• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang artinya „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟12

. Sadiman mengemukakan, bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.13 Media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut14. Materi yang diterima adalah pesan instruksional, sedangkan tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses belajar. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik dan sempurna. Media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Mengingat banyaknya bentuk-bentuk media tersebut, maka guru harus dapat memilihnya dengan cermat, sehingga dapat digunakan dengan tepat.

Hamalik dalam Cecep Kustandi mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.15 Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu

12 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2014, hlm. 3 13

Sadiman, Arief S., dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta, Rajawali Pers, 2009

14 Rahardjo, Media Pembelajaran, Jakarta, Rajawali, 1986, hlm. 25

15Cecep Kustandi dkk, Media Pembelajaran; Manual dan Digital Edisi Kedua, Bogor, Ghalia Indonesia, 2013, hlm. 19

efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan atau isi pelajaran pada saat itu. Selain itu, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi, serta membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar.

b. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Ciri-ciri umum dari media pembelajaran yang disampaikan oleh Sanaky16 yaitu:

1) Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan proses pembelajaran antara pengajar dan pembelajar.

2) Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas

Gerlach dan Ely menyebutkan ciri-ciri yang merupakan petunjuk alasan media digunakan dan hal-halyang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya. 17

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini merupakan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi, suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media, seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, compact disk dan film.

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-laps recording. Misalnya, bagaimana

16 Hujair Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif, Yogyakarta, Kaukaa Dipantara, 2013, hlm. 43

proses larva menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Selain dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. 3) Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada suatu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu, misalnya video, file komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

Dengan ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa dalam ciri fiksatif, sebuah media pembelajaran akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah karena peristiwa yang direkam mampu diputar kembali sehingga pemahaman pada sebuah materi akan lebih cepat. Ciri manipulatif dari media pembelajaran menunjukkan bahwa guru akan lebih mudah dalam menjelaskan, sehingga waktu dalam sebuah kejadian yang memakan waktu berhati-hari dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan dengan teknik rekaman fotografi.

c. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran

Tujuan dari media pembelajaran sebagai alat bantu pelajaran menurut Sanaky yaitu sebagai berikut: 18

1) Mempermudah proses pembelajaran di dalam kelas. 2) Meningkatkan efisiensi dalam proses pembelajaran.

3) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar. 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran menurut Sudjana dan Ahmad yaitu sebagai berikut: 19

1) Pembelajaran menjadi menarik perhatian dan minat siswa sehingga mampu menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan dalam pembelajaran menjadi lebih jelas maknanya sehingga mampu dipahami siswa dan memudahkan siswa menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3) Metode mengajar menjadi lebih bervariasi, tidak hanya menggunakan komunikasi verbal dengan penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak akan bosan dan guru tidak akan mudah lelah.

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Tujuan media pembelajaran yang dikemukakan oleh Sanaky menunjukkan bahwa suatu media mampu meningkatkan minat siswa, dan mendukung proses belajar sehingga kualitas pembelajaran sesuai dengan harapan dan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Sudjana dan Ahmad memaparkan bahwa media pembelajaran bermanfaat dalam membuat sebuah proses belajar menjadi lebih seru dan menarik, serta membantu siswa menjadi lebih aktif dan tidak mudah jenuh.

d. Fungsi Media Pembelajaran

Terdapat empat fungsi media pembelajaran menurut Levie dan Lentz dalam buku Cecep Kustandi20 khususnya pada media visual yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi Atensi

Fungsi atensi dalam media visual yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa agar mampu berkonsentrasi pada materi pembelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2) Fungsi Afektif

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar.

3) Fungsi Kognitif

19 Nana Sudjana dkk, Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya), Sinar Baru Offset, Bandung, 1990 hlm. 2

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar mempermudah dalam mencapai tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi Kompensatoris

Fungsi kompensatoris yaitu untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Sedangkan fungsi umum yang dikemukakan oleh Sanaky, media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan: 21

1) Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langkah. 2) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya.

3) Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret. 4) Memberi kesamaan persepsi.

5) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak. 6) Menyajikan ulang informasi secara konsisten.

7) Memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Fungsi yang telah dikemukakan oleh Levie Lentz dan Sanaky, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran adalah membantu suatu pembelajaran baik dalam menghadirkan objek, mengatasi hambatan waktu, hingga perbedaan kesulitan dari setiap siswa dalam memahami isi pelajaran yang disajikan menjadi lebih mudah, sehingga proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan membantu siswa dalam berkonsentrasi pada materi pembelajaran.

e. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 22

1) Bahan-bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual berupa bahan-bahan cetakan dan bacaan.

2) Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, yaitu:

a) Media proyeksi, seperti: overhead projector, slide, film, dan LCD. b) Media non-proyeksi, seperti: papan tulis, poster, papan temple,

kartun, papan planel, komik, bagan diagram, gambar, grafik dll. c) Benda tiga dimensi antara lain benda tiruan diorama, boneka,

topeng, lembaran baik, peta, globe, pameran, dan museum sekolah. 3) Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu slide, film strip, film

rekaman, radio, televisi video, VCD, laboratorium elektronik, perkakas, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi, komputer, internet.

4) Kumpulan benda-benda yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintahan, agama, kebudayaan, politik, dan lain-lain.

5) Contoh kelakuan, perilaku pengajar. Pengajar memberi contoh perilaku atau suatu perbuatan. Misalnya, mencontohkan suatu perbuatan dengan gerakan tangan dan kaki, gerakan badan, mimik dan lain-lain. Media pembelajaran dalam bentuk ini, sangat tergantung pada inisitif, rekayasa, dan kreasi pengajar itu sendiri. Jenis media ini, hanya dapat dilihat dan ditirukan oleh pembelajar.

Klasifikasi media pembelajaran yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa media pembelajaran memiliki jenis yang beragam. Keragaman media dapat dimanfaatkan guru untuk menciptakan suasan belajar yang bervariasi setiap pertemuan, sehingga siswa tidak akan mudah jenuh, dan guru akan semakin terampil dalam menggunakan setiap media pembelajaran.

f. Media Pembelajaran Sejarah

Peristiwa sejarah tidaklah mungkin untuk diamati secara langsung sebagai pendukung proses pembelajaran sejarah. Hal itu dikarenakan peristiwa sejarah adalah peristiwa yang telah terjadi dan masa lampau hanya terjadi satu kali saja. Selain itu peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang menyangkut tindakan manusia, yang bisa dibagi menjadi bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar itu berupa tingkah laku manusia yang kelihatan dan bisa disaksikan secara langsung, sedangkan bagian dalam itu berupa motif, keinginan, rencana serta tujuan yang diekspresikan ke luar dalam bentuk tingkah laku tertentu.23 Oleh sebab itu, hanya sebagian kecil saja peristiwa sejarah bisa dicapai melalui pengamatan biasa. Beberapa bagian dalam sejarah termasuk bagian dalam peristiwa hanya mungkin mampu dicapai melalui daya imajinasi yang tinggi. Sedangkan di sisi lain keadaan ini mengharuskan seorang guru untuk memanfaatkan berbagai alat bantu mengajar yang memungkinkan guru memvisualisasikan peristiwa sejarah sedemikian rupa sehingga lebih memudahkan siswa untuk menangkap serta menghayati gambaran peristiwa sejarah tersebut. Faktor inilah kiranya peranan dari media pengajaran mutlak diperlukan dalam pengajaran sejarah.

Media pembelajaran dalam pengajaran sejarah, bukan saja berupa benda-benda atau dokumen peninggalan sejarah ataupun orang-orang sebagai pelaku sejarah yang merupakan jejak atau sumber langsung serta konkrit dari suatu peristiwa sejarah, tetapi juga hal-hal lain yang bisa membantu dan memudahkan murid untuk memvisualisasikan suatu peristiwa. Contohnya yaitu gambar-gambar,

model ataupun diorama yang bisa dibuat sendiri oleh murid dengan bantuan guru ataupun sudah disusun oleh badan-badan pembuat media sekolah.24

3. Komik sebagai Pembelajaran a. Definisi Komik

Komik yaitu suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca.25 Apabila kartun sangat bergantung kepada dampak penglihatan tunggal, maka komik terdiri dari atas berbagai situasi cerita bersambung.

Beberapa perwatakan lain dari komik harus dikenal agar kekuatan media ini bisa dihayati. Komik memusatkan perhatian di sekitar rakyat. Cerita-ceritanya mengenai diri pribadi sehingga pembaca dapat segera mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan serta tindakan dari perwatakan-perwatakan tokoh utamanya. Cerita-ceritanya ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam lembaran surat kabar dan buku-buku, komik dibuat lebih hidup, serta diolah dengan pemakaian warna-warna utama secara bebas.

b. Jenis-Jenis Komik

Berikut ini merupakan jenis-jenis komik dengan pengertiannya menurut Bonneff (1998:9)26:

1) Komik Strip (Comic Strips)

Komik strip merupakan komik yang terdiri dari beberapa panel saja. Komik jenis ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu komik strip

24 Idem.

25Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, op.cit., hlm. 64

bersambung yang berisikan sedikitnya 3 panel yang memiliki kisah yang bersambung. Jenis komik strip yang kedua yaitu kartun komik yang hanya terdiri dari tiga atau empat panel yang merupakan alat protes dalam bentuk banyolan.

2) Buku Komik (Comic Book)

Buku komik merupakan komik yang disajikan dalam bentuk buku yang tidak merupakan bagian dari media cetak lainnya.

3) Novel Grafis (Graphic Novel)

Novel grafis merupakan novel yang memiliki tema yang lebih serius dengan cerita yang panjang.

4) Komik Kompilasi

Komik kompilasi merupakan kumpulan dari beberapa judul komik dari beberapa komikus yang berbeda.

5) Komik Online (Web Online)

Komik ini menggunakan media internet dan publikasinya. Dengan memakai situ web maka komik jenis ini hanya menghabiskan biaya yang relatif lebih murah dibanding media cetak dan jangkauannya sangat luas tak terbatas. Komik ini muncul seiring dengan munculnya cyberspace di dunia teknologi komunikasi.

Jenis komik yang dikemukakan oleh Bonneff menunjukkan bahwa komik memiliki banyak jenis dan bentuk cerita. Komik strip biasanya muncul pada majalah atau koran, contoh komik ini yaitu Benny dan Mice yang sering dipublikasikan pada koran kompas. Buku komik merupakan jenis komik yang sangat sering dijumpai di toko buku, karena komik jenis ini lebih banyak diproduksi dan lebih banyak digemari oleh para pembaca.

Novel grafis berbeda dengan buku komik, karena yang diceritakan pada novel grafis merupakan cerita yang tidak dibaca untuk anak-anak. Komik kompilasi merupakan komik dalam bentuk buku, hanya saja di dalam buku itu terdapat kumpulan-kumpulan judul komik, contoh dari komik ini adalah komik Nakayoshi. Jenis komik yang terakhir yaitu komik online, contoh dari komik ini yaitu webtoon, dengan adanya perkembangan teknologi, jenis komik seperti ini lebih mudah didapatkan, dan lebih praktis serta murah.

c. Komik Sebagai Media Pembelajaran

Popularitas komik telah mendorong banyak guru untuk berksperimen dengan medium ini sebagai pengajaran27. Pemakaiannya yang luas dengan ilustrasi yang berwarna, alur cerita yang ringkas, dengan perwatakan orangnya yang realistis menarik semua siswa dari berbagai tingkat usia. Buku-buku komik dapat dipergunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha membangkitkan minat, mengembangkan perbendaharaan kata-kata dan keterampilan membaca, serta untuk memperluas minat baca. Selain yang dipaparkan oleh Sudjana dan Ahmad, komik sebagai media pembelajaran juga mempermudah peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.

Komik biasanya menggambarkan tokoh-tokoh unik yang hidup dalam suasana yang unik pula, sehingga dari sifat yang dibawa oleh si tokoh mampu dirasakan pembaca sebagai kebutuhan dalam mengembangkan diri sendiri. Pembaca komik secara sadar maupun tidak sadar akan cepat terlibat dalam tokoh ataupun situasi yang diungkapkan dalam komik.28 Siswa mampu seolah-olah diajak ikut serta ambil bagian dari komik tersebut sehingga mampu memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah komik yang digunakan sebagai media pembelajaran.

Sebagai salah satu media visual, media komik tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajar.

27Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, op.cit., hlm. 65-69 28 Andre Rinanto, op.cit., hlm. 42

Kelebihan media komik dalam kegiatan belajar-mengajar menurut Trimo dinyatakan:29

1) Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya.

2) Mempermudah siswa menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak. 3) Dapat mengembangkan minat baca anak dan mengembangkan satu bidang

studi yang lain.

4) Seluruh jalan cerita komik menuju pada satu hal yakni kebaikan atau studi yang lain.

Sedangkan kelemahan media komik yaitu sebagai berikut:30

1) Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar. 2) Ditinjau dari segi bahasa komik hanya menggunakan kata-kata yang

kurang sopan.

3) Banyak beberapa komik menampilkan aksi yang menonjolkan kekerasan. 4) Beberapa komik juga terdapat adegan percintaan yang belum layak

diperlihatkan kepada pembaca yang belum mencukupi umur.

Komik jika digunakan sebagai media pembelajaran memang cukup menarik, karena gambar-gambar yang ada di dalam komik memudahkan siswa dalam membayangkan suatu peristiwa. Namun bukan berarti komik tidak memiliki kelemahan. Beberapa komik yang tersebar luas di toko buku banyak menampilkan adegan yang banyak mengandung kekerasan dan SARA, hal ini yang membuat komik menjadi terbatas untuk dibaca.

d. Buku Komik Sejarah

Pengertian komik menurut McCloud dalam Indira Maharsi yaitu gambar-gambar dan lambang-lambang lain yang yang bersebelahan dalam urutan tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan

29 Trimo, Media Pendidikan, Jakarta, Depdikbud, 1997, hlm. 22 30 Ibid, hlm. 21

estetis dari para pembaca.31 Sedangkan pengertian sejarah menurut Sartono Kartodirdjo adalah cerita tentang pengalaman kolektif suatu komunitas atau bangsa di masa lampau yang akan membentuk kepribadian nasional dan sekaligus menentukan identitas nasional bangsa tersebut.32 Dari pengertian tersebut, maka definisi dari buku komik sejarah adalah sebuah buku yang berisi tentang cerita suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau dengan bentuk kartun yang menyajikan gambar-gambar dan lambang-lambang yang berurutan sehingga memudahkan pembaca untuk memahami alur cerita dari sebuah peristiwa sejarah. Buku komik sejarah akan lebih memudahkan siswa untuk menangkap serta mengahayati gambaran suatu peristiwa sejarah. Alur cerita dari peristiwa sejarah akan lebih jelas dan lebih mudah dimengerti karena disertai dengan gambar sehingga membantu pembaca dalam membayangkan peristiwa yang sudah lama terjadi. Siswa akan semakin mudah memahami materi dalam pembelajaran sejarah, tidak mudah bosan dan mampu merasakan seolah-olah masuk terlibat ke dalam peristiwa sejarah itu sendiri.

Buku komik sejarah selain membahas mengenai peristiwa masa lampau, hal-hal bijak yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah juga dapat menjadi sebuah pembelajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Peristiwa sejarah mengandung nilai-nilai yang dapat digunakan dalam usaha mengembangkan karakter, khususnya dalam mengembangkan sikap nasionalisme dan patriotisme yang selalu ditekankan pada pembelajaran sejarah. Pembaca tidak hanya dihibur dengan cerita bergambar yang menarik dan dimudahkan dalam

31 Indira Maharsi, op.cit., hlm. 4 32 Aman, op.cit., hlm. 22

memahami suatu peristiwa tetapi juga dibantu dalam membangun dan mengembangkan sikap nasionalisme dan patriotisme yang merupakan jembatan emas dalam mewujudkan cita-cita sebuah bangsa.

e. Evaluasi Media Komik

Evaluasi media pembelajaran dilakukan dengan melalui tahapan yang ditentukan. Evaluasi dilakukan dengan langkah mengumpulkan data awal, dianalisis, dan disimpulkan hasil penilaiannya. Evaluasi media pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengevaluasi media komik yang sedang dikembangkan adalah evaluasi formatif. Evaluasi formatif adalah suatu proses untuk mengumpulkan data tentang kelayakan dari media komik sejarah yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mula-mula komik ditinjau ulang secara pribadi, apabila terdapat revisi, maka komik direvisi terlebih dahulu sebelum komik divalidasi oleh ahli.

Setelah itu, komik kemudian divalidasi oleh beberapa ahli dan guru guna mengetahui hal-hal apa yang kurang dan yang perlu direvisi. Pada bagian ini, peneliti bisa memilah hal-hal yang kiranya bisa direvisi. Setelah itu, komik diuji ke dalam siswa secara perorangan, dan selanjutnya bila tidak terdapat revisi dari uji perorangan, maka dilanjutkan kepada uji kelompok. Setelah melewati evaluasi formatif, komik kemudian masuk ke tahap evaluasi sumatif, untuk memutuskan layak atau tidaknya komik digunakan sebagai media pembelajaran di kelas.

Dokumen terkait