MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Alternaria sp dan Phytopthora sp.
MATERI DAN METODE Metode Ekstraks
Daun Sembung Delan yang telah dikering anginkan, diblender sampai menjadi bentuk tepung, kemudian ditimbang sebanyak 200 g,
dan dimaserasi tiga kali dengan 2 L metanol. Maserasi pertama dilakukan selama 72 jam pada suhu kamar dan maserasi berikutnya selama 24 jam. Filtrat yang diperoleh melalui penyaringan
hasil maserasi diuapkan dengan vaccum rotary
evaporator pada suhu 40oC untuk memisahkan
solven dan ekstrak (Harborne, 1996 ; Gunawan
et all, 2008). Ekstrak kasar yang diperoleh
diencerkan dengan methanol 99,9% sehingga didapat konsentrasi 100 ppm, 1000 ppm dan 10.000 ppm.
Bioasai Ekstrak Kasar Daun Sembung Delan terhadap Beberapa Jamur Patogen Pada Tanaman
Penelitian ini menggunakan jamur Alternaria
sp. dan Phytopthora sp.yang diperoleh dari stok
kultur Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Jamur tersebut diremajakan dengan cara menginokulasikan masing-masing jamur dengan menggunakan ose steril ke dalam cawan petri
yang telah berisi media Potato Dextrose Agar
(PDA), dan diinkubasikan selama 6 hari pada suhu kamar. Koloni yang tumbuh siap digunakan untuk uji daya hambat.
Potensi daya hambat ekstrak kasar Sembung Delan dilakukan dengan cara memipet 1 mL masing-masing konsentrasi ekstrak kasar dituangkan ke dalam masing-masing cawan petri yang telah diberi label, dituangkan 10 mL media
PDA (suhu 40oC), digoyang secara simultan
sampai merata, dan biarkan memadat. Koloni jamur uji yang telah disiapkan dengan diameter 0,5 mm diletakkan ditengah masing-masing cawan petri yang telah berisi campuran media dengan konsentarsi ekstrak daun Sembung Delan. Koloni jamur yang diinokulasi pada cawan petri yang berisi campuran media dengan pelarut methanol berperan sebagai kontrol. Semua cawan petri tersebut selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar selama 4 hari. Daya
tumbuh pada cawan petri yang telah berisi campuran media dengan konsentrasi ekstrak. Dengan cara yang sama dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-ratakan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisys of variance(Steel dan Torrie, 1993).
Kemampuan daya hambat masing-masing fraksi ekstrak kasar daun Sembung Delan dilakukan dengan menggunakan modifikasi metode Kirby Bauer tahun 1986, yaitu dengan cara hasil fraksi ekstrak kasar daun Sembung Delan didepositkan pada 2 kertas cakram kemudian diletakkan masing-masing dengan jarak 1 cm sisi kiri dan kanan dari koloni jamur
uji (Hewitt and Stephenl. 1986; Anonim, 2011).
Hasil positif ditujukkan oleh tidak tumbuhnya jamur disekitar kertas cakram setelah jamur diinkubasi selama 4 hari pada suhu kamar.
Metode Fraksinasi
Ekstrak kasar daun Sembung Delan difraksinasi menggunakan Kolom Kromatografi dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Sebanyak 11,47 g ekstrak kasar dilarutkan dalam 60 mL metanol : aceton (1 :1) ditambahkan 10 gr silica gel (Wako gel c – 300, particel size 40 – 75ìm), lalu dievaporasi. Ekstrak kasar yang telah berbentuk kristal dimasukkan ke dalam colomn yang panjangnya mencapai 60 cm dengan diameter 3 cm, dimana colomn tersebut sebelumnya diisi 90 g silica gel dalam 300 mL n – hexana. Untuk mendapatkan fraksi dari ekstrak kasar, selanjutnya colomn dilewati eluent dengan tingkat kepolaran yang berbeda yaitu hexan, 10% ethyl acetate dalam hexane, 30% acetate dalam hexane, 50% acetate dalam hexane, ethyl acetate, 5% methanol dalam ethyl acetate, 10% methanol dalam ethyl acetate, 20% metahol dalam ethyl acetate.
Setiap evluent yang melewati colomn, ditampung sebanyak 50 mL. Tampungan I dianggap sebagai fraksi satu dan hasil tampungan berikutnya sebagai fraksi ke dua dan seterusnya.
Selanjutnya masing-masing fraksi dilarutkan dalam 2 mL metanol aceton lalu di KLT dengan plate KLT berukuran 10 cm x 10 cm (Keisel Gel 60 F245). Fraksi yang menunjukkan tanda pemisahan senyawa yang sama pada plate KLT, kemudian digabung menjadi satu fraksi .
HASIL
Berdasarkan uji In-vitro Ekstrak daun
Sembung Delan terhadap pertumbuhan jamur
Alternaria sp. dan Phytopthora sp. pada media
PDA diperoleh hasil positif. Rata-rata diameter kedua koloni jamur yang diujikan mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak yang diberikan. Pada konsentrasi 10000 ppm diameter koloni jamur
alternaria sp sebesar 1,13 cm jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan kontrol yang hanya diberikan pelarut metanol yaitu sebesar 3,53 cm. Bahkan pada perlakuan dengan konsentrasi 10000 ppm ekstrak daun Sembung Delan tidak
terjadi pertumbuhan jamur phytopthora sp. yang
diujikan pada media PDA. Data selengkapnya disajikan pada tabel 1.
Sebanyak 17 fraksi diperoleh darifraksinasi
ekstrak daun Sembung Delan dengan menggunakan metode kolom kromatograsi. Dari 17 fraksi tersebut, hanya fraksi IX dan X memberikan hasil positif (Tabel 2). Pemisahan
KLT dengan pengembang hexan : etil asetat terlihat fraksi IX membentuk 3 spot dengan nilai Rf berturut-turut sebesar 0,7; 0,78; dan 0,86 sedangkan fraksi X dengan pengembang yang sama dengan fraksi X membentuk 4 spot dengan masing-masing nilai Rf sebesar 0,58; 0,74; 0,78, dan 0,84.
PEMBAHASAN
Ekstrak kasar daun Sembung Delan memberikan hasil positif dalam menghambat kedua jenis jamur yang diujikan. Hal ini berarti bahwa ekstrak daun Sembung Delan mengandung bahan aktif yang mampu
menghambat pertumbuhan baik jamur Altenaria
sp maupun Phytopthora sp. Menurut Robinson
(1995) Sembung Delan termasuk dalam famili Compositae mengandung senyawa ester asam asetilenat, hidrokarbon asetelina dan alkohol. Namun dalam hal ini belum dapat dipastikan senyawa mana yang berperan sebagai fungisida. Naim (2004) dan Sukaraga (2010) menyatakan tanaman yang mengandung Flavonoid seperti fenol dapat menyebabkan denaturasi protein dan apabila terjadi pada membran sel jamur dapat mengakibatkan terjadinya gangguan transport bahan-bahan baik dari luar maupun dari dalam sel. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan jenis jamur dan konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05)
terhadap pertumbuhan diameter koloni jamur yang diujikan. Rata-rata diameter pertumbuhan koloni kedua jamur yang diujikan mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya konsentasi ekstrak yang diberikan. Besar kecilnya daya hambat ekstrak tanaman sangat mungkin ditentukan oleh jenis senyawa aktif, konsentrasi bahan aktif dan jenis mikroorganisme uji. Menurut Mustika dan Racmat (1993) konsentrasi suatu bahan yang berfungsi sebagai antimikroba merupakan salah satu faktor penentu besar kecil kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan mikroba yang diuji. Lingga dan Rustama (2005) juga menyatakan semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antimikroba maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan mikroba tersebut. Pada tabel 1 dapat dilihat rata-rata diameter
pertumbuhan koloni jamur Alternaria sp. lebih
besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan
jamur Phythoptora sp. pada pemberian
konsentrasi ekstrak yang sama. Perbedaan ini
mengindikasikan Alternaria sp lebih resisten jika
dibandingkan dengan jamur sp.
dalam merespon adanya senyawa aktif yang terkandung dalam daun Sembung Delan. Nester
at all (2007) menyatakan bahwa respon jamur
terhadap fungisida dipengaruhi oleh perbedaan species jamur yang diujikan. Bahan yang bersifat anti fungi dapat mengganggu fungsi membran plasma, sintesis dinding sel dan menggangu proses terjadinya pembelahan sel.
Fraksi IX dan Fraksi X menunjukkan hasil positif dari 17 fraksi yang diperoleh. Hal ini berarti kedua fraksi tersebut mengandung senyawa fungitoksik yang mampu menghambat
pertumbuhan Alternaria sp. dan Phytopthora
sp. Hasil pemisahan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari Fraksi IX dan X masing-masing membentuk 3 spot dan 4 spot. Perbedaan jarak spot dari hasil KLT baik pada fraksi IX dan X menunjukkan ada senyawa yang berbeda yang terkandung dalam masing-masing fraksi. Dalam penelitian ini belum diketahui senyawa mana dari hasil pemisahan tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur yang diujikan. Menurut Metreux dan Raskin (1993) bahwa salah satu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan yang
fenolik. Senyawa tersebut secara alami diproduksi oleh tumbuhan akibat tanggapan umum tumbuhan terhadap serangan mikroorganisme. Suprapta (2001) menyatakan ada beberapa jenis senyawa yang dapat berfungsi sebagai antijamur yang dihasilkan oleh tumbuhan seperti: saponin, sianogenik glikosida dan glukosinolat. Dilimartha (2001) pernah melaporkan bahwa senyawa glikosida yang
terkandung pada daun Sembung Besar (Blumea
balsimifera) dapat berfungsi sebagai senyawa
antijamur. Hal ini belum dipastikan apakah senyawa glikosida yang terkandung pada daun Sembung Besar juga terdapat pada daun Sembung Delan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa yang dapat berfungsi sebagai fungisida.
KESIMPULAN
Ekstrak kasar daun Sembung Delan yang diuji
secara in vitro pada media PDA mampu
menghambat pertumbuhan jamur Alternaria sp.
dan jamur Phytopthora sp.Ada perbedaan yang
signifikan antara kontrol dengan perlakuan konsentrasi ekstrak kasar yang diberikan. Hanya fraksi IX dan fraksi X dari 17 fraksi yang diperoleh mampu menghambat pertumbuhan kedua jenis jamur yang diujikan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, MSc. dan Prof. Dr. Ir. Nyoman Arya, M.Agr.(Alm) atas bantuan fasilitas dan bimbingannya serta kepada Ir. Anak Agung Gede Raka Dalam, MSc. (Hort) atas koreksinya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
KEPUSTAKAAN
Agrios, G.N. 1996. Plant Patology. Third
Edition. Academic Press, INC. Santiago. California.
Anonim, 2011. Sensitibilitas Test Metode Kirby-
Bauer. http//eema-kharisma Blog spot.
Com/2011/senstibilitas-test metode Kirby-bauer.html.
Dalimartha, S..2001. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia. Penerbit Trubus Agriwidya.
Darmayasa, I.B.G. 2006. Daya Hambat Fraksinasi Ekstrak Daun Sembung Delan (Sphaeranthus indicus, L) Terhadap Pseudomonas solanacearum L.
Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman
Tomat. J. Bumi Lestari.6. hal 24..
Darmayasa, I.B.G.. 2008. Daya Hambat Fraksinasi Ekstrak Daun Sembung Delan (Sphaeranthus indicus, L) Terhadap
Bakteri Eschericia coli dan
Staphylococcus aureus. J.Bio.12 hal. 74.
Girsang, W.2009. Dampak Negatif Penggunaan
Pestisida. At. http//usitani;wordpress
com/2009/02/26/dampak-negatif- p e n g g u n a a n - p e s t i s i d a.Opened:
2882011
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Edisi
ke dua. Terjemahan Kosasih padmawinata dan Inang Soedira. Penerbit ITB Bandung 1996.
Hewitt, W., V. Stephen. 1989. Microbiological
Assay. Academic Press. INC. SanDiago,
New York.
Hardaningsih, S. 2010. Patogenitas
Phytopthora sp. Pada Beberapa Genotif
Kacang Hijau dan Prospek Pengendaliannnya Menggunakan
Trichoderma spp. at.http//www. Peipti- komdas sulsel,org/wp-content/up louds/ 2011/6/7/-Hardiningsih-phatogenitas- phytopthora pdf.
Lingga, M.A.,MM. Rustama. 2005. Uji Aktibakteri dari ekstrak Air dan Etanol
Bawang Putih (Allium sativum L.)
Terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram Positif yang Diisolasi dari Udang Dodol (Metapenaeus monoceros), Udang
Lobster (Panilirus sp), dan Udang Rebon
(Mysis dan Acetes). Jurusan Biologi F
MIPA Universitas Padjajaran Bandung.
Metraux, JP., I. Raskin. 1993. Rule of Phenoliccs in Plant Disease Resistance. Wiley- Liss . INC.
Mustika, I., A.S. Rachmat. 1993. Efikasi Beberapa Macam Produk Cengkeh dan Tanaman Lain terhadap Nematoda Lada. Proceeding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida. Bogor. hal. 49.
Naim, R. 2004. Senyawa Antimikroba dari Tanaman. Available at:http:// www.kompas.com.opened : 021210 Nester, E.W., Denise, G. A., C Evans, Jr. Martha
T. N. 2007. Microbiology. Fifth Edition. Higher Education.
Nordland, D.A., L.J. Richard, W. L. Joe. 1981. Smiochemicals Their Role in Pest Control. A Wiley-Interscience Publication New York .
Robinson, T.. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi Edisi ke Dua. Penerjemah K. Padmawinata. Penerbit ITB Bandung.
Semangun, H.. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sierra, A.P., M. León, L. A. Álvarez, S. Alaniz, M. Berbegal, J. García-Jiménez, and P. Abad-Campos. 2010 Outbreak of a New
Phytophthora sp. Associated with Severe
Decline of Almond Trees in Eastern Spain. At. http//nature barkley edu/cotf/pdf/ montly report/May 2010/P/neiderhausseri 2010pdf.
Soerjani, M., A.J.G.H. Kostermans T. Gembong. 1987. Weed of Rice in Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Stee, R.G.D. and J.H.Torrie.1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Penerjemah Bambang Sumantri.PT. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.
Sukaraga, I W. 2010. Aktivitas Antijamur
Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia
galanga) Dalam Menghambat
Pertumbuhan Mucor sp yang
mengkontaminasi Produk Abalone Kering (Haliotis asinina) Tesis Program
Magister. PS. Bioteknologi Universitas Udayana. hal. 70.
Suprapta, D.N.. 2001. Senyawa Antimikroba dan Pertahanan Tumbuhan Terhadap