajemen pemeliharaan yang baik, diharapkan akan diperoleh ternak kerbau dengan persentase bobot karkas yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa pemberian suplemen CGKK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase bobot karkas panas antara kerbau dan sapi, namun jenis ternak memberikan berbedaan nyata (P<0,05) terhadap persentase bobot karkas panas kedua jenis ternak tersebut. Persentase bobot karkas panas kerbau adalah 46,49%, sedangkan sapi 52,09%. Nilai rataan yang diperoleh sesuai dengan pendapat Soeparno (2005) yang menyatakan bahwa pada umumnya, karkas sapi memiliki presentase sebesar 50-60% dari bobot potongnya, selain itu Diwyanto dan Handiwirawan (2006) menyatakan bahwa kerbau memiliki persentase karkas yang relatif lebih kecil dibandingkan sapi yaitu kurang dari 50% .

Meskipun pada bobot potong kerbau memiliki nilai rataan yang lebih tinggi, ternyata pada persentase bobot karkas panas kerbau memiliki nilai rataan yang lebih rendah daripada sapi. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan bobot hidup yang tidak saja diikuti oleh kenaikan bobot karkas tetapi juga diikuti oleh kenaikan bobot

komponen non karkas seperti perbedaan bobot kepala, kaki, visera dan isi rumen. Bobot komponen non karkas kerbau lebih tinggi daripada sapi.

Soeparno (2005) menyatakan bahwa bobot karkas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot potong dimana lemak jeroan juga meningkat dengan laju pertumbuhan yang tetap, terdapat pula hubungan yang erat antara bobot karkas dan komponen-komponennya dengan bobot tubuh. Jeroan atau visera merupakan organ-organ dari rongga perut yang diperoleh pada saat pemotongan termasuk lambung, usus kecil, hati, jantung dan paru-paru.

Tabel 5. Data Rataan Bobot Komponen Non Karkas Kerbau Rawa dan Sapi PO

Parameter (kg) Jenis Ternak

Kerbau Sapi

Kepala 18,11±1,77 15,75±1,98

Kaki Depan Kanan 1,84±0,16 1,87±0,19

Kaki Depan Kiri 1,86±0,18 1,87±0,18

Kaki Belakang Kanan 1,85±0,17 2,26±0,35

Kaki Belakang Kiri 1,87±0,19 2,26±0,34

Ekor 0,50±0,08 0,91±0,13 Kulit 31,33±5,75 30,00±2,93 Usus 4,16±0,36 3,98±0,70 Rumen 8,94±0,74 7,08±0,70 Jantung 1,64±0,13 0,96±0,12 Hati 5,03±0,57 4,04±0,86 Limpa 1,13±0,25 0,62±0,09 Ginjal 0,69±0,09 0,58±0,07 Lemak Perut 11,00±1,22 7,77±3,05 Paru-paru 2,38±0,28 1,95±0,21 Tenggorokan 1,79±0,17 1,63±0,37 Fat Jagal 1,47±0,30 1,62±0,46 Anus 0,96±0,21 0,86±0,21 Total 96,56±12,62 86,01± 12,94

Berdasarkan penelitian Siamtiningrum yang merupakan anggota dalam tim penelitian ini, diperoleh data bobot bagian non karkas seperti yang tersaji pada Tabel 5. Berdasarkan penelitian yang belum dipublikasikan tersebut, dapat diketahui bahwa kerbau Rawa dan sapi PO yang dipelihara tanpa pemberian suplemen minyak ikan lemuru yang terproteksi dalam bentuk CGKK, memiliki pertumbuhan bobot bagian non karkas yang berbeda. Kerbau cenderung memiliki bobot bagian non karkas yang lebih tinggi dari pada sapi.

Bobot Potongan Komersial Karkas

Potongan komersial karkas merupakan bentuk potongan-potongan yang umum dijual dipasaran dan sudah umum diketahui oleh konsumen. Potongan komersial karkas bertujuan untuk mempermudah pemasaran. Potongan komersial sapi diperoleh dari seperempat bagian karkas depan (forequarter) dan seperempat bagian karkas belakang (hindquarter). Bagian seperempat karkas depan (forequarter) dan seperempat karkas belakang (hindquarter) diperoleh dengan memisahkan rusuk ke 12 dan 13. Potongan komersial dari seperempat bagian karkas depan (forequarter) meliputi chuck, brisket, blade, cuberol, dan shin , sedangkan potongan komersial yang diperoleh dari penguraian karkas belakang (hindquarter), meliputi striploin, tenderloin, flank, rump, silverside, topside, knuckle dan shank.

Forequarter: Hindquarter:

A. Chuck F. Striploin K. Topside

B. Blade G. Tenderloin L. Knuckle

C. Cuberoll H. Flank M. Shank

D. Brisket I. Rump

E. Shin J. Silverside

Gambar 4. Pola Penguraian Potongan Komersial Karkas

Bobot setiap potongan komersial sangat beragam dan dipengaruhi oleh bobot karkasnya. Bobot karkas yang semakin tinggi, akan menghasilkan bobot potongan komersial yang semakin tinggi pula. Keragaman pada setiap bobot potongan

Dokumen terkait