MULTIVARIAT
CRANIOMETRICS
PADA KUDA PERANAKAN
THOROUGHBRED DAN KUDA LOKAL (KUDA SUMBA
DAN PRIYANGAN)
SKRIPSI
ACHMAD ARMAN DAHLAN
PROGRAM STUDI TEHNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
Achmad Arman Dahlan. D14102075. 2006. Multivariat Craniometrics Pada Kuda Peranakan Thoroughbred dan Kuda Lokal (Sumba dan Priangan). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc
Penelitian ini menggunakan kuda pada umur dewasa tubuh jantan dan betina sebanyak 24 ekor, terdiri dari tiga ekor G2 (generasi 2) jantan; empat G3 (generasi 3) jantan dan satu G3 betina; lima G4 (generasi 4) jantan dan satu G4 betina; dua ekor KPI (Kuda Pacu Indonesia) jantan dan satu KPI betina; satu kuda Sumba jantan dan tiga betina; dua kuda Priangan jantan dan satu betina. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi dan karakterisasi morfometrik kuda melalui ukuran (size) dan bentuk (shape) kepala kuda pacu peranakan Thoroughbred dan kuda Lokal Indonesia (kuda Sumba dan Priangan). Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan para peternak untuk melakukan seleksi dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan mengenai pemuliaan ternak.
Pengambilan data dilakukan dengan mengukur bagian-bagian kepala kuda yang terdiri atas 13 peubah. Tiga belas peubah yang diamati tersebut meliputi Akrokranion-Prosthion (X1), Akrokranion-Nasion (X2), Nasion-Rhinion (X3), Basion-Prosthion (X4), Euryon kiri-Euryon kanan (X5), Zygion kiri-Zygion kanan (X6), Infraorbitale kiri-Infraorbitale kanan (X7), Entorbitale kiri-Entorbitale kanan (X8), Akrokranion-Basion (X9), Rhinion-Prosthion (X10), Supraorbitale kiri-Supraorbitale kanan (X11), tinggi kepala (X12) dan panjang rahang bawah kiri (X13). Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan T2-Hotteling untuk menguji perbedaan vektor nilai rata-rata diantara kelompok kuda yang diamati. Persamaan ukuran dan bentuk kemudian diturunkan dari matriks kovarian. Diagram ukuran dan bentuk diperoleh berdasarkan dua skor komponen utama terbesar dari Analisis Komponen Utama (AKU) yang diturunkan melalui matriks kovarian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat statistik komputer minitab versi 14.1. Koefisien korelasi antara ukuran atau bentuk dan peubah-peubah yang diukur dari masing-masing ternak yang diamati diperoleh dengan perkalian antara vektor Eigen dan akar dari nilai Eigen masing dibagi dengan simpangan baku dari masing-masing peubah.
Hasil uji perbandingan T2-Hotteling menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran kepala yang sangat jauh antara kuda peranakan Thoroughbred dan kuda Sumba (P<0,01). Perbedaan ukuran-ukuran kepala yang jauh terdapat antara kuda peranakan Thoroughbred dan dan kuda Priangan (P<0,05). Komponen utama pertama yaitu ukuran (size) memberikan keragaman total tertinggi sebesar 72,4 % dan eigenvalue sebesar 77,635. Komponen utama kedua yaitu bentuk (shape) memberikan keragaman total sebesar 7,5 % dan eigenvalue sebesar 8,067. Komponen utama pertama diwakili oleh sumbu X dan komponen utama kedua diwakili sumbu Y.
memberikan nilai korelasi terhadap ukuran (size) kepala kuda sebesar 0,920 dan Akrokranion-Prosthion (X1) memberikan nilai korelasi tehadap ukuran (size) kepala kuda sebesar 0,958. Bentuk kepala kuda dipengaruhi tiga peubah yang memberikan nilai vektor eigen besar yaitu : Basion-Prosthion (X4) dengan nilai sebesar -0,626; Tinggi Kepala (X12) dengan nilai sebesar 0,493 dan Panjang Rahang Bawah (X13) dengan nilai sebesar 0,517. Basion-Prosthion (X4) memberikan nilai korelasi terhadap bentuk kepala kuda sebesar -0,345. tinggi kepala (X12) memberikan nilai korelasi terhadap bentuk kepala kuda sebesar 0,424. Panjang rahang bawah (X13) memberikan nilai korelasi terhadap bentuk kepala kuda sebesar 0,398.
ABSTRACT
Study of Multivariate Craniometrics on Thoroughbred Crossbred Horse, Sumba Horse and Priangan Horse
Dahlan, A.A, R.H. Mulyono and C. Sumantri
This research, observed 24 heads of male and female adult horses, consisted of three males G2, four males and a female of G3, five males and a female of G4; two males and a female of KPI; a male and three females of Sumba; Two males and a female of Priangan. The objective of this research was to identify and characterize the horse’ morphometrics trough size and shape of Thoroughbred grade race horse and Indonesian local horse (Sumba and Priangan) head. The result hopely could be use as selection and animal genetics development guidelines for horse farmers.
The data were collected by measuring 13 variables on horse’ head, which were Akrokranion-Prosthion (X1), Akrokranion-Nasion (X2), Nasion-Rhinion (X3), Basion-Prosthion (X4), Euryon kiri-Euryon kanan (X5), Zygion kiri-Zygion kanan (X6), Infraorbitale kiri-Infraorbitale kanan (X7), Entorbitale kiri-Entorbitale kanan (X8), Akrokranion-Basion (X9), Rhinion-Prosthion (X10), Supraorbitale kiri-Supraorbitale kanan (X11), tinggi kepala (X12) dan panjang rahang bawah kiri (X13). The data were analyzed by T2-Hotteling to test the difference on vector of mean from the observed horses. Size and shape equation then descended from the covarian matrix. Size and shape diagram were obtained based on the two biggest principal component score from the Principal Component Analysis from minitab version 14.1. Correlation coefficient between size or shape and the variables, that were measured, obtained from the multiply of eigen vector and the square root of each eigen score, devided by the Standard Deviation of each variables.
The result of T2-Hotteling comparison test showed differences on head size between Thoroughbred grade horse and Sumba (P<0,01) and high differences between Thoroughbred grade horse and Priangan (P<0,05). Size gave the highest total variance 72.4% and eigenvalue of 77.635. Shape gave the total variance of 7.5% and eigenvalue of 8.067. Size was given on X-axes and shape was given on Y-axes.
Eigen vektor which gave the biggest donation on head size were X4 with the score of 0.539 and X1 with the score of 0.517. X4 gave the correlation score on head size of 0.920 and X1 gave the correlation score on head size of 0.958. The shape of horse head was influenced by three variables with the big eigen vector score, which were; X4 with the score of –0.626, X12 with the score of 0.495 and X13 with the score of 0.517. X4, X12 and X13 gave the correlation score on head horse -0.345, 0.424, 0.398 respectively.
MULTIVARIAT
CRANIOMETRICS
PADA KUDA PERANAKAN
THOROUGHBRED DAN KUDA LOKAL (KUDA SUMBA
DAN PRIYANGAN)
ACHMAD ARMAN DAHLAN
D14102075
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEHNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
MULTIVARIAT
CRANIOMETRICS
PADA KUDA PERANAKAN
THOROUGHBRED DAN KUDA LOKAL (KUDA SUMBA
DAN PRIYANGAN)
Oleh :
ACHMAD ARMAN DAHLAN
D14102075
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian
Sidang Lisan pada 22 Januari 2007
Pembimbing Utama
Ir. Rini H. Mulyono, M.Si NIP. 131. 760.850
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 131. 624.187
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Achmad Arman Dahlan lahir pada tanggal 21 oktober 1985
di Kota Mojokerto, Propinsi Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Suparman dan Ibu Siti Ainani. Penulis memulai sekolah
pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari,
Kabupaten Mojokerto pada tahun 1989 selama satu tahun. Jenjang pendidikan formal
dilalui penulis mulai dari SD Negeri Sumbertanggul II yang selesai pada tahun 1996.
Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 1
Mojokerto dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di
SMA Negeri 1 Puri Mojokerto.
Penulis melanjutkan studi di Program Studi Teknologi Produksi Ternak,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2002. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti pendidikan di
IPB, penulis aktif dalam mengikuti banyak kegiatan seminar dan kepanitiaan serta
masuk anggota Himpro bagian satwa harapan periode 2002-2003. Penulis juga
mengikuti kegiatan praktek pembelajaran kerja pada salah satu perusahaan swasta
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan petunjuk, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini berjudul “MULTIVARIAT CRANIOMETRICS PADA KUDA
PERANAKAN THOROUGHBRED DAN KUDA LOKAL (KUDA SUMBA DAN
PRIANGAN)” dibawah bimbinganIr. Rini Herlina Mulyono, MSi serta Dr. Ir. Cece
Sumantri, MAgrSc. Skripsi ini disusun berdasarkan data yang diperoleh melalui
penelitian lapangan dan wawancara di Pusat Pacuan Kuda Pulomas Pulo Gadung,
DKI Jakarta selama kurang lebih satu setengah bulan, dari bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 2006. Penulis melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan
penelitian ini dimulai dari persiapan penelitian sampai Skripsi ini selesai.
Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
banyak mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga
skripsi ini memberikan banyak manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya, serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan terutama kemajuan pembangunan
peternakan Indonesia.
Bogor, November 2006
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR SAMPUL DALAM ... i
RINGKASAN ... ii
ABSTRACT ... iv
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Hipotesis ... 2
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Klasifikasi Kuda ... 3
Kuda Lokal Indonesia ... 5
Kuda Sumba... 5
Kuda Priangan... 6
Kuda Pacu Indonesia ... 6
Kuda Thoroughbred... 7
Morfometrik Kuda ... 7
Tulang dan Otot ... 8
Perbaikan Mutu Genetik Kuda ... 9
Persilangan... 9
Grading up dan Interse-Mating... 9
Pemanfaatan efek heterosis... 10
Analisis Komponen Utama (AKU)... 10
Koefisien Korelasi ... 12
MATERI DAN METODE ... 13
Waktu dan Tempat ... 13
Materi ... 13
Ternak ... 13
Bahan dan Alat ... 15
Metode ... 16
Pengumpulan Data ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
Karakteristik Morfometrik Ukuran (size) dan Bentuk (shape) Kepala Kuda yang Diamati ... 24
Ukuran (size) ... 24
Bentuk (shape) ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN . ... 31
Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
UCAPAN TERIMA KASIH ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
MULTIVARIAT
CRANIOMETRICS
PADA KUDA PERANAKAN
THOROUGHBRED DAN KUDA LOKAL (KUDA SUMBA
DAN PRIYANGAN)
SKRIPSI
ACHMAD ARMAN DAHLAN
PROGRAM STUDI TEHNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
Achmad Arman Dahlan. D14102075. 2006. Multivariat Craniometrics Pada Kuda Peranakan Thoroughbred dan Kuda Lokal (Sumba dan Priangan). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc
Penelitian ini menggunakan kuda pada umur dewasa tubuh jantan dan betina sebanyak 24 ekor, terdiri dari tiga ekor G2 (generasi 2) jantan; empat G3 (generasi 3) jantan dan satu G3 betina; lima G4 (generasi 4) jantan dan satu G4 betina; dua ekor KPI (Kuda Pacu Indonesia) jantan dan satu KPI betina; satu kuda Sumba jantan dan tiga betina; dua kuda Priangan jantan dan satu betina. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi dan karakterisasi morfometrik kuda melalui ukuran (size) dan bentuk (shape) kepala kuda pacu peranakan Thoroughbred dan kuda Lokal Indonesia (kuda Sumba dan Priangan). Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan para peternak untuk melakukan seleksi dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan mengenai pemuliaan ternak.
Pengambilan data dilakukan dengan mengukur bagian-bagian kepala kuda yang terdiri atas 13 peubah. Tiga belas peubah yang diamati tersebut meliputi Akrokranion-Prosthion (X1), Akrokranion-Nasion (X2), Nasion-Rhinion (X3), Basion-Prosthion (X4), Euryon kiri-Euryon kanan (X5), Zygion kiri-Zygion kanan (X6), Infraorbitale kiri-Infraorbitale kanan (X7), Entorbitale kiri-Entorbitale kanan (X8), Akrokranion-Basion (X9), Rhinion-Prosthion (X10), Supraorbitale kiri-Supraorbitale kanan (X11), tinggi kepala (X12) dan panjang rahang bawah kiri (X13). Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan T2-Hotteling untuk menguji perbedaan vektor nilai rata-rata diantara kelompok kuda yang diamati. Persamaan ukuran dan bentuk kemudian diturunkan dari matriks kovarian. Diagram ukuran dan bentuk diperoleh berdasarkan dua skor komponen utama terbesar dari Analisis Komponen Utama (AKU) yang diturunkan melalui matriks kovarian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat statistik komputer minitab versi 14.1. Koefisien korelasi antara ukuran atau bentuk dan peubah-peubah yang diukur dari masing-masing ternak yang diamati diperoleh dengan perkalian antara vektor Eigen dan akar dari nilai Eigen masing dibagi dengan simpangan baku dari masing-masing peubah.
Hasil uji perbandingan T2-Hotteling menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran kepala yang sangat jauh antara kuda peranakan Thoroughbred dan kuda Sumba (P<0,01). Perbedaan ukuran-ukuran kepala yang jauh terdapat antara kuda peranakan Thoroughbred dan dan kuda Priangan (P<0,05). Komponen utama pertama yaitu ukuran (size) memberikan keragaman total tertinggi sebesar 72,4 % dan eigenvalue sebesar 77,635. Komponen utama kedua yaitu bentuk (shape) memberikan keragaman total sebesar 7,5 % dan eigenvalue sebesar 8,067. Komponen utama pertama diwakili oleh sumbu X dan komponen utama kedua diwakili sumbu Y.
memberikan nilai korelasi terhadap ukuran (size) kepala kuda sebesar 0,920 dan Akrokranion-Prosthion (X1) memberikan nilai korelasi tehadap ukuran (size) kepala kuda sebesar 0,958. Bentuk kepala kuda dipengaruhi tiga peubah yang memberikan nilai vektor eigen besar yaitu : Basion-Prosthion (X4) dengan nilai sebesar -0,626; Tinggi Kepala (X12) dengan nilai sebesar 0,493 dan Panjang Rahang Bawah (X13) dengan nilai sebesar 0,517. Basion-Prosthion (X4) memberikan nilai korelasi terhadap bentuk kepala kuda sebesar -0,345. tinggi kepala (X12) memberikan nilai korelasi terhadap bentuk kepala kuda sebesar 0,424. Panjang rahang bawah (X13) memberikan nilai korelasi terhadap bentuk kepala kuda sebesar 0,398.
ABSTRACT
Study of Multivariate Craniometrics on Thoroughbred Crossbred Horse, Sumba Horse and Priangan Horse
Dahlan, A.A, R.H. Mulyono and C. Sumantri
This research, observed 24 heads of male and female adult horses, consisted of three males G2, four males and a female of G3, five males and a female of G4; two males and a female of KPI; a male and three females of Sumba; Two males and a female of Priangan. The objective of this research was to identify and characterize the horse’ morphometrics trough size and shape of Thoroughbred grade race horse and Indonesian local horse (Sumba and Priangan) head. The result hopely could be use as selection and animal genetics development guidelines for horse farmers.
The data were collected by measuring 13 variables on horse’ head, which were Akrokranion-Prosthion (X1), Akrokranion-Nasion (X2), Nasion-Rhinion (X3), Basion-Prosthion (X4), Euryon kiri-Euryon kanan (X5), Zygion kiri-Zygion kanan (X6), Infraorbitale kiri-Infraorbitale kanan (X7), Entorbitale kiri-Entorbitale kanan (X8), Akrokranion-Basion (X9), Rhinion-Prosthion (X10), Supraorbitale kiri-Supraorbitale kanan (X11), tinggi kepala (X12) dan panjang rahang bawah kiri (X13). The data were analyzed by T2-Hotteling to test the difference on vector of mean from the observed horses. Size and shape equation then descended from the covarian matrix. Size and shape diagram were obtained based on the two biggest principal component score from the Principal Component Analysis from minitab version 14.1. Correlation coefficient between size or shape and the variables, that were measured, obtained from the multiply of eigen vector and the square root of each eigen score, devided by the Standard Deviation of each variables.
The result of T2-Hotteling comparison test showed differences on head size between Thoroughbred grade horse and Sumba (P<0,01) and high differences between Thoroughbred grade horse and Priangan (P<0,05). Size gave the highest total variance 72.4% and eigenvalue of 77.635. Shape gave the total variance of 7.5% and eigenvalue of 8.067. Size was given on X-axes and shape was given on Y-axes.
Eigen vektor which gave the biggest donation on head size were X4 with the score of 0.539 and X1 with the score of 0.517. X4 gave the correlation score on head size of 0.920 and X1 gave the correlation score on head size of 0.958. The shape of horse head was influenced by three variables with the big eigen vector score, which were; X4 with the score of –0.626, X12 with the score of 0.495 and X13 with the score of 0.517. X4, X12 and X13 gave the correlation score on head horse -0.345, 0.424, 0.398 respectively.
MULTIVARIAT
CRANIOMETRICS
PADA KUDA PERANAKAN
THOROUGHBRED DAN KUDA LOKAL (KUDA SUMBA
DAN PRIYANGAN)
ACHMAD ARMAN DAHLAN
D14102075
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEHNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
MULTIVARIAT
CRANIOMETRICS
PADA KUDA PERANAKAN
THOROUGHBRED DAN KUDA LOKAL (KUDA SUMBA
DAN PRIYANGAN)
Oleh :
ACHMAD ARMAN DAHLAN
D14102075
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian
Sidang Lisan pada 22 Januari 2007
Pembimbing Utama
Ir. Rini H. Mulyono, M.Si NIP. 131. 760.850
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 131. 624.187
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Achmad Arman Dahlan lahir pada tanggal 21 oktober 1985
di Kota Mojokerto, Propinsi Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Suparman dan Ibu Siti Ainani. Penulis memulai sekolah
pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari,
Kabupaten Mojokerto pada tahun 1989 selama satu tahun. Jenjang pendidikan formal
dilalui penulis mulai dari SD Negeri Sumbertanggul II yang selesai pada tahun 1996.
Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 1
Mojokerto dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di
SMA Negeri 1 Puri Mojokerto.
Penulis melanjutkan studi di Program Studi Teknologi Produksi Ternak,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2002. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti pendidikan di
IPB, penulis aktif dalam mengikuti banyak kegiatan seminar dan kepanitiaan serta
masuk anggota Himpro bagian satwa harapan periode 2002-2003. Penulis juga
mengikuti kegiatan praktek pembelajaran kerja pada salah satu perusahaan swasta
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan petunjuk, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini berjudul “MULTIVARIAT CRANIOMETRICS PADA KUDA
PERANAKAN THOROUGHBRED DAN KUDA LOKAL (KUDA SUMBA DAN
PRIANGAN)” dibawah bimbinganIr. Rini Herlina Mulyono, MSi serta Dr. Ir. Cece
Sumantri, MAgrSc. Skripsi ini disusun berdasarkan data yang diperoleh melalui
penelitian lapangan dan wawancara di Pusat Pacuan Kuda Pulomas Pulo Gadung,
DKI Jakarta selama kurang lebih satu setengah bulan, dari bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 2006. Penulis melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan
penelitian ini dimulai dari persiapan penelitian sampai Skripsi ini selesai.
Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
banyak mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga
skripsi ini memberikan banyak manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya, serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan terutama kemajuan pembangunan
peternakan Indonesia.
Bogor, November 2006
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR SAMPUL DALAM ... i
RINGKASAN ... ii
ABSTRACT ... iv
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Hipotesis ... 2
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Klasifikasi Kuda ... 3
Kuda Lokal Indonesia ... 5
Kuda Sumba... 5
Kuda Priangan... 6
Kuda Pacu Indonesia ... 6
Kuda Thoroughbred... 7
Morfometrik Kuda ... 7
Tulang dan Otot ... 8
Perbaikan Mutu Genetik Kuda ... 9
Persilangan... 9
Grading up dan Interse-Mating... 9
Pemanfaatan efek heterosis... 10
Analisis Komponen Utama (AKU)... 10
Koefisien Korelasi ... 12
MATERI DAN METODE ... 13
Waktu dan Tempat ... 13
Materi ... 13
Ternak ... 13
Bahan dan Alat ... 15
Metode ... 16
Pengumpulan Data ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
Karakteristik Morfometrik Ukuran (size) dan Bentuk (shape) Kepala Kuda yang Diamati ... 24
Ukuran (size) ... 24
Bentuk (shape) ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN . ... 31
Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
UCAPAN TERIMA KASIH ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli ... 4
2. Jumlah Kuda yang Digunakan dalam Penelitian ... 15
3. Hasil Uji Perbedaan Nilai Rataan Vektor antara Peubah-peubah Ukuran Kepala yang Diamati pada Dua Kelompok Jenis Kuda
Berdasarkan T2-Hotteling... 20 4. Rataan dan Simpangan Baku Ukuran-ukuran Kepala pada
Kuda Peranakan Thoroughbred ... 21
5. Rataan dan Simpangan Baku Ukuran-ukuran Kepala pada KPI,
Kuda Sumba dan Kuda Priangan ... 22
6. Rataan dan Simpangan Baku Ukuran-ukuran Kepala pada
Kuda G2, G3, G4, KPI dan Kuda Lokal ... 23
7. Persamaan Ukuran (size) dan Bentuk (shape) berikut Keragaman Total (KT) dan Eigenvalue (λ) dari Peubah-peubah
Kepala Kuda yang Diamati... 24
8. Vektor Eigen, Peubah yang Diamati serta Nilai Korelasi antara
Ukuran (size) dan Peubah yang Diamati ... 25
9. Vektor Eigen, Peubah yang Diamati serta Nilai Korelasi antara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Skema Pembentukan Kuda Pacu Indonesia Melalui G1, G2, G3
dan G4 ... 14
2. Skema Ukuran- ukuran Kepala yang Diamati ... 17
3. Diagram Kerumunan Ukuran dan Bentuk Kepala Kuda yang
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Komponen-komponen Utama Ukuran Kepala Kuda yang
Diamati yang Diturunkan dari Matriks Kovarian ... 37
2. Skor Komponen Utama dari Bangsa G2, G3, G4, KPI,
Priangan dan Sumbawa... 38
3. Koefisien Korelasi antara Ukuran atau Bentuk dan
Peubah-peubah Kepala yang Diamati ... 39
4. Diagram Kerumunan Ukuran dan Bentuk pada Kuda Jantan... 40
5. Diagram Kerumunan Ukuran dan Bentuk pada Betina ... 41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Gayo,kuda Batak, kuda Jawa, kuda
Priangan, kuda Sulawesi, kuda Lombok, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Sandel,
kuda Timor dan kuda Flores. Populasi kuda di Indonesia pada saat ini sebesar ± 450
ribu ekor (BPS, 2003), jauh lebih sedikit dibandingkan dengan populasi kuda
sebalum tahun 1990an. Hal tersebut menunjukan perhatian yang kurang terhadap
ternak kuda yang merupakan komoditas pendukung pembangunan peternakan.
Sektor peternakan kuda yang pada saat ini mulai berkembang adalah kuda
pacu, yang diperlihatkan dengan banyaknya kuda Lokal yang disilangkan dengan
kuda pacu impor. Peran Pemerintah dalam memajukan sektor perkudaan
diimplementasikan dengan mencanangkan empat agenda, yaitu (1) mempertahankan
sumber genetik ternak kuda asli Indonesia, (2) memberikan sertifikat kuda pacu
Indonesia, (3) menerbitkan sertifikasi pejantan kuda pacu Indonesia, dan (4)
mengawasi pembentukan kuda pacu Indonesia. Hal tersebut dituangkan dalam
Keputusan Direktur Jendral Peternakan No 10/TN.220/DJP/Deptan/95.
Kuda pacu Indonesia meliputi G1 (generasi ke-1), G2 (generasi ke-2), G3
(generasi ke-3) dan G4 (generasi ke-4) yang merupakan hasil grading up persilangan
kuda betina Lokal dengan kuda jantan Thorougbred dari Australia. Kuda hasil dari
kawin silang (interse-mating) antara kuda betina G4 dengan jantan G4/G3 juga
disebut sebagai kuda pacu Indonesia, bahkan dinamakan dengan KPI (Kuda Pacu
Indonesia). Pembentukan kuda pacu Indonesia diawali dengan persilangan antara
kuda Sumba betina atau poni lokal asli lainnya (Priangan) dengan pejantan kuda
pacu Thoroughbred dari Australia.
Pembentukan kuda pacu Indonesia yang semakin berkembang menyebabkan
perubahan performans kuda pacu pada generasi berikutnya, oleh karena itu
diperlukan penelitian dasar mengenai karakteristik fenotip baik sifat kualitatif
maupun kuantitatif pada setiap generasi kuda pacu yang terbentuk (G1, G2, G3 dan
G4) untuk mempertahankan ciri khas yang dimiliki kuda Lokal serta mengetahui
perubahan yang terjadi seiring dengan adanya pembentukan bangsa baru melalui
Hipotesis
Kuda peranakan Thoroughbred mempunyai ukuran (size) kepala yang lebih
besar dibandingkan dengan kuda lokal (kuda Sumba dan Priangan). Kuda peranakan
Thoroughbred mempunyai karakteristik bentuk yang hampir sama dengan kuda
Sumba dan Priangan yaitu sebagai kuda pacu.
Tujuan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mempelajari mengenai ukuran
dan bentuk kepala kuda pacu Indonesia, hasil grading up antara kuda betina lokal
dengan kuda jantan Thoroughbred pada G2, G3 dan G4 serta hasil interse-mating
antara betina G4 dengan jantan G4/G3 (KPI). Penelitian ini juga untuk memperoleh
informasi mengenai ukuran dan bentuk kepala kuda Lokal (kuda Sumba dan
Priangan). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan para peternak
untuk melakukan seleksi dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan
kebijakan mengenai pemuliaan ternak.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Kuda
Kuda digolongkan kedalam hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang
bertulang belakang, kelas Mamalia yaitu hewan yang menyusui anaknya, ordo
Perissodactyla yaitu hewan berteracak tak memamah biak, famili Equidae, dan
spesies Equus caballus. Para pakar percaya bahwa dahulu kala terdapat hewan
pra-kuda dengan teracak jari kaki sebanyak lima buah yang disebut Paleohippus. Hewan
tersebut kemudian berkembang dengan empat jari teracak dan satu penunjang (split),
sedangkan kaki belakangnya terdiri atas tiga jari teracak dan satu split (Ephippus).
Evolusi berlanjut dengan terbentuknya Mesohippus dan Meryhippus yang memiliki
teracak kaki depan dan belakang sebanyak tiga buah. Pliohippus menjadi hewan
berteracak tunggal pertama yang selanjutnya berkembang menjadi kuda saat ini
(Equus caballus) (Blakely dan Bade, 1991).
Populasi kuda diseluruh dunia mencapai 62 juta ekor , yang terdiri dari lima
ratus bangsa, tipe dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai hewan
yang berkaitan dengan lokasi geografis tempatnya dikembang biakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia secara spesifik. Kini bangsa kuda seringkali
ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan
mambuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasar pada daerah asal, fungsi dan ciri
fenotipik (Bowling dan Ruvinsky, 2004).
Kuda dapat diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat maupun
kuda poni sesuai dengan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan. Kuda tipe ringan
mempunyai tinggi 1.45-1.7 m saat berdiri, bobot badan 450-700 Kg dan sering
digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan
secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat
mempunyai tinggi 1.45-1.75 m saat berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 Kg
dan biasa digunakan untuk kuda pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1.45
m jika berdiri dan bobot badan 250-450 Kg, beberapa kuda berukuran kecil biasanya
juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Ensminger, 1962). Tabel 1.
menyajikan tipe, kegunaan, jenis, tinggi, bobot badan dan habitat asli dari kuda-kuda
Tabel 1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli
Tipe Kegunaan Jenis Tinggi Bobot badan Habitat Asal
………(m)…… …..(Kg)…. Kuda Kuda tunggang Kuda Albino Amerika 1.45-1.7 450-700 Amerika Serikat
Tunggang berlari cepat- Kuda Sadel Amerika Amerika Serikat Tiga Kuda Arab Arab Saudi Kuda Appalossa Amerika Serikat Kuda Morgan Amerika Serikat Kuda Spotted Maroko Amerika Serikat Kuda Palomino Amerika Serikat Kuda Thoroughbred Inggris
Kuda tunggang Kuda Sadel Amerika 1.45-1.7 450-700 Amerika Serikat Berlari cepat-
Lima
Kuda untuk Kuda Tennesse Walking 1.5-1.6 500-600 Amerika Serikat berjalan
Stock horse Tingkatan, persilangan Atau hasil Biak dalam dari :
Kuda Appalossa 1.5-1.55 500-550 Amerika Serikat Kuda Arab Arab Saudi Kuda Morgan Amerika Serikat Kuda Spotted Maroko Amerika Serikat Kuda Palomino Amerika Serikat Kuda Quarter Amerika Serikat Kuda Thoroughbred Inggris
Pendaki Tingkatan, persilangan 1.45-1.55 500-625 Atau hasil Biak dalam
Pemburu dan dari semua jenis kuda, Pelompat tapi didominasi oleh
keturunan Thoroughbred. 1.55-1.65 500-625
Kuda Poni Kuda Shetland & Welsh 0.9-1.45 250-450 Shetlnd isles untuk ditunggangi Inggris Kuda Kuda pacu Kuda Thoroughbred 1.55-1.65 450-575 Inggris Pacu Pelari
Kuda Pacu Kuda Standardbred 1.45-1.55 450-600 Amerika Serikat berpakaian
Kuda Quarter Kuda Quarter 1.45-1.55 500-600 Amerika Serikat
Kuda Kuda Berpakaian Kuda Cleveland Bay 1.45-1.65 450-650 Inggris Tarik Tipe Berat Kuda French Coach Prancis Kuda Jerman Coach Jerman Kuda Hackney Inggris Kuda Yorkshire Coach Inggris Kuda berpakaian Didominasi oleh
Tipe sedang Kuda Sadel Amerika 1.45-1.7 450-700 Amerika Serikat
Kuda Kuda Morgan & 1.45-1.55 450-600 Amerika Serikat Transportasi Standardbred
Kuda Poni Kuda Hackney 0.9-1.45 250-450 Inggris untuk menarik Kuda Shetland & Welsh Shetland isles Sumber : (Ensminger, 1962)
Kuda Lokal Indonesia
Penduduk asli Indonesia telah beternak kuda, sebelum kedatangan bangsa
Eropa. Peternakan kuda pada saat itu belum memenuhi persayaratan teknis beternak
kuda, karena kuda hidup di alam bebas dan sangat tergantung pada kebaikan alam.
Akibatnya peternakan kuda rakyat menghasilkan kuda dengan kualitas rendah.
Kedatangan bangsa Portugis dan Belanda ke Indonesia memberikan pengaruh yang
besar terhadap usaha pemuliaan kuda di Indonesia untuk memperbaiki ras kuda
lokal, memperbaiki cara beternak penduduk dengan dijelaskan secara sederhana
bagaimana cara memberi makan, merawat kuda serta petunjuk-petunjuk lain yang
berhubungan dengan beternak kuda. Kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Gayo,
kuda Batak, kuda Priangan, kuda Jawa, kuda Sulawesi, kuda Bali, kuda Sumbawa,
kuda Flores, kuda Sandel dan kuda Timor. Sekitar tahun 1955 pemerintah mulai
berusaha memperbaiki genetik kuda lokal dengan mendatangkan kuda non-pacu dari
luar negeri. Sekitar tahun 1965 dikenal kuda pacu Thoroughbred yang kemudian
disilang dengan kuda lokal (kuda Sumba) untuk menghasilkan kuda pacu Indonesia
(Soehardjono, 1990).
Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana
transportasi, pengangkut barang, sarana hiburan juga sebagai bahan pangan
masyarakat lokal (Prabowo, 2003). McGregor (1980), menyatakan kuda poni di
Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk transportasi dan
pengembangan peternakan. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk
meningkatkan mutu genetik kuda-kuda lokal, diantaranya mengawinkan betina kuda
Batak terbaik dengan kuda Arab serta mengawinkan betina kuda Sumba dengan kuda
Thoroughbred Australia.
Kuda Sumba (Sandelwood)
Edwards (1994) menyatakan bahwa kuda Lokal Indonesia (termasuk kuda
Sumba) digolongkan kedalam kuda poni. Roberts (1994), menyatakan seluruh kuda
poni (termasuk kuda Sumba didalamnya) telah beradaptasi secara fisik dan merubah
gaya hidup mereka untuk bertahan dari kondisi dimana mereka hidup.
Kuda sumba berpinggang agak tinggi dan merupakan keturunan kuda Australia
yang pernah diintroduksi ke pulau Sumba. Dijelaskan kemudian bahwa kuda Sumba
dianggap sebagai jenis kuda yang baik sebagai kuda pacu, maka pada tahun 1841
pejantan-pejantan kuda unggul, diekspor ke pulau Jawa, Singapura dan Malaysia
(Straits Settlements), Manila dan Mauritius (Afrika Timur). Sebagai akibatnya hanya
disisakan pejantan yang berkualitas rendah, sehingga mutu peternakan merosot.
Sampai akhir tahun 1918 jumlah kuda di pulau Sumba sekitar 16.000 ekor dan
memperlihatkan dua jenis bentuk, yaitu kuda yang berbentuk kecil di daerah selatan
dan timur serta kuda yang berbentuk agak besar di daerah utara dan barat
(Soehardjono, 1990).
Kuda Priangan
Kuda Priangan dibentuk di pulau Jawa sekitar abad tujuh belas, dibentuk
melalui persilangan antara kuda lokal dengan kuda Arab dan Barbarian. Pada saat ini
kuda Priangan tidak memiliki konformasi yang sama dengan kuda Arab, akan tetapi
menempati lokasi yang panas dan memiliki ketahan terhadap cuaca panas yang tingi
seperti kuda Arab. Daya tahan serta stamina untuk berlari dalam jarak jauh juga
diturunkan oleh kuda Arab, meskipun ukuran tubuhnya lebih kecil. Kuda Priangan
dapat dikatakan tangguh dan kuat meskipun memiliki ukuran tubuh yang kecil,
mempunyai kepala yang khas dengan telinga panjang dan mata yang cerdas, leher
mereka pendek dan berotot serta dada mereka lebar dan dalam, pertulangan mereka
dapat dikatakan baik akan tetapi kurang begitu berkembang dengan tulang cannon
yang panjang. Kuda Priangan dapat mempunyai beberapa warna dengan tinggi
pundak 112 cm-122 cm ( Kingdom, 2006)
Kuda Pacu Indonesia (KPI)
Kuda pacu Indonesia (KPI) merupakan ternak yang saat ini dibentuk untuk
memenuhi permintaan kuda pacu. Proses pembentukan KPI dimulai dari G1 yang
merupakan hasil persilangan betina lokal dengan pejantan Thoroughbred dengan
darah lokal 50% dan darah Thoroughbred 50%. G2 merupakan hasil silang betina G1
pada umur 3 atu 4 tahun dengan pejantan Thoroughbred. Kuda betina G2 dikawinkan
dengan jantan Thoroughbred akan menghasilkan G3 dengan komposisi, darah lokal
12,5% dan darah Thoroughbred 87,5% yang dirasa sudah cukup baik untuk dijadikan
bibit pejantan (parent-stock) pembentukan kuda pacu Indonesia. G4 selanjutnya
dibentuk untuk dijadikan sebagai betina indukan KPI, yang merupakan hasil
persilangan antara betina G3 dan jantan Thoroughbred. Selanjutnya betina G4
disilangkan dengan jantan G4 atau G3 dan menghasilkan kuda pacu Indonesia saat
ini (Soehardjono, 1990).
Kuda Thoroughbred
Kuda Thoroughbred terbentuk ketika kedatangan kuda-kuda Arab, Turki dan
Barb ke Inggris pada abad XVII, kuda-kuda unggul seperti Byerley Turk, Darley
Arabian dan Godolphin Barb disilangkan dengan betina lokal untuk kemudian
menurunkan kuda pacu unggul yang dinamakan English Thoroughbred yang
digunakan sebagai kuda pacu di seluruh dunia. Kuda Thoroughbred memiliki kondisi
fisik yang memenuhi syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan terlihat
pintar, leher panjang, badan panjang, kaki langsing dan panjang, tulang yang
ramping dengan panjang yang seimbang serta warna bulu yang halus dan terang
(Kidd, 1995).
Morfometrik Kuda
Nozawa (1981), menyatakan bahwa kuda Indonesia secara keseluruhan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan kuda Sabah-Sarawak dari
Malaysia timur yang dibentuk dari hasil hibridisasi dengan kuda Eropa. Kuda
Indonesia, kecuali betina kuda Padang, menunjukkan tinggi pundak 115 cm-120 cm.
Hal tersebut sama dengan ukuran tubuh kuda poni di Asia Tenggara dan kuda lokal
jepang yang berukuran kecil. Sasimowski (1987) menambahkan, kepala kuda
merupakan bagian tubuh yang menunjukkan karakteristik tertentu sesuai dengan
jenis spesies, bangsa, jenis kelamin, habitat hidup dan kondisi kesehatan yang
terlihat. Kuda yang hidup di daerah pegunungan dan dataran tinggi memiliki kepala
yang relatif pendek dengan dahi yang lebih lebar dan panjang serta mempunyai
moncong pendek.
Ukuran kepala amat berkorelasi dengan ukuran tubuh. Jika bobot kepala
terlalu berat untuk leher, maka akan membebani kaki depan dan mengganggu
keseimbangan. Namun jika ukuran kepala terlalu kecil juga akan mengganggu
keseimbangan(Edwards, 1991). Dyce (2002), menambahkan bahwa proporsi
yang baik antara kepala dan tubuh (badan serta leher) untuk seekor kuda pacu adalah
sebesar 10%-11% : 89%-90%.
Ensminger (1962) menyatakan bahwa kepala kuda yang baik memiliki mata
yang agak menonjol dan letaknya cukup terpisah satu sama lain, jarak antara dua
mata yang lebar memudahkan kuda untuk melihat ke depan dan ke belakang tanpa
harus memalingkan kepala (visual latitude). Lubang hidung (nosetrill) yang dimiliki
seekor kuda pacu harus besar agar dapat meghirup udara secara maksimal. Lubang
hidung kecil tidak dapat memenuhi paru-paru dengan maksimal sehingga daya tahan
seekor kuda pacu akan menurun. Suherman (2007), menyatakan bahwa penciri untuk
ukuran (size) tubuh seekor kuda adalah panjang badan, tinggi pundak dan tinggi
panggul; sedangkan penciri untuk bentuk (shape) tubuh seekor kuda hanya panjang
badan.
Tulang dan Otot
Tulang mempunyai fase darah, fase limfatik dan nervus. Tulang mampu
memperbaiki diri dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan karena
terdapat suatu tekanan. Sepertiga berat tulang terdiri atas kerangka organik berupa
jaringan dan sel-sel, yang menyebabkan sifat elastis dan keras pada tulang.
Duapertiga berat tulang terdiri atas komponen anorganik (paling banyak adalah
garam-garam kalsium dan fosfat) yang menyebabkan sifat keras dan kaku pada
tulang (Frandson, 1992).
Thomson (1995) menyatakan tinggi pundak dan tinggi panggul berkembang
secara bersama-sama dengan proporsi yang berbeda, yaitu tinggi pundak 2cm-3cm
lebih tinggi dibanding tinggi panggul. Pola pertumbuhan dari tinggi pundak, tinggi
panggul dan panjang tubuh relatif sama pada setiap masa pertumbuhan. Pertumbuhan
pada lutut dan persendian kaki bagian bawah mencapai kondisi stabil saat kuda
berumur ±140 hari, waktu tersebut bersamaan dengan berhentinya pertumbuhan dari
tulang kaki yang membujur.
Keseluruhan kerangka mempunyai perototan yang terdiri atas tiga jenis urat
syaraf utama. Pertama adalah urat syaraf dengan kejangan pelan (slow twitch fiber),
yang berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan otot. Kedua adalah urat syaraf
dengan kejangan menengah (intermediate twitch fiber), yang mempengaruhi
kemampuan slow dan fast twitch fiber. Ketiga adalah urat syaraf dengan kejangan
cepat (fast twitch fiber), yang mempengaruhi kecepatan kontraksi otot. Otot dengan
fast twitch fiber akan memberikan seekor kuda kecepatan, kegesitan, ketangkasan
dan kekuatan saat berlari (Quickness, 2006). Graham-Thiers (2005), menyatakan
bahwa untuk mempertahankan ukuran otot seekor kuda tanpa memperhatikan berapa
umur kuda tersebut diperlukan tambahan makanan berupa asam amino. Ukuran otot
tidak akan berkurang meskipun kuda melakukan sedikit exercise, sedangkan apabila
tanpa tambahan pakan otot akan banyak menyusut.
Perbaikan Mutu Genetik Kuda
Persilangan
Perkawinan pada ternak terdiri atas dua macam, yaitu perkawinan secar acak
(random mating) dan tidak secara acak. Perkawinan ternak disebut kawin secara acak
apabila peluang yang dimiliki jantan maupun betina untuk kawin dan dikawini sama.
Perkawinan tidak secara acak pasangan kawin dari ternak telah ditentukan oleh
manusia. Perkawinan tidak secara acak dapat berupa perkawinan antara dua individu
yang masih mempunyai hubungan keluarga (perkawian silang dalam), atau antara
dua individu yang tidak memiliki hubungan keluarga (perkawinan luar).
Persilangan merupakan bagian dari sistem perkawinan luar yang dilakukan
antara dua bangsa yag berbeda. Persilangan secara genetik bertujuan untuk
menaikan persentase heterezigositas, sehingga dapat meningkatkan variansi genetik.
Tujuan utama dari persilangan adalah menggabungkan dua sifat berbeda atau lebih
yang terdapat pada dua bangsa ternak kedalam satu bangsa silangan. (Hardjosubroto,
1994). Pada ternak kuda terutama pada kuda friesian, kondisi inbreeding dapat
menyebabkan terjadinya retained placenta saat melahirkan (Sevinga, 2004).
Grading Up dan Interse-Mating
Grading up merupakan sistem persilangan yang keturunannya selalu
disilangbalikan (back crossing) dengan bangsa pejatan dengan tujuan mengubah
bangsa induk (lokal) menjadi bangsa pejantan (impor). Grading up yang dilakukan
harus mempunyai arah yang pasti dari persilangan tersebut, karena sistem
perkawinan grading up dapat menyebabkan kepunahan pada ternak lokal.
Perkawinan intrese (interse-mating) merupakan perkawinan antara (F1 x F1),
(F2 x F2) dan seterusya. Interse-mating menyebabkan terjadinya penurunan koefisien
heterosis sebesar 50 % pada setiap generasi, sehingga apabila interse-mating terus
dilakukan heterosis dapat hilang (Hardjosubroto, 1994).
Pemanfaatan Efek Heterosis
Efek heterosis sering juga disebut sebagai hybrid vigor merupakan suatu
kejadian dalam persilangan. Efek heterosis menyebabkan performans hasil
persilangan akan melampaui rata-rata performans kedua bangsa tetua. Penyebab
terjadinya heterosis belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga karena adaya gen
non additif yang juga menyebabkan dominan, over dominance dan epistasis.
Efek heterosis hanya ditimbulkan oleh sifat-sifat dengan angka pewarisan
rendah, misalnya sifat reproduksi. Besar dari efek heterosis tidak dapat diramalkan
atau diduga karena dikendalikan oleh gen non additif. Besar dari efek heterosis suatu
sifat bergantung pada rata-rata derajat dominasi dan rata-rata perbedaan frekuensi
gen antara kedua tetua untuk semua pasangan gen (Hardjosubroto, 1994).
Analisis Komponen Utama ( AKU)
Hollmen (1996) menyatakan bahwa analisis komponen utama (AKU)
merupakan suatu metode statistik yang klasik, persamaan fungsi linier ini telah
secara luas digunakan di dalam mereduksi dan menganalisis data. Analisis komponen
utama didasarkan pada penyajian secara statistik dari suatu variabel acak. Jolliffe
(2006) menambahkan bahwa AKU merupakan pusat dari studi multivariate data, dan
juga merupakan salah satu teknik multivariate yang paling awal dan utama dalam
banyak riset.
Analisis komponen utama (AKU) merupakan suatu metode pereduksi data
yang dirancang untuk memperjelas hubungan antara dua karakter atau lebih dan
untuk membagi keragaman total dari seluruh karakter ke dalam suatu variabel baru
yang tidak berhubungan dan terbatas. AKU juga suatu tehnik multivariate yang
digunakan untuk menemukan hubungan struktural antara dua variabel terpisah yang
disebut komponen utama. Komponen utama pertama mencakup variabel yang
mempunyai keragaman lebih besar dibanding variabel lain. Komponen utama kedua
mencakup variabel dengan nilai keragaman besar yang tidak terdapat pada
komponen utama pertama dan tidak berhubungan dengan komponen utama pertama,
dan seperti itu seterusnya. Komponen utama diatas selanjutnya dibentuk sebuah
diagram penyebaran. Sumbu yang pertama menghadirkan ukuran (size) data secara
umum dan dapat menjelaskan keragaman sebesar lima puluh sampai 95 persen
terhadap data yang diamati. Sumbu kedua merupakan bentuk (shape), dapat
menjelaskan keragaman sekecil-kecilnya satu persen atau lebih terhadap data yang
diamati (Wiley, 1981).
Otsuka et al. (1982) menyatakan, AKU sering digunakan untuk membedakan
antar populasi. Menurut Nishida et al. (1982) dan Everitt dan Dunn (1998), AKU
digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran tubuh. Pada aplikasi morfometrik,
komponen utama dapat diterima sebagai vektor ukuran (size) dan komponen utama
kedua sebagai vektor bentuk (shape). Hal tersebut akan menunjukkan tingkat variasi
yang berbeda pada kondisi tubuh dari kelompok hewan yang dapat dijelaskan
sebagai perbedaan ukuran seperti yang diperlihatkan pada komponen utama pertama.
Menurut Everitt dan Dunn (1998), metode multivariate yang paling tua dan
paling banyak digunakan adalah Principle Component Analysis (PCA). PCA yang
diterjemahkan sebagai Analisis Komponen Utama (AKU) (Gaspersz, 1992) pada
dasarnya bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi
linear dari peubah-peubah yang diamati. Menurut Everitt dan Dunn (1998) dasar
metode ini untuk menggambarkan variasi dari rangkaian data multivariate yang
berkenaan dengan rangkaian peubah yang masing-masing tidak berhubungan dengan
kombinasi liniear khusus dari peubah yang asli. AKU menyajikan sedikit kombinasi
linier dari peubah-peubah awal yang dapat digunakan untuk menyimpulkan
rangkaian data.
Menurut Wigginton dan Dobson (2003), yang mengamati Lynx rufus, AKU
digunakan untuk memperoleh perkiraan dari skor pada komponen utama pertama.
Menurut Everitt dan Dunn (1998), pada morfologi hewan akan lebih dipentingkan
pada komponen utama kedua yang mengindikasikan bentuk (shape) dari pada
komponen utama pertama yang mengindikasikan ukuran (size) hewan. Hayashi et al.
(1982) menyatakan bahwa ditemukan dua cara untuk mengolah komponen utama.
Cara pertama diolah dengan matriks kovarian dan kedua dengan matriks korelasi.
Kekuatan analisis menjadi lebih tinggi ketika komponen diolah dengan matriks
kovarian. Pengolahan kovarian dan korelasi jika dilihat sepintas sama, namun
komponen utama dari matriks kovarian lebih efektif untuk diskriminasi populasi,
sedangkan komponen utama dari matriks korelasi saling melengkapi antar kedua
kelompok. Hasil penelitian Hayashi et al. (1982) terhadap Banteng dan lima sapi
(sapi Bali, Madura, Aceh, Leyte dan Korea), menunjukkan bahwa pengolahan
matriks kovarian pada komponen pertama dan kedua mencapai 64,7% dan 11,6%
pada semua variasi. Jumlah dari kedua komponen ini mencapai 76,3%; sedangkan
pengolahan matriks korelasi pada komponen pertama dan kedua mencapai 54,8%
dan 14,4%, jumlah dari keduanya 69,2%. Gaspersz (1992), menyatakan bahwa
secara umum metode AKU bertujuan untuk mereduksi data dan
menginterpretasikannya.
Koefisien Korelasi (KK)
Menurut Gaspersz (1992), untuk mengukur keeratan hubungan (korelasi)
antar peubah asal dan komponen utama dapat diketahui dengan koefisien korelasi
antara peubah asal dan komponen utama itu. Menurut Everitt dan Dunn (1998), nilai
koefisien korelasi antara -1 sampai dengan 1; dan memperlihatkan ukuran linear dari
hubungan peubah xi dan xj. Koefisien korelasi bernilai positif jika xi bernilai tinggi
diikuti dengan nilai xj yang juga tinggi dan kejadian sebaliknya; dan bernilai negatif
jika nilai xi tinggi dan nilai xj rendah dan kejadian sebaliknya. Hal tersebut diperkuat
dengan dinyatakan oleh Gaspersz (1992), bahwa nilai koefisien korelasi -1,
menunjukkan hubungan negatif sempurna antar x dan y, sedangkan nilai koefisien
korelasi 1, menunjukkan hubungan positif sempurna antar x dan y.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2006. Lokasi
penelitian terletak di Pusat Pacuan Kuda Pulomas Pulo Gadung, DKI Jakarta.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuda pacu di Indonesia
yang merupakan hasil persilangan antara jantan kuda pacu Australia (Thoroughbred)
dan betina kuda lokal. Penelitian ini juga menggunakan kuda lokal Indonesia itu
sendiri. Kuda pacu persilangan yang digunakan yaitu pada G2 (generasi 2), G3
(generasi 3), G4 (generasi 4), dan KPI (Kuda Pacu Indonesia); sedangkan kuda lokal
yang digunakan adalah kuda Sumba dan kuda Priangan. G2 (70% Thoroughbred,
25% Lokal) merupakan hasil persilangan antara jantan Thoroughbred dan betina G1.
G1 (50% Thoroughbred, 50% Lokal) merupakan hasil persilangan antara pejantan
Thoroughbred dengan betina Lokal. Betina lokal yang digunakan adalah betina
Sumba dan Priangan, tetapi penggunaan Sumba lebih banyak dari Priangan. G3
(87,5% Thoroughbred, 12,5% Lokal) adalah hasil persilangan antara pejantan
Thoroughbred dengan betina G2. G4 (93,75% Thoroughbred, 6,25% Lokal)
merupakan hasil persilangan antara jantan Thoroughbred dengan betina G3. KPI
(90,625% Thoroughbred, 9,375% Lokal jika ♂G3 x ♀G4; 93,75% Thoroughbred,
6,25 Lokal jika ♂G4 x ♀G4) merupakan hasil biak dalam antara betina G4 dengan
jantan G4 atau betina G4 dengan jantan G3. Gambar 1. menyajikan skema
pembentukan Kuda Pacu di Indonesia mulai dari (G1), (G2), (G3), (G4) sampai
pembentukan KPI. Pada penelitian ini KPI yang digunakan adalah KPI yang berasal
T X L
Jantan Betina (100% T) (100% L)
TL X T
Betina Jantan
(G1) (50% T, 50% L )
T2L X T
Betina Jantan
(G2) (75% T, 25% L )
T3L X T
Betina Jantan
(G3)
(87,5% T, 12,5% L )
T4L X T3L T4L X T4L
Betina Jantan Betina Jantan
(G4) (G3) (G4) (G4) (93,75% T, 6,25% L ) (93,75% T, 6,25% L ) (87,5% T, 12,5% L )
KPI KPI
(93,75% T, 6,25% L ) (90,625% T, 9,375% L)
[image:37.595.107.479.96.593.2]Keterangan : T = Kuda Thoroughbred, L = Kuda lokal, KPI = Kuda Pacu Indonesia
Gambar 1. Skema Pembentukan Kuda Pacu Indonesia Melalui G1 (TL), G2
(T2L), G3 (T3L) dan G4 (T4L).
Jumlah kuda yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 24 ekor yang
terdiri atas jantan dan betina, pada umur dewasa tubuh. Tabel 2. menjelaskan rincian
[image:38.595.219.392.179.407.2]kuda yang digunakan.
Tabel 2. Jumlah Kuda yang Digunakan dalam Penelitian
Jumlah (ekor) Kuda
Jantan Betina Total
G2 3 0 3
G3 4 1 5
G4 5 1 6
KPI 2 1 3
Sumba 1 3 4
Priangan 2 1 3
Bahan dan Alat
Bahan. Pakan yang digunakan kuda-kuda pacu tersebut meliputi rumput lapang dan konsentrat yang terdiri dari jagung, gabah dan kacang-kacangan; serta diberikan
tambahan vitamin dan mineral. Bahan lain yang digunakan adalah bedding (alas
kandang). Bedding berupa rumput gajah yang telah dikeringkan, jerami kering serta
berupa serbuk kayu.
Alat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong yang berskala terkecil satu mm dan kaliper dengan skala terkecil satu cm. Alat-alat tulis digunakan
untuk mencatat data yang telah diamati. Lembar data digunakan untuk mencatat data
hasil pengamatan. .
Metode
Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan mengukur bagian-bagian kepala kuda
yang terdiri atas 13 peubah Menurut Hayashi (1982). Tiga belas peubah yang diamati
tersebut meliputi Akrokranion-Prosthion (X1), Akrokranion-Nasion (X2),
Nasion-Rhinion (X3), Basion-Prosthion (X4), Euryon kiri-Euryon kanan (X5), Zygion
kiri-Zygion kanan (X6), Infraorbitale kiri-Infraorbitale kanan (X7), Entorbitale
kiri-Entorbitale kanan (X8), Akrokranion-Basion (X9), Rhinion-Prosthion (X10),
Supraorbitale kiri-Supraorbitale kanan (X11), tinggi kepala (X12) dan panjang
rahang bawah kiri (X13). Gambar 2, menyajikan skema ukuran-ukuran kepala
tersebut di atas.
Pengukuran jarak antara Akrokranion-Prosthion dilakukan dari pangkal
Akrokranion (ujung tulang tengkorak) sampai batas pangkal Prosthion (titik tepi
bawah rahang atas). Jarak antara Akrokranion-Nasion dilakukan dari pangkal
Akrokranion sampai batas ujung Nasion (hidung). Jarak antara Nasion-Rhinion
diukur dari pangkal Nasion sampai Rhinion (tulang hidung bagian bawah). Jarak
antara Basion-Prosthion diukur dari batas pangkal Basion (tulang baji) sampai
pangkal Prosthion. Jarak antara Euryon kiri-Euryon kanan (lebar kepala) diukur dari
pelipis sebelah kiri sampai pelipis sebelah kanan. Jarak antara Zygion kiri-Zygion
kanan diukur dari ujung Zygion (tulang pipi) kiri sampai ujung Zygion kanan.
Jarak antara Entorbitale kiri-Entorbitale kanan diukur dari pangkal
Entorbitale (lekuk mata) kiri sampai pangkal Entorbitale kanan. Jarak antara
Infraorbitale kiri-Infraorbitale kanan diukur dari pangkal Infraorbitale (tulang di
bawah lekuk mata) kiri sampai pangkal Infraorbitale kanan. Jarak antara
Akrokranion-Basion diukur dari pangkal Akrokranion sampai ujung Basion. Jarak
antara Rhinion-Prosthion diukur dari ujung Rhinion sampai ujung Prosthion. Jarak
antara Supraorbitale kiri-Supraorbitale kanan diukur dari Supraorbitale (tulang di
atas lekuk mata) kiri sampai Supraorbitale kanan. Tinggi kepala diukur dari pangkal
Akrokranion sampai tulang rahang bawah kiri. Panjang tulang rahang bawah kiri
diukur dari ujung Prosthion sampai pangkal rahang bawah.
Keterangan : X1 = A-P (Akrokranion-Prosthion), X2 = A-N (Akrokranion-Nasion), X3 = N-Rh (Nasion-Rhinion), X4 = B-P (Basion-Prosthion), X5 = Eu1-Eu2 (Euryon kiri-Euryon kanan), X6 = Zy1-Zy2 (Zygion kiri-Zygion kanan), X7 = If1-If2 (Infraorbital kiri-kanan), X8 = Ent1-Ent2 (Entorbitale kiri-kanan), X9 = A-B (Akrokranion-Basion), X10 = Rh- P (Rhinion-Prosthion) , X11 = Sp1-Sp2 (Supraorbitale kiri-kanan), X12 = Tinggi Kepala, X13 = Panjang Rahang Bawah
Gambar 2. Skema Ukuran-ukuran Kerangka Kepala Kuda yang Diamati
Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan T2-Hotteling untuk menguji perbedaan vektor nilai rata-rata diantara kelompok kuda yang diamati. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan T2-Hotteling, dirumuskan sebagai berikut :
(
)
(
1 2)
1 2 1 2 1 2 1 2
'SG X X X X n n n n
T + +
+
= −
selanjutnya besaran :
n1 + n2 - p - 1
F= —————— T2 (n1 + n2 - 2)p
akan berdistribusi dengan derajat bebas
v1 = p
v2 = n1 + n2 - p
Keterangan : T2 = T2-Hotteling, n1 = Ukuran contoh dari kelompok 1, n2 = Ukuran
contoh dari kelompok 2, P = Banyaknya Peubah yang digunakan, SG-1 = Invers dari matriks kovarian (SG), (X1 – X2) = Vektor selisih rata-rata
contoh dari kedua kelompok, F = Nilai probabilitas
Uji T2-Hotteling dilakukan antara kuda peranakan Thoroughbred (G2,G3, G4 dan KPI) dengan kuda Sumba, kuda Priangan dan kuda lokal (gabungan dari kuda
Sumba dan Priangan). Pengujian T2-Hotteling antara dua kelompok kuda pada masing-masing bangsa peranakan Thoroughbred (G2, G3, G4 dan KPI), antara kuda
Sumba dan Priangan serta antara tiap bangsa peranakan Thoroughbred dan Sumba
juga Priangan; tidak dilakukan karena jumlah sampel kuda yang terbatas.
Persamaan ukuran dan bentuk diturunkan dari matriks kovarian. Diagram
ukuran dan bentuk diperoleh berdasarkan dua skor komponen utama terbesar dari
Analisis Komponen Utama (AKU) yang diturunkan melalui matriks kovarian. Model
persamaan dari AKU menurut Gaspersz (1992), adalah :
Yp = a1pX1 + a2pX2 + a3pX3 + a4pX4 + ….. + a13pXp
Keterangan : Yp = Skor komponen utama ke-p; a1p-a13p = Vektor Eigen ke-p untuk p
(1,2,3,…,13); Xp = Peubah ke-p untuk p (1,2,3,…,13)
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat statistik
komputer minitab versi 14.1. Penyajian diagram ukuran dan bentuk juga
menggunakan perangkat statistik.
Perkalian antara vektor Eigen dan akar dari nilai Eigen masing-masing dibagi
dengan simpangan baku dari masing-masing peubah merupakan korelasi antara
ukuran atau bentuk dan peubah-peubah yang diukur dari masing-masing ternak yang
diamati (Gaspersz, 1992). Rumus dari korelasi yang digunakan pada penelitian ini
seperti yang disajikan berikut ini.
a
ij√λ
jr
xijy= ———
s
iKeterangan : rxijy = Korelasi antara variable ke-i dan komponen utamake-j, aij=
Vektor ciri dari varibel ke-i pada komponen utama ke-j, λj = Nilai ciri
untuk komponen utama ke-j, si = Simpangan baku
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil perhitungan rataan dan simpangan baku pada ukuran-ukuran kepala dari
setiap kelompok kuda disajikan pada Tabel 3, 4 dan 5. Perbandingan antara dua
kelompok kuda berdasarkan rataan dari tiga belas peubah yang diamati dilakukan
secara statistik dengan menggunakan uji T2-Hotteling. Pengujian T2-Hotteling hanya dilakukan antara kelompok kuda peranakan Thoroughbred dan kelompok kuda
Sumba serta antara kelompok kuda peranakan Thoroughbred dan kelompok kuda
Priangan.
Hasil uji perbandingan terhadap rataan peubah-peubah ukuran kepala yang
diamati antara dua kelompok kuda dengan menggunakan uji T2-Hotteling disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
ukuran-ukuran kepala antara kuda peranakan Thoroughbred dan kuda Sumba serta antara
kuda peranakan Thoroughbred dan kuda Priangan. Perbedaan ukuran-ukuran kepala
yang sangat jauh terdapat antara kelompok kuda peranakan Thoroughbred dan kuda
Sumba (P<0,01). Perbedaan ukuran-ukuran kepala yang jauh terdapat antara
[image:43.595.107.494.431.538.2]kelompok kuda peranakan Thoroughbred dan kuda Priangan (P<0,05).
Tabel 6. Hasil Uji Perbedaan Nilai Rataan Vektor antara Peubah-Peubah Ukuran Kepala yang Diamati pada Dua Kelompok Jenis Kuda berdasarkan T2-Hotteling
Kuda Peranakan Thoroughbred
Kuda Sumba P = 0,003**
Kuda Priangan P = 0,041*
Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata (P<0,01), * = Berbeda nyata (P<0,05)
Hasil diatas sesuai dengan hipotesis bahwa ukuran-ukuran kepala kuda
peranakan Thoroughbred berbeda dengan kuda Sumba dan Priangan, karena kuda
peranakan Thoroughbred mengandung sekurang-kurangnya 50% darah
Thoroughbred. Menurut Frandson (1992), perbedaan antara dua spesies, bangsa
maupun individu terdapat pada bagian kepala terutama pada bagian fasialis kranium
(wajah). Peubah-peubah yang diamati sebagian besar merupakan ukuran kepala yang
terletak pada area wajah. Perbedaan ukuran-ukuran kepala yang sangat jauh antara
kelompok kuda peranakan Thoroughbred dan Sumba kemungkinan dikarenakan
Tabel 3. Rataan dan Simpangan Baku Ukuran-ukuran Kepala pada Kuda Peranakan Thoroughbred (G2, G3, G4)
G2 G3 G4 Ukuran
Kepala Jantan (n=3) Betina (n=0) Rataan (n=3) Jantan (n=4) Betina (n=1) Rataan (n=5) Jantan (n=5) Betina (n=1) Rataan (n=6)
---(cm)---
A-P (X1) 61,67±2,57 — 61,67±2,57 60,60±2,75 58,4 60,16±2,57 59,54±2,67 59,4 59,517±2,386
A-N (X2) 21,333±0,814 — 21,33±0,814 22,900±0,648 21,8 22,68±0,746 22,400±1,079 21,3 22,217±1,065
N-R (X3) 33,07±2,19 — 33,07±2,19 31,550±1,930 32,9 31,82±1,777 31,880±2,176 33,7 32,183±2,084
B-P (X4) 57,13±2,21 — 57,13±2,21 59,26±3,56 55,6 58,53±3,49 57,98±4,12 54,1 57,33±4,01
Eu1-Eu2 (X5) 18,400±1,389 — 18,400±1,389 18,913±1,572 18,8 18,890±1,362 18,38±2,95 18,9 18,47±2,64
Zy1-Zy2 (X6) 21,100±1,179 — 21,100±1,179 21,150±1,638 20,9 21,100±1,423 21,060±1,210 22,8 21,350±1,294
If1-If2 (X7) 16,067±0,929 — 16,067±0,929 17,575±1,228 17,6 17,580±1,064 16,720±0,926 17,2 16,800±0,851
En1-En2 (X8) 13,367±1,419 — 13,367±1,419 13,550±0,947 14,3 13,700±0,886 13,580±0,622 14,6 13,750±0,695
A-B (X9) 12,600±0,985 — 12,600±0,985 14,00±2,95 12,2 13,64±2,68 14,380±1,301 12 13,983±1,516
R-P (X10) 14,133±0,351 — 14,133±0,351 14,225±0,465 14,4 14,260±0,410 13,440±1,262 13,2 13,400±1,133
Sp1-Sp2 (X11) 14,700±0,173 — 14,700±0,173 13,500±0,589 11,7 13,140±0,953 12,980±0,545 13,4 13,050±0,517
T.K (X12) 35,867±1,168 — 35,867±1,168 32,50±3,66 33,8 32,76±3,22 35,900±2,142 34,15 35,608±2,045
P.R.B (X13) 45,500±1,127 — 45,500±1,127 45,550±1,940 47,2 45,880±1,835 44,48±3,99 42,2 44,10±3,69
Keterangan : X1 = A-P (Akrokranion-Prosthion), X2 = A-N (Akrokranion-Nasion), X3 = N-Rh (Nasion-Rhinion), X4 = B-P (Basion-Prosthion), X5 = Eu1-Eu2 (Euryon kiri-Euryon kanan), X6 = Zy1-Zy2 (Zygion kiri-Zygion kanan), X7 = If1-If2 (Infraorbital kiri-kanan), X8 = Ent1-Ent2 (Entorbitale kiri-kanan), X9 = A-B (Akrokranion-Basion), X10 = Rh- P (Rhinion-Prosthion) , X11 = Sp1-Sp2 (Supraorbitale kiri-kanan), X12 = tinggi kepala, X13 = panjang rahang bawah
Tabel 4. Rataan dan Simpangan Baku Ukuran-ukuran Kepala pada KPI, Kuda Sumba dan Kuda Priangan
KPI Sumba Priangan
Ukuran
Kepala Jantan (n=2) Betina (n=1) Rataan (n=3) Jantan (n=1) Betina (n=3) Rataan (n=4) Jantan (n=3) Betina (n=1) Rataan (n=3)
---(cm)---
A-P (X1) 59,350±0,354 64,5 61,07±2,98 56,7 49,60±4,33 53,77±3,44 52,75±4,17 55,8 51,38±5,01
A-N (X2) 22,950±0,212 21,4 22,433±0,907 20,8 19,033±1,026 19,167±1,250 19,15±1,77 19,2 19,475±1,218
N-R (X3) 32,700±0,566 34,8 33,400±1,277 29,4 26,97±2,51 26,83±2,05 27,70±1,98 25,1 27,58±2,38
B-P (X4) 53,150±1,344 57,6 54,63±2,74 52,5 45,50±3,56 51,40±2,11 51,50±2,97 51,2 47,25±4,55
Eu1-Eu2 (X5) 20,10±1,56 20,2 20,133±1,102 17,1 14,267±1,060 16,733±0,493 16,900±0,566 16,4 14,975±1,660
Zy1-Zy2 (X6) 23,30±2,97 22,8 23,13±2,12 19 17,800±1,000 18,733±1,050 18,75±1,48 18,7 18,100±1,013
If1-If2 (X7) 18,40±3,11 18,1 18,30±2,21 14,4 14,200±1,153 15,733±1,484 16,550±0,636 14,1 14,250±0,947
En1-En2 (X8) 14,400±0,424 15,6 14,800±0,755 11,8 10,800±0,608 12,067±1,026 12,20±1,41 11,8 11,050±0,705
A-B (X9) 14,350±0,212 11,2 13,30±1,82 10,7 10,200±0,529 10,867±0,551 11,150±0,354 10,3 10,325±0,499
R-P (X10) 14,000±0,141 13,7 13,900±0,200 10,5 11,033±0,737 13,067±0,643 13,200±0,849 12,8 10,900±0,658
Sp1-Sp2 (X11) 14,50±1,98 13,9 14,300±1,442 13,4 11,467±0,737 12,833±0,451 12,850±0,636 12,8 11,950±1,139
T.K (X12) 35,70±1,41 33,3 34,900±1,709 30,4 29,67±3,52 29,567±1,518 29,70±2,12 29,3 29,85±2,90
P.R.B (X13) 47,150±0,354 44,7 46,333±1,436 41,6 38,27±3,48 39,667±1,422 40,15±1,63 38,7 39,10±3,29
Keterangan : X1 = A-P (Akrokranion-Prosthion), X2 = A-N (Akrokranion-Nasion), X3 = N-Rh (Nasion-Rhinion), X4 = B-P (Basion-Prosthion), X5 = Eu1-Eu2 (Euryon kiri-Euryon kanan), X6 = Zy1-Zy2 (Zygion kiri-Zygion kanan), X7 = If1-If2 (Infraorbital kiri-kanan), X8 = Ent1-Ent2 (Entorbitale kiri-kanan), X9 = A-B (Akrokranion-Basion), X10 = Rh- P (Rhinion-Prosthion) , X11 = Sp1-Sp2 (Supraorbitale kiri-kanan), X12 = tinggi kepala, X13 = panjang rahang bawah
Peranakan Thoroughbred Lokal Seluruh Kuda Ukuran-ukuran
Kepala Jantan (n=14)
Betina (n=3)
Rataan (n=17)
Jantan (n=3) Betina (n=4)
Rataan (n=7)
Jantan (n=17)
Betina (n=7)
Rataan (n=24) - ( cm) ---A-P (X1) 60,271±2,403 60,77±3,27 60,359±2,463 54,07±3,73 51,15±4,70 52,40±4,26 59,176±3,518 55,27±6,41 58,038±4,754
A-N (X2) 22,393±0,973 21,500±0,265 22,235±0,949 19,700±1,572 19,075±0,842 19,343±1,136 21,918±1,482 20,114±1,435 21,392±1,663
N-R (X3) 32,157±1,860 33,800±0,954 32,447±1,828 28,267±1,710 26,50±2,25 27,257±2,098 31,471±2,348 29,63±4,25 30,933±3,046
B-P (X4) 57,475±3,609 55,77±1,76 57,174±3,379 51,83±2,18 46,93±4,07 49,03±4,09 56,479±4,011 50,71±5,63 54,80±5,16
Eu1-Eu2 (X5) 18,782±2,023 19,300±0,781 18,874±1,855 16,967±0,416 14,800±1,374 15,729±1,530 18,462±1,963 16,729±2,633 17,956±2,267
Zy1-Zy2 (X6) 21,414±1,613 22,167±1,097 21,547±1,533 18,833±1,060 18,025±0,932 18,371±0,998 20,959±1,812 19,800±2,395 20,621±2,017
If1-If2 (X7) 17,064±1,456 17,633±0,451 17,165±1,341 15,833±1,320 14,175±0,943 14,886±1,346 16,847±1,474 15,657±1,982 16,500±1,686
En1-En2 (X8) 13,643±0,872 14,833±0,681 13,853±0,945 12,067±1,026 11,050±0,705 11,486±0,946 13,365±1,064 12,671±2,120 13,163±1,436
A-B (X9) 13,886±1,786 11,800±0,529 13,518±1,816 11,000±0,361 10,225±0,435 10,557±0,556 13,376±1,973 10,900±0,947 12,654±2,065
R-P (X10) 13,893±0,830 13,767±0,603 13,871±0,779 12,300±1,670 11,475±1,069 11,829±1,302 13,612±1,140 12,457±1,481 13,275±1,328
Sp1-Sp2 (X11) 13,714±1,009 13,000±1,153 13,588±1,036 13,033±0,551 11,800±0,898 12,329±0,969 13,594±0,968 12,314±1,122 13,221±1,155
T.K (X12) 34,893±2,708 33,750±0,427 34,691±2,487 29,933±1,553 29,58±2,88 29,729±2,234 34,018±3,172 31,36±3,03 33,244±3,304
P.R.B (X13) 45,386±2,605 44,70±2,50 45,265±2,523 40,633±1,422 38,38±2,85 39,343±2,488 44,547±3,042 41,09±4,19 43,538±3,688
Keterangan : X1 = A-P (Akrokranion-Prosthion), X2 = A-N (Akrokranion-Nasion), X3 = N-Rh (Nasion-Rhinion), X4 = B-P (Basion-Prosthion), X5 = Eu1-Eu2 (Euryon
kiri-Euryon kanan), X6 = Zy1-Zy2 (Zygion kiri-Zygion kanan), X7 = If1-If2 (Infraorbital kiri-kanan), X8 = Ent1-Ent2 (Entorbitale kiri-kanan),