• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOAL EVALUASI SIKLUS

E. Materi Pembelajaran

Terlampir

F. Metode Pembelajaran

Ceramah, tanya jawab, CTL dan Metode Discovery Learning

G. Media dan Sumber Belajar

Media : Papan Tulis, Spidol, penghapus

Sumber belajar : 1. Buku Paket PAI Fiqih untuk MA Depag 2. Al quran dan terjemah

H. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Alokasi Waktu

1.

Pembukaan

a. Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan memberi salam

b. Guru mengabsen siswa

c. Guru menanyakan kabar siswa

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran

10 menit

2.

Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

 Guru menyiapkan sumber belajar

 Guru bertanya kembali tentang pengertian nikah

 Guru bertanya kepada siswa tentang syarat dan rukun nikah

 Siswa memberikan pendapat rukun dan syarat nikah

 Guru menyampaikan hikmah yang dapat diambil dari pernikahan

 Guru melibatkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

b. Elaborasi

 Guru menjelaskan sedikit tentang pengertian perkawinan, rukun, syarat, dan hikmah perkawinan

 Guru menjelaskan langkah-langkah metode discovery learning

 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

 Masing-masing anggota kelompok dibagi materi yang berbeda

 Guru menyuruh kelompok tim ahli untuk mempresentasikan hasil diskusi yang dilakukan. c. Konfirmasi

 Guru memberikan umpan balik dan bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui oleh siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

3.

Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum diketahui

c. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

d. Guru memberikan tindak lanjut berupa arahan agar

siswa mempelajari materi selanjutnya.

e. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan membaca bacaan hamdalah bersama

f. Guru mengucapkan salam

B. Penilaian

1. Jenis Penilaian : Tes Tertulis 2. Bentuk soal : Pilihan Ganda 3. Instrument soal : terlampir 4. Kunci jawaban : 1) E 6) E 11) C 16) A 2) E 7) A 12) C 17) C 3) D 8) C 13) A 18) B 4) B 9) A 14) D 19) D 5) A 10) B 15) B 20) E 6. Teknik penskoran :

Jika benar = skor 1 Jika salah = skor 0

Nilai = jumlah skor x 100 Skor maksimal

Tengaran, 24 Maret 2018 Guru Mapel PAI

Agus Wahib Sabara, S.H NIP: Peneliti Hanif Muhibburrahman NIM: 114-13-043 Mengetahui, Kepala Sekolah

Makmun Santoso M.Pd.I NIP:131233220001023005

MATERI SIKLUS II

E. HUKUM PERKAWINAN

2. Arti Pernikahan atau Perkawinan

Pernikahan berasal dari kata dasar nikah. Kata nikah memiliki persamaan dengan kata kawin. Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Menurut istilah syarak, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia yang diridhoi oleh Allh SWT.

Nikah adalah fitrah yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT. Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat jasmani dan rohaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis kelaminnya. Teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat mengasihi dan dikasihi, serta yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.

Nikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. atau sunnah Rasul. Dalam hal ini Islam telah menganjurkan kepada manusia untuk menikah. Dan ada banyak hikmah di balik anjuran tersebut. Antara lain adalah :

g. Sunnah Para Nabi dan Rasul h. Bagian Dari Tanda Kekuasan Allah i. Salah Satu Jalan Untuk Menjadi Kaya j. Ibadah Dan Setengah Dari Agama k. Tidak Ada Pembujangan Dalam Islam l. Menikah Itu Ciri Khas Makhluk Hidup

6. Hukum Pernikahan

a. Hukum Asal Nikah adalah Mubah

Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah, artinya boleh dikerjakan boleh ditinggalkan. Bisa disebut juga orang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal yang mendorong keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang mencegahnya untuk menikah, maka bagi hukum menikah itu menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk segera menikah namun juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya. Pada kondisi tengah-tengah seperti ini, maka hukum nikah baginya adalah mubah. Dikerjakan tidak ada pahalanya dan ditingkalkan tidak berdosa. Meskipun demikian, ditinjau dari segi kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram.

b. Nikah yang Hukumnya Sunnah

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya nikah itu sunnah. Alasan yang mereka kemukakan bahwa perintah nikah dalam berbagai Al-Qur’an dan hadits hanya merupakan anjuran walaupun banyak kata-kata amar dalam ayat dan hadits tersebut. Akan tetapi, bukanlah amar yang berarti wajib sebab tidak semua amar harus wajib, kadangkala menunjukkan sunnah bahkan suatu ketika hanya mubah. Adapun nikah hukumnya sunnah bagi orang yang sudah mampu memberi nafkah dan berkehendak untuk nikah.

ُذََْحَأ ُٓاََٗس ِحٍَاٍَِقْىَا ًٌََْ٘ َءاٍَِثَّْ ْلأَا ٌُُنِت شِثاَنٍُ ًِِّّإ َدُ٘ىَْ٘ىَا َدُٗدَْ٘ىَا اُ٘جََّٗضَذ

َُاَّثِح ُِْتِا َُٔحَّحَصَٗ

Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAw bersabda,"Nikahilah wanita yang banyak anak, karena Aku berlomba dengan nabi lain

pada hari kiamat. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibbam)

c. Nikah yang Hukumnya Wajib

Nikah menjadi wajib menurut pendapat sebagian ulama dengan alasan bahwa diberbagai ayat dan hadits sebagaimana tersebut diatas disebutkan wajib. Selanjutnya nikah itu wajib sesuai dengan faktor dan situasi. Jika ada sebab dan faktor tertentu yang menyertai nikah menjadi wajib. Contoh: jika kondisi seseorang sudah mampu memberi nafkah dan takut jatuh pada perbuatan zina, dalam situasi dan kondisi seperti itu wajib nikah. Sebab zina adalah perbuatan keji dan buruk yang dilarang Allah SWT. Sebagai mana firmanNya;

اُ٘حِنَّأَٗ

ُِإ ٌُْنِئاٍَِإَٗ ٌُْمِداَثِع ٍِِْ ٍَِِحِىاَّصىاَٗ ٌُْنٍِْ ىٍَاٌََلأا

ُنٌَ

ءاَشَقُف اُّ٘٘

عِساَٗ ُ َّاللَّٗ ِِٔيْضَف ٍِِ ُ َّاللّ ٌُِِْْٖغٌُ

ٌٍِيَع

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.(QS. An-Nur : 32)

d. Nikah yang Hukumnya Makruh

Hukum nikah menjadi makruh apabila orang yang akan melakukan perkawinan telah mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberi nafkah tanggungannya. Lebih jelasnya adalah orang yang tidak punya penghasilan sama sekali dan tidak sempurna kemampuan untuk berhubungan seksual, hukumnya makruh bila menikah. Namun bila calon istrinya rela dan punya harta yang bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah meski dengan karahiyah.

Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan nafkah suami, melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami.

Maka pernikahan itu makruh hukumnya sebab berdampak dharar bagi pihak wanita. Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri kepada suami, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar.

e. Nikah yang Hukumnya Haram

Nikah menjadi haram bagi seseorang yang mempunyai niat untuk menyakiti perempuan yang dinikahinya.

Firman Allah di dalam Al-Qur‟an:

ِءاسِّْىا ٍَِِ ٌُنَى َباط اٍ ا٘حِنّاَف

Maka nikahilah wanita yang engkau senangi. (QS.An-Nisa/4:3)

اُ٘حِنَّأَٗ

ِع ٍِِْ ٍَِِحِىاَّصىاَٗ ٌُْنٍِْ ىٍَاٌََلأا

ُِإ ٌُْنِئاٍَِإَٗ ٌُْمِداَث

ءاَشَقُف اُُّ٘٘نٌَ

عِساَٗ ُ َّاللَّٗ ِِٔيْضَف ٍِِ ُ َّاللّ ٌُِِْْٖغٌُ

ٌٍِيَع

Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan kemampuan- Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), MahaMengetahui. (QS.An-Nur/24:32)

Berpijak dari firman Allah dan hadits sebagaimana tersebut di atas, maka bahwa dapat dijelaskan bahwa hukum menikah itu akan berubah sesuai dengan faktor dan sebab yang menyertainya. Dalam hal ini setiap mukalaf penting untuk mengetahuinya. Misalnya, orang-orang yang belum baligh, seorang pemabuk, atau sakit gila, maka dalam situasi dan kondisi semacam itu seseorang haram uinutuk menikah.

Sebab, jikja mereja menikah dikhawatirkan hanya akan menimbulkan mudharat yang lebih besar pada orang lain.

7. Rukun Nikah

Rukun nikah adalah unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk melangsungkan suatu pernikahan. Rukun nikah terdiri atas:

a. Calon suami, syaratnya antara lain beragama Islam, benar-benar pria, tidak karena terpaksa, bukan mahram (perempuan calon istri), tidak sedang ihram haji atau umrah, dan usia sekurang-kurangnya 19 tahun.

b. Calon istri, syaratnya antara lain beragama Islam, benar-benar perempuan, tidak karena terpaksa, halal bagi calon suami, tidak bersuami, tidak sedang ihram haji atau umrah, dan usia sekurang- kurangnya 16 tahun.

c. Sigat akad, yang terdiri atas ijab dan kabul. Ijab dan kabul ini dilakukan olehy wali mempelai perempuan dan mempelai laki-laki. Ijab diucapkan wali mempelai perempuan dan kabul diucapkan wali mempelai laki-laki.

d. Wali mempelai perempuan, syaratnya laki-laki, beragama islam, baligh (dewasa), berakal sehat, merdeka (tidak sedang ditahan), adil, dan tidak sedang ihram haji atau umrah. Wali inilah yang menikahkan mempelai perempuan atau mengizinkan pernikahannya.

Mengenai susunan dan urutan yang menjadi wali adalah sebagai berikut:

10) Bapak kandung, bapak tiri tidak sah menjadi wali. 11) Kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan. 12) Saudara laki-laki kandung.

13) Saudara laklaki sebapak.

14) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung. 15) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak. 16) Paman (saudara laki-laki bapak).

17) Anak laki-laki paman.

18) Hakim. Wali hakim berlaku apabila wali yang tersebut di atas semuanya tidak ada, sedang berhalangan, atau menyerahkan kewaliannya kepada hakim. .

f. Dua orang saksi, syaratnya laki-laki, beragama islam, baligh (dewasa), berakal sehat, merdeka (tidak sedang ditahan), adil, dan tidak sedang ihram haji atau umrah. Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi adalah tidak sah.

8. Pernikahan yang Terlarang

Pernikahan yang terlarang aalah pernikahan yang di haramkan oleh agama Islam. Adapun penikahan yang terlarang adalah sebagai berikut:

e. Nikah Mutah

Nikah mut’ah adalah pernikahan yang diniatkan dan diakadkan untuk sementara waktu saja (hanya untuk bersenang-senang),

misalnya seminggu, satu bulan, atau dua bulan. Masa berlakunya pernikahan dinyatakan terbatas. Nikah mut’ah telah dilarang oleh rasulullah saw.

f. Nikah Syigar

Nikah syigar adalah apabila seorang laki-laki mengawinkan anak perempuannya dengan tujuan agar seorang laki-laki lain menikahkan anak perempuannya kepada laki-laki (pertama) tanpa mas kawin (pertukaran anak perempuan). Perkawinan ini dilarang dengan sabda Rasulullah saw.

Dari Ibnu Umar ra., sesungguhnya Rasulullah saw. melarang perkawinan syigar. (HR. Muslim)

g. Nikah Muhallil

Nikah muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki- laki terhadap seorang perempuan yang tidak ditalak ba’in, dengan bermaksud pernikahan tersebut membuka jalan bagi mantan suami (pertama) untuk nikah kembali dengan bekas istrinya tersebut setelah cerai dan habis masa idah.

Dikatakan muhallil karena dianggap membuat halal bekas suami yang menalak ba’in untuk mengawini bekas istrinya. Pernikahan ini dilarang oleh rasulullah saw.

h. Kawin dengan pezina

Seorang laki-laki yang baik-baik tidak diperbolehkan (haram) mengawini perempuan pezina. Wanita pezina hanya diperbolehkan kawin dengan laki-laki pezina, kecuali kalau perempuan itu benar- benar bertobat.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.

ٍُاص ّلاِإ اُٖحِنٌَْ لا ُحٍَِّاّضىاَٗ ًحَمِششٍُ َٗأ ًحٍَِّاص ّلاِإ ُحِنٌَْ لا ًّاّضىا

ٍٍَِِْؤَُىا ىَيَع َلِىر ًَِّشُحَٗ كِششٍُ َٗأ

Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan Pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang mukmin. (QS. An-Nur/24:3)

Akan tetapi, kalau perempuan pezina tersebut sudah bertobat, halallah perkawinan yang dilakukannya.

Dengan demikian, secara lahiriah perempuan pezina kalau benar-benar bertobat, maka dapat kawin dengan laki-laki yang bukan pezina (baiuk-baik)

9. Hikmah Pernikahan

Pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri. Ia merupukan pintu gerbang kehidupan berkeluarga yang mempunyai pengaruh terhadap keturunan dan

kehidupan masyrakat. Keluarga yang kokoh dan baik menjadi syarat penting bagi kesejahteraan masyarakat dan kebahagiaan umat manusia pada umumnya.

Agama mengajarkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang suci, baik, dan mulia. Pernikahan menjadi dinding kuat yang memelihara manusia dari kemungkinan jatuh ke lembah dosa yang disebabkan oleh nafsu birahi yang tak terkendalikan.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam pernikahan, antara lain sebagai kesempurnaan ibadah, membina ketentraman hidup, menciptakan ketenangan batin, kelangsungan keturunan, terpelihara dari noda dan dosa, dan lain-lain. Di bawah ini dikemukakan beberapa hikmah pernikahan.

f) Pernikahan Dapat Menciptakan Kasih Sayang dan ketentraman Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelengkapan jasmaniah dan rohaniah sudah pasti memerlukan ketenangan jasmaniah dan rohaniah. Kenutuhan jasmaniah perlu dipenuhi dan kepentingan rohaniah perlu mendapat perhatian. Ada kebutuhan pria yang pemenuhnya bergantung kepada wanita. Demikian juga sebaliknya. Pernikahan merupakan lembaga yang dapat menghindarkan kegelisahan. Pernikahan merupakan lembaga yang ampuh untuk membina ketenangan, ketentraman, dan kasih sayang keluarga.

َوَعَجَٗ اٍَٖىِإ اُْ٘نسَرِى اًجاٗصَأ ٌُنِسُفَّأ ٍِِ ٌُنَى َقَيَخ َُأ ِِٔذاٌآ ٍَِِٗ

َُٗشَّنَفَرٌَ ًٍَ٘قِى ٍخاٌ ََ َلِىر ًف َُِّإ ًحََحَسَٗ ًجَّدٍََ٘ ٌُنٍََْت

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah dia meniptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terhadap tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir (QS. Ar- Rum/30:21)

g) Pernikahan Dapat Melahirkan keturunan yang Baik

Setiap orang menginginkan keturunan yang baik dan shaleh. Anak yang shaleh adalah idaman semua orang tua. Selain sebagai penerus keturunan, anak yang shaleh akan selalu mendoakan orang tuanya.

Rasulullah saw. bersabda:

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw., bersabda: “Apabila telah mati manusia cucu Adam, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim)

Menikahi perempuan yang shaleh, bahtera kehidupan rumah tangga akan baik. Pelaksanaan ajaran agama terutama dalam kehidupan berkeluarga, berjalan dengan teratur. Rasulullah saw. memberikan penghargaan yang tinggi kepada istri yang shaleh. Mempunyai istri yang shaleh, berarti Allah menolong suaminya melaksanakan setengah dari urusan agamnya.

i) Pernikahan dapat Memelihara Ketinggian martabat Seorang Wanita

Wanita adalah teman hidup yang paling baik, karena itu tidak boleh dijadikan mainan. Wanita harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya.

Pernikahan merupakan cara untuk memperlakukan wanita secara baik dan terhormat. Sesudah menikah, keduanya harus memperlakukan dan menggauli pasangannya secara baik dan terhormat pula.

Firman Allah dalam Al-Qur’an:

ِفٗشعََىاِت َُِّٕٗشِشاعَٗ

Dan bergaulah dengan mereka menurut cara yang patut. (QS. An-Nisa/4:19)

َُِّٕ٘حِنّاَف

ٍخاَْصحٍُ ِفٗشعََىاِت ََُِّٕس٘جُأ َُِّٕ٘ذآَٗ َِِِّٖيَٕأ ُِرِئِت

ٍُاذخَأ ِخازِخَّرٍُ لاَٗ ٍخاحِفاسٍُ َشٍَغ

Karena itu nikahilah mereka dengan izin tuannya dan berilah mereka maskawin yang pantas, karena mereka adalah

perempuan-perempuan yang memelihara diri, bukan pezina

dan bukan (pula) perempuan yang mengambil laki-laki sebagai piarannya. (QS. An-Nisa/4:25)

j) Pernikahan Dapat Menjauhkan Perzinahan

Setiap orang, baik pria maupun wanita, secara naluriah memiliki nafsu seksual. Nafsu ini memerlukan penyaluran dengan baik. Saluran yang baik, sehat, dan sah adalah melalui pernikahan. Jika nafsu birahi besar, tetapi tidak mau nikah dan tetap mencari penyaluran yang tidak sehat, dan melanggar aturan agama, maka akan terjerumus ke lembah perzinahan atau pelacuran yang dilarang keras oleh agama.

Firman Allah dalam Surah Al-isra ayat 32:

ًلاٍثَس َءاسَٗ ًحَشِحاف َُام َُِّّٔإ اِّّضىا اُ٘تَشقَذ لاَٗ

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra/17:32)

Jelasnya, hikmah pernikahan itu adalah sebagai berikut: f. Menciptakan struktur sosial yang jelas dan adil.

g. Dengan nikah, akan terangkat status dan derajat kaum wanita. h. Dengan nikah akan tercipta regenerasi secara sah dan

terhormat.

i. Dengan nikah agama akan terpelihara.

j. Dengan pernikahan terjadilah keturunan yang mampu memakmuram bumi.

SOAL EVALUASI

SIKLUS II

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e yang dianggap sebagai jawaban yang paling tepat!

1. Orang yang akan menikah menjadi wajib hukumnya apabila ....

a. Yang menikah itu belum mempunyai kemampuan apapun

b. Karena kebutuhan biologis

c. Kedua orang tua sudah menyetujuinya

d. Orang itu sudah bekerja dan mempunyai rumah sendiri

e. Orang itu sudah mampu dan sangat mendesak untuk nikah

2. Khamid sudah punya calon istri, setiap kali bertemu padanya, Khamid selalu ingin menikah dan takut terjerumus pada perbuatan asusila / zina. Hukum nikah bagi Hamid adalah ....

a. Mubah b. Makruh c. Sunah d. Haram e. Wajib

3. Akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahrom, dinamakan dengan ...

a. Tijaroh b. Mudhorobah

c. Muammalah d. Pernikahan e. Mukhobaroh

4. Sementara itu bagi orang yang telah berhasrat tetapi belum mempunyai bekal untuk memberi nafkah, hukum nikah atasnya adalah ....

a. Wajib b. Makruh c. Mubah d. Sunnat e. Haram

5. Kalau nikah ditujukan semata-mata hanya kepada kepuasan biologis, maka akan timbul dampak negatif sebagai berikut, kecuali ....

a. Harkat dan martabat manusia terpelihara, karena fitrah biologisnya terpenuhi

b. Perempuan tua tidak berguna lagi dalam kehidupan c. Kecenderungan pria beristri muda, istri tua diceraikan d. Pemenuhan kebutuhan biologis menjadi tujuan pokok e. Mengakibatkan peledakan penduduk bumi

6. Rukun nikah adalah suatu perkara yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan nikah, jika tidak maka nikahnya tidak sah. Rukun nikah itu adalah sebagai berikut, kecuali ....

a. Calon suami b. Calon istri

c. Ijab kabul d. 2 orang saksi

e. Bapak pengantin wanita

7. Pernikahan berstatus sah jika antara lain ada walinya. Adapun orang yang sah menjadi wali pengatin wanita sebagai berikut, kecuali .... a. Saudara tiri laki-laki dari mempelai wanita

b. Bapak pengantin wanita c. Saudara laki-laki sebapak

d. Anak laki-laki dari saudara sebapak e. Kakek mempelai wanita

8. Kewajiban material suami kepada istrinya adalah .... a. Memberi perlindungan keselamatan kepada istrinya b. Memberi kesehatan badan dan rohani istri

c. Memberi nafkah istri sesuai kemampuannya d. Memperhatikan keadaan istrinya

e. Meningkatkan mutu keislaman istrinya

9. Rasululloh bersabda ًى٘تلاا حانّلا berdasarkan hadist tersebut pernikahan tidak sah tanpa ....

a. Wali

b. Dua orang saksi c. Saksi

e. Dua orang wali

10. Istri yang di tinggal meninggal oleh suami maka masa iddahnya selama . . . . a. 3 bulan b. 3 kali suci c. 4 bulan 10 hari d. 5 bulan e. 6 bulan

11. Dibawah ini yang bukan termasuk rukun nikah, yaitu a. Akad

b. Wali

c. Dua orang saksi d. Mahar

e. Mempelai pria dan wanita 12. Perhatikan pernyataan berikut ini!

1) Terhindar dari perbuatan maksiat 2) Untuk meneruskan kehidupan manusia

3) Pasangan yang didapat sesuai dengan perilaku 4) Terwujudnya ketentraman, kasih sayang dan cinta 5) Ikatan yang menyatukan seorang laki-laki dan wanita 6) Merupakan status simbol dalam kehidupan masyarakat

Melalui pernyataan tersebut, yang termasuk hikmah pernikahan adalah nomor . . . . a. 1), 2) dan 3) b. 4), 5) dan 6) c. 1), 2) dan 4) d. 3), 5) dan 6) e. 2), 3) dan 4)

13. Kewajiban immaterial suami terhadap istrinya adalah sebagai berikut, kecuali ....

a. Meningkatkan kualitas keislaman istri b. Bergaul dengan baik terhadap istrinya c. Memperhatikan keadaan istri

d. Menjaga dan melindungi istri

e. Memberikan kebebasan istrinya dalam segala hal

14. Seorang wanita yang tidak ada wali nasabnya, maka apabila menikah siapa yang berhak menjadi wali ?

a. Wali 'adol b. Wali mujbir c. Pamannya d. Wali hakim e. Saudaranya

15. Pemberian sesuatu yang bernilai dari suami kepada isteri sebab pernikahan. Pemberian tersebut bisa berupa uang, benda, perhiasan, atau jasa seperti mengajar Al-Qur‟an. yang demikian pengertian dari ... a. Hadiah

b. Mahar c. Sedekah d. Infak e. Hibah

16. Menurut ajaran Islam, yang lebih kita utamakan dalam memilih pasangan hidup adalah ....

a. Agama dan pendidikan

b. Golongan, suku dan kebangsaan c. Rupa dan adat istiadat setempat d. Pangkat, golongan dan penghasilan

e. Harta dan tingkat keturunan dalam masyarakat 17. Orang yang tidak halal dinikahi disebut ...

a. Amil b. Muqim c. Mahrom d. Muhallil e. Mu'min

18. Pernikahan yang dilarang adalah pernikahan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Yaitu pernikahan yang dilakukan oleh seseorang dengan menyebutkan batas waktu tertentu ketika akad nikah, misalnya satu minggu, satu bulan dan seterusnya. Dengan berakhirnya batas waktu maka dengan sendirinya pernikahan berakhir tanpa ada ucapan talaq, maka nikah yang demikian disebut....

a. Nikah Syighar b. Nikah Mut‟ah c. Nikah tahlil d. Menikahi Mahram

e. Pernikahan dalam Masa Iddah

19. Seseorang yang melaksanakan pernikahan dengan niat untuk balas dendam, maka hukum melaksanakan pernikahan seperti tersebut, yaitu a. Mubah

b. Sunnah c. Makruh d. Haram e. Wajib

20. Ibu Siti ketika menikah dengan bapak Ahmad membawa seorang putri yang bernama Aisyah, ketika perkawinan mereka kandas di tengah jalan dan perceraian merupakan jalan terbaik. Seandainya bapak Ahmad ingin menikah kembali, maka terlarang baginya untuk menikahi Aisyah, karena Aisyah merupakan mahram dengan sebab . . . .

b. Persusuan c. Pernikahan

d.

Dimadu

Dokumen terkait