• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KAJIAN PUSTAKA

8. Materi Bersama Yesus Memperjuangkan Nilai-Nilai Dasar Hidup

Materi yang dipaparkan dalam purwarupa aplikasi media pembelajaran Online Pendidikan Agama Katolik SMP Kelas VII materi “Bersama Yesus Memperjuangkan Nilai-Nilai Dasar Hidup Manusia” mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum. Materi ini diberikan untuk mengajak peserta didik mendalami nilai-nilai dasar hidup seperti kasih, kebahagiaan, dan kebebasan sebagai anak-anak Allah yang perlu diperjuangkan.

Materi ini terbagi dalam empat sub materi:

a. Kebebasan Anak-anak Allah

Pengertian kebebasan secara umum berarti terlepas dari ikatan aturan, tugas, kewajiban, dan tanggung jawab. Pengertian yang keliru tentang kebebasan ini mengakibatkan munculnya tindakan sesuka hati orang yang melakukan, bahkan tidak jarang menimbulkan penderitaan orang lain. Kebebasan juga berarti kemungkinan untuk memilih yang baik dan yang jahat. Kebebasan merupakan hak setiap orang karena kebebasan itu tidak terpisahkan dari martabatnya sebagai pribadi manusia. Oleh sebab itu, hak itu harus dihormati dan diakui.

Dalam Galatia 5:1 Santo Paulus mengatakan bahwa Kristus telah memerdekakan kita, yaitu ketika Yesus menderita sengsara, wafat dan bangkit dari alam maut. Kebebasan yang diberikan oleh Allah membuat orang menjadi lemah karena dosa asal. Kebebasan sejati merupakan tanda yang mulia, perwujudan Allah dalam diri manusia. Allah bermaksud menyerahkan manusia kepada keputusannya sendiri, supaya ia dengan sukarela mencari pencipta-Nya, dan dengan mengabdi

kepada-Nya secara bebas mencari kesempurnaan sepenuhnya yang membahagiakan.

Dalam Dokumen Konsili Vatikan II (2013) Gaudium et Spes artikel 17 menegaskan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada manusia, bukan untuk bertindak sewenang-wenang yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Katekismus Gereja Katolik (1995) artikel 3 $1731 mengatakan bahwa “kebebasan adalah kemampuan yang berakar dalam akal budi dan kehendak, untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk melakukan ini atau itu, supaya dari dirinya sendiri melakukan perbuatan dengan sadar”. Kompendium Katekismus Gereja Katolik (2009) artikel 363 $1730-1733 juga mengatakan bahwa kebebasan merupakan ciri tindakan manusia. Allah memberikan kebebasan kepada ciptaan-Nya sebagai tanda keagungan Allah karena Allah ikut ambil bagian dalam kebebasan.

Manusia akan mencapai kesempurnaan sepenuhnya bila ia membebaskan diri dari segala penawanan nafsu-nafsu, mengejar tujuannya dengan secara bebas, memilih apa yang baik, serta dengan tepat-guna dan jerih-payah yang tekun mengusahakan sarana yang memadai. Fungsi kebebasan adalah bahwa berkat kebebasan yang dimilikinya, manusia tampil sebagai ciptaan Allah yang bermartabat luhur. Berkat kebebasannya pula manusia dapat mengembangkan dirinya menuju kesempurnaan berkat pilihan-pilihan yang dimilikinya (Gaudium et Spes artikel 17).

b. Sabda Bahagia

Secara umum kebahagiaan diartikan sebagai pemenuhan dari semua keinginan hati kita. Semua orang, ingin bahagia dan hidup bahagia merupakan

tujuan semua orang. Namun, kebahagiaan mempunyai arti yang berbeda-beda di setiap orang. Setiap orang punya caranya masing-masing untuk mencapai kebahagian tersebut.

Kompendium Katekismus Gereja Katolik (2009) artikel 359 $ 1716 menyebutkan kebahagiaan diperoleh dari jasa rahmat Kristus yang membuat kita ambil bagian dalam karya hidup Ilahi. Melalui jalan yang ditunjukkan Yesus kepada para pengikut-nya, yaitu jalan menuju kebahagian abadi yaitu sabda bahagia. Sabda bahagia merupakan inti pewartaan Yesus. Sabda itu melaksanakan dan memenuhi janji yang dibuat Allah sejak Abraham. Sabda itu, melukiskan wajah Yesus dan menjadi ciri hidup Kristen yang khas, serta menunjukkan tujuan akhir hidup manusia yaitu kebahagiaan abadi. Sabda bahagia berasal dari Yesus sendiri.

Menurut Katekismus Gereja Katolik (1995) artikel 2 $1717 sabda bahagia mencerminkan wajah Yesus Kristus dan cinta kasih-Nya. Sabda bahagia mengungkapkan arti keberadaan manusia yang merupakan tujuan akhir perbuatan manusia menuju kebahagiaan di dalam Allah. Dalam khotbah-Nya di atas bukit (Matius 5:1-12), Yesus mengatakan bahwa kebahagiaan dapat kita capai ketika kita sepenuhnya menyandarkan hidup kepada Allah. Dalam Matius 5:3, Yesus bersabda

“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga”. Menurut Yesus, orang miskin berbahagia karena merekalah empunya Kerajaan Surga. Orang miskin menjadi bahagia karena mereka percaya secara penuh dan utuh, dan menyandarkan hidupnya kepada Allah, dan tidak mengandalkan harta duniawi.

Sabda bahagia yang diajarkan Yesus dalam khotbah di bukit, bagi para murid dan pengikut-Nya merupakan tatanan hidup baru dalam masyarakat yang harus direalisasikan. Melalui sabda bahagia ini Yesus mau mengatakan kepada para murid-Nya bahwa kekayaan dan kekuatan manusia hanya terletak pada Allah.

c. Kasih yang Tidak Membedakan

Pada dasarnya, apapun ras, suku, agama dan jenis kelaminnya, manusia memiliki martabat yang sama. Sebagai makhluk yang memiliki martabat yang sama, sepatutnya manusia hidup secara rukun tanpa membedakan antara satu dengan yang lain. Saat ini masih banyak dijumpai kehidupan masyarakat yang tersekat-sekat atau terkotak-kotak. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membantu orang lain, dia akan melihat dahulu siapa yang akan dibantu. Orang seperti ini lebih senang membantu kepada yang satu suku, atau seagama, ataupun yang masih dikenal. Belum lagi tindakan diskriminatif berdasarkan perbedaan suku, ras, agama dan jenis kelamin.

Katekismus Gereja Katolik (1995) artikel 7 $ 1822 juga menyebutkan kasih adalah kebijakan ilahi, dengan itu kita mengasihi Allah di atas segala-galanya demi diri-Nya sendiri dan karena kasih kepada Allah kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Yesus membuat kasih menjadi suatu perintah baru. Menurut Katekismus Gereja Katolik (1995) artikel 1 $ 2093 dalam kasih Allah termasuk ajakan dan kewajiban, supaya kita menjawab kasih ilahi dengan jujur.

Dalam Lukas 10:25-37, tentang perumpamaan orang samaria yang murah hati, dikatakan bahwa Yesus memiliki prinsip untuk mengasihi semua orang tanpa membedakan satu dengan yang lain. Dalam perumpamaan ini Yesus

menyampaikan dengan jelas pandangan dan ajaranNya tentang kasih yang sejati, yaitu kasih yang tidak membeda-bedakan. Ciri orang beriman adalah mengasihi kepada sesama yang juga merupakan bukti kita mengasihi Allah, yang dinyatakan dalam perbuatan kita.

d. Membangun Diri Seturut Teladan Yesus

Setiap orang mempunyai tokoh idolanya masing-masing. Tokoh idola biasanya adalah orang-orang yang terkenal, rupawan, dan berprestasi. Tokoh idola dapat menjadi semacam inspirasi, motivasi dan pendorong semangat dalam setiap segi kehidupan terutama para remaja. Tokoh yang diidolakan oleh para remaja biasanya adalah orang-orang populer di zaman sekarang, misalnya artis-artis mancanegara seperti aktor dan aktris Korea, Hollywood, penyanyi K-pop dan masih banyak lagi.

Kristus adalah segala-galanya bagi orang Kristen (Widharsana dan Hartono, 2017: 97). Orang Kristen menjadikan Yesus sebagai tokoh idolanya.

Sebagai idola berarti menjadikan Yesus sebagai pedoman hidupnya. Melalui KeAllahannya, Yesus sering kali membuat orang berdecak kagum. Dalam karya-Nya dan karakter-karya-Nya, Yesus ditampilkan sebagai orang yang paling dan luar biasa, yang diperlihatkan melalui mukjizat-mukjizat-Nya. Karakter Yesus yaitu tidak mementingkan diri sendiri, rendah hati, penyayang dan tidak lemah (Widharsana dan Hartono, 2017: 115). Oleh sebab itu, Yesus sendiri mengundang kita untuk mengikuti teladannya, yakni dengan menaati perintah Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus sendiri.

Dokumen terkait