• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi pembelajaran agama Islam pada Masjid Al-jihad dan Masjid Noor Banjarmasin

D. Pembahasan Data

3. Materi pembelajaran agama Islam pada Masjid Al-jihad dan Masjid Noor Banjarmasin

Berdasarkan paparan data materi pembelajaran agama Islam pada

masjid Al-jihad dan masjid Noor menggambarkan bahwa memiliki perbedaan

dalam aspek materi yang disampaikan. Masjid Al-jihad dalam penyampaian

sebuah materi pendidikan agama Islam berbentuk tema dengan mengaitkan

pokok-pokok masalah keagamaan dalam masyarakat dibungkus dengan dalil

dalil agama yang menguatkan. Sehingga materi bersifat universal yang bisa

menyentuh atau memliki keterkaitan langsung dengan kehidupan jamaah yang

hadir dalam kegiatan pembelajaran. Bila dilihat dari tema pembelajaran yang

dilaksanakan dimasjid tersebut bisa diklasifikasikan ada pembelajaran Fiqh,

Akidah, Tauhid, Akhlak, dan Tafsir yang dibungkus dalam materi tema

pembelajaran agama Islam. Bila dilihat aspek materi yang berkaitan dengan

akhlak banyak materi yang mengajarkan dan mengajak bagaimana menjadi

muslim yang saling tolong menolong dan mengelola hati yang bersih tanpa

ada rasa kebencian. Hal ini tentu akan membantu masyarakat khususnya

muslim dalam menjalankan kehidupan sosial di masyarakat.

Hal tersebut sejalan Jika ditinjau dari pengertian pendidikan sosial

keagamaan menurut Abdurrahman An-nahlawi yaitu pendidikan keagamaan

yang dijalankan atas dasar-dasar perasaaan sosial agar tumbuh bekembang

dalam suatu masyarakat yang padu dengan mengutamakan yang lain, jauh dari

sifat egoisme, selalu menolong orang lain demi kebenaran dan kebaikan,

membuat orang lain gembira dan menyingkirkan berbagai kesusahan.41

Dengan demikian pendidikan sosial keagamaan ialah bagaimana mendidik

dan membentuk manusia yang mengetahui dan mengisnsyafi tugas serta

kewajibannya berpilaku sosial yang baik sebagai anggota masyarakat dan

sebagai warga negara.

Sedangkan masjid Noor materi sudah disusun rapi oleh pengurus masjid

dengan mengikuti tema-tema yang ada didalam kitab secara berurutan. Bila

dilihat dari kitab yang diambil yaitu kitab-kitab klasik yang sudah dikarang

oleh ulama-ulama terdahulu. Adapun kitab kitab yang dipelajari yaitu kitab

Kayfa Takunu Ghaniyan karangan Habib Muhammad bin Alwi Alaydrus

tentang bagaimana ekonomi seoarang muslim akan memperkuat agama.

Umumnya orang kaya mampu menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya

41 Abdurrahman an Nahlawi, Prinsip-prinsip dan metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Bandung: CV Diponegoro, 1989), h. 31

serta berjuang dijalan Allah dengan harta yang dimilikinya. Materi dikitab ini

tentu sesuai dengan keadaan jamaah masjid noor yang kebanyakan adalah

para pedagang dipasar agar mampu menjadikan hartanya sebagai jalan jihad

dan dakwah untuk menguatkan agama Islam. Kedua adalah kitab Minhajul

Abidin yaitu karangan Imam Al-ghazali adalah kitab yang membahas tentang

jalan yang ditempuh, dalam kitab ini adalah tentang tujuh tanjakan atau

rintangan jalan menuju Allah yang harus dilalui oleh orang muslim untuk

meningkatkan kualitas ibadahnya kepada Allah SWT. Hal ini sejalan dengan

pengertian ibadah menurut pandangan Islam yaitu hubungan vertical antara

hamba dengan tuhan, maka setiap muslim dalam menampakkan sikap

keberagamaannya hendaknya melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya.

Hal tersebut merupakan cakupan atas segala hal yang disukai Allah dan

dirihdai Allah dalam bentuk ucapan dan perbuatan yang dilakukan setiap

muslaim secara sembunyi- sembunyai atau terang-terangan.42 Ketiga aadalah

kitab Al-hikam karangan Ibnu Athaillah adalah ringkasan syarah Al-hikam,

dalam kitab ini ada 3 aspek utama yang ditekankan yaitu akidah, tauhid, dan

tasawuf. Serta beberapa aspek lain seperti hati, nafsu, makrifah, dan berbagai

bentuk menajemen hati atau qalbu. keempat adalah kitab Al-iydhah karangan

Imam Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi yang merupakan sebuah kitab

fiqh yang disusun mengenai pelasanaan ibadah haji dan umrah adapun

42 Muh. Rusli, “Tingkat Perilaku Keberagamaan Siswa SMA Negeri 1 Belawa Kabupaten Wajo”, h. 32.

didalam kitab tersebut membahas tentang (1) etika menunaikan ibadah haji,

(2) ihram, (3) tatacara memasuki mekkah, (4) umrah dan permasalahan yang

berkaitan (5) penjelasan yang bermukim di makkah, tawaf wada’ dan

masalah yang berkaitan, (6) ziarah kemakam Rasulullah (7) Kewajiban

terhadap seorang yang meninggalkan kewajiban dan melakukan larangannya

(8) ibadah yang dilakukan anak kecil, hamba sahaya, wanita dan lainya.

Jika dilihat dari teori pembelajaran Agama Islam kajian di masjid

Al-jihad bisa diposisikan sudah mulai memasuki pembelajaran modern meskipun

belum sepenuhnya karena dengan cara penyampaikan materi tidak hanya

terpatok disatu kitab saja, namun dalam bentuk tema yang isi kajian ta’lim

bisa lebih dekat dengan kehidupan para jamaah. Selain itu pula dalam kajian

dimasjid Al-jihad ada sesi dialog agama setiap satu bulan sekali dengan

melibatkan jamaah bertanya tentang masalah-masalah keagamaan. Hal seperti

ini sejalan dengan teori pembelajaran agama Islam bersifat modern yaitu

pembelajaran yang tidak hanya terpusat diguru saja melaikan ada perhatian

dari murid untuk ikut serta dalam pembelajaran. Materi juga tidak hanya

terfokus pada satu kitab melainkan ada tambahan-tambahan yang menjadi

penguat dari materi yang disampaikan.43

Sedangkan Masjid Noor masih menggunakan konsep pembelajaran

traditional yang mana materi hanya terfokus disatu kitab dan menjelaskan dari

materi pertama sampai selesai. Dalam proses pembelajarannya guru menjadi

43

focus utama dalam pembelajaran dan tidak ada proses dialog agama seperti

yang dilaksnakan dimasjid Al-jihad. Hal ini sejalan dengan teori pembelajaran

konsep traditional yaitu pembelajaran tradisional sangat menekankan

pentingnya penguasaan materi serta pembelajaran trasional merupakan

pembelajaran dimana secara umum pusat pembelajaran ada pada guru

sedangkan murid menjadi objek dalam belajar.44

Dari materi-materi yang dipelajari di masjid Al-jihad dan Masjid noor

diatas untuk bertujuan mewujudkan perilaku keagamaan masayarakat dalam

kehidupan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang memiliki tiga pokok

ajaran yakni Aqidah, ibadah, dan Akhlak. Totalitas ketiga aspek inilah yang

mewujudkan sikap keberagamaan seorang muslim. Seorang muslim

diperintahkan untuk beribadah sebaik-baiknya, selain itu mereka juga dituntut

berakhlak mulia dan menjaga hubungan sosial bersama orang lain.45

Sedangakan yang menjadi persamaan materi antara masjid Al-jihad dan

masjid Noor adalah sama membahas ilmu-ilmu agama Islam yang tujuan yang

untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya kaum

muslimin. Hal tersebut sejalan dengan materi pendidikan keagamaan

khususnya Islam yang bermuara pada pendidikan Islam, maka pada dasar

44 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group 2009), h. 85

45 Muh. Rusli, “Tingkat Perilaku Keberagamaan Siswa SMA Negeri 1 Belawa Kabupaten Wajo”, Tesis (Makassar: PPs UIN Alauddin Makassar, 2011), h. 30.

materi akan sama yaitu dari Al-Quran, hadits, dan Ijtihad. Dalam pendidikan

agama Islam ada beberapa materi yang dibahas yaitu :

A. Akidah

Akidah dalam pengertian tekhnis artinya adalah imam dan

keyakinan. Akidah islam adalah keyakinan kepada Allah, keyakinan

kepada malaikat, keyakinan kepada kitab-kitab Allah, keyakinan

kepada Nabi dan Rasul, keyakinan kepada hari akhir, dan keyakinan

kepada Qada dan Qadar Allah.

Esensi akidah berisifat abstrak, karena akidah tumbuh dari jiwa

yang mendalam dan merupakan dasar agama yang harus dilalui oleh

setiap orang. Strategi Nabi Muhammad ketika memperkenalkan

konsep dakwah dalam Islam, beliau mengajak manusia untuk

mempercayai ajaran Islam terlebih dahulu tanpa keraguan sedikitpun.46

Wujud keberagamaan seorang muslim berdasarkan aspek

akidah dimulai dengan pengakuan keislaman melalui syahadat yang

tidak hanya diucapkan dengan lisan atau keyakinan hati, tetapi

dimanifestasikan pula dalam bentuk ibadah dan akhlak.

B. Ibadah

Ibadah dalam pengertiannya adalah jalan yang harus dilalui

setiap muslim. Dilihat dari segi hukum, syariat adalah norma hukum

46 Umar Sulaiman, Analisis Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Keagamaan; Kasus pada Siswa SLTP Negeri 1 dan MTs Negeri Bulukumba, h. 174

dasar yang diwahyukan oleh Allah yang wajib diikuti oleh orang

Islam, baik yang berhubungan dengan Allah ataupun manusia.

Ibadah secara etimologis berasal dari Bahasa Arab yang artinya

melayani, patuh dan tunduk. Sedangkan secara terminologis yakni

sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah,

baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.47

Ibadah secara umum merupakan bentuk penghambaan diri

manusia kepada Allah dengan menaati dan melaksanakan segala

perintah dan anjurannya serta menjauhi larangan karena Allah semata,

baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan dan perbuatan.48

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua

dengan bentuk dan sifat yang berbeda satu sama lain.

1) Ibadah Mahdhah

Ibadah Mahdhah atau ibadah khusus merupakan ibadah

yang telah ditetapkan oleh Allah tentang tingkat, tata cara

dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah mahdhah adalah

wudhu, tayammum, hadats, shalat, shiyam (puasa), haji,

dan Umrah.

47 Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak (Cet. I; Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), h. 1. 60

48

2) Ibadah Ghairu Mahdah

Ibadah ghairu mahdah atau umum adalah segala amalan

yang dizinkan oleh Allah misalnya belajar, dzikir, dakwah,

tolong menolong dan lainnya sebagainya. C. Akhlak

Akhlak adalah budi pekerti yang penerapannya melalui tingkah

laku yang mungkin positif, maupun negative, mungkin baik, dan

mungkin buruk. Dalam Islam akhlak haruslah baik dan dilakukan

secara berulang-ulang jika dilakukan sekali-kali atau jarang maka

belum bisa dikatakan akhlak.

Secara etimologi kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang

merupakan bentuk jamak dari khuluq atau khalq, tabiat atau budi

pekerti, kebiasaan atau adat, dan agama. Akhlak secara terminologi

diartikan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul

secara spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak

memerlukan dorongan dari luar49

Akhlak menurut Ahmad Amin merupakan membiasakan

kehendak („adah aliradah). Kata “membiasakan” dipahami dalam arti

melakukan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga menjadi suatu

kebiasaan („adah) . Adapun yang dimaksud dengan kehendak (iradah)

adalah menangnya keinginan untuk melakukan sesuatu setelah

49

mengalami kebimbangan untuk menentukan pilihan terbaik diantara

beberapa alternative.50

Akhlak memiliki karakteristik yang bersifat universal, artinya

ruang lingkup akhlak dalam pandangan Islam sama halnya dengan

lingkup pembahasan tindakan manusia. Secara sederhana ruang

lingkup akhlak terbagi tiga, meliputi;

1) Akhlak Terhadap Allah

2) Akhlak Terhadap Manusia

3) Akhlak terhadap Alam

Dari hal diatas materi yang disampaikan dimasjid Al-jihad

dan Masjid Noor yang berkaitan dengan Akhlak bahwa materi yang

disampaikan didua masjid hanya berfokus pada Akhlak terhadap

manusia dan Allah yang sering disampaikan. Hal ini berkaitan dengan

teori ruang lingkup akhlak

D. Takwa

Dalam pembelajaran dimasjid Al-jihad dan Masjid Noor juga

ada membahas materi tentang taqwa yang mana sering materi atau

sisipan materi yang ditambahkan oleh guru dalam proses kajian Islam

agar terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah mengenai menjaga

hati agar tidak kotor dan takut akan Allah SWT. Hal ini sejalan dengan

ruang lingkup pendidikan Islam tentang takwa artinya takut, menjaga

50

diri, memelihara, tanggung jawab, dan memenuhi kewajiban, orang

yang bertakwa ialah orang yang takut kepada Allah atas kesadarannya,

mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang

dilarang.51

4. Dampak terhadap Jamaah setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

Dokumen terkait