BAB II LANDASAN TEORI
H. Pengertian dan Fungsi LKS
I. Materi
3.3 Diskripsi Rancangan Kegiatan Pembelajaran 43 3.4 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa 46 3.5 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Minat Siswa 48
3.6 Kisi-Kisi Wawancara Siswa dan Guru 49
3.7 Kisi-Kisi Kuisioner 50
3.8 Kisi-Kisi Soal Pre-tes 51
3.9 Kisi-Kisi Soal Pos-tes 52
3.10 Kisi-Kisi Soal Kuis 52 3.11 Kriteria Tingkat Minat/ Keaktifan Siswa 55
3.12 Skor Kuisioner 56
3.13 Kriteria Minat Siswa terhadap Pembelajaran Tabung dan Kerucut dengan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
56
3.14 Hasil Belajar Siswa 57 4.1 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Kegiatan Diskusi Kelompok
Pertemuan 2
83
4.2 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Kegiatan Diskusi Kelompok Pertemuan 5
84
4.3 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Kegiatan Diskusi Kelas Pertemuan 3
86
4.4 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Kegiatan Diskusi Kelas Pertemuan 4
86
4.5 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Kegiatan Diskusi Kelas Pertemuan 5
86
4.6 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Kegiatan Diskusi Kelas Pertemuan 6
87
4.7 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelompok Pertemuan 2
88
4.8 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelompok Pertemuan 5
88
4.9 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelas Pertemuan 3
89
4.10 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelas Pertemuan 4
89
4.11 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelas Pertemuan 5
89
4.12 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelas Pertemuan 6
xvii
4.13 Daftar Nilai Individu 91 4.14 Daftar Nilai Kelompok 92 4.15 Skor Kuisioner Minat 92 4.16 Daftar Pembagian Kelompok 94 4.17 Prosentase Jumlah Siswa yang Berminat dalam Diskusi
Kelompok pada Setiap Pertemuan
100
4.18 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Diskusi Kelas 109 4.19 Siswa yang Aktif dalam Diskusi Kelompok 113 4.20 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Diskusi Kelompok 113 4.21 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Diskusi Kelas 120 4.22 Prosentase Jumlah Siswa yang Aktif dalam Diskusi Kelas 120 4.23 Hasil Nilai Pre-Tes 125 4.24 Hasil Nilai Kuis 126 4.25 Hasil Nilai Pos-Tes 127 4.26 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa 127 4.27 Prosentase Skor Kelompok 129 4.28 Rata-rata Skor dan Peringkat Kelompok 131 4.29 Kriteria Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran NHT 132 4.30 Prosentase Kriteria Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran
NHT
133
4.31 Rangkuman Jawaban dari Wawancara Siswa 134 4.32 Kesimpulan Hasil Wawancara 136
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Halaman
2.1 Tabung dan Jaring-Jaring Tabung 31
2.2 Jaring-Jaring Tabung dan Unsur-Unsurnya 31 2.3 Tabung Sebagai Prisma Segi Banyak Beraturan 32
2.4 Kerucut dan Jaring-Jaring Kerucut 33
2.5 Jaring-Jaring Kerucut Beserta Unsur-Unsurnya 33 4.1 Peneliti membagikan nomor kepala dan menyampaikan
langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model NHT
95
4.2 Siswa saling membantu dalam kegitan diskusi kelompok 97 4.3 Siswa bertanya kepada peneliti (guru) 98 4.4 Siswa maju menuliskan jawaban/ hasil diskusi 98 4.5 Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya di depan kelas 99 4.6 Piagam Penghargaan yang Diterima Siswa 132
xix
DAFTAR GRAFIK
Grafik Keterangan Halaman 4.1 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Diskusi Kelompok pada
Pertemuan ke-2
102
4.2 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Diskusi Kelompok pada Pertemuan ke-5
xx
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A1. Surat pengantar permohonan ijin penelitian A2. Surat ijin penelitian
A3. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian LAMPIRAN B
B1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B2. Lembar observasi minat pada diskusi kelompok B3. Lembar observasi minat pada diskusi kelas
B4. Lembar observasi keaktifan pada diskusi kelompok B5. Lembar observasi keaktifan pada diskusi kelas B6. Lembar kuisioner
B7. Lembar wawancara guru B8. Lembar wawancara siswa B9. Lembar soal pre-tes
B10. Lembar kunci jawaban pre-tes B11. Lembar soal kuis
B12. Lembar kunci jawaban kuis B13. Lembar soal pos-tes
B14. Lembar kunci jawaban pos-te B15. LKS 1
B16. Lembar kunci jawaban LKS 1 B17. LKS 2
B18. Lembar kunci jawaban LKS 2 LAMPIRAN C
C1. Distribusi hasil pengamatan minat siswa dalam diskusi kelompok C2. Disktribusi hasil pengamatan minat siswa dalam diskusi kelas
C3. Disktribusi hasil pengamatan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok C4. Disktribusi hasil pengamatan keaktifan siswa dalam diskusi kelas
xxi
C5. Transkrip hasil kuisioner C6. Transkrip wawancara siswa C7. Transkrip wawancara guru LAMPIRAN D
D1. Hasil pekerjaan siswa LKS 1 D2. Hasil pekerjaan siswa LKS 2 D3. Hasil pekerjaan pre-tes siswa D4. Hasil pekerjaan kuis siswa D5. Hasil pekerjaan pos-tes siswa D6. Lembar hasil kuisioner siswa D7. Foto-foto kegiatan pembelajaran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya merupakan kebutuhan yang tidak dapat
dipisahkan pada diri setiap insan manusia. Karena dengan pendidikan
manusia menjadi lebih berdaya guna dan mandiri. Secara tidak langsung,
pendidikan juga dapat membantu mencerdaskan dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk di suatu negara, yaitu dengan mutu pendidikan yang
tinggi. Oleh karena itu pemerintah sangat mengupayakan peningkatan mutu
dari pendidikan di Indonesia baik dari segi kalangan manusia maupun dari
segi sarana dan prasarana mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi.
Pada setiap jenjang pendidikan tentunya memiliki karakteristik tersendiri
dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia diantaranya dengan
meningkatkan minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa. Pada tingkat
sekolah dasar siswa lebih di hadapkan pada permasalahan konkrit untuk
membentuk pola pikir siswanya. Sedangkan pada jenjang sekolah menengah
pertama sampai dengan jenjang perguruan tinggi, siswa dituntut untuk lebih
aktif, mulai berpikir secara abstrak dan lebih logis lagi seperti yang diuraikan
dalam Teori Perkembangan Kognitif (dalam Teori Kognitif Psikologi
“Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.”
Dengan pola pikir yang lebih maju, diharapkan siswa-siswa dapat
memahami materi-materi yang baru di sekolah menengah pertama. Pada
pelajaran matematika khususnya, banyak sekali materi baru yang tentunya
belum pernah di terima siswa ketika duduk di bangku Sekolah Dasar. Oleh
karena itu adaptasi siswa terhadap pelajaran yang baru tersebut haruslah
ditingkatkan, supaya siswa menjadi lebih berminat lagi dalam belajar.
Namun sangat berbeda dengan yang di hadapi siswa pada kenyataannya.
Setelah melakukan observasi dan wawancara pada siswa SMP Negeri 3
Wonosari, penulis mendapatkan informasi bahwa sebagian besar siswa
cenderung tidak suka terhadap pelajaran matematika bahkan menganggapnya
sebagai momok, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
sebagian dari siswa mengaku bahwa banyak sekali materi-materi pelajaran
yang susah untuk dipahami baik itu materi sewaktu di SD maupun materi
sewaktu di SMP. Materi pelajaran yang masih dianggap susah antara lain
bangun ruang, aljabar, dan lingkaran. Selain itu beberapa dari guru SMP
Negeri 3 Wonosari dalam menyampaikan materi kepada siswa masih
menggunakan metode ceramah, dimana guru memiliki peran utama dalam
pembelajaran dan siswa hanya sebagai pendengar dan penulis dari setiap hal
yang disampaikan oleh guru. Dengan menggunakan metode ceramah siswa
menjadi pasif, siswa tidak belajar untuk memecahkan masalah yang
banyak siswa yang membuat kegaduhan di dalam kelas, ada beberapa siswa
yang hanya mengobrol ketika guru memberikan tugas.
Di dalam wawancara, siswa juga mengatakan bahwa keinginan belajar
sendiri di luar sekolah masih kurang. Siswa lebih senang bermain daripada
belajar, sehingga pengalaman belajar siswa khususnya untuk pelajaran
matematika masih kurang, yang akan berakibat pada hasil belajar siswa yang
semakin menurun. Hal ini didukung dengan banyaknya siswa yang mengikuti
remidial sesuai dengan yang dikatakan siswa dalam wawancara, serta
semakin menurunnya rata-rata nilai Ujian Nasional pada mata pelajaran
Matematika, yang semula pada tahun 2009 nilai rata-rata Ujian Nasional
untuk mata pelajaran matematika 7,36 turun menjadi 6,6 di tahun 2011.
Menurunnya nilai tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan siswa yang
heterogen sehingga daya tangkap dan daya serap siswa terhadap materi juga
berbeda.
Untuk itu dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, perlu
diwujudkan proses belajar mengajar yang bermakna sehingga terwujudud
tujuan pembelajaran yang maksimal. Oleh karena itu guru harus lebih kreatif
dan inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran, sehingga tercipta
pembelajaran multiarah. Sementara itu guru berperan sebagai fasilitator,
motivator, dan mengevaluasi. Demi mewujudkan pembelajaran yang
disebutkan di atas, perlu diadakan variasi dalam model pembelajaran. Salah
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Dalam setiap
kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi,
sedang, dan rendah. Jika di dalam kelas terdapat siswa-siswa yang berbeda
ras, suku, budaya, agama, jenis kelamin maka dupayakan agar setiap
kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, agama, jenis kelamin yang berbeda
pula. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama
dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan
begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha
menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan pada mereka.
Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran Number Head Together (NHT). Dalam model pembelajaran ini,
siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, dengan
Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media dalam pembelajaran. Tujuan dari
penggunaan model pembelajaran NHT adalah agar siswa lebih terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu keberhasilan kelompok adalah
tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok. Oleh sebab itu setiap
siswa memiliki tanggung jawab untuk memahami setiap materi, siswa juga
dapat saling membantu jika siswa yang lain mengalami kesulitan dalam
memungkinkan berkembangnya kerjasama, rasa tanggung jawab, dan sikap
saling menghargai perbedaan.
Dalam penelitian ini sesuai dengan materi yang masih dianggap susah
oleh siswa salah satunya adalah bangun ruang, maka peneliti mengambil
pokok bahasan tabung dan kerucut. Untuk membantu meningkatkan
efektivitas pembelajaran pada pokok bahasan tabung dan kerucut, peneliti
mencoba memberikan variasi yang baru pada model pembelajaran yang
digunakan, yaitu model pembelajaran Number Head Together (NHT). Model
pembelajaran NHT merupakan salah satu tipe model pembelajaran dari
metode pembelajaran kooperatif dimana siswa memiliki peran utama dalam
pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Number Head
Together (NHT) diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi
dan memberikan hasil belajar yang lebih baik.
B. Identifikasi Masalah
Dari hasil wawancara dan observasi siswa di SMP Negeri 3 Wonosari
terdapat beberapa masalah yang menyebabkan prestasi belajar siswa
menurun. Berikut masalah yang dapat disimpulkan penulis dari hasil
observasi dan wawancara:
1. Masih banyak materi pelajaran matematika yang belum dikuasai oleh
siswa, diantaranya bangun ruang, aljabar, dan lingkaran.
3. Banyaknya materi khususnya pelajaran matematika yang harus dipelajari.
4. Siswa yang hanya mendengarkan dan menulis materi yang disampaikan
oleh guru.
5. Siswa tidak belajar untuk memecahkan sendiri masalah yang dihadapi
selama pembelajaran berlangsung.
6. Di luar jam sekolah keinginan siswa untuk belajar masih kurang.
7. Siswa lebih senang untuk bermain daripada belajar.
8. Pengalaman belajar siswa yang masih sedikit, karena siswa tidak dilatih
untuk memecahkan masalah.
9. Selama pembelajaran berlangsung terdapat beberapa siswa yang membuat
kegaduhan di dalam kelas sehingga dapat mengganggu kenyamanan
belajar siswa lainnya.
10.Ketika diminta untuk mengerjakan latihan soal, kebanyakan siswa hanya
sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya.
11.Hasil belajar siswa yang tidak begitu memuaskan karena masih banyak
siswa yang mengikuti remidi setelah guru memberikan ulangan harian di
akhir sub pokok bahasan. Hal ini dikarenakan nilai siswa tidak mencapai
KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.
C. Batasan Masalah
Dari sebelas masalah di atas, penulis memberikan batasan masalah
terhadap skripsi yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Matematika Pada
Head Together (NHT) Di Kelas IXB SMP Negeri 3 Wonosari Tahun
Pelajaran 2012/ 2013.
1. Pada penelitian ini, peneliti memberikan variasi di dalam pembelajaran
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda dari model
pembelajaran yang biasanya diterapkan oleh guru di SMP Negeri 3
Wonosari. Di sini peneliti menggunakan model pembelajaran Number
Head Together (NHT) yang merupakan salah satu tipe model
pembelajaran dari metode pembelajaran kooperatif.
2. Sasaran atau subyek penelitian adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 3
Wonosari.
3. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan materi bangun ruang sisi
lengkung khususnya pada pokok bahasan tabung dan kerucut.
4. Obyek dari penelitian ini adalah minat siswa baik dalam diskusi
kelompok maupun kelas, keaktifan siswa baik dalam diskusi kelompok
maupun kelas, dan hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran NHT.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang
akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran Number Head Together (NHT)
dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan
kerucut?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran Number Head Together (NHT)
dapat meningkatkan minat siswa kelas IXB SMP Negeri 3 Wonosari
dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan
kerucut?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran Number Head Together (NHT)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Wonosari dalam
pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Number
Head Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas
IXB SMP Negeri 3 Wonosari dalam pembelajaran matematika pada
pokok bahasan tabung dan kerucut.
2. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Number
Head Together (NHT) dapat meningkatkan minat siswa kelas IXB
SMP Negeri 3 Wonosari dalam pembelajaran matematika pada
pokok bahasan tabung dan kerucut.
3. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Number
IXB SMP Negeri 3 Wonosari dalam pembelajaran matematika pada
pokok bahasan tabung dan kerucut.
F. Batasan Istilah
Untuk mengurangi kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah pada judul
dan rumusan masalah, maka penulis memberikan batasan-batasan istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok, dimana model pembelajaran
kooperatif mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian
tugas, dan rasa senasib. Dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, serta saling membantu
dan berlatih berinteraksi, komunikasi, dan sosialisasi.
Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
b. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan
sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki
sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap
siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian belajar
kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai
tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kemudian diadakan
penilain akhir dari materi yang di bahas untuk mengetahui perkembangan
dari tiap siswa.
c. Efektifitas Pembelajaran Matematika
Efektivitas pada penelitian ini dibatasi oleh tingkat keaktifan, minat, dan hasil belajar siswa.
1) Keaktifan siswa:
Siswa dikatakan aktif bila:
1. Siswa bersedia mengeluarkan pendapatnya ketika diskusi dalam
kelompok kecil maupun dalam kelompok besar tanpa di tunjuk
oleh guru atau tanpa paksaan dari teman.
2. Siswa bersedia mengerjakan LKS yang sudah di berikan.
3. Siswa bersedia memberikan tanggapan dari pendapat orang lain
secara sukarela.
4. Siswa bersedia memaparkan atau mempresentasikan hasil
diskusinya kepada teman-teman yang lainnya.
2) Minat Belajar Siswa
Minat siswa adalah perasaan senang siswa terhadap pelajaran
laku siswa, misalnya siswa mau mengerjakan soal dalam LKS yang
telah diberikan, siswa mau aktif selama pembelajaran berlangsung.
3) Hasil Belajar Siswa
Di sini lebih ditekankan pada hasil belajar siswa selama peneliti
mengadakan penelitian, yaitu berupa nilai pre-tes, kuis, dan pos-tes.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian di SMP Negeri 3 Wonosari ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Sekolah
Dapat memberikan masukan bagi sekolah mengenai metode
pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran di sekolah
sehingga prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Wonosari dapat
meningkat.
b. Bagi Guru
Guru menjadi lebih tahu akan keuntungan dan kerugian dari model
pembelajaran Number Head Together (NHT).
Dapat memberi masukan bagi guru dalam menentukan metode yang
cocok dalam pembelajaran di kelas, terutama dalam rangka
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Bagi Siswa
Diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan minat siswa dalam
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat meningkatkan wawasan dan pengalaman bagi
peneliti, diantaranya adalah: pengelolaan kelas yang baik, berbagai
masukan dalam penyusunan rencana pembelajaran, pemahaman tentang
model-model pembelajaran. Sehingga kelak sebagai seorang guru, peneliti
dapat menjadi guru yang lebih berkualitas, dapat mengembangkan
model-model pembelajaran supaya pembelajaran matematika di kelas dapat
menjadi lebih menarik dan siswa-siswanya menjadi lebih aktif.
H. Sistematika Penulisan
Terdapat 5 bab yang akan dibahas dalam skripsi ini, diantaranya:
Bab I Pendahuluan. Bab ini membahas tentang hal-hal yang
melatarbelakangi judul skripsi yang telah peneliti ambil sebagai bahan
penelitian, yaitu tentang “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD
TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN TABUNG DAN
KERUCUT DI KELAS IXb SMP NEGERI 3 WONOSARI TAHUN
PELAJARAN 2012/ 2013”. Melalui latar belakang yang telah dibuat, peneliti
merumuskan masalah untuk penelitian dan menentukan tujuan dari penelitian
tersebut. Selain itu peneliti juga melakukan pembatasan istilah untuk
menyampaikan beberapa manfaat dari hasil penelitian serta menuliskan
sistematika dari penulisan dan penyusunan skripsi ini.
Bab II Landasan Teori. Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi
penulisan skripsi. Di dalam bab ini juga dipaparkan tentang teori-teori yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini serta hubungan antara teori-teori
tersebut dengan masalah nyata dalam penelitian, khususnya masalah
keaktifan, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran tabung dan
kerucut dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) di kelas
IXB SMP Negeri 3 Wonosari tahun ajaran 2012/2013.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi mengenai metode yang
digunakan dalam mengumpulkan data dari permasalahan yang akan diteliti.
Untuk itu peneliti harus menentukan jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitin, subyek, obyek, dan variabel penelitian. Setelah itu ditentukan
bentuk data, metode pengumpulan data serta instrumen yang diperlukan, dan
teknik menganalisis data tersebut sehingga rumusan masalah dalam penelitian
ini dapat terjawab.
Bab IV Persiapan Penelitian, Pelaksanaan Penelitian, Tabulasi Data,
Analisis Data, Pembahasan, dan Kekurangan dalam Pelaksanaan Penelitian.
Bab ini berisi tentang persiapan sebelum melaksanakan penelitian dan saat
melaksanakan penelitian. Selain itu di dalam bab ini juga dituliskan data-data
hasil penelitian, analisis data-data hasil penelitian, dan pembahasan dari
analisis data-data hasil penelitian tersebut. Kekurangan yang ada ketika
Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari
hasil analisis data dan pembahasannya serta hal-hal lain yang ditemukan
peneliti selama penelitian berlangsung serta saran yang diungkapkan penulis
supaya siswa lebih aktif dalam pembelajaran matematika khususnya pada
materi kesebangunan dan kekongruenan dengan menggunakan metode
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar merupakan gabungan dari kata proses dan belajar. Proses
berasal dari bahasa Latin “processus” yang berarti runtutan perubahan
(peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Dalam psikologi belajar, proses
berarti sebagai tahapan perubahan yang terjadi sehingga hasil-hasil tertentu
dapat tercapai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar
merupakan tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang
terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti
berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya
(Muhibbin Syah, 1995 : 113).
Menurut beberapa ahli mengajar didefinisikan sebagai berikut: menurut
Tyson dan Caroll (1970) mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses
hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif
melakukan kegiatan. Menurut Nasution (1986) kegiatan yang dimaksud
dalam kegiatan mengajar lebih dijabarkan lagi menjadi suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
Tadif (1989) mengajar memiliki definisi yang hampir sama dengan pendapat
Nasution, yaitu mengajar dilakukan untuk membantu dan memudahkan siswa
dalam kegiatan belajar.
Berbeda dari ketiga pendapat di atas, menurut Biggs (1991), konsep
mengajar dibagi ke dalam tiga pengertian yaitu: pengertian kuantitatif yang
berarti mengajar merupakan penularan pengetahuan, pengertian institusional
yang berarti mengajar merupakan penataan segala kemampuan mengajar
secara efisien, dan pengertian kualitatif yang berarti mengajar merupakan
upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa.