• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian tahap pertama merupakan penelitian pendahuluan untuk mengetahui sifat-sifat ikan secara biologik dan pengamatan habitat, dilakukkan pada bulan Mei dan Agustus 2006 di habitat alami ikan hike yaitu kawasan perairan Prabu Siliwangi, Desa Pajajar Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka. Selain itu juga dilakukan identifikasi taksonomi ikan hike yang dilakukan di Laboratorium Ichtiologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Analitik, Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BTL-BPPT). Identifikasi plankton dilakukan di Laboratorium Planktonologi FPIK IPB.

Penelitian tahap kedua merupakan kegiatan utama penelitian ini, yaitu induksi ovulasi serta penetasan telur ikan hike. Kegiatan tersebut mengambil lokasi di Desa Kumbung, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka dari akhir Maret sampai Juni 2007 dan dilanjutkan pada Maret sampai Juni 2008. Pada periode tersebut juga dilakukan analisis kualitas air dan identifikasi plankton sebagaimana telah dilakukan pada tahap penelitian pendahuluan.

Materi Penelitian Ikan Percobaan

Ikan hike yang digunakan dalam penelitian diambil dari habitat alaminya dengan cara dipancing, kemudian diadaptasi selama 1 bulan. Ikan diberi pakan 3 kali sehari, yaitu pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00, sebanyak 3% dari bobot badan. Selanjutnya ikan diseleksi hingga didapatkan sebanyak 6 ekor jantan dewasa dengan bobot 200 g untuk koleksi semen dalam fertilisasi buatan dan betina dewasa dengan bobot badan 250-300 g sebanyak 12 ekor untuk 4 kelompok perlakuan induksi hormon. Seleksi meliputi keadaan fisik yaitu sehat, tidak ditemukan cacat, gerakan renangnya lincah dan ikan betina sudah mememasuki fase telur postvitelogenik yang ditentukan berdasarkan pengamatan visual sudah terlihat pembesaran pada bagian

perut, perut cukup terasa lunak ketika diraba dan diperoleh telur pada saat dilakukan kateterisasi.

Pakan Ikan dan Hormon

Pakan ikan yang digunakan adalah pakan komersial memiliki kandungan protein kasar 35% (Hardjamulia et al. 1999, Gaffar et al. 1991) dengan nama dagang Atlas. Preparat gonadotropin yang digunakan adalah sediaan komersial dengan nama dagang ovaprim (Syndel International Inc.) yang mengandung analog salmon Gonadotropin Releasing Hormone (sGnRH-a) dan domperidon. Setiap ml ovaprim mengandung 20 µg sGnRH-a (D-Arg6, Trp7, Leu8, Pro9-NET)-LHRH dengan 10 mg domperidon (Pandey et al. 1998)

Larutan Pengencer

Larutan pengencer yang digunakan untuk pengenceran semen dan fertilisasi buatan adalah larutan Tris-glisin yang mengandung 45 mM NaCl, 5 mM KCl, Tris 2.5 mM dan glisin 19 mM, pH 8 (Billard et al. 1995).

Metode Penelitian

Pemeriksaan Air pada Habitat Asal Ikan Hike

Pengamatan pada habitat alami meliputi pemeriksaan keadaan air. Pada penelitian ini, pemeriksaan berkaitan dengan beberapa sifat fisik-kimia dan biologi (identifikasi plankton). Parameter fisik-kimia air meliputi DO (disolved oxygen/oksigen terlarut), COD (chemical oxygen demand), BOD (biologycal oxygen demand), kekeruhan, kesadahan, pH dan temperatur air. Pemeriksaan pH dan temperatur air dilakukan langsung pada lokasi sampling. Sedangkan pemeriksaan DO, COD, BOD, kekeruhan dan kesadahan dilakukan di laboratorium.

Persiapan Kolam Penangkaran

Berdasarkan hasil pengamatan habitat asal, kolam penangkaran disiapkan sedemikian rupa memiliki keadaan air yang mendekati habitat asal. Lokasi kolam buatan berjarak 3 km dari lokasi habitat asal ikan dengan suplai air bersumber dari

Sungai Cipadung yang berasal dari mata air di kawasan Pesanggrahan Prabu Siliwangi. Kolam berdinding semen berukuran panjang lebar dan tinggi 2x1.5x1.5 m3, diisi air yang mengalir dengan ketinggian air sekitar 70 cm, bagian dasar kolam dilapisi kerikil dan batuan besar sedang bagian atasnya ditutup dengan jaring.

Induksi Hormon

Perlakuan induksi dibagi dalam 3 kelompok dengan masing-masing perlakuan terdiri 4 ekor betina. Setiap kelompok diberi perlakuan injeksi ovaprim, masing- masing dengan dosis 8, 10 dan 12 µg sGnRHa/kg bobot badan (intramuscular pada otot di bawah sirip punggung). Injeksi diberikan 2 kali, injeksi pertama menggunakan setengah dosis perlakuan, dilakukan pada petang hari jam 17.00-18.00 kemudian 12 jam berikutnya diberikan injeksi yang kedua dengan setengah dosis hormon sisanya.

Tabel 1 Jumlah ikan percobaan dan perlakuan Jumlah ikan Dosis GnRHa

(/kg berat badan)

4 8 µg

4 10 µg

4 12 µg

Setelah injeksi, ikan dikembalikan ke kolam penangkaran yang telah dilengkapi jaring untuk memudahkan pengangkatan pada saat dilakukan pengamatan gonad. Pengamatan secara visual untuk melihat perkembangan kematangan gonad dilakukan secara eksternal. Pada saat hiperemia dan pembengkakan sekitar lubang genital semakin kuat, pengamatan dilakukan setiap setengah jam untuk melihat ovulasi telur berdasarkan keberhasilan diperolehnya telur pada saat dilakukan pengurutan (stripping). Secara ringkas bagan alur tahapan-tahapan kegiatan dalam penelitian diilustrasikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Bagan alir tahapan kegiatan dalam penelitian Koleksi Telur

Apabila pengamatan telah menunjukkan tanda-tanda ikan ovulasi yaitu tingkat hiperemia, pembengkakan lubang genital yang kuat dan palpasi abdominal caudal yang lunak maka segera dilakukan koleksi telur. Koleksi telur dari setiap ikan pada masing-masing perlakuan dengan cara stripping. Untuk keperluan ini, ikan terlebih dahulu dikeringkan dengan kain bersih dan lubang genitalnya dikeringkan dengan menggunakan kertas tissu. Selanjutnya dilakukan pengeluaran telur dari ovarium dengan cara mengurut bagian perut secara perlahan hingga telur keluar melalui lubang genital. Telur yang keluar ditampung dalam wadah plastik dan diukur volumenya untuk keperluan fertilisasi.

Koleksi Semen

Koleksi semen dilakukan dengan cara stripping seperti pada koleksi telur. Semen yang terkoleksi disedot dengan spuit berskala untuk mengetahui volumenya. Sebelum digunakan untuk fertilisasi, dilakukan pengamatan mikroskopis terhadap

Kolam Penangkaran

♀Injeksi kedua 0,5 dosis

OVULASI

Koleksi Telur

Pengamatan Masa Laten

Fertilisasi ♂Koleksi Semen

Pengamatan IGS & Fekunditas Penetasan Pengamatan Fertilisasi Pengamatan Penetasan ♀Injeksi pertama 0,5 dosis Evaluasi

motilitas untuk menentukan kelayakan penggunaannya. Hanya semen segar yang memiliki motilitas 80% atau lebih yang digunakan untuk kegiatan fertilisasi.

Fertilisasi

Fertilisasi dengan cara menempatkan telur dari setiap ikan yang telah diukur volumenya pada wadah plastik. Ke dalam wadah plastik, dilakukan penambahan semen yang telah diencerkan 1000 kali dalam jumlah yang setara dengan volume telur yang diperoleh (Billard et al. 1995). Selanjutnya telur dan semen dicampurkan dengann diaduk secara perlahan selama 3 menit menggunakan bulu ayam.

Penetasan Larva

Telur yang sudah difertilisasi ditempatkan pada wadah inkubasi yang beraerasi dan bersuhu 22oC hingga menetas. Setiap ulangan menempati 1 wadah inkubasi. Untuk keperluan ini digunakan wadah plastik berukuran 20 x 10 x 40 cm3 yang diisi dengan air yang telah diinapkan dan diaerasi semalam, sebanyak 2/3 volume akuarium. Sebelum digunakan, wadah inkubasi dan perlengkapannya didesinfeksi dengan metilen biru.

Parameter yang Diamati Masa Laten

Masa laten dihitung sejak dilakukan injeksi hormon yang kedua hingga terjadinya ovulasi. Jika secara visual sudah terlihat hiperemia dan pembukaan pada lubang genital, dilakukan pengurutan abdomen setiap 30 menit untuk melihat terdapatnya ovulasi. Kejadian ovulasi ditandai dengan diperolehnya telur yang sudah bercerai berai pada saat stripping.

Indek Gonad Somatik

Indek gonad somatik (IGS) dihitung berdasarkan bobot telur total terhadap bobot ikan. Caranya dengan menimbang bobot ikan sesaat sebelum telur dikoleksi dan membandingkannya dengan bobot ikan setelah telur dikoleksi. Bobot telur diasumsikan sebagai selisih antara bobot badan ikan sebelum dan sesudah telur dikoleksi (Effendie 2002). Jika bobot badan ikan sesaat sebelum telur dikoleksi

dinyatakan dengan B1 dan sesudah telur dikoleksi dinyatakan dengan B0 dibagi dengan bobot ikan setelah koleksi (B0), maka angka IGS yang dinyatakan dalam persen dihitung sebagai berikut:

% B = B1-B0 x100%.

B0 Fekunditas

Fekunditas dihitung secara mutlak berdasarkan jumlah telur yang diperoleh dari ovulasi masing-masing induk. Jumlah telur dinyatakan dalam jumlah butir.

Diameter Telur

Pengamatan kualitas oosit dilakukan terhadap telur yang terkoleksi melalui stripping. Telur yang diamati dari setiap induk berjumlah 50 butir. Pengamatan menggunakan mikroskop lensa objektif 4x dan lensa okuler 10x. Selain ukuran diameter telur, diamati juga keseragaman ukuran telur, keutuhan lapis membran dan bermigrasinya inti oosit mendekati lubang mikropil (Yueh dan Chang 2000).

Derajat Telur Terbuahi

Tingkatan telur yang berhasil dibuahi dihitung dalam waktu 15 menit setelah dilakukan fertilisasi buatan. Caranya dengan mengambil secara acak 50 butir telur dan dilihat secara mikroskopis (pembesaran 40 kali) untuk mengetahui terjadi atau tidaknya fertilisasi. Telur yang telah dibuahi akan tampak bening dengan kemunculan badan polar II. Persentase atau tingkat telur terfertilisasi dihitung berdasarkan jumlah telur (F0) yang berhasil dibuahi (F1) dibagi jumlah total telur (F0) dikalikan 100%, sebagai berikut

% F = F1 x100%.

F0

Derajat Penetasan Telur

Tingkat penetasan dihitung dalam waktu 5 hari setelah telur diinkubasikan dalam wadah inkubasi. Untuk keperluan tersebut, setelah dilakukan fertilisasi, disiapkan sekitar 100 butir telur dari masing-masing induk dan diinkubasikan ke

dalam wadah inkubasi yang berbeda. Persentase penetasan dihitung secara langsung berdasarkan jumlah telur yang tidak berhasil menetas (T1) dibagi dengan jumlah telur awal (T0) dikalikan 100%, sebagai berikut:

% T = T1 x100%.

T0

Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian pendahuluan untuk identifikasi ikan, identifikasi plankton dan pengamatan habitat dilakukan secara deskriptif. Sedangkan penelitian utama dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan yaitu:

1. Perlakuan injeksi sGnRH-a 8 µg per kg bobot badan. 2. Perlakuan injeksi sGnRH-a 10 µg per kg bobot badan. 3. Perlakuan injeksi sGnRH-a 12 µg per kg bobot badan.

Data yang diperoleh pada penelitian inti kemudian dianalisis dengan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0.05) dilanjutkan dengan uji Tukey’s (Steel dan Torrie 1993) menggunakan rumus persamaan sebagai berikut :

W = ±

q

k,v,n/2 Sy (1/n +1/n)

√2

Sy = √RJKgalat v = N-k Keterangan:

W = rentang signifikan terkecil k = jumlah perlakuan

v = db galat

n = jumlah ulangan tiap perlakuan

q = rentang yang diperoleh dari tabel rentang N = jumlah data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait