• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERIALS AND COLOR

Dalam dokumen Pusat Kecantikan Wanita di Kota Medan (Halaman 54-60)

PENDEKATAN TEORI ARSITEKTUR RELAKSASI

MATERIALS AND COLOR

Menurut Heimstra dan McFarling (1978), bahwa warna adalah salah satu dimensi dari permukaan lingkungan yang paling mudah dimanipulasi. Penelitian langsung mengenai manipulasi warna lingkungan sangatlah sedikit. Seperti Sanders dan McCormick (1987), yang menyatakan bahwa literatur yang menunjukkan aplikasi dari warna didominasi oleh pendapat daripada penelitian.

Sejumlah penyelidik sudah menguji kemungkinan suatu hubungan antara temperatur dan warna. Laporan awal (contohnya Newhall,1941; Ross,1938; Wright & Rainwater, 1962) menyatakan bahwa temperature yang hangat paling sering dihubungkan dengan warna merah dan oranye, dimana kesejukan dihubungkan dengan warna biru dan hijau. Tetapi apakah penyelidikan awal ini telah berhasil dalam merencanakan efek psikologis dari warna yang dapat diterapkan dalam desain? Apakah warna dari dinding dalam ruangan dimana Anda sedang belajar mempengaruhi persepsimu tentang temperature ruangan? Banyak aspek dari warna yang dikacaukan dalam suatu jaring simbolis. Menanyakan subjek untuk melaporkan hubungan warna dan temperature hanya akan membuka kemampuan individu untuk mengulangi apa yang sudah mereka pelajari.

Beberapa desain aplikasi dari warna yang berguna yang didapat dari penelitian menunjukkan bahwa keluasan persepsi, keramaian mungkin dipengaruhi oleh warna. Acking dan Kuller (1972) menyuruh subjek menilai serangkaian slide yang menggambarkan ruangan dengan warna yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa ruangan yang lebih terang dilihat lebih terbuka dan luas. Baum dan Davis (1976) juga menemukan bahwa perbedaan intensitas dari warna yang sama mempengaruhi respon subjek pada model ruangan. Ruangan yang berwarna hijau terang terlihat lebih luas dan tidak ramai dibandingkan dengan ruangan yang sama yang berwarna hijau gelap.

Sadalla dan Sheets (1993) melaporkan bahwa bahan mencakup bagian luar rumah mungkin dilihat sebagai indikator dari interpersonal style, kreativitas, dan kelas sosial yang menyangkut pemilik rumah, terutama jika pemilik rumah dilihat mempunyai peranan dalam memilih material tersebut. Contohnya bagian luar rumah yang terbuat dari kau dihubungkan dengan pemilik rumah yang lebih emosional, lemah, lembut dan feminine.

ILLUMINATION

Kondisi pencahayaan yang berbeda juga mempunyai efek pentinh pada suasana hati dan perilaku sosial. Informasi mengenai efek pencahayaan sangat jarang. Dua kepercayaan yang umum adalah bahwa tingkat pencahayaan yang sedikit menunjukkan

intimasi yang besar dan lebih diam atau menurunkan percakapan. Beberapa penelitian mendukung kepercayaan ini. Contohnya Gergen, Gergen dan Barton (1973) melaporkan bahwa ketika mahasiswa yang tidak kenal satu sama lain ditempatkan di tempat yang lebih gelap selama beberapa jam, kedekatan fisik dan verbal yang cukup berarti terjadi diantara mereka. Kegelapan dan ketidakkenalan telah terbukti menghilangkan beberapa rintangan-rintangan yang menghalangi kedekatan.

Selain daripada penelitian-penelitian yang telah ada, efek pencahayaan mungkin bergantung pada konteks lingkungan dimana kita berada. Contohnya, tempat gelap di dalam kota mungkin menimbulkan depresi atau ketakutan, tetapi dalam setting yang lain akan menimbulkan suasana romantis dan kedekatan. Penelitian yang lebih lanjut dari 2 studi ini bertentangan dengan 2 kepercayaan yang telah ada tentang efek social dari pencahayaan. Berdasarkan jumlah komunikasi intim, Gilford (1988) melaporkan suatu penelitian laboratorium mengenai efek dari tingkatan pencahayaan pada jumlah dan kedekatan komunikasi tertulis diantara mahasiswa perempuan. Seperti yang diharapkan, ruangan yang terang menstimulasi komunikasi yang umum, tetapi ruangan yang lebih terang sebenarnya lebih mendorong terjadinya komunikasi intim. Penelitian lain yang dilakukan oleh Veitch dan Kaye (1988) menemukan bahwa tingkatan suara sebenarnya lebih rendah pada ruangan yang lebih terang dalam dua ruangan eksperimen untuk mahasiswa perempuan yang terlibat dalam suatu diskusi.

WINDOWS

Ajakan untuk lebih banyak menggunakan jendela muncul dari berkembangnya literature yang mencatat pengaruh terapis dari jendela rumah sakit dimana kita dapat melihat pemandangan di luar. Sebagai contoh, Ulrich (1984) mencatat bahwa pasien yang diberi jendela yang dapat melihat pemandangan di luar ruangan memiliki waktu yang lebih singkat tinggal di rumah sakit, membutuhkan lebih sedikit obat pereda rasa sakit dan mendapat lebih sedikit komentar negative dari perawat. Bukti lain dari pentingnya menggunakan jendela datang dari pengkajian sekolah tanpa jendela. Pada awalnya dirancang untuk mengurangi gangguan dalam kelas. Bangunan sekolah ini berciri memiliki memiliki jendela yang sedikit. Penelitian mengtakan bahwa ketiadaan jendela tidak memiliki pengaruh yang tetappada pembelajaran ( beberapa murid meningkat, yang lain ,menunjukkan performance yang rendah), tetapi memiliki dampak yang negative pada

Meskipun kita dapat menyimpulkan bahwa jendela secara umum diperhitungkan, pilihan untuk sejumlah ukuran jendela bervariasi sesuai dengan jenis-jenis ruang yang berbeda. Contoh, jendela yang besar lebih dipilih digunakan di ruang keluarga, ruang asrama dan perpustakaan. Dalam lingkungan ini factor-faktor berupa pemandangan, sinar matahari dan mood mempengaruhi pemilihan jendela. Sebaliknya, jendela tidak dipilih dipakai di kamar mandi umum dimana privacy merupakan sesuatu yang diutamakan.

FURNISHINGS

Perabot, peletakannya, dan aspek lain dari interior lingkungan juga merupakan penentu perilaku yang penting. Dalam ruang kelas menunjukkan bahwa penggunaan pola tempat duduk yang tidak umum dapat mempengaruhi performance murid, pola sepatu kuda, pola melingkar atau bentuk-bentuk lainnya, nampaknya menumbuhkan lebih banyak ketertarikan dan peran serta siswa. Beberapa bukti bahkan menyiratkan bahwa dalam pengaturan kelas yang biasanya terdapat perbedaan pada performance sesuai dimana orang tersebut duduk. Sommer dan Ross menggambarkan hubungan antara pengaturan perabot dan perilaku dalam rumah sakit seriatrik. Tempat duduk yang diletakkan sebaris lurus sepanjang dinding, pasien tidak banyak berinteraksi. Sommer dan Ross menggantinya dengan mengelompokkan kursi dalam kelompok kecil, dan orang-orang mulai berbicara satu sama lain. Pengaturan bukan merupakan satu-satunya hal yang dapat mempengaruhi perubahan mood dan perilaku. Mutu dari pengaturan perabot juga penting.

Hollahan dan Saegret (1973) melaporkan skala besar pembaharuan kembali sebuah rumah sakit jiwa, kemudian dibandingkan dengan yang tidak diperbaiki. Pembaharuan kembali itu meliputi pembelian perabot baru, pengecatan dan pembuatan tipe-tipe ruangan yang berbeda. Peningkatan inidalam kualita lingkungan membuat meningkatnya kegiatan sosial dalam ruangan tersebut dan menunjukkan kualitas sebuah lingkungan dapat mempengaruhi mood dan perilaku. Pada akhirnya, keputusan untuk memperbaharui kembali ruangan dapat berdasarkan pada beberapa criteria, meliputi harga, keindahan dan fungsi.

3.2 Keterkaitan Tema dengan judul

Dan di mana Arsitektur Relaksasi berperan dalam membuat suatu rancangan yang akan menerapkan semua penjelasan di atas ke dalam hal proyek Pusat Kecantikan Medan,yang akan menunjang segala aktifitas dan kesibukan wanita dan pria Medan yang akan selalu tampil fit dan cantik.Adapun semua yang ada di dalam penjelasannya bahwa akan berpola bagaimana menciptakan lingkungan dan bangunan yang nyaman dan menciptakan suasana rileks yang akan dijadikan ke dalam proyek ini baik itu elemen bentuk massa ato bahan2 dari struktur yang lebih dilihat dari kesan INTERIOR di bangunan ini kelak. Dalam perkembangannya suatu tempat fungsi bangunan skin care ini lebih menekankan dimana seorang konsumennya harus mendapatkan service yang baik ,nyaman,dan tidak merasa takut atau paranoid ketika menginginkan proses medis di dalam perawatan kulitnya.sehingga dampak psikologi perilaku yang di timbulkan di tempat kecantikan itu pun harus menciptakann lingkungan binaan yang nyaman dan rileks.

Arsitektur Relaksasi menempatkan perannya dalam mengatur perencanaan sedemikian rupa untuk mengrencanakan bangunan skin care ini ke dalam unsure elemen yang di kemukankan seperti pada pendekatan teori yang di atas.

Dari unsure privacy,window,illumination,furniture,material bangunan dan warna, itu berdampak sinergi lurus dengan psikologi perilaku konsumen pengunjung skin care kedalam perencanaan hubungan antar ruang lingkungan binaan yang akan di timbulkan sedemikian nyaman dan tenang.

3.3 STUDI BANDING TEMA SEJENIS

Bangunan Modern dengan konsep Arsitektur Relaksasi di dalam Kota

Bangunan modern ini terletak di ujung Pantai Barat Matarangi, Selandia Baru. Ini merupakan tempat tinggal yang dirancang oleh arsitek Matt Chaplin Sumich Chaplin yang bekerja sama dengan Jen Pack dan terutama dibuat untuk relaksasi aktif.

Tingkat pertama terdiri dari ruang tamu terbuka yang mengintegrasikan ruang makan, dapur, tempat untuk menyimpan anggur dan dua perapian modern. Semua membuat bagian dari rumah ini menjadi tempat yang tepat untuk pertemuan keluarga dan bersosialisasi.

Lantai pertama juga mengakomodasi kamar tidur tamu dengan kamar mandi dan binatu. Ruang tamu membuka ke teras halaman belakang tertutup menampilkan area relaksasi yang modern di luar ruangan.

Lantai kedua dibagi menjadi dua bagian, yaitu dua kamar tidur dan kamar mandi dalam satu bagian, dan di sisi lain ruang utama dengan berjalan di mantel, kamar mandi luas dengan bak mandi dan ruang tunggu khusus.

BAB IV

ANALISIS PERANCANGAN

Dalam dokumen Pusat Kecantikan Wanita di Kota Medan (Halaman 54-60)

Dokumen terkait