D. Pembahasan Data
1. Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam pada masjid Al-jihad dan Masjid Noor Banjarmasin
Berdasarkan dari dua pelaksanaan pembelajaran dimasjid Al-jihad dan
masjid Noor memiliki tahapan dalam proses pelaksanaan. Dilihat dari segi
perencanaan Masjid Al-jihad tidak memiliki perencaaan khusus dari pihak
masjid untuk merancang materi yang ingin disampaikan hanya saja masjid
menyerahkan kepada ustadz yang merencakanakan materi yang akan
disampaikan pihak masjid hanya merancang jadwal pelaksanaan kegiatan
32
pembelajaran. Sedangkan masjid Noor dari pihak masjid memiliki perencaan
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran agama Islam, pihak pengurus
masjid menentukan kitab yang ingin dibahas sedangkan ustadz atau guru nya
hanya mengikuti dari apa yang diinginkan oleh pengurus masjid siapkan.
Dalam proses pembelajaran perencaan adalah salah satu komponen
penting yang perlu diperhatikan untuk mencapai sebuah tujuan dan
mempersiapkan proses pembelajaran dari materi maupun metode yang akan
digunakan. Jika melihat dari pendapat Suryadi dan Mulyani unsur-unsur
utama yang harus ada dalam membuat rencana pembelajaran yaitu : (1)
Tujuan yang hendak dicapai, berupa tingkah laku apa yang diinginkan yang
dimiliki murid setelah proses pembelajaran, (2) Bahan pelajaran yang
disapaikan, (3) Metode dan tekhnik yang digunakan, (4) Penilaian, yakni
bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui tujuan
tercapai atau tidak.33
Selanjutnya jika dilihat dari tahapan pelaksanaan kedua masjid tersebut
menggunakan metode yang berbeda. Masjid Al-jihad menggunakan metode
ceramah dan Tanya jawab sedangakan masjid Noor menggunakan metode
sorogan dan ceramah yaitu guru membacakan kitab kemudian murid
33 Suryadi, Ace, dan Mulyana, wiana. Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru, (Jakarta: Cardimas Metropole, 1993), h. 23
mengikuti bacaan yang guru sampaikan kemudia guru menjelaskan dengan
bentuk ceramah apa yang sudah dibacakan oleh ustadz atau guru.34
Sebenarnya keempat metode yang umum digunakan pada pendidikan
keagamaan telah dipraktikan oleh nabi Muhammad. Contohnya nabi
Muhammad pernah menggunakan metode ceramah seperti hadits yang
diriwayatkan imam Muslim.
Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus dihadapan
orangorang Quraisy dengan tujuan mengajak orang-orang Quraisy dan lainnya
untuk menyelamatkan diri dari neraka dengan usahanya sendiri, karena
Rasulullah tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap umatnya.
Pada hadits tersebut ada kata d‟a berarti mengajak atau menyeru dan ankizu
berarti selamatkan untuk sebuah peringatan. Mengajak mereka menuju
34 Hasarudin, Madrasah pada Masa Islam Klasik : Analisis Historis atas Metode yang Digunakan, (Hunafa : Jurnal Studia Islamika), Vol. 8, No. 1 Juni 2011, h. 130
kebaikan dan memberi peringatan disampaikan nabi Muhammad
menggunakan metode ceramah.
Nabi Muhammad juga pernah menggunakan metode tanya jawab
sebagaimana pada hadits yang diriwayatkan imam Muslim.35
Pada hadits di atas nabi Muhammad menggunakan metode Tanya jawab
sebagai strategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari
sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode
pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara guru
dan jamaah. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru
dapat mengetahui sejauh mana murid dapat mengerti apa yang telah
disampaikan
Muhammad menggunakan metode tanya jawab sebagai starategi
pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya
ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode
pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara
pendidik dan peserta didik. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini
35
adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauh mana para peserta
didik dapat mengerti dan mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
Nabi Muhammad juga pernah menggunakan metode diskusi
sebagaimana yang diriwayatkan imam Bukhari. 36
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian
bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk
mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.
Selanjutnya model pembelajaran yang dilakukan dalam proses
pembelajaran dimasjid Al-jihad dan masjid Noor model pembelajaran halaqah
dimana ustadz atau guru duduk didepan dan para jamaah duduk melingkari
ustadz atau guru. Halaqa adalah bentuk tertua dari pengajaran Islam sejah
masa nabi Muhammad, dan tempat pertama yang digunakan adalah masjid.
Pada saat itu yang berperan memimpin kegiatan pengajaran adalah nabi
Muhammad sendiri, baik bagi pengikutnya yang laki-laki maupun perempuan.
36 Abu Abdillah Muhammad Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah Al-Ja’fi Al Bukhari, Shahih Bukhari Juz 23, h. 66
Dalam halaqa tradisional, guru duduk diatas bantal membelakangi dinding
atau pilar. Para siswa duduk dalam setengah lingkaran disekitar guru, sesuai
dengan tingkat pengetahuannya. Pada awal islam, para guru yang mengajar
pada halaqa terdiri dari laki-laki dan perempuan. Biasanya guru yang terkenal
diakitkan dengan nama kota dan masjid tertentu, dan juga untuk nama pilar
yang dikaitkan dengan guru yang duduk disana.37
Dalam halaqa yang diselenggarakan dimasjid siapapun bisa bergabung
baik statusnya sebagai murid terdaftar ataupun sekedar pengunjung yang
berminat mengikuti kajian. Mereka yang menjadi murid pada halaqa tersebut
diberi tugas melakukan pembacaan terhadap sumber-sumber keilmuan
penunjang agar tidak mengalami kesulitan dalam memahami uraian mudarris
ketika proses kajian berlangsung, mereka juga dituntut untuk berkonsentrasi
secara bersungguh-sungguh. Kegiatan diskusi aktif pun diintensifkan untuk
menggali lebih dalam serta menangkap wawasan lebih luas tentang ajaran
Islam. Untuk mengikuti proses belajar dalam halaqa, tidak jarang para siswa
melakukan perjalanan panjang hanya untuk duduk dalam halaqa guru yang
terkenal.38
37 Hasarudin, Madrasah pada Masa Islam Klasik,.,h. 90
38 Sholeh Bin Ali Abu Ar-rad, Attarbiyah Al-Islamiyah, (Riyadh: Ad-dar Shulahiyah 1424), h. 95
2. Tujuan Pembelajaran Agama Islam pada Masjid Al-jihad dan Masjid