• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN TABUNG DAN KERUCUT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DI KELAS IX B SMP NEGERI 3 WONOSARI TAHUN PELAJARAN 20122013 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN TABUNG DAN KERUCUT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DI KELAS IX B SMP NEGERI 3 WONOSARI TAHUN PELAJARAN 20122013 SKRIPSI"

Copied!
273
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA

POKOK BAHASAN TABUNG DAN KERUCUT DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER

(NHT) DI KELAS IX B SMP NEGERI 3 WONOSARI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

ELISABETH CANDRA DEWI PUSPITANINGRUM

NIM : 081414075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA

POKOK BAHASAN TABUNG DAN KERUCUT DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER

(NHT) DI KELAS IX B SMP NEGERI 3 WONOSARI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

ELISABETH CANDRA DEWI PUSPITANINGRUM

NIM : 081414075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

Dengan penuh rasa syukur da

Dengan penuh rasa syukur da

Dengan penuh rasa syukur da

Dengan penuh rasa syukur da

Tuhan Yesus yang selalu setia

Tuhan Yesus yang selalu setia

Tuhan Yesus yang selalu setia

Tuhan Yesus yang selalu setia

Bunda Maria, Engkaulah pera

sehingga skripsi ini dapat ters

ga skripsi ini dapat ters

ga skripsi ini dapat ters

ga skripsi ini dapat ters

Adikku Bonaventura Putra Be

Dan untuk Wisnu Narindra P

untuk Wisnu Narindra P

untuk Wisnu Narindra P

untuk Wisnu Narindra P

darimu...

rasa syukur dan sukacita skripsi ini penulis persembahkan kepad

rasa syukur dan sukacita skripsi ini penulis persembahkan kepad

rasa syukur dan sukacita skripsi ini penulis persembahkan kepad

rasa syukur dan sukacita skripsi ini penulis persembahkan kepad

ng selalu setia membimbing dan memberkati di setiap langkah hi

ng selalu setia membimbing dan memberkati di setiap langkah hi

ng selalu setia membimbing dan memberkati di setiap langkah hi

ng selalu setia membimbing dan memberkati di setiap langkah hi

ngkaulah perantara atas segala doa

ngkaulah perantara atas segala doa

ngkaulah perantara atas segala doa

ngkaulah perantara atas segala doa dan harapkan

dan harapkan

dan harapkan yang aku panj

dan harapkan

yang aku panj

yang aku panj

yang aku panj

apak Fransiscus Xaverius Suyono dan Ibu Monica Dwi Murtiwati,

apak Fransiscus Xaverius Suyono dan Ibu Monica Dwi Murtiwati,

apak Fransiscus Xaverius Suyono dan Ibu Monica Dwi Murtiwati,

apak Fransiscus Xaverius Suyono dan Ibu Monica Dwi Murtiwati,

la kasih sayang, dukungan, semangat terutama doa yang

la kasih sayang, dukungan, semangat terutama doa yang

la kasih sayang, dukungan, semangat terutama doa yang

la kasih sayang, dukungan, semangat terutama doa yang tiada he

tiada hen

tiada he

tiada hen

si ini dapat terselesaikan

i ini dapat terselesaikan

si ini dapat terselesaikan

i ini dapat terselesaikan...

...

...

...

ntura Putra Bela Nusantara yang selalu

ntura Putra Bela Nusantara yang selalu

ntura Putra Bela Nusantara yang selalu

ntura Putra Bela Nusantara yang selalu memberi

memberi

memberi

memberi doa dan dukung

doa dan dukung

doa dan dukung

doa dan dukung

nu Narindra Putra

nu Narindra Putra

nu Narindra Putra

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Elisabeth Candra Dewi Puspitaningrum. 2012. Efektivitas Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Tabung Dan Kerucut Dengan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Di Kelas IX B SMP Negeri 3 Wonosari Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan model pembelajaan Number Head Together (NHT) pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut di kelas IX B SMP Negeri 3 Wonosari sehingga penelitian ini termasuk penelitian pra-eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan selama tanggal 11 Sepetember 2012 sampai dengan 1 Oktober 2012. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Wonosari tahun pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa 31 orang, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan, serta peneliti yang berperan sebagai guru.

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 kali pertemuan dengan pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah yang terdapat dalam model pembelajaran

Number Head Together (NHT) yaitu, penomoran (numbering), pengajuan

(9)

viii

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) minat siswa dalam diskusi kelompok dari setiap pertemuan mengalami peningkatan, yang ditunjukkan dengan besar prosentase banyaknya siswa yang terlibat pada pertemuan ke-2 sebesar 66,33% dan pertemuan ke-5 sebesar 79,57%; (2) minat siswa dalam diskusi kelas menunjukkan bahwa siswa berminat dalam diskusi kelas, tetapi ada 2 indikator yaitu indikator 2 tentang mengajukan pertanyaan dan indikator 4 tentang respon siswa yang mengalami penurunan, sedangakn untuk ketiga indikator lainnya mengalami kenaikan untuk setiap pertemuannya; (3) keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dari setiap pertemuan mengalami peningkatan, yang ditunjukkan dengan besar prosentase pada indikator postif pada pertemuan ke-2 sebesar 76,34% dan pada pertemuan ke-5 sebesar 80,11%; (4) keaktifan siswa dalam diskusi kelas pembahasannya dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan jumlah soal dan lamanya waktu untuk berdiskusi, sehingga dapat dibandingkan antara pertemuan ke-3 dan ke-5 serta pertemun ke-4 dan ke-6. Pertemuan ke-3 dan ke-5 tingkat keaktifan diskusi kelasnya rendah dan untuk pertemuan ke-4 dan ke-6 tingkat keaktifan diskusi kelasnya tinggi; (5) minat siswa terhadap pembelajaran

NHT, siswa berminat terhadap pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran NHT yang ditunjukkan dengan besar prosentase 90,32% pada kriteria berminat; (6) hasil belajar siswa ditinjau dari nilai rata-rata tes yang dilakukan terhadap siswa, yaitu pre-tes, kuis, dan pos-tes, semua belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75 yang ditetapkan oleh sekolah. 49,7 pada pre-tes, 49 pada kuis, dan 70,2 pada pos-tes. Jumlah siswa yang tuntas pada masing-masing tesnya adalah 0 siswa pada pre-tes, 6 siswa pada kuis, dan 13 siswa pada pos-tes; (7) dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada siswa, siswa merasa terbantu dan semakin mudah untuk memahami materi tabung dan kerucut dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

Number Head Together (NHT). Dari hasil tersebut secara keseluruhan keefektivan

dalam penggunaan metode NHT dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut belum maksimum.

(10)

ix

ABSTRACT

Elisabeth Candra Dewi Puspitaningrum. 2012. The Effectiveness of Learning

Mathematics in Cylinder and Cone Subject Material Using Number Head Together (NHT) Learning Model at IX B SMP 3 Negeri Wonosari Academic Year 2012/ 2013. Mathematics Education Study Program, Department of

Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is aimed to find out the effectiveness of the use of Number

Head Together (NHT) learning method in learning mathematic about cylinder and

cone subject materials in the IX grade students class B in SMP N 3 Wonosari. Hence, this research is called as experimental research. This research was held from September 11, 2012 until October 1, 2012. The respondents of this research were the class IX B students in SMP Negeri 3 Wonosari academic year 2012/2013. During the research, there were 31 students that consisted of 17 male students and 14 female students, and here, the researcher took a role as a teacher.

This research was held in 8 meetings with learning models which referred to the procedure in the Number Head Together (NHT) learning method, namely numbering, questioning, heads together, and answering. The instruments which were used along this research are (1) lesson plans, (2) observation sheets about students’ interest and enjoyment, (3) evaluation test sheets, (4) questionnaire sheets, and (5) interview sheets. Data derived from this research were students’ interests and enjoyment data along with their evaluation result. The interest and enjoyment data which were derived through observation and pictures taken at each meeting. Those data analyzed based on the interest and enjoyment aspects so that it could be obtained that the number of interested students and active students from the total students involved in the research. In order to find out the data of the interest students toward NHT learning method, it was obtained by filling the questionnaire sheets that were analyzed according to score criteria in the students answer. From the score criteria, it could present the level of students’ interest. Meanwhile, the evaluation results were obtained through the pre-test, quiz, post-test, LKS (Lembar Kerja Siswa), and then it was seen based on the standard criteria in the evaluation test and the estimation scores in LKS (Lembar Kerja

Siswa) in determining the level of the group.

(11)

x

fifth meeting 79, 57%; (2) The students’ interest in discussing in the class showed that the students enjoyed in class discussion, however there were 2 indicator namely indicator point 2 which was about asking questions and indicator point 4 about students’ reponses which were reducing, whereas the others 3 indicators had increasing number in every meeting; (3) The students’ enjoyments in dicussing within group from each meeting had increasing numbers at the second meeting around 76, 34 % and 80, 11% at the fifth meeting; (4) Working trough the students’ enjoyments in class discussion were devided into two part, there were the amount of the questions in the task and the time which was spent to discuss, so that it could be compared between the the third meeting and the fifth meeting, and between forth meeting with sixth meeting. In the third meeting and the fifth meeting, the discussion enjoyments in the class were low and in the forth and sixth meeting, the discussion enjoyments were high; (5) Here, students showed that they got interested in learning using the NHT learning model which gave a presentation score around 90,32% of the interest criteria; (6) The students' evaluation results were considered from the estimation score on the test that was done by the students, namely pre-test, quizzes, and post-test. All of the results showed that they hadn’t fulfilled the the minimal standard criteria (KKM), that was 75 determined by the school policy. The result that was derived from pre-test was 49,7, quiz was 49 and post-test 70,2. The total students who were able to achieve the minimal standard criteria was 0 on the pre-test, 6 on the quiz, and 13 on the post-test; (7) according to the interview result, the students explained that they felt being helped and more understood to understand the tube and cone material using the Number Head Together (NHT) learning model. From those entire results, the effectiveness in using Number Head Together (NHT) learning model in learning mathematics on the cylinder and cone subject material is not yet maximal.

(12)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan kasihNya

yang telah dikaruniakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Tabung dan Kerucut dengan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) di Kelas IX

B SMP Negeri 3 Wonosari Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menemukan banyak

hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dan keterlibatan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan FKIP.

2. Bapak Drs. A. Atmadi, M. Si selaku Ket 3. ua Jurusan MIPA.

4. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing

yang telah berkenan meluangkan waktu memberikan pengarahan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd selaku ketua prodi Pendidikan Matematika.

6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

(13)

xii

7. Segenap staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma yang telah membantu

memperlancar studi penulis di Universitas Sanata Dharma.

8. Bapak Drs. H. Suharjono, M.M. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3

Wonosari yang telah memberikan ijin penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 3 Wonosari.

9. Bapak Hartoyo, S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran matematika kelas

IX B SMP Negeri 3 Wonosari yang berkenan meluangkan waktu dan membimbing peneliti selama pelaksanaan penelitian.

10.Siswa-siswi kelas IX B SMP Negeri 3 Wonosari yang telah membantu selama penulis melaksanakan penelitian.

11.Bapak Fx. Suyono, Ibu Monica Dwi Murtiwati, dan adikku Bonaventura

Putra Bela Nusantara atas doa, dukungan, dan semangatnya.

12.Wisnu Narindra Putra atas kasih, semangat, doa, motivasi,dan terlebih atas

kesetiannya selama ini.

13.Sahabat-sahabatku Yulia, Itha, Dayu, Fanny atas semangat dan doa, serta kebersamaan dan persahabatan kita.

14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2008, atas bantuan dan kebersamaan kita berjuang dan belajar di kampus Universitas Sanata Dhrama.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri.

Yogyakarta, 14 Desember 2012

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

(15)

xiv

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Batasan Istilah ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. Proses Belajar Mengajar ... 15

B. Belajar ... 17

C. Minat Belajar Matematika ... 21

D. Keaktifan Siswa ... 21

E. Hasil Belajar Siswa ... 22

F. Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

G. Penggunaan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) ... 25

H. Pengertian dan Fungsi LKS ... 29

I. Materi ... 30

J. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subyek, Obyek, dan Variabel Penelitian ... 39

D. Bentuk Data ... 40

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ... 41

F. Keabsahan Data ... 53

(16)

xv

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DESKRIPSI DATA, DAN

PEMBAHASAN ... 58

A. Pelaksanaan Penelitian ... 58

B. Deskripsi Data ... 82

C. Pembahasan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 139

A. Kesimpulan ... 139

B. Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 143

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

3.1 Kisi-kisi Materi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 42 3.2 Deskripsi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 43

3.3 Diskripsi Rancangan Kegiatan Pembelajaran 43

3.4 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa 46

3.5 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Minat Siswa 48

3.6 Kisi-Kisi Wawancara Siswa dan Guru 49

3.7 Kisi-Kisi Kuisioner 50

3.8 Kisi-Kisi Soal Pre-tes 51

3.9 Kisi-Kisi Soal Pos-tes 52

3.10 Kisi-Kisi Soal Kuis 52

3.11 Kriteria Tingkat Minat/ Keaktifan Siswa 55

3.12 Skor Kuisioner 56

3.13 Kriteria Minat Siswa terhadap Pembelajaran Tabung dan Kerucut dengan Model Pembelajaran Number Head Together

(NHT)

56

3.14 Hasil Belajar Siswa 57

4.1 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Kegiatan Diskusi Kelompok Pertemuan 2

83 4.2 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Kegiatan Diskusi Kelompok

Pertemuan 5

84 4.3 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Kegiatan Diskusi Kelas

Pertemuan 3

86 4.4 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Kegiatan Diskusi Kelas

Pertemuan 4

86 4.5 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Kegiatan Diskusi Kelas

Pertemuan 5

86 4.6 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Kegiatan Diskusi Kelas

Pertemuan 6

87 4.7 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelompok

Pertemuan 2

88 4.8 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelompok

Pertemuan 5

88 4.9 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelas

Pertemuan 3

89 4.10 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelas

Pertemuan 4

89 4.11 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelas

Pertemuan 5

89 4.12 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Kegiatan Diskusi Kelas

Pertemuan 6

(18)

xvii

4.13 Daftar Nilai Individu 91

4.14 Daftar Nilai Kelompok 92

4.15 Skor Kuisioner Minat 92

4.16 Daftar Pembagian Kelompok 94

4.17 Prosentase Jumlah Siswa yang Berminat dalam Diskusi Kelompok pada Setiap Pertemuan

100

4.18 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Diskusi Kelas 109

4.19 Siswa yang Aktif dalam Diskusi Kelompok 113

4.20 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Diskusi Kelompok 113

4.21 Jumlah Siswa yang Aktif dalam Diskusi Kelas 120

4.22 Prosentase Jumlah Siswa yang Aktif dalam Diskusi Kelas 120

4.23 Hasil Nilai Pre-Tes 125

4.24 Hasil Nilai Kuis 126

4.25 Hasil Nilai Pos-Tes 127

4.26 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa 127

4.27 Prosentase Skor Kelompok 129

4.28 Rata-rata Skor dan Peringkat Kelompok 131

4.29 Kriteria Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran NHT 132 4.30 Prosentase Kriteria Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran

NHT

133

4.31 Rangkuman Jawaban dari Wawancara Siswa 134

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Tabung dan Jaring-Jaring Tabung 31

2.2 Jaring-Jaring Tabung dan Unsur-Unsurnya 31

2.3 Tabung Sebagai Prisma Segi Banyak Beraturan 32

2.4 Kerucut dan Jaring-Jaring Kerucut 33

2.5 Jaring-Jaring Kerucut Beserta Unsur-Unsurnya 33 4.1 Peneliti membagikan nomor kepala dan menyampaikan

langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model NHT

95

4.2 Siswa saling membantu dalam kegitan diskusi kelompok 97

4.3 Siswa bertanya kepada peneliti (guru) 98

4.4 Siswa maju menuliskan jawaban/ hasil diskusi 98

4.5 Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya di depan kelas 99

(20)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik Keterangan Halaman

4.1 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Diskusi Kelompok pada Pertemuan ke-2

102 4.2 Jumlah Siswa yang Berminat dalam Diskusi Kelompok pada

Pertemuan ke-5

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A1. Surat pengantar permohonan ijin penelitian A2. Surat ijin penelitian

A3. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian LAMPIRAN B

B1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B2. Lembar observasi minat pada diskusi kelompok B3. Lembar observasi minat pada diskusi kelas

B4. Lembar observasi keaktifan pada diskusi kelompok B5. Lembar observasi keaktifan pada diskusi kelas B6. Lembar kuisioner

B7. Lembar wawancara guru B8. Lembar wawancara siswa B9. Lembar soal pre-tes

B10. Lembar kunci jawaban pre-tes B11. Lembar soal kuis

B12. Lembar kunci jawaban kuis B13. Lembar soal pos-tes

B14. Lembar kunci jawaban pos-te B15. LKS 1

B16. Lembar kunci jawaban LKS 1 B17. LKS 2

B18. Lembar kunci jawaban LKS 2 LAMPIRAN C

C1. Distribusi hasil pengamatan minat siswa dalam diskusi kelompok C2. Disktribusi hasil pengamatan minat siswa dalam diskusi kelas

(22)

xxi

C5. Transkrip hasil kuisioner C6. Transkrip wawancara siswa C7. Transkrip wawancara guru LAMPIRAN D

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakekatnya merupakan kebutuhan yang tidak dapat

dipisahkan pada diri setiap insan manusia. Karena dengan pendidikan manusia menjadi lebih berdaya guna dan mandiri. Secara tidak langsung,

pendidikan juga dapat membantu mencerdaskan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di suatu negara, yaitu dengan mutu pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu pemerintah sangat mengupayakan peningkatan mutu

dari pendidikan di Indonesia baik dari segi kalangan manusia maupun dari segi sarana dan prasarana mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan

perguruan tinggi.

Pada setiap jenjang pendidikan tentunya memiliki karakteristik tersendiri dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia diantaranya dengan

meningkatkan minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa. Pada tingkat sekolah dasar siswa lebih di hadapkan pada permasalahan konkrit untuk

membentuk pola pikir siswanya. Sedangkan pada jenjang sekolah menengah pertama sampai dengan jenjang perguruan tinggi, siswa dituntut untuk lebih aktif, mulai berpikir secara abstrak dan lebih logis lagi seperti yang diuraikan

(24)

“Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.”

Dengan pola pikir yang lebih maju, diharapkan siswa-siswa dapat memahami materi-materi yang baru di sekolah menengah pertama. Pada pelajaran matematika khususnya, banyak sekali materi baru yang tentunya

belum pernah di terima siswa ketika duduk di bangku Sekolah Dasar. Oleh karena itu adaptasi siswa terhadap pelajaran yang baru tersebut haruslah

ditingkatkan, supaya siswa menjadi lebih berminat lagi dalam belajar.

Namun sangat berbeda dengan yang di hadapi siswa pada kenyataannya. Setelah melakukan observasi dan wawancara pada siswa SMP Negeri 3

Wonosari, penulis mendapatkan informasi bahwa sebagian besar siswa cenderung tidak suka terhadap pelajaran matematika bahkan menganggapnya

sebagai momok, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagian dari siswa mengaku bahwa banyak sekali materi-materi pelajaran yang susah untuk dipahami baik itu materi sewaktu di SD maupun materi

sewaktu di SMP. Materi pelajaran yang masih dianggap susah antara lain bangun ruang, aljabar, dan lingkaran. Selain itu beberapa dari guru SMP

Negeri 3 Wonosari dalam menyampaikan materi kepada siswa masih menggunakan metode ceramah, dimana guru memiliki peran utama dalam pembelajaran dan siswa hanya sebagai pendengar dan penulis dari setiap hal

yang disampaikan oleh guru. Dengan menggunakan metode ceramah siswa menjadi pasif, siswa tidak belajar untuk memecahkan masalah yang

(25)

banyak siswa yang membuat kegaduhan di dalam kelas, ada beberapa siswa

yang hanya mengobrol ketika guru memberikan tugas.

Di dalam wawancara, siswa juga mengatakan bahwa keinginan belajar sendiri di luar sekolah masih kurang. Siswa lebih senang bermain daripada

belajar, sehingga pengalaman belajar siswa khususnya untuk pelajaran matematika masih kurang, yang akan berakibat pada hasil belajar siswa yang semakin menurun. Hal ini didukung dengan banyaknya siswa yang mengikuti

remidial sesuai dengan yang dikatakan siswa dalam wawancara, serta semakin menurunnya rata-rata nilai Ujian Nasional pada mata pelajaran

Matematika, yang semula pada tahun 2009 nilai rata-rata Ujian Nasional untuk mata pelajaran matematika 7,36 turun menjadi 6,6 di tahun 2011. Menurunnya nilai tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan siswa yang

heterogen sehingga daya tangkap dan daya serap siswa terhadap materi juga berbeda.

Untuk itu dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, perlu

diwujudkan proses belajar mengajar yang bermakna sehingga terwujudud tujuan pembelajaran yang maksimal. Oleh karena itu guru harus lebih kreatif

dan inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran, sehingga tercipta pembelajaran multiarah. Sementara itu guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan mengevaluasi. Demi mewujudkan pembelajaran yang

(26)

Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja

sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Dalam setiap

kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Jika di dalam kelas terdapat siswa-siswa yang berbeda ras, suku, budaya, agama, jenis kelamin maka dupayakan agar setiap

kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, agama, jenis kelamin yang berbeda pula. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama

dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan pada mereka.

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran Number Head Together (NHT). Dalam model pembelajaran ini, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media dalam pembelajaran. Tujuan dari

penggunaan model pembelajaran NHT adalah agar siswa lebih terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu keberhasilan kelompok adalah

tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok. Oleh sebab itu setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk memahami setiap materi, siswa juga dapat saling membantu jika siswa yang lain mengalami kesulitan dalam

(27)

memungkinkan berkembangnya kerjasama, rasa tanggung jawab, dan sikap

saling menghargai perbedaan.

Dalam penelitian ini sesuai dengan materi yang masih dianggap susah oleh siswa salah satunya adalah bangun ruang, maka peneliti mengambil

pokok bahasan tabung dan kerucut. Untuk membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran pada pokok bahasan tabung dan kerucut, peneliti mencoba memberikan variasi yang baru pada model pembelajaran yang

digunakan, yaitu model pembelajaran Number Head Together (NHT). Model pembelajaran NHT merupakan salah satu tipe model pembelajaran dari

metode pembelajaran kooperatif dimana siswa memiliki peran utama dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Number Head

Together (NHT) diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi

dan memberikan hasil belajar yang lebih baik.

B. Identifikasi Masalah

Dari hasil wawancara dan observasi siswa di SMP Negeri 3 Wonosari terdapat beberapa masalah yang menyebabkan prestasi belajar siswa

menurun. Berikut masalah yang dapat disimpulkan penulis dari hasil observasi dan wawancara:

1. Masih banyak materi pelajaran matematika yang belum dikuasai oleh siswa, diantaranya bangun ruang, aljabar, dan lingkaran.

(28)

3. Banyaknya materi khususnya pelajaran matematika yang harus dipelajari. 4. Siswa yang hanya mendengarkan dan menulis materi yang disampaikan

oleh guru.

5. Siswa tidak belajar untuk memecahkan sendiri masalah yang dihadapi

selama pembelajaran berlangsung.

6. Di luar jam sekolah keinginan siswa untuk belajar masih kurang. 7. Siswa lebih senang untuk bermain daripada belajar.

8. Pengalaman belajar siswa yang masih sedikit, karena siswa tidak dilatih untuk memecahkan masalah.

9. Selama pembelajaran berlangsung terdapat beberapa siswa yang membuat kegaduhan di dalam kelas sehingga dapat mengganggu kenyamanan belajar siswa lainnya.

10.Ketika diminta untuk mengerjakan latihan soal, kebanyakan siswa hanya sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya.

11.Hasil belajar siswa yang tidak begitu memuaskan karena masih banyak siswa yang mengikuti remidi setelah guru memberikan ulangan harian di akhir sub pokok bahasan. Hal ini dikarenakan nilai siswa tidak mencapai

KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.

C. Batasan Masalah

Dari sebelas masalah di atas, penulis memberikan batasan masalah terhadap skripsi yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Matematika Pada

(29)

Head Together (NHT) Di Kelas IXB SMP Negeri 3 Wonosari Tahun

Pelajaran 2012/ 2013.

1. Pada penelitian ini, peneliti memberikan variasi di dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda dari model

pembelajaran yang biasanya diterapkan oleh guru di SMP Negeri 3 Wonosari. Di sini peneliti menggunakan model pembelajaran Number

Head Together (NHT) yang merupakan salah satu tipe model

pembelajaran dari metode pembelajaran kooperatif.

2. Sasaran atau subyek penelitian adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 3

Wonosari.

3. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan materi bangun ruang sisi lengkung khususnya pada pokok bahasan tabung dan kerucut.

4. Obyek dari penelitian ini adalah minat siswa baik dalam diskusi kelompok maupun kelas, keaktifan siswa baik dalam diskusi kelompok

maupun kelas, dan hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang

akan diteliti adalah sebagai berikut:

(30)

dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan minat siswa kelas IXB SMP Negeri 3 Wonosari

dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran Number Head Together (NHT)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Wonosari dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Number

Head Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas

IXB SMP Negeri 3 Wonosari dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Number

Head Together (NHT) dapat meningkatkan minat siswa kelas IXB

SMP Negeri 3 Wonosari dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Number

(31)

IXB SMP Negeri 3 Wonosari dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan tabung dan kerucut.

F. Batasan Istilah

Untuk mengurangi kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah pada judul dan rumusan masalah, maka penulis memberikan batasan-batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

yang dilakukan secara berkelompok, dimana model pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, serta saling membantu

dan berlatih berinteraksi, komunikasi, dan sosialisasi.

Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu

mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

b. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)

NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki

(32)

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian belajar

kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kemudian diadakan

penilain akhir dari materi yang di bahas untuk mengetahui perkembangan dari tiap siswa.

c. Efektifitas Pembelajaran Matematika

Efektivitas pada penelitian ini dibatasi oleh tingkat keaktifan, minat, dan hasil belajar siswa.

1) Keaktifan siswa:

Siswa dikatakan aktif bila:

1. Siswa bersedia mengeluarkan pendapatnya ketika diskusi dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar tanpa di tunjuk oleh guru atau tanpa paksaan dari teman.

2. Siswa bersedia mengerjakan LKS yang sudah di berikan.

3. Siswa bersedia memberikan tanggapan dari pendapat orang lain

secara sukarela.

4. Siswa bersedia memaparkan atau mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman-teman yang lainnya.

2) Minat Belajar Siswa

Minat siswa adalah perasaan senang siswa terhadap pelajaran

(33)

laku siswa, misalnya siswa mau mengerjakan soal dalam LKS yang telah diberikan, siswa mau aktif selama pembelajaran berlangsung.

3) Hasil Belajar Siswa

Di sini lebih ditekankan pada hasil belajar siswa selama peneliti

mengadakan penelitian, yaitu berupa nilai pre-tes, kuis, dan pos-tes.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian di SMP Negeri 3 Wonosari ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Sekolah

Dapat memberikan masukan bagi sekolah mengenai metode pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran di sekolah

sehingga prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Wonosari dapat meningkat.

b. Bagi Guru

Guru menjadi lebih tahu akan keuntungan dan kerugian dari model

pembelajaran Number Head Together (NHT).

Dapat memberi masukan bagi guru dalam menentukan metode yang cocok dalam pembelajaran di kelas, terutama dalam rangka meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

c. Bagi Siswa

(34)

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan wawasan dan pengalaman bagi

peneliti, diantaranya adalah: pengelolaan kelas yang baik, berbagai masukan dalam penyusunan rencana pembelajaran, pemahaman tentang

model-model pembelajaran. Sehingga kelak sebagai seorang guru, peneliti dapat menjadi guru yang lebih berkualitas, dapat mengembangkan model-model pembelajaran supaya pembelajaran matematika di kelas dapat

menjadi lebih menarik dan siswa-siswanya menjadi lebih aktif.

H. Sistematika Penulisan

Terdapat 5 bab yang akan dibahas dalam skripsi ini, diantaranya:

Bab I Pendahuluan. Bab ini membahas tentang hal-hal yang

melatarbelakangi judul skripsi yang telah peneliti ambil sebagai bahan

penelitian, yaitu tentang “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD

TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN TABUNG DAN

KERUCUT DI KELAS IXb SMP NEGERI 3 WONOSARI TAHUN

PELAJARAN 2012/ 2013”. Melalui latar belakang yang telah dibuat, peneliti merumuskan masalah untuk penelitian dan menentukan tujuan dari penelitian

(35)

menyampaikan beberapa manfaat dari hasil penelitian serta menuliskan

sistematika dari penulisan dan penyusunan skripsi ini.

Bab II Landasan Teori. Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi penulisan skripsi. Di dalam bab ini juga dipaparkan tentang teori-teori yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini serta hubungan antara teori-teori tersebut dengan masalah nyata dalam penelitian, khususnya masalah keaktifan, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran tabung dan

kerucut dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) di kelas IXB SMP Negeri 3 Wonosari tahun ajaran 2012/2013.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi mengenai metode yang

digunakan dalam mengumpulkan data dari permasalahan yang akan diteliti. Untuk itu peneliti harus menentukan jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitin, subyek, obyek, dan variabel penelitian. Setelah itu ditentukan bentuk data, metode pengumpulan data serta instrumen yang diperlukan, dan teknik menganalisis data tersebut sehingga rumusan masalah dalam penelitian

ini dapat terjawab.

Bab IV Persiapan Penelitian, Pelaksanaan Penelitian, Tabulasi Data,

Analisis Data, Pembahasan, dan Kekurangan dalam Pelaksanaan Penelitian. Bab ini berisi tentang persiapan sebelum melaksanakan penelitian dan saat melaksanakan penelitian. Selain itu di dalam bab ini juga dituliskan data-data

hasil penelitian, analisis data-data hasil penelitian, dan pembahasan dari analisis data-data hasil penelitian tersebut. Kekurangan yang ada ketika

(36)

Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis data dan pembahasannya serta hal-hal lain yang ditemukan

peneliti selama penelitian berlangsung serta saran yang diungkapkan penulis supaya siswa lebih aktif dalam pembelajaran matematika khususnya pada

(37)

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar merupakan gabungan dari kata proses dan belajar. Proses

berasal dari bahasa Latin “processus” yang berarti runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Dalam psikologi belajar, proses

berarti sebagai tahapan perubahan yang terjadi sehingga hasil-hasil tertentu dapat tercapai.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar

merupakan tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti

berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya (Muhibbin Syah, 1995 : 113).

Menurut beberapa ahli mengajar didefinisikan sebagai berikut: menurut

Tyson dan Caroll (1970) mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif

melakukan kegiatan. Menurut Nasution (1986) kegiatan yang dimaksud dalam kegiatan mengajar lebih dijabarkan lagi menjadi suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

(38)

Tadif (1989) mengajar memiliki definisi yang hampir sama dengan pendapat Nasution, yaitu mengajar dilakukan untuk membantu dan memudahkan siswa

dalam kegiatan belajar.

Berbeda dari ketiga pendapat di atas, menurut Biggs (1991), konsep

mengajar dibagi ke dalam tiga pengertian yaitu: pengertian kuantitatif yang berarti mengajar merupakan penularan pengetahuan, pengertian institusional yang berarti mengajar merupakan penataan segala kemampuan mengajar

secara efisien, dan pengertian kualitatif yang berarti mengajar merupakan upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa.

Dari serangkaian pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar pada intinya mengarah pada timbulnya perilaku belajar siswa. Kedudukan guru sudah tidak dapat

dipandang sebagai penguasa tunggal dalam kelas, tetapi dianggap sebagai

manager of learning (pengelola belajar) yang siap membimbing dan

membantu para siswa dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh menyeluruh.

Jadi dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan

sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang belajar.

Dalam proses belajar mengajar juga dianjurkan untuk memanfaatkan konsep komunikasi banyak arah sehingga dapat tercipta suasana pendidikan yang kreatif, dinamis, dan dialogis (Pasal 40 ayat 2a UU Sisdiknas 2003).

(39)

melibatkan komunikasi antara guru dengan siswa atau siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat terdorong

secara intrinsik untuk melakukan aneka ragam materi pelajaran yang disajikan di dalam kelas untuk menghasilkan suatu output berupa siswa yang

telah mengalami perubahan yang positif, baik dari ranah cipta, rasa, dan karsa sehingga akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.

B. Belajar

Belajar memiliki pengertian yang bermacam-macam. Berikut beberapa

pengertian belajar menurut pendapat para ahli: menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Hitzman dan Wittig belajar memiliki pengertian

yang sama yaitu belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri sendiri yang mempengaruhi tingkah laku dan disebabkan oleh pengalaman. Menurut

Chaplin, belajar memiliki dua artian yaitu: belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman, serta belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai

akibat adanya latihan khusus. Menurut Reber, belajar juga memiliki dua macam definisi yaitu: belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan

belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Sedangkan menurut Biggs sama halnya dengan mengajar, belajar juga

(40)

adalah kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional, belajar dipandang sebagai

proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. Dan secara kualitatif, belajar adalah proses

memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman, serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.

Dari pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa belajar merupakan

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif (Muhibbin Syah, 1995 : 92).

Belajar merupakan proses interaksi atau tingkah laku manusia dengan orang lain dan lingkungan, yang membutuhkan adaptasi untuk menyesuaikan

diri dengan orang lain dan lingkungan (Syaiful Bahri Djamarah:1999). Selama proses adaptasi akan banyak hal-hal baru atau

pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan-pengetahuan yang bisa diserap dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman dan pengetahuan yang kita peroleh selama beradaptasi biasanya akan bersifat langgeng. Pada intinya

belajar adalah perubahan tingkah laku manusia dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu yang terjadi berdasarkan pengalaman. Bloom mengemukakan

(41)

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif berhubungan dengan aspek-aspek intelektual atau

berpikir/ nalar. Bloom membagi aspek kognitif menjadi 6 (Djaali: 2011), yaitu:

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah dan paling mendasar, tetapi dengan pengetahuan individu dapat mengenal

dan mengingat kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan.

b. Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Pemahaman ini

dibagi menjadi 3 tahap, meliputi: translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna, interpretasi

yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal, dan ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan.

c. Penerapan (Application)

Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau

menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. d. Penguraian (Analysis)

Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan

(42)

suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.

e. Memadukan (Synthesis)

Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi

menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Ciri-ciri dari kemampuan ini adalah berfikir induktif dan konvergen.

f. Penilaian (Evaluation)

Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk, atau bermanfaat tak bermanfaat berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. 2. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotor yaitu aspek yang berkaitan dengan keterampilan yang

melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Aspek ini terdiri dari kesiapan, meniru, membiasakan,

adaptasi, menciptakan. 3. Aspek Afektif

Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan emosional, seperti

perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Aspek ini terdiri dari: penerimaan (receiving/attending), sambutan

(43)

C. Minat Belajar Matematika

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 1995 : 136). Jika seorang siswa menaruh minat besar pada matematika, maka dia akan memusatkan

perhatiannya ke matematika. Dengan pemusatan perhatian ke matematika, maka siswa tersebut akan dengan giat belajar matematika. Dengan adanya minat belajar matematika yang tinggi akan berhubungan erat dengan prestasi

belajar siswa, yaitu prestasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika akan meningkat. Dengan kata lain minat siswa berbanding lurus dengan prestasi

belajar siswa. Dalam arti lain, jika seorang siswa memiliki minat belajar matematika, maka siswa tersebut akan dengan senang hati melakukan hal-hal khusus yang bersifat positif dalam belajar matematika.

D. Keaktifan Siswa

Belajar merupakan salah satu keaktifan siswa. Karena dengan belajar siswa mendapat masalah, kemudian dengan adanya masalah tersebut siswa berusaha untuk memecahkannya. Dimana dalam usaha untuk memecahkan

masalah tersebut siswa akan mencari penyelesaiannya dari berbagai sumber, baik itu dari pengetahuan yang telah dimiliki, buku, maupun orang lain.

(44)

tersebut, karena siswa akan merasa puas dengan hasil belajar tadi dibandingkan dengan siswa hanya mendengarkan ceramah atau penjelasan

dari guru (Mel Silberman : 2005). Keaktifan siswa dapat dilihat dari:

1. Siswa bersedia mengeluarkan pendapatnya ketika diskusi dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar tanpa di tunjuk oleh guru atau tanpa paksaan dari teman.

2. Siswa bersedia mengerjakan LKS yang sudah di berikan.

3. Siswa bersedia memberikan tanggapan dari pendapat orang lain secara

sukarela.

4. Siswa bersedia memaparkan atau mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman-teman yang lainnya.

Jika siswa melakukan hal-hal seperti yang dituliskan dalam pengukuran keaktifan siswa maka siswa dikatakan aktif.

E. Hasil Belajar Siswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil berarti sesuatu yang

diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Dari pengertian hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah sesuatu yang

dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada

(45)

perubahan tingkah laku secara kuantitatif (Nana Sudjana: 1989). Dalam penelitian ini, materi pembelajaran dibatasi pada tabung dan kerucut. Jadi

hasil belajar pada materi tabung dan kerucut ditunjukkan oleh nilai hasil pos-tes yang sebelumnya hasil pos-pos-tes tersebut telah dikoreksi oleh peneliti.

F. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif sangat cocok digunakan karena model

pembelajaran ini sangat menekankan pada manusia yang merupakan makhluk sosial. Di dalam model pembelajaran Kooperatif ini kerja sama sangatlah

dituntut karena tanpa kerja sama maka individu, keluarga, organisasi bahkan sekolah tidak akan ada. Model pembelajaran Kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar dalam pembelajaran

Kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Unsur-unsur tersebut adalah saling ketergantungan

positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Dengan kelima unsur di atas jika diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif akan mencapai hasil yang maksimal,

sehingga akan mungkin sekali pengelolaan kelas menjadi lebih efektif (Anita Lie : 2010).

1. Saling Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif siswa di bagi ke dalam kelompok-kelompok. Dimana

(46)

itu, untuk menciptakan suatu kelompok kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok

harus menyelesikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur yang kedua ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran Kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Karena dalam metode pembelajaran yang

menggunakan kerja kelompok kunci keberhasilannya di pegang oleh guru dalam mempersiapkan tugas yang akan diberikan pada saat pembelajaran.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi para pembelajar. Karena hasil pemikiran dari beberapa orang akan lebih kaya daripada pemikiran satu orang saja, selain itu hasil kerjasamanya

jauh lebih besar daripada hasil kerja satu orang saja. Pada intinya kegiatan tatap muka ini akan memberikan hal-hal positif bagi para

(47)

4. Komunikasi Antaranggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam

kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat

dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa

kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Kooperatif. Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui apakah proses selama kegiatan

pembelajaran Kooperatif dapat berjalan dengan baik dan efektif atau tidak.

G. Penggunaan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)

Model pembelajaran Number Head Together (NHT) merupakan salah

satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model pembelajaran

(48)

28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

Ibrahim (2000) mengemukakan tujuan yang hendak dicapai dalam

pembelajaran dengan model pembelajaran NHT yaitu: 1. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Dimana keterampilan yang dimaksud adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, mau

bekerja kelompok, dan lain sebagainya. Merujuk pada konsep Kagan (dalam Ibrahim 2000: 29) penerapan model pembelajaran NHT dibagi menjadi tiga langkah, yaitu:

1. Pembentukan kelompok 2. Diskusi masalah

3. Tukar jawaban antar kelompok

(49)

a. Penomoran (Numbering)

Dalam tahap ini guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok

dengan masing-masing kelompok mempunyai jumlah siswa 3-5 orang, yang masing-masing orang dalam satu kelompok memiliki nomor yang

berbeda sesuai dengan jumlah anggota dalam kelompok tersebut. b. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Pada tahapan ini, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.

Pengambilan pertanyaan berdasarkan pada materi yang sedang dipelajari, dimana pertanyaan tersebut harus bervariasi dari yang spesifik sampai

bersifat umum dengan tingkat kesulitan yang berbeda pula. c. Berpikir Bersama (Heads Together)

Setelah mendapatkan pertanyaa-pertanyaan dari guru, siswa berpikir

bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari

masing-masing pertanyaan. d. Pemberian Jawaban (Answering)

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa

dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Menurut Lundgren (dalam Ibrahim 2000: 18) model pembelajaran Number Head Together (NHT) ini memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

(50)

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi.

Penggunaan model pembelajaran Number Head Together (NHT) akan

mewujudkan terjadinya komunikasi multiarah. Komunikasi akan terjadi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, sehingga akan tercipta

diskusi informasi. Diskusi informasi adalah suatu diskusi yang berlangsung dengan bahan diskusi yaitu informasi-informasi yang di dapat dari siswa lainnya maupun dari guru. Sehingga dalam diskusi ini siswa juga tetap

berperan aktif, tidak hanya mendengarkan informasi dan konsep-konsep yang diberikan dari guru tetapi juga memberikan tanggapan mengenai

informasi-informasi yang di dapatnya. Sehingga akan menuntun siswa untuk berpikir secara logis dan kreatif.

Model pembelajaran Number Head Together (NHT) juga

memperhatikan 3 aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif ditunjukkan dengan adanya tugas atau soal-soal

yang dikerjakan oleh siswa. Sedangkan aspek afektif ditunjukkan dengan adanya pengamatan langsung selama pembelajaran, kuisioner yang diberikan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan dan wawancara kepada siswa. Dan

(51)

atau percobaan-percobaan yang dilakukan oleh siswa dalam memahami konsep materi dalam LKS.

H. Pengertian dan Fungsi LKS

1. Pengertian LKS

Dalam artikel yang berjudul Pengertian dan Manfaat LKS, Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran (Azhar, 1993 : 78).

2. Fungsi LKS

a. Sebagai kegiatan latihan

LKS merupakan sarana bagi siswa untuk melakukan latihan dan

memahami materi. Semakin banyak melakukan latihan maka siswa juga akan semakin paham dengan konsep-konsep materi tersebut. b. Untuk sarana berdiskusi

Masalah yang timbul dalam LKS dapat digunakan siswa untuk berdiskusi dengan siswa lainnya dalam kelompok kecil yang telah

dibuat berdasarkan kesepakatan siswa dan guru. Dengan adanya hal semacam ini maka akan tercipta kegiatan belajar yang dinamis, karena terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa dan siswa

(52)

c. Untuk penemuan

Dengan menggunakan LKS, siswa dilatih untuk membuat hipotesis

dan akhirnya menyimpulkan dari langkah-langkah kegiatan yang ada di dalam LKS untuk mencapai tujuan pembelajaran.

d. Untuk penerapan

Melalui LKS, siswa dibimbing menuju metode penyelesaian soal dengan menggunakan konsep yang dimiliki oleh siswa. Dimana

metode penyelesaian dapat digunakan terutama untuk jenis soal analisis (Suyitno: 1997).

I. Materi

Bangun ruang sisi lengkung merupakan salah satu bagian dari

matematika. Macam-macam bangun ruang sisi lengkung yang dipelajari di tingkat SMP adalah bangun ruang tabung, kerucut, dan bola (disadur dari

buku Matematika untuk SMP Kelas IX Semester 1 karangan Wono Setya Budhi). Pada penelitian ini, peneliti mengkhususkan untuk membahas bangun ruang tabung dan kerucut. Berikut uraian materi yang dibahas dalam

(53)

1. Tabung a. Jaring-Jari

Tab

b. Luas Perm Luas adala

tertutup. L Mathemati

permukaan

Permukaan

luas permu

aring Tabung

Gambar 2.1

Tabung dan Jaring-Jaring Tabung

rmukaan Tabung

alah ukuran dari daerah yang terletak sepenuhn

Luas diberikan dalam satuan persegi (disadur atic karangan Lawrence A. Triveri). S

aan adalah jumlah luas seluruh sisi.

Gambar 2.2

Jaring-Jaring Tabung dan Unsur-Unsurnya

aan tabung terdiri dari alas, tutup dan selimut ta

mukaan tabung = luas alas + luas tutup + luas se

hnya dalam kurva

ur dari buku Basic Sedangkan luas

tabung. Jadi,

(54)

ruang tersebut. Untuk memahami rumus volum nakan bangun ruang prisma, yaitu dengan prisma segi banyak beraturan yang rusuk

nyak sehingga bentuk prisma semakin mendeka

ma Prisma Prisma pat Segienam Segiduabelas

Gambar 2.3

Tabung sebagai prisma segi banyak beraturan

(55)

2. Kerucut a. Jaring-Jar

b. Luas Perm

Jari

Berdasark merupakan

merupakan dapat dihi

Jaring Kerucut

Gambar 2.4

Kerucut dan Jaring-Jaring Kerucut

rmukaan Kerucut

Gambar 2.5

aring-Jaring Kerucut Beserta Unsur-Unsurnya

arkan Gambar 2.5, juring lingkaran deng kan selimut kerucut dan sebuah lingkaran de

kan alas dari kerucut. Oleh karena itu, luas ihitung sebagai berikut:

engan jari-jari s dengan jari-jari r

(56)

=

=

=

=

Oleh karena luas juring AOB samadengan luas selimut kerucut, maka luas selimut kerucut = .

Jadi,

Luas permukaan kerucut = luas selimut kerucut + luas alas

=

=

c. Volume Kerucut

Seperti cara untuk mencari rumus volume tabung, untuk mencari volume dari kerucut, dapat menggunakan rumus dari volume limas. Hal ini bisa terjadi jika kerucut dipandang sebagai limas yang

memiliki segi-n, dengan n yang sangat besar. Oleh karena itu volume kerucut dapat dihitung dengan menggunakan volume limas, yaitu

V =

=

(57)

J. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membosankan

dan sering ditakuti oleh siswa. Hal ini terlihat dari beberapa indikator, diantaranya menurunnya hasil belajar siswa khusus pada mata pelajaran

matematika, dan juga kurangnya antusiasme siswa terhadap pelajaran matematika sehingga menyebabkan siswa kurang aktif selama mengikuti pembelajaran. Dengan adanya beberapa indikator seperti yang tersebut di

atas, maka peneliti memberikan variasi pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan keaktifan

siswa selama mengikuti pembelajaran. Variasi pembelajaran yang peneliti berikan adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang baru, yaitu model pembelajaran Number Head Together (NHT). Model pembelajaran

NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada belajar secara berkelompok, kemudian cara mengevaluasinya dengan cara

guru menunjuk salah satu dari anggota kelompok untuk menjawab pertanyaan dari guru tersebut. Jawaban dari perwakilan anggota kelompok yang ditunjuk untuk menjawab merupakan nilai dari kelompoknya. Oleh karena itu setiap

siswa dalam satu kelompok bertanggung jawab atas pemahaman materi dari masing-masing anggota kelompoknya. Dengan model pembelajaran yang

seperti ini, diharapkan akan ada perubahan yang positif, karena semua siswa ikut terlibat dalam pembelajaran.

Media dari model pembelajaran NHT adalah lembar kerja siswa (LKS).

(58)

yang harus diisi oleh siswa. Siswa- siswa saling bekerjasama untuk memecahkan masalah yang ada dalam LKS tersebut, sehingga terjadi

interaksi yang positif antar siswa. Dengan digunakannya model pembelajaran NHT dan media pembelajaran berupa LKS, terjadi perubahan yang positif

antara siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan lebih. Siswa yang berkemampuan rendah akan mendapat bantuan belajar dari teman yang berkemampuan lebih, dengan bantuan dari teman sebayanya

diharapkan siswa yang berkemampuan rendah dapat lebih paham karena masih adanya orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan untuk siswa yang

berkemampuan lebih akan mendapatkan kemampuan akademik yang lebih, karena selama siswa yang berkemampuan lebih membantu siswa yang berkemampuan rendah atau memberikan pelayanan menjadi tutor maka siswa

(59)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

pra-eksperimental, yaitu penelitian yang tidak menggunakan kelompok

kontrol. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini

digunakan untuk memperoleh data berupa uraian kata-kata, yaitu tanggapan dari siswa dan guru mengenai pembelajaran matematika yang menggunakan

model Number Head Together (NHT). Pada pendekatan kualitatif ini peneliti berperan sebagai instrumen, karena peneliti melakukan pengamatan, wawancara, mencatat hasil pengamatan dan interaksi bersama partisipan.

Sedangkan jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk memperoleh data berupa angka yaitu hasil atau nilai dari

pre-tes dan pos-tes siswa dari pembelajaran matematika dengan menggunakan model Number Head Together (NHT) yang kemudian nilai atau skor tersebut diolah dan dianalisis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Wonosari, dengan waktu

(60)

SMP Negeri 3 Wonosari merupakan salah satu SMP negeri di Kabupaten Gunungkidul. SMP Negeri 3 Wonosari ini terletak di Jalan Baron Km. 6

Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Berikut beberapa data mengenai keadaan siswa di SMP Negeri 3 Wonosari:

1. Jumlah Penerimaan Siswa Baru

Berdasarkan aturan baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah, SMP Negeri 3 Wonosari setiap tahun ajaran baru membuka penerimaan siswa

baru dengan jumlah 192 orang yang dibagi ke dalam delapan belas kelas. Sistem seleksi yang digunakan SMP Negeri 3 Wonosari dalam menerima

siswa baru adalah dengan menggunakan sistem ranking pada nilai UASBN. Siswa yang diterima di SMP Negeri 3 Wonosari adalah siswa yang menduduki 192 ranking yang pertama.

2. Jumlah Kenaikan Siswa Kelas VII dan VIII

Jumlah kenaikan siswa untuk dua tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2009

dan 2010 mencapai prosentase 100% baik kenaikan kelas dari kelas VII ke kelas VIII dan kelas VIII ke kelas IX. Tetapi pada tahun 2011 prosentase kenaikan siswa untuk kelas VII ke kelas VIII mengalami

penerununan yaitu menjadi 99,48% sedangkan kenaikan siswa untuk kelas VIII ke kelas IX pada tahun 2011 tetap mencapai 100%.

3. Jumlah Kelulusan Siswa Kelas IX

Jumlah kelulusan siswa untuk empat tahun terakhir ini mengalami prestasi yang membanggakan. Selama empat tahun beturut-turut, yaitu

Gambar

Tabel Keterangan
Gambar  Keterangan
Grafik Keterangan
Tabel 3.1 Kisi-kisi Materi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kompetensi Dasar Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, the researcher tries to analyze naturalness characteristics in the Indonesian translation in a famous novel The Devil and Miss Prym is written by

Rumuskan beberapa pertanyaan untuk mengetahui hal-hal yang belum jelas tentang materi yang kalian amati pada gambar 1.15 dan 1.16 dan dari hasil membaca serta mencermati materi

Pembukuan Grup diselenggarakan dalam mata uang Rupiah, kecuali Intiland International Pte. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs

-kukatakan bukan kepada anak-anakmu, yang tidak mengenal dan tidak melihat hajaran TUHAN, Allahmu--kebesaran-Nya, tangan- Nya yang kuat dan lengan-Nya yang teracung,

Penelitian dilakukan pada Institut Teknologi Telkom Purwokerto sebagai organisasi yang telah melakukan implementasi ISO 9001: 2015. Peubah yang diamati adalah hasil

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian

pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

Saya akan berperan lebih banyak selama belajar matematika dalam kelompok pada hari-hari yang akan datang dan saya yakin hal itu bisa saya lakukan. Berdoalah sebelum