• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Penelitian Terdahalu

3.1.8 Matriks IE

Matriks internal-eksternal merupakan matriks yang meringkas hasil evaluasi faktor eksternal dan internal yang menempatkan perusahaan pada salah satu kondisi di dalam sembilan sel, dimana setiap sel merupakan kondisi langkah yang harus ditempuh perusahaan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu X dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu Y (David, 2006).

Menurut David (2006), menyatakan bahwa strategi alternatif yang dapat diambil oleh perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian dan 14 tindakan yaitu :

1. Strategi Integrasi (Integration Strategy)

Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan para pesaing baik melalui merger, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. Tipe strategi integrasi terdiri dari, yaitu :

a. Strategi integrasi ke depan (forward integration strategy) merupakan strategi yang menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan yang besar terhadap pengendalian para distributor atau para pengecer, dan bila perlu memilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah dengan pendistribusian barang/jasa, sehingga mengganggu stabilitas produksi, padahal, perusahaan mampu untuk mengelola pendistribusian dengan sumberdaya yang dimiliki. Selain itu, bisnis di sektor pendistribusian memiliki prospek yang baik untuk dimasuki.

b. Strategi integrasi ke belakang (backward integration strategy) merupakan strategi perusahaan agar pengawasan terhadap bahan baku dapat lebih ditingkatkan, apalagi para pemasok sudah dinilai tidak lagi menguntungkan perusahaan, seperti keterlambatan dalam pengadaaan bahan baku, kualitas bahan menurun, biaya yang meningkat sehingga tidak dapat lagi diandalkan oleh perusahaan. Tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan pengendalian bagi para pemasok. Hal ini dilakukan jika pemasok sedikit padahal pesaingnya banyak, pasokan selama ini berjalan lancar, harga produk stabil, dan pemasok memiliki marjin keuntungan yang tinggi serta perusahaan memiliki modal dan sumberdaya yang berkualitas. c. Strategi integrasi horizontal (horizontal integration strategy) merupakan

strategi perusahaan untuk meningkatkan pengawasan terhadap para pesaing perusahaan walaupun dengan harus memilikinya. Tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan pengendalian para pesaing. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan memiliki posisi monopoli dengan seizin pemerintah, bersaing di industri yang berkembang, skala ekonomi meningkat, serta modal dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan mampu meningkatkan ekspansi.

2. Strategi Intensif (Intensive Strategy)

Strategi intensif membutuhkan usaha yang intensif agar posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini membaik. Tipe strategi intensif terdiri dari :

a. Strategi penetrasi pasar (market penetration strategy) yaitu strategi perusahaan yang berusaha untuk meningkatkan penjualan suatu produk/jasa melalui

usaha-usaha pemasaran yang lebih besar. Tujuan strategi ini adalah untuk meningkatkan pangsa pasar dengan usaha pemasaran yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun, korelasi yang positif antara biaya 4P (produck, price, place, and promotion) pemasaran dan kemampuan untuk bersaing yang meningkat.

b. Strategi pengembangan pasar (market development strategy) yaitu strategi perusahaan yang bertujuan untuk memperkenalkan produk/jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Selain itu, stategi ini bertujuan untuk memperbesar pangsa pasar. Hal ini dapat dilakukan jika memiliki jaringan distribusi, terjadi kelebihan kapasitas produksi, pendapatan laba sesuai dengan harapan, serta adanya pasar baru atau pasar yang belum jenuh.

c. Strategi pengembangan produk (product development strategy) merupakan strategi perusahaan yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara memodifikasikan produk/jasa yang ada sekarang. Strategi ini biasanya memerlukan penelitian yang luas dan tajam serta membutuhkan biaya yang besar. Hal ini dapat dilakukan, jika produk sudah berada pada tahapan jenuh, pesaing menawarkan produk sejenis yang lebih baik dengan harga yang lebih murah, memiliki kemampuan untuk mengembangkan produk, dan berada pada industri yang sedang tumbuh.

3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)

Strategi ini dilakukan dengan cara mendiversifikasikan aktivitas bisnis. Tipe strategi diversifikasi terdiri dari :

a. Strategi diversifikasi konsentrik (concentric diversification strategy) dapat dilaksanakan dengan menambah produk atau jasa baru, namun masih berkaitan. Tujuan strategi ini adalah membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada industri yang pertumbuhannya lambat.

b. Strategi diversifikasi horizontal (horizontal diversification strategy) dapat dilakukan dengan menambah produk atau jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak saling berkaitan untuk ditawarkan pada para pelanggan yang sudah ada. Hal ini dapat dilakukan jika produk baru dapat mendukung produk lama,

persaingan pada produk lama berjalan ketat, distribusi produk baru ke pelanggan lancar dan pada tingkat yang lebih dalam bahwa musim penjualan dari kedua produk relatif berbeda.

c. Strategi diversifikasi konglomerat (conglomerate diversification strategy) merupakan strategi yang dilakukan dengan menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan. Hal ini dilakukan, jika industri di sektor ini telah mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memiliki bisnis yang tidak berkaitan dan masih berkembang baik, serta memiliki sumberdaya untuk memasuki industri baru tersebut.

4. Strategi Defensif (Devensive Strategy)

a. Strategi joint venture merupakan strategi perusahaan dimana terjadi saat dua atau lebih perusahaan membentuk suatu perusahaan temporer untuk tujuan kapitalisme modal. Strategi ini dapat dipertimbangkan dalam hal perusahaan bertahan untuk tidak mau memikul beban usahanya sendirian. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menggabungkan beberapa perusahaan dalam bentuk perusahaan baru yang terpisah dari induk-induknya. Hal ini dapat dilakukan, jika perusahaan merasa tidak mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain.

b. Retrenchment Strategy merupakan strategi perusahaan yang dilaksanakan

melalui reduksi biaya dan asset perusahaan. Hal ini dilakukan karena terjadi penurunan penjualan dan laba perusahaan, dirancang agar perusahaan mampu bertahan pada pasar pesaingnya, perusahaan bekerja dengan sumberdaya yang terbatas dan biasanya menghadapi tekanan-tekanan dari para pemegang saham, pekerja, dan media massa. Strategi ini juga dilakukan dengan cara menjual aktiva seperti tanah dan bangunan dalam rangka mendapatkan uang tunai yang diperlukan, penutupan pabrik yang produknya dianggap kuno, pengurangan jumlah karyawan, dan pembuatan sistem pengendalian biaya yang ketat. Tujuan strategi ini adalah untuk menghemat biaya agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian asset perusahaan.

c. Strategi divestasi (divestiture strategy) dilaksanakan dengan menjual suatu divisi atau bagian dari perusahaan. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akuisisi atau

investasi strategi lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan jika suatu unit bisnis sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya, misalnya terus merugi dan berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.

d. Strategi likuidasi (liquidation strategy) merupakan strategi yang menjual asset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai dengan nilai nyata asset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Hal ini dilakukan apabila perusahaan sudah tidak dapat dipertahankan lagi keberadaaannya.

Dokumen terkait