• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pelaksanaan Siklus

Setelah dilaksanakan perbaikan atas kelemahan siklus I, maka kemudian dilaksanakan siklus II dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4

Hasil Belajar Siklus II

No Nama Nilai Ketuntasan

1 Aina‟ul Wavaroh 80 T

2 Arif Nur Sholeh 76 T

3 Diyah Ayu 76 T

4 Evi Ma‟rifatul Fauziah 86 T

5 Fenty Aryana 87 T 6 Fitriani Rinta 60 BT 7 Istikomah 90 T 8 Kurnia Chandra 90 T 9 Latif Nafi‟udin 76 T 10 M. Misbachul Munir 90 T 11 M. Zainal Arifin 95 T 12 Maita Isnaeni 78 T 13 Mistakhudin 90 T 14 Mila Arina 90 T 15 Muchammad Ni‟am 75 T 16 Muhamad Hafid 85 T 17 Muhammad Hasim 90 T

18 Mukhamad Ikhlasul Ali 86 T

19 Muhammad Mazza 72 T 20 Nurul Hidayatul 85 T 21 Oktaviana 86 T 22 Saidah 90 T Jumlah 2437 Rata-rata 81.23 Ketuntasan Klasikal 93.33

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa (93.33%) dan siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 1 siswa (6.67%) dari target yang telah ditentukan yaitu nilai KKM (70). Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa setelah dilaksanakan tindakan siklus II adanya peningkatan pada nilai terendah dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai rata-rata kelas yang meningkat yaitu pada siklus I nilai rata-rata kelas 70 yang pada siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 81,23. Hasil data diatas menunjukkan bahwa KKM kelas sudah tercapai karena KKM kelas sudah mencapai 85% untuk standar minimal kelas, dengan kata lain pada siklus II semua siswa telah tuntas.

Berdasarkan hasil belajar siklus I pada tabel 4.4 dapat digambarkan dalam bentuk diagram lingkaran yang berisi tentang persentase siswa yang tuntas dan siswa yang belum tuntas. Berikut diagram lingkaran dari data di atas:

Pada pembelajaran siklus II ini peneliti hampir tidak menemukan hal-hal yang menunjang dan menghambat dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian:

a. Lembar Pengamatan Guru Siklus II

Tabel 4.5 Pengamatan Guru Siklus II

No. Aspek yang diamati Skor

A B C D

Kemampuan guru dalam membuka pelajaran

1. Menarik perhatian siswa 

2. Memberikan motivasi awal 

3. Memberikan apersepsi (berkaitan dengan materi)  4. Menyampaikan tujuan pembelajaran  5. Memberikan acuan bahan belajar yang akan

dipelajari 

Penguasaan bahan ajar

6. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah- langkah yang direncanakan dalam RPP  7. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar 

Kegiatan belajar mengajar

8. Kesesuaian metode pembelajaran dengan bahan

belajar yang disampaikan 

9. Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan  10. Memiliki keterampilan dalam merespon dan

menanggapi pertanyaan siswa 

11. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang

disediakan 

Kemampuan guru dalam menggunakan metode

discovery learning

12. Menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari

dengan tepat 

13. Memberikan penjelasan kepada siswa terkait materi

pembelajaran 

14. Melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran  15. Mempu memberikan umpan balik terkait materi

16. Mampu memberikan penguatan terkait hasil diskusi

siswa 

17. Mampu memberikan penguatan terkait materi  18. Memiliki keterampilan membagi kelompok dan

menunjuk siswa untuk menjadi tim ahli untuk mendiskusikan terkait pembagian materi pembelajaran

19. Melanjutkan diskusi masing-masing sub materi tiap

kelompoknya 

Evaluasi pembelajaran

20. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah

ditetapkan 

21. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP 

Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran

22. Meninjau kembali materi yang telah diberikan  23. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran 

H. Tindak lanjut/follow up

24. Memberi tugas kepada siswa 

25. Menginformasikan materi bahan ajar yang akan

dipelajari selanjutnya 

Jumlah 22 3 0 0

Total 88 9 0 0

Total Kinerja Guru 97

Kategori Baik Keterangan : Skor Nilai A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik) C = 2 (cukup) D = 1 (kurang)

Kategori Total Kinerja Guru:

76-100 = Baik 51-75 = Sedang

Berdasarkan pada lembar pengamatan guru siklus II, dapat disimpulkan bahwa guru telah menerapkan metode discovery learning dengan baik dan dapat dilihat dari pengamatan pada siklus II.

b. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II

Tabel 4.6 Pengamatan Siswa Siklus II

No. Jenis Keterlibatan Skor

1 2 3 4

1. Antusias dan perhatian siswa ketika

pembelajaran 

2. Perhatian terhadap media 

3. Memperhatikan materi yang disampaikan 

4. Keaktifan dalam bertanya 

5. Keaktifan menjawab pertanyaan 

6. Keaktifan siswa pada saat berdiskusi 

7. Antusias siswa dalam pelaksanaan metode pembelajaran jigsaw dan kedisiplinan saat memainkan tongkat

8. Kesungguhan menjawab pertanyaan evaluasi 

9. Kemandirian mengerjakan soal 

Jumlah 36 Total 36 Keterangan: Skor 1 : Kurang Skor 2 : Cukup Skor 3 : Baik

Skor 4 : Sangat Baik

Kategori Pengamatan Siswa:

1-12 : Kurang 13-24 : Cukup

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa keaktifan dan partisipasi dalam pembelajaran termasuk dalam kategori baik, dari hasil evaluasi juga menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklusnya. Dari siklus II ini menunjukkan bahwa penerapan metode discovery learning pada mata pelajaran PAI materi hukum perkawinan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan baik.

C. Pembahasan

1. Siklus I

Fokus perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah penerapan discovery learning. Tipe ini merupakan penerapan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan penjelasan pada siswa lain yang belum memahami, dimana guru merupakan pembimbing, sehingga dominasi guru dalam proses pembelajaran menjadi berkurang dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Pada kegiatan inti siswa sudah mulai bersemangat dalam membentuk kelompok sebagaimana yang diperintahkan gurunya. Namun demikian siswa, terutama tim ahlinya belum begitu menguasai tugasnya sehingga tim ahli masih mengalami kebingungan apa yang harus dikerjakan. Selain itu dominasi dalam kelompok masih dikuasai oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah kurang aktif.

Perolehan tingkat keaktifan siswa pada siklus I masih belum optimal yaitu hanya sebesar 55%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran belum merata, hanya siswa tertentu saja yang sudah aktif dalam pembelajaran dan siswa yang aktif itu pun sebagian besar merupakan siswa yang sudah aktif sebelum dilakukan tindakan dan juga merupakan siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi. Siswa yang belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena meraka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat.

Kurang optimalnya keaktifan siswa pada siklus I juga disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan model discovery learning. Siswa yang kurang pandai belum percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya dalam kegiatan diskusi. Siswa tampaknya masih perlu berlatih untuk mengemukakan pendapat dan menumbuhkan sikap percaya diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2004) yang menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses penjang. Pendapat yang serupa juga disamFiqhkan Ibrahim (2001) bahwa discovery learning memerlukan waktu lebih lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai ide-ide secara langsung kepada siswa lain.

Belum optimalnya peran siswa dalam pembelajaran juga berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada siklus I ini siswa yang tuntas belajar baru

mencapai 55% dengan nilai rata-rata 69,03. Siswa yang turut aktif dalam menemukan konsep tentang materi yang dipelajari akan lebih mudah paham dan mengerti dibandingkan dengan siswa yang hanya sekedar melihat dan mengamati. Hal ini sesuai dengan yang disamFiqhkan Darsono (2000) bahwa siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang mendalam.

Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu sedapat mungkin guru harus mengupayakan agar siswa lebih aktif dan agar mereka berusaha menemukan sendiri suatu konsep yang dipelajari. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa seperti mengerjakan tugas yang diberikan, kegiatan diskusi maupun pengamatan langsung. Hal ini seperti pendapat Mulyasa (2004) yang menyatakan bahwa guru sebagai fasilitator merupakan pembimbing proses, orang sumber, orang yang menunjukkan dan mengenalkan kepada peserta didik tentang masalah yang dihadapi.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Guru harus lebih banyak memberikan motivasi yang dapat membangkitkan minat belajar siswa sehingga siswa memiliki kepercayaan diri untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat memberikan

bimbingan dan pemantauan atas jalannya diskusi secara menyeluruh kepada semua kelompok sehingga kegiatan diskusi dapat berkembang dengan baik dan guru dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Guru harus selalu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, tidak menegangkan, serta memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

2. Siklus II

Perbaikan pembelajaran pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan baik peran guru, persentase pembelajaran maupun persentase ketuntasan belajar. Namun demikian hasil belajar siswa belum maksimal. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa yang menjadi kendalanya adalah belum optimalnya pelaksanaan pendekatan kooperatif tipe jigsaw, terutama tim ahli dalam kelompoknya belum memahami tugasnya. Selain itu siswa dengan kemampuan akademik yang rendah juga kurang aktif dalam kelompoknya.

Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan pembelajaran, difokuskan pada pelaksanaan discovery learning yang optimal, yaitu tim ahli benar-benar berperan dalam memberikan penjelasan materi terhadap kelompoknya. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih proaktif. Hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai 93,33% meskipun belum dapat mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa siswa telah

mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan belajar 85%.

Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan beberapa siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Hal ini disebabkan karena daya serap siswa terhadap materi sangat rendah dan motivasi belajarnya kurang.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Isjoni (2009) yang mengatakan bahwa dengan adanya tim ahli dalam kelompok memberikan motivasi pada siswa lain yang belum memahami materi untuk bertanya pada tim ahli, karena mereka tidak merasa malu daripada harus bertanya kepada guru. Selain itu, tim ahli dalam memberikan penjelasan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa lain.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi hukum perkawinan pada siswa kelas XI keagamaan Madrasah Aliyah Al Manar Bener Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat Berdasarkan hasil pra siklus diperoleh data siswa yang tuntas berjumlah 8 siswa dari 22 siswa atau 36% sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 14 siswa atau 64% dengan rata-rata 59,09. Selanjutny dari persentase siswa yang tuntas pada siklus I 55% dan naik pada siklus II sebesar 93,3%, sehingga telah memenuhi KKM yaitu minimal 85% dari seluruh siswa tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada pra siklus ke siklus I kemudian ke siklus II mengalami peningkatan dan telah mencapai KKM yang telah ditentukan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diberikan saran sebagai berikut. 1. Bagi Siswa

Memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan guru untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kesempatan.

2. Bagi Guru

1) Guru disarankan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penerapan pembelajaran yang tepat khususnya pembelajaran discovery learning.

2) Guru diberikan gambaran penerapan pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran Fiqh.

3) Guru diberi inspirasi untuk menerapkan pembelajaran discovery learning pada materi lainnya ataupun pada mata pelajaran lain.

3. Bagi Sekolah

Sekolah diberi masukan dalam rangka pelaksanaan supervisi sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.

4. Bagi Penelitian lain

Peneliti lain diberikan bahan rujukan yang dapat memberikan manfaat dalam memperkuat landasan teori yang dibutuhkan dalam penelitian selanjutnya.

Dokumen terkait