• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Media

ini, penulis menyampaikan gagasan dan gambaran tersebut dalam skripsi yang berjudul: PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP MINAT SISWA-SISWI UNTUK MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Media Audiovisual apa saja yang tersedia di Sekolah SMA Pangudi Luhur van Lith?

2. Sejauhmana Media Audiovisual yang ada digunakan sebagai Media Pendidikan dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur van Lith? 3. Apakah penggunaan Media Audiovisual dalam pelajaran Pendidikan Agama

Katolik dapat meningkatkan minat siswa-siswi untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur van Lith?

4. Apakah penggunaan Media Audiovisual dapat mempertinggi proses belajar dan hasil belajar siswa dalam pengajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur van Lith?

5. Sejauhmana guru SMA Pangudi Luhur van Lith memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengertian yang cukup tentang media pendidikan?

13

6. Apakah guru SMA Pangudi Luhur van Lith memiliki keterampilan tentang cara menggunakan media pendidikan dalam proses belajar mengajar di kelas?

7. Apakah guru SMA Pangudi Luhur van Lith mampu membuat sendiri media pendidikan yang dibutuhkan?

8. Apakah guru SMA Pangudi Luhur van Lith mampu melakukan penilaian terhadap media yang akan atau yang telah digunakan?

9. Apakah guru SMA Pangudi Luhur van Lith memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang administrasi media pendidikan?

C. Batasan Masalah

Skripsi ini akan membatasi kajiannya pada masalah pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap minat siswa-siswi untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur van Lith. Ruang lingkup penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X sampai kelas XII SMA Pangudi Luhur van Lith.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji lebih dalam lewat penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan “Media Audiovisual”?

2. Apa yang dimaksud dengan “Minat Belajar Mengikuti Pendidikan Agama Katolik”?

3. Seberapa besar pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap minat siswa-siswi untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur van Lith?

14

E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan media audiovisual dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur van Lith.

2. Untuk mengetahui sejauh mana minat siswa-siswi mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur van Lith.

3. Untuk memaparkan seberapa besar pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap minat siswa-siswi untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur van Lith.

F. Manfaat Penulisan

1. Bagi Siswa-siswi SMA Pangudi Luhur van Lith.

a. Sebagai gambaran minat siswa-siswi mengikuti Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMA Pangudi Luhur van Lith.

b. Siswa-siswi SMA Pangudi Luhur van Lith dapat semakin berminat mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

2. Bagi Sekolah SMA Pangudi Luhur van Lith.

Sebagai masukan dalam memberi kesempatan atau peluang bagi guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan profesinya, di antaranya menggunakan media audiovisual sebagai media pengajaran.

3. Bagi Penulis

Dapat mengetahui secara lebih mendalam bahwa penggunaan media audiovisual dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik mampu meningkatkan

15

minat siswa-siswi untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.

G. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini adalah deskripsi analistis, yaitu berdasarkan studi pustaka dan penelitian kuantitatif dengan cara pengumpulan data dari hasil penyebaran instrumen dan refleksi pribadi terhadap hasil yang telah diperoleh. Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian, dilakukan analisa terhadap permasalahan yang terjadi.

H. Sistematika Penulisan

BAB I merupakan pendahuluan yang terdiri dari 8 bagian. Bagian pertama terdiri dari latar belakang penulisan yang memuat tiga unsur (fakta, ideal dan aktual) yang menjadi alasan bagi penulis untuk memilih judul ini. Bagian kedua merupakan identifikasi masalah dari latar belakang. Identifikasi masalah ini merupakan jarak yang terjadi antara fakta dan ideal. Bagian ketiga adalah batasan masalah, menjelaskan ruang lingkup atau batasan penulisan. Berikutnya adalah bagian keempat, perumusan masalah. Pada bagian ini penulis mencoba untuk merumuskan permasalahan-permasalahan dalam beberapa kalimat tanya berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan. Perumusan masalah ini juga akan membantu penulis untuk memecahkan permasalahan yang akan dikaji dalam kajian pustaka sebelum

16

dilakukan penelitian. Bagian kelima yaitu tujuan penulisan yang memaparkan tujuan penulis memilih judul ini. Pada bagian keenam penulis merumuskan manfaat dari judul yang akan didalami lewat penelitian. Manfaat tersebut dibagi menjadi dua yaitu manfaat bagi subjek penelitian dan manfaat bagi penulis sendiri. Pada bagian ketujuh, yaitu metode penulisan penulis menjelaskan metode penulisan yang akan digunakan. Pada bagian terakhir atau bagian kedelapan, penulis menyampaikan sistematika penulisan.

BAB II terdiri dari empat bagian. Bagian pertama yaitu kajian pustaka. Pada bagian ini penulis mencoba untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang kemudian akan dijawab dengan mengunakan acuan pustaka atau teori-teori yang akan membantu penulis untuk menjawab permasalahan tersebut. Berikutnya adalah bagian kedua yaitu penelitian yang relevan. Bagian ini menjelaskan cara-cara atau acuan-acuan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang telah dipilih oleh penulis. Bagian ketiga dari bab ini adalah kerangka pikir yang menjelaskan atau merumuskan bagaimana kerangka pikir penulis secara sistematis untuk mencoba memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan dan dikaji lewat kajian pustaka. Bagian keempat merupakan bagian terakhir dari bab ini. Pada bagian ini penulis mencoba merumuskan hipotesis atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang terjadi dalam judul yang telah dipilih. Hipotesis atau jawaban sementara ini dirumuskan oleh penulis berdasarkan landasan-landasan teori yang telah dibahas dalam kajian pustaka.

BAB III Metodologi Penelitian. Pada bagian ini penulis mulai masuk ke dalam metode-metode penelitian yang akan dilakukan untuk membuktikan hipotesis

17

yang telah dirumuskan oleh penulis pada bab sebelumnya. Bab ini terdiri dari beberapa bagian yaitu: jenis dan disain, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian (jenis instrumen, validitas dan reliabilitas instrumen, uji coba), dan yang terakhir adalah teknik analisis data yang terdiri dari (deskripsi data, uji persyaratan analisis, analisis data, dan uji hipotesis). Proses penelitian sudah mulai dilakukan pada bab ini yaitu dengan menggunakan uji coba terpakai pada instrumen yang akan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam rangka membuktikan hipotesis, sehingga hasilnya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian dan Usulan Program. Pada bab ini terlebih dahulu penulis akan memaparkan gambaran secara umum mengenai tempat penelitian. Setelah itu penulis akan melaporkan hasil penelitian yang telah diperoleh lewat instrumen yang telah diujikan kepada responden untuk dapat melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mensortir data-data yang diperlukan untuk dapat membuktikan hipotesis. Pada bagian ini bisa saja hipotesis yang telah dirumuskan oleh penulis berdasarkan kajian pustaka salah setelah melalui proses penelitian. Lewat pembahasan hasil penelitian ini, penulis akan mendapatkan jawaban yang sesungguhnya dari permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan lewat hasil penelitian yang telah dirumuskan. Hasil pembahasan ini kemudian direfleksikan oleh penulis dan berdasarkan hasil refleksi tersebut penulis mencoba untuk memberikan usulan program yang sekiranya dapat membantu mengatasi masalah yang telah dirumuskan dalam judul.

18

BAB V Penutup. Bab ini merupakan bagian akhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran terhadap seluruh proses penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dan sekaligus mengakhiri kegiatan penelitian untuk menjawab permasalahan dari judul yang telah dipilih oleh penulis.

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Pada bagian kajian pustaka ini akan dibahas media, media audiovisual, dampak media, media audiovisual dalam pendidikan, dan minat belajar siswa-siswi mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

1. Media

a. Pengertian Media

Media adalah alat komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, spanduk, dsb. Media pada umumnya dibagi menjadi 2 yaitu Media Cetak dan Media Elektronik. Media cetak adalah media massa yang dicetak seperti koran, majalah, buku, dsb. Sedangkan Media elektronik adalah sarana media massa yang menggunakan alat-alat elektronik modern misalnya radio, televisi, film, komputer, dsb. Film di sini merupakan sarana media massa yang disiarkan menggunakan peralatan film alat penghubung yang berupa film. Dalam hal ini media terkait dengan massa yang merupakan sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Media komunikasi sosial mulai muncul sekitar tahun 1830 ketika surat kabar-surat kabar modern mulai terbit secara teratur. Media berkembang pesat setelah ditemukannya listrik, fotografi, radio, televisi, satelit, tilpon dan komputer (Olivera, 1989: 7-8). Dalam dunia pendidikan, media secara luas diartikan sebagai setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan,

20

keterampilan dan sikap. Ada pula yang mengartikan media secara agak sempit, yaitu alat-alat elektronik-mekanis yang menjadi perantara antara siswa dan materi pelajaran (Winkel, 1989: 187-191). E. De Corte mengartikan media yang dikaitkan dengan pendidikan atau pengajaran sebagai “suatu sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar-mengajar, untuk mencapai tujuan intruksional” (Winkel, 1989: 187-191). Media berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, misalnya melalui siaran televisi (TV) yang disalurkan lewat satelit komunikasi, sehingga dapat diketahui dengan cepat apa yang sedang terjadi di negara lain.

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, 1986: 6-7). Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology or AECT) di Amerika Serikat membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (Arief S. Sadiman, 1986: 6-7). Marshall Mcluhan seorang pakar komunikasi dari Kanada mengatakan bahwa “Media sendiri merupakan pesan” atau “The Medium is The Message” (Iswarahadi, 2005: 1-9). Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Arief S. Sadiman, 1986: 6-7). Sementara Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Film, TV, komputer, sound slide, buku, kaset, adalah contoh-contohnya (Arief S. Sadiman, 1986: 6-7). Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association or NEA) memberikan batasan media

21

sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Arief S. Sadiman, 1986: 6-7). Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Dari pengertian-pengertian tersebut terdapat persamaan yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi secara aktif, kreatif, efektif, efisien, dan menyenangkan.

Dalam perspektif dan metodologi pendidikan kritis, media juga adalah “bahasa”nya para guru, dosen, dan fasilitator, dll (Fakih, 2001: 75-94). Media digunakan oleh para guru, fasilitator tidak semata-mata karena media memang efektif membantu proses pemahaman, tetapi karena penggunaan media itu sendiri memang merupakan suatu keharusan jika ingin taat asas filosofi pendidikan kritis yang menekankan mutlaknya para peserta belajar dan memproduksi pengetahuan dari pengalaman mereka sendiri, bukan dari hafalan teori, kaidah dan rumus-rumus orang lain dan untuk itu seorang guru tidak akan bisa melakukannya jika ia hanya bicara melulu, apalagi ceramah monolog tanpa diskusi dengan para siswa-siswi. Media dalam kegiatan proses belajar berfungsi instrumental artinya cuma alat saja, bukan tujuan. Sebagai alat, media bisa digunakan untuk berbagai ragam tujuan, tetapi tidak untuk semua tujuan, karena setiap media memiliki ciri khasnya masing-masing, sehingga hanya tepat digunakan untuk tujuan-tujuan khas dan yang sesuai pula (Fakih, 2001: 75-94). “Media bukan hanya berfungsi sebagai ilustrasi, tetapi juga sebagai “sandi” atau bahasa simbol untuk mengajak peserta berpikir tentang sesuatu, mendiskusikannya bersama, berdialog untuk menemukan suatu kesimpulan dan jawaban mereka sendiri” (Fakih, 2001: 75-94). Dengan cara demikian guru

22

menjadikan sandi atau bahasa simbol tersebut sebagai suatu gambaran yang hidup tentang suatu kejadian, gejala, atau permasalahan nyata tertentu. Ketika peserta mulai berpikir, berdiskusi dan berdialog itulah berlangsung pula suatu proses pemberian arti, pengertian, pemaknaan atas gambaran hidup keadaan, gejala, atau permasalahan yang ditampilkan melalui media tadi. Pada saat mereka mencapai suatu kesimpulan bersama, mereka telah menghasilkan suatu pemahaman dan kesadaran baru, suatu pengetahuan yang melihat kejadian, gejala, atau permasalahan tadi secara kritis untuk merubah dan memperbaiki keadaan, gejala, permasalahan tadi, maka terjadilah suatu perubahan ke arah perbaikan (transformasi).

b. Fungsi Media

Pada saat ini kita dapat melihat bagaimana kemampuan media komunikasi (media cetak, media elektronis, multimedia) untuk mempersatukan seluruh dunia ini menjadi sebuah “desa dunia.” Manusia di seluruh dunia sekarang ini berada dalam kondisi saling ketergantungan. Informasi tentang peristiwa atau perkembangan ide yang ada di wilayah benua lain dapat diperoleh dengan mudah dan dalam waktu yang relatif singkat, baik itu melalui siaran radio, televisi, surat kabar, maupun email dan internet. Iswarahadi dalam buku Beriman Dengan Bermedia menjelaskan ada beberapa fungsi dari media komunikasi (Iswarahadi, 2003: 115-117) yaitu: Fungsi informasi pendidikan dan pengetahuan, fungsi korelasi, fungsi kontinyuitas, fungsi mobilisasi dan fungsi hiburan. Dalam fungsi informasi pendidikan dan pengetahuan ini, media dapat memberikan informasi, pendidikan dan pengetahuan. “Media komunikasi telah menjadi begitu penting, sehingga bagi banyak orang media menjadi sarana utama untuk memperoleh informasi dan pendidikan, untuk memperoleh

23

bimbingan dan inspirasi dalam perilaku mereka sebagai individu, keluarga, dan di dalam masyarakat secara luas” (Iswarahadi, 2003: 115). Dalam fungsi korelasi, “media dapat meningkatkan sense of belonging (rasa memiliki) dan memperteguh identitas kelompok, baik itu kelompok yang berdasarkan suku maupun agama” (Iswarahadi, 2003: 116). Dalam fungsi kontinyuitas, “media dapat menjadi sarana untuk memperteguh dan melanggengkan nilai-nilai tradisi dan spiritualitas” (Iswarahadi, 2003: 116). Selain itu juga dalam fungsi kontinyuitas “media dapat menyuarakan nilai-nilai dasar hidup manusia seperti keadilan, cinta kasih, solidaritas, sehingga mendorong manusia untuk ikut menyakini atau setidak-tidaknya menghargai bahwa nilai-nilai tersebut tetap mempunyai arti” (Iswarahadi, 2003: 116). Dalam fungsi mobilisasi, “media mampu memobilisasi massa, misalnya berita-berita sekitar gerakan reformasi (1998) yang disebar melalui televisi, video, radio, majalah, koran, email, brosur mampu memobilisasi massa sehingga mereka memberikan dukungan terhadap gerakan reformasi itu” (Iswarahadi, 2003: 116). Dalam fungsi hiburan, “media dapat memberikan hiburan di antaranya melalui keindahan alam, kesenian, kebudayaan dapat disajikan oleh media sedemikian rupa, sehingga dapat memperkaya pengetahuan sekaligus menghibur emosi manusia” (Iswarahadi, 2003: 117).

Oemar Hamalik (1986: 24) mengatakan “bahwa fungsi utama dari setiap kegiatan media komunikasi ialah mendidik, oleh sebab itu memberikan pengaruh-pengaruh pendidikan.” Pendidikan dapat ditafsirkan dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang luas, oleh karena media komunikasi memberikan pengaruh-pengaruh atau nilai-nilai yang baik kepada masyarakat luas. Jadi media komunikasi itu langsung tidak langsung berfungsi sebagai pendidik masyarakat.

24

Dalam arti yang sempit, media komunikasi juga berfungsi mendidik anak-anak di sekolah. Sebagai media pendidikan, bukan saja berguna sebagai alat bantu belajar bagi siswa, akan tetapi memberikan pengalaman pendidikan yang bermakna bagi siswa.

c. Jenis Media

Dalam perkembangannya media mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pengajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro-prosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok (Azhar Arsyad, 1997: 29), yaitu media hasil teknologi cetak (buku teks, grafik, foto, dll.), media hasil teknologi audio-visual (mesin proyektor film, tape recorder, proyektor visual yang lebar, televisi, dll.), media hasil teknologi yang berdasarkan komputer dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Seels dan Glasgow mengelompokkan berbagai jenis media dilihat dari segi perkembangan teknologi dibagi ke dalam dua kategori luas (Azhar Arsyad, 1997: 33-36) yaitu: pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional terdiri dari: visual diam yang diproyeksikan (OHP, slide, filmstrips, dll), visual yang tak diproyeksikan (gambar, poster, foto, grafik, diagram, dll), audio (rekaman, pita-kaset, dll), penyajian multi-media (slide plus suara, multi-image), visual dinamis yang diproyeksikan (film, televisi, video), cetak (buku teks, modul,

25

majalah ilmiah, lembaran lepas/hand-out), permainan (teka-teki, simulasi, dll) dan realia (model, specimen/contoh, peta, boneka, dll). Pilihan media teknologi mutakhir terdiri dari: media berbasis telekomunikasi dan media berbasis mikroprosesor. Media berbasis telekomunikasi terdiri dari: teleconference dan kuliah jarak jauh (telecture). Teleconference adalah suatu teknik komunikasi di mana kelompok-kelompok yang berada di lokasi geografis berbeda menggunakan mikrofon dan amplifair khusus yang dihubungkan satu dengan lainnya sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dengan aktif dalam suatu pertemuan besar dan diskusi. Kuliah jarak jauh (telecture) adalah suatu teknik pengajaran di mana seseorang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu menghadapi sekelompok pendengar yang mendengarkan melalui amplifair telephone, pendengar dapat bertanya kepada pembicara dan kelompok itu dapat mendengarkan jawaban atau tanggapan pembicara. Media berbasis mikroprosesor terdiri dari: Computer-Assisted Instruction, Sistem Tutor Intelejen, Hypertext, Hypermedia, Interactive Video dan Compact Video Disc. Computer-assisted instruction adalah suatu sistem penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut. Sistem tutor intelejen adalah pengajaran dengan bantuan komputer yang memiliki kemampuan untuk berdialog dengan siswa dan melalui dialog itu siswa dapat mengarahkan jalannya pelajaran. Hypertext adalah suatu tulisan yang tak berurutan-nonsekuensial. Dengan suatu sistem authoring (menulis), pengarang mampu menghubungkan informasi dari bagian manapun dalam paket pelajaran itu, menciptakan jalur-jalur melalui satu korpus materi yang berkaitan, memberi keterangan teks yang tersedia, dan membuat catatan yang menghubungkan teks-teks itu. Hypermedia adalah perluasan dari hypertext yang menggabungkan media lain ke

26

dalam teks. Dengan sistem hypermedia, pengarang dapat membuat suatu korpus materi yang kait-mengkait yang meliputi teks, grafik, gambar animasi, bunyi, video, musik, dan lain-lain. Interactive video adalah suatu sistem penyampaian pengajaran di mana materi video rekaman disajikan dengan pengendalian komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respons yang aktif, dan respons itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Peralatan yang diperlukan antara lain komputer, video disc laser, layar monitor/LCD proyektor. Compact video disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman video di mana signal audio-visual direkam pada disk plastik, bukan pada pita magnetik.

Pengelompokan berbagai jenis media telah dikemukakan pula oleh beberapa ahli. Leshin, Pollock dan Reigeluth mengklasifikasi media ke dalam lima kelompok (Azhar Arsyad, 1997: 36), yaitu media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor), media berbasis cetak (buku, buku latihan, dan lembaran lepas), media berbasis visual (alat bantu kerja, grafik, peta, gambar, slide, tranparansi), media berbasis audiovisual (video, film, televisi), dan media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext). Salah satu ciri dari media ini ialah ia membawa pesan atau informasi kepada penerima. Sebagian di antaranya memproses pesan atau informasi yang diungkapkan oleh siswa. Dengan demikian media ini disebut media interaktif. Dengan media tersebut terciptalah lingkungan pengajaran yang interaktif yang memberikan respons terhadap kebutuhan belajar siswa dengan jalan menyiapkan kegiatan belajar yang efektif guna menjamin terjadinya belajar.

Media berkembang seiring dengan perkembangan kemajuan zaman. Jenis-jenis media menurut beberapa ahli sudah diuraikan di atas, namun Jenis-jenis media yang

27

biasa digunakan dalam proses pengajaran saat ini (Fakih, 2001: 77-90) adalah media audio, media visual, media audiovisual, multimedia dan simulasi. Dengan media ini pengajaran menjadi konkret dan para siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman yang konkret yang bersifat mendidik. Jenis-jenis media tersebut dapat diuraikan di bawah ini:

1) Media Audio

Audio adalah sesuatu yang bersifat atau bersangkutan dengan pendengaran. Media Audio ini di antaranya adalah rekaman suara, musik, siaran radio, dsb. Media audio ini digunakan sebagai pengantar diskusi tentang suatu masalah atau isyu tertentu. Media ini mulai jarang digunakan, selain karena jenis media ini memang mulai tergusur oleh teknologi audio-visual dan multimedia yang lebih canggih dan menarik, juga karena efektifitasnya memang terbatas. Hasil riset menunjukkan bahwa “kemampuan manusia untuk menyimak dan memahami sesuatu melalui telinga adalah di bawah 15%, apalagi jika mereka tidak berhadapan langsung dengan sumber suara atau orangnya” (Fakih, 2001: 80). Diperlukan kemampuan imajinasi yang cukup untuk membayangkan apa yang disampaikan melalui rekaman suara

Dokumen terkait