• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Daur Hidup

4.2 Materi Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan parasit yaitu nampan, pisau bedah, pinset dan gunting. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk identifikasi parasit adalah objec glass, cover glass, mikroskop camera lucida, lup, pipet, tabung centrifuge, dan mesin centrifuge.

4.2.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan tongkol, tisu, aquades, NaCl, glycerine 5%, alkohol 70%, alkohol 85%, alkohol 95%,

larutan Hung’s I, dan larutan Hung’s II.

4.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pengambilan sampel secara langsung pada lokasi penelitian untuk mengidentifikasi jenis endoparasit pada ikan tongkol. Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan dengan sengaja. Metode pengambilan sampel dilakukan secara

acak terhadap ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan.

Metode survei adalah pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga tidak akan memunculkan teori baru. Penelitian survei memiliki sifat verifikasi terhadap teori yang ada. Penelitian ini bersifat deskriptif. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel, data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif (Azwar, 2010).

4.4 Prosedur Kerja 4.4.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel ikan diusahakan dapat mewakili populasi ikan yang ada. Sampel ikan yang diambil adalah ikan yang masih segar. Berdasarkan data Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (2013) tangkapan ikan tongkol per hari sebanyak 3000 kg ikan dengan berat 1 ekor ikan sebesar 1 kg. Ikan tongkol yang diambil sebagai sampel sebanyak 5% dari 3000 kg/ekor yaitu 150 kg/ekor. Hal ini sesuai dengan standar yang telah dibakukan yaitu pengambilan sampel sebanyak 5-10% dari populasi (Balai Karantina Ikan Batam, 2007). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara aktif tanpa menunggu laporan atau informasi terjadinya infeksi parasit. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak empat kali, pengambilan pertama dilakukan pada tanggal 1 Juli, kedua tanggal 8 Juli, ketiga tanggal 15 Juli, dan keempat tanggal tanggal 22 Juli 2013. Sampel yang telah diambil dibawa ke Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

4.4.2 Pengambilan Saluran Pencernaan

Sampel ikan yang telah diambil diletakkan di atas nampan kemudian ikan ditimbang dan diukur panjangnya. Kemudian dilakukan pembedahan ikan dengan gunting mengarah ke anterior tubuh sampai pada bagian sirip ventral, kemudian digunting ke arah dorsal ikan sampai pada bagian gurat sisi lalu digunting mengarah pada bagian anal ikan. Lambung ikan bagian anterior dipotong sampai pada bagian posterior usus, kemudian disimpan di dalam pot salep berisi alkohol 70% (Balai Karantina Ikan Batam, 2007).

4.4.3 Pemeriksaan Isi Saluran Pencernaan

Pemeriksaan isi saluran pencernaan dilakukan dengan dua metode yaitu metode natif dan metode konsentrasi. Metode natif dilakukan dengan cara mengeluarkan isi saluran pencernaan dengan diurut mengarah ke ujung posterior usus. Isi saluran pencernaan yang telah keluar kemudian ditampung dalam object glass atau cawan petri ditetesi air dan ditutup cover glass, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x (Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam, 2010).

Menurut Mahasri dkk (2008), apabila dengan metode tersebut ditemukan cacing maka dilakukan pewarnaan, tapi apabila tidak ditemukan cacing maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode konsentrasi yang terdiri dari metode pengendapan (sedimentasi) dan pengapungan. Pemeriksaan isi saluran pencernaan dilakukan dengan metode konsentrasi yang dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Metode Pengendapan (sedimentasi)

Cara kerja dalam metode sedimentasi yaitu mencampurkan feses dengan 10 ml air lalu diaduk sampai tercampur, dimasukkan ke dalam tabung centrifuge sampai dengan satu cm dibawah permukaan tabung dan di centrifuge selama 2-3 menit dengan kecepatan 1500 rpm, larutan supernatan (permukaan) dibuang, disisakan endapan 1 cm dari dasar tabung. lalu ditambahkan dengan air, di centrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 2-3 menit dan membuang larutan supernatan (permukaan), endapan diambil menggunakan pipet, diletakkan pada object glass dan ditutup dengan cover glass, pemeriksaan endapan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x.

2. Metode Pengapungan

Metode ini dilakukan untuk mengkonsentrasikan cacing dengan cara mengapungkan, dengan cairan yang berat jenisnya lebih besar dari berat jenis cacing. Cairan yang digunakan adalah larutan jenuh NaCl, Cara kerja dalam metode ini yaitu mencampurkan feses dengan 10 ml air lalu diaduk sampai tercampur, dimasukkan ke dalam tabung centrifuge sampai dengan 1 cm dibawah permukaan tabung dan di centrifuge selama 2-3 menit dengan kecepatan 1500 rpm, larutan supernatan (permukaan) dibuang, disisakan endapan 1 cm dari dasar tabung. lalu ditambahkan dengan adalah larutan jenuh NaCl, dicentrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 2-3 menit kemudian ditambahkan dengan larutan jenuh NaCl hingga permukaan larutan cembung mendekati mulut tabung lalu menempelkan cover glass pada mulut tabung dan ditunggu selama 5 menit,

kemudian cover glass diletakkan di atas object glass dan diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x.

4.4.4 Pewarnaan Cacing

Pewarnaan cacing bertujuan untuk memudahkan identifikasi dan untuk mengawetkan preparat cacing agar tahan lama. Pewarnaan cacing menggunakan metode Semichen-Acetic Carmine. Cara pewarnaan yaitu cacing disimpan dalam alkohol gliserin 5% lalu dicuci dengan PZ lalu difiksir diantara dua object glass dan ikat kedua ujungnya dengan benang, object glass dimasukkan dalam alkohol gliserin 5% selama 24 jam, lalu dimasukkan dalam alkohol 70% selama lima menit dan dimasukkan dalam larutan carmine yang sudah diencerkan dengan alkohol 70% dengan perbandingan 1 : 2, biarkan selama delapan jam, kemudian cacing dilepas dari obyek glass, dipindahkan dalam larutan alkohol asam selama dua menit (alkohol 70% + HCl) lalu dipindahkan dalam larutan alkohol basa selama 20 menit (alkohol 70% + NaHCO3), dilakukan dehidrasi bertingkat dengan alkohol 70% selama 5 menit, alkohol 85% selama 5 menit dan alkohol 95% selama 5 menit kemudian mounting dalam larutan Hung’s I selama 20 menit,

cacing diletakkan pada obyek glass yang bersih dan diteteskan larutan Hung’s II

di atas cacing tersebut yang berfungsi sebagai perekat pada cover glass, kemudian menutup dengan cover glass. Preparat dikeringkan selama kurang lebih 24 jam (Kuhlman, 2006).

4.4.5 Identifikasi Cacing

Identifikasi cacing dilakukan berdasarkan Kabata (1985), Grabda (1991) dan Hoffman (1967).

4.5 Parameter Penelitian

Dokumen terkait