• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2006. Lokasi penelitian terletak di Pusat Pacuan Kuda Pulomas Pulo Gadung, DKI Jakarta.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuda pacu di Indonesia yang merupakan hasil persilangan antara jantan kuda pacu Australia (Thoroughbred) dan betina kuda lokal. Penelitian ini juga menggunakan kuda lokal Indonesia itu sendiri. Kuda pacu persilangan yang digunakan yaitu pada G2 (generasi 2), G3 (generasi 3), G4 (generasi 4), dan KPI (Kuda Pacu Indonesia); sedangkan kuda lokal yang digunakan adalah kuda Sumba dan kuda Priangan. G2 (70% Thoroughbred, 25% Lokal) merupakan hasil persilangan antara jantan Thoroughbred dan betina G1. G1 (50% Thoroughbred, 50% Lokal) merupakan hasil persilangan antara pejantan Thoroughbred dengan betina Lokal. Betina lokal yang digunakan adalah betina Sumba dan Priangan, tetapi penggunaan Sumba lebih banyak dari Priangan. G3 (87,5% Thoroughbred, 12,5% Lokal) adalah hasil persilangan antara pejantan Thoroughbred dengan betina G2. G4 (93,75% Thoroughbred, 6,25% Lokal) merupakan hasil persilangan antara jantan Thoroughbred dengan betina G3. KPI (90,625% Thoroughbred, 9,375% Lokal jika ♂G3 x ♀G4; 93,75% Thoroughbred, 6,25 Lokal jika ♂G4 x ♀G4) merupakan hasil biak dalam antara betina G4 dengan jantan G4 atau betina G4 dengan jantan G3. Gambar 1. menyajikan skema pembentukan Kuda Pacu di Indonesia mulai dari (G1), (G2), (G3), (G4) sampai pembentukan KPI. Pada penelitian ini KPI yang digunakan adalah KPI yang berasal dari persilangan antara jantan G4 dan betina G4.

T X L Jantan Betina (100% T) (100% L) TL X T Betina Jantan (G1) (50% T, 50% L ) T2L X T Betina Jantan (G2) (75% T, 25% L ) T3L X T Betina Jantan (G3) (87,5% T, 12,5% L ) T4L X T3L T4L X T4L Betina Jantan Betina Jantan

(G4) (G3) (G4) (G4) (93,75% T, 6,25% L ) (93,75% T, 6,25% L ) (87,5% T, 12,5% L ) KPI KPI (93,75% T, 6,25% L ) (90,625% T, 9,375% L)

Keterangan : T = Kuda Thoroughbred, L = Kuda lokal, KPI = Kuda Pacu Indonesia Gambar 1. Skema Pembentukan Kuda Pacu Indonesia Melalui G1 (TL), G2

(T2L), G3 (T3L) dan G4 (T4L).

Jumlah kuda yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 24 ekor yang terdiri atas jantan dan betina, pada umur dewasa tubuh. Tabel 2. menjelaskan rincian kuda yang digunakan.

Tabel 2. Jumlah Kuda yang Digunakan dalam Penelitian Jumlah (ekor)

Kuda

Jantan Betina Total

G2 3 0 3 G3 4 1 5 G4 5 1 6 KPI 2 1 3 Sumba 1 3 4 Priangan 2 1 3

Bahan dan Alat

Bahan. Pakan yang digunakan kuda-kuda pacu tersebut meliputi rumput lapang dan konsentrat yang terdiri dari jagung, gabah dan kacang-kacangan; serta diberikan tambahan vitamin dan mineral. Bahan lain yang digunakan adalah bedding (alas kandang). Bedding berupa rumput gajah yang telah dikeringkan, jerami kering serta berupa serbuk kayu.

Alat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong yang berskala terkecil satu mm dan kaliper dengan skala terkecil satu cm. Alat-alat tulis digunakan untuk mencatat data yang telah diamati. Lembar data digunakan untuk mencatat data hasil pengamatan. .

Metode

Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan mengukur bagian-bagian kepala kuda yang terdiri atas 13 peubah Menurut Hayashi (1982). Tiga belas peubah yang diamati tersebut meliputi Akrokranion-Prosthion (X1), Akrokranion-Nasion (X2), Nasion-Rhinion (X3), Basion-Prosthion (X4), Euryon kiri-Euryon kanan (X5), Zygion kiri-Zygion kanan (X6), Infraorbitale kiri-Infraorbitale kanan (X7), Entorbitale kiri-Entorbitale kanan (X8), Akrokranion-Basion (X9), Rhinion-Prosthion (X10), Supraorbitale kiri-Supraorbitale kanan (X11), tinggi kepala (X12) dan panjang rahang bawah kiri (X13). Gambar 2, menyajikan skema ukuran-ukuran kepala tersebut di atas.

Pengukuran jarak antara Akrokranion-Prosthion dilakukan dari pangkal Akrokranion (ujung tulang tengkorak) sampai batas pangkal Prosthion (titik tepi bawah rahang atas). Jarak antara Akrokranion-Nasion dilakukan dari pangkal Akrokranion sampai batas ujung Nasion (hidung). Jarak antara Nasion-Rhinion diukur dari pangkal Nasion sampai Rhinion (tulang hidung bagian bawah). Jarak antara Basion-Prosthion diukur dari batas pangkal Basion (tulang baji) sampai pangkal Prosthion. Jarak antara Euryon kiri-Euryon kanan (lebar kepala) diukur dari pelipis sebelah kiri sampai pelipis sebelah kanan. Jarak antara Zygion kiri-Zygion kanan diukur dari ujung Zygion (tulang pipi) kiri sampai ujung Zygion kanan.

Jarak antara Entorbitale kiri-Entorbitale kanan diukur dari pangkal Entorbitale (lekuk mata) kiri sampai pangkal Entorbitale kanan. Jarak antara Infraorbitale kiri-Infraorbitale kanan diukur dari pangkal Infraorbitale (tulang di bawah lekuk mata) kiri sampai pangkal Infraorbitale kanan. Jarak antara Akrokranion-Basion diukur dari pangkal Akrokranion sampai ujung Basion. Jarak antara Rhinion-Prosthion diukur dari ujung Rhinion sampai ujung Prosthion. Jarak antara Supraorbitale kiri-Supraorbitale kanan diukur dari Supraorbitale (tulang di atas lekuk mata) kiri sampai Supraorbitale kanan. Tinggi kepala diukur dari pangkal Akrokranion sampai tulang rahang bawah kiri. Panjang tulang rahang bawah kiri diukur dari ujung Prosthion sampai pangkal rahang bawah.

Keterangan : X1 = A-P (Akrokranion-Prosthion), X2 = A-N (Akrokranion-Nasion), X3 = N-Rh (Nasion-Rhinion), X4 = B-P (Basion-Prosthion), X5 = Eu1-Eu2 (Euryon kiri-Euryon kanan), X6 = Zy1-Zy2 (Zygion kiri-Zygion kanan), X7 = If1-If2 (Infraorbital kiri-kanan), X8 = Ent1-Ent2 (Entorbitale kiri-kanan), X9 = A-B (Akrokranion-Basion), X10 = Rh- P (Rhinion-Prosthion) , X11 = Sp1-Sp2 (Supraorbitale kiri-kanan), X12 = Tinggi Kepala, X13 = Panjang Rahang Bawah

Gambar 2. Skema Ukuran-ukuran Kerangka Kepala Kuda yang Diamati

Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan T2-Hotteling untuk menguji perbedaan vektor nilai rata-rata diantara kelompok kuda yang diamati. Pengujian dilakukan dengan menggunakan T2-Hotteling, dirumuskan sebagai berikut :

( ) (

1 2

)

1 2 1 2 1 2 1 2 'SG X X X X n n n n T + + + = selanjutnya besaran : n1 + n2 - p - 1 F= —————— T2 (n1 + n2 - 2)p

akan berdistribusi dengan derajat bebas v1 = p

v2 = n1 + n2 - p

Keterangan : T2 = T2-Hotteling, n1 = Ukuran contoh dari kelompok 1, n2 = Ukuran contoh dari kelompok 2, P = Banyaknya Peubah yang digunakan, SG-1 = Invers dari matriks kovarian (SG), (X1X2) = Vektor selisih rata-rata contoh dari kedua kelompok, F = Nilai probabilitas

Uji T2-Hotteling dilakukan antara kuda peranakan Thoroughbred (G2,G3, G4 dan KPI) dengan kuda Sumba, kuda Priangan dan kuda lokal (gabungan dari kuda Sumba dan Priangan). Pengujian T2-Hotteling antara dua kelompok kuda pada masing-masing bangsa peranakan Thoroughbred (G2, G3, G4 dan KPI), antara kuda Sumba dan Priangan serta antara tiap bangsa peranakan Thoroughbred dan Sumba juga Priangan; tidak dilakukan karena jumlah sampel kuda yang terbatas.

Persamaan ukuran dan bentuk diturunkan dari matriks kovarian. Diagram ukuran dan bentuk diperoleh berdasarkan dua skor komponen utama terbesar dari Analisis Komponen Utama (AKU) yang diturunkan melalui matriks kovarian. Model persamaan dari AKU menurut Gaspersz (1992), adalah :

Yp = a1pX1 + a2pX2 + a3pX3 + a4pX4 + ….. + a13pXp

Keterangan : Yp = Skor komponen utama ke-p; a1p-a13p = Vektor Eigen ke-p untuk p (1,2,3,…,13); Xp = Peubah ke-p untuk p (1,2,3,…,13)

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat statistik komputer minitab versi 14.1. Penyajian diagram ukuran dan bentuk juga menggunakan perangkat statistik.

Perkalian antara vektor Eigen dan akar dari nilai Eigen masing-masing dibagi dengan simpangan baku dari masing-masing peubah merupakan korelasi antara ukuran atau bentuk dan peubah-peubah yang diukur dari masing-masing ternak yang diamati (Gaspersz, 1992). Rumus dari korelasi yang digunakan pada penelitian ini seperti yang disajikan berikut ini.

a

ij

√λ

j

r

xijy

= ———

s

i

Keterangan : rxijy = Korelasi antara variable ke-i dan komponen utamake-j, aij= Vektor ciri dari varibel ke-i pada komponen utama ke-j, λj = Nilai ciri untuk komponen utama ke-j, si = Simpangan baku

Dokumen terkait