• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI …

A. Kajian Teori

3. Media Pembelajaran

4. Faktor intern yang diteliti adalah motivasi siswa.

5. Indikator keberhasilan proses pembelajaran fisika diukur dengan peningkatan motivasi belajar fisika dan kemampuan kognitif fisika siswa.

6. Materi pelajaran dibatasi pada pokok bahasan suhu dan kalor.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual melalui film pendek dapat meningkatkan motivasi belajar fisika siswa ?

2. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual melalui film pendek dapat meningkatkan kemampuan kognitif fisika siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di depan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Meningkatan motivasi belajar fisika siswa melalui pembelajaran kontekstual

melalui film pendek.

2. Meningkatan kemampuan kognitif fisika siswa melalui pembelajaran kontekstual melalui film pendek.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti :

commit to user 2. Bagi Guru

Memberikan pengalaman dan wawasan baru dalam proses pembelajaran konstektual melalui film pendek dan penelitian tindakan kelas.

3. Bagi Siswa

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan kognitif fisika siswa yang terlibat dalam kegiatan penelitian.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif bagi pengembangan sekolah, utamanya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Fisika

Fisika adalah bagian dari sains, di mana sains merupakan hasil serangkaian proses ilmiah yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Proses yang dimaksud meliputi penyelidikan, penyusunan, dan pengajuan gagasan-gagasan. Pelajaran sains (termasuk fisika) berkaitan dengan kegiatan mengumpulkan data, mengamati, mengukur, menghitung, menganalisis, mencari hubungan antara dua kejadian, dan menghubungkan konsep-konsep. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang konseptual untuk mempelajarinya, sebab sains berkaitan langsung dengan fakta-fakta, konsep-konsep, teori, prinsip, dan hukum alam. Sehingga kemampuan menalar sangat diperlukan untuk mempelajari sains (termasuk fisika).

Menurut Piaget, pengetahuan datang dari tindakan (Suparno, 2001). Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka. Sehingga dalam pembelajaran fisika, guru seharusnya hadir sebagai fasilitator bagi siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuannya. Karena belajar fisika akan menarik jika penyajiannya melibatkan siswa secara aktif baik dari segi mental maupun fisik dan bersifat nyata (kontekstual).

Pembelajaran fisika memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan penyelidikan secara sistematis, memahami konsep dan hubungan antar konsep berdasarkan fakta dalam kehidupan sehari-hari, serta mampu berkomunikasi dengan menggunakan terminologi dan penyajian ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran fisika memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mencari, mempertanyakan, dan mengeksplorasi pengetahuan.

commit to user

Untuk membangkitkan ketakjuban, antusiasme, dan keingintahuan siswa dalam belajar fisika, berbagai model pembelajaran dapat diterapkan. Adapun yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah sebuah rencana/pola yang mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran (buku, video, komputer, bahan dan alat praktikum). Model pembelajaran yang diterapkan dimaksudkan untuk membantu siswa menggali informasi, ide-ide, keterampilan, nilai-nilai, serta cara berpikir dan mengekspresikan diri mereka sendiri. Dengan demikian, hasil akhir yang terpenting dari pembelajaran adalah peningkatan kemampuan siswa untuk belajar lebih mudah dan efektif di masa depan, baik karena pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki maupun karena mereka telah menuntaskan proses-proses belajar.

2.Pendekatan dan Metode Pembelajaran Fisika a. Pendekatan Kontekstual

1) Latar Belakang Penggunaan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching

and Learning atau CTL)

Suatu pembelajaran akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Salah satu pembelajaran yang berorientasi hal tersebut adalah pembelajaran kontekstual. Di mana pengertian dari pembelajaran kontekstual tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Elaine Johnson (2002: 58) menyatakan CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siwa.

Wina Sanjaya (2008: 255) berpendapat, “Contextual Teaching and

Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menekankan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Ada tiga konsep dasar dalam pembelajaran kontekstual yaitu :

Pertama, CTL menekankan kepada proses peningkatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun strategi-strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual adalah CBSA, Pendekatan Proses, Life Skill Education, Authentic Instruction, Inquary Based Learning, Problem Based Learning, Cooperative

Learning dan Service Learning". Dalam hal ini pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual akan dijabarkan dengan metode diskusi dan tanya jawab. Diskusi merupakan penerapan pada komponen masyarakat belajar dan tanya jawab merupakan penjabaran dari komponen bertanya (question) pada pendekatan kontekstual.

Konsep kontekstual ditempatkan dari pemikiran abstrak ke konkret di dalam pembelajaran untuk membantu guru-guru menghubungkan isi mata pelajaran dengan situasi sebenarnya dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan serta penerapannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual diartikan pembelajaran penemuan, pembelajaran berdasarkan pengalaman, pendidikan dunia nyata, pembelajaran aktif, dan pembelajaran yang berdasarlkan instruksi untuk memepertunjukkan ide-ide yang sama. Pembelajaran kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa

commit to user

mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Di sini diartikan bahwa proses pembelajaran kontekstual diharapkan berjalan secara ilmiah dalam bentuk kegiatan siswa dan mengalami sendiri, sedangkan guru hanya mengarahkan dan layak mendengarkan apa yang disampaikan siswa-siswanya. Hasil pembelajaran kontekstual diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, sehingga dengan konteks itu siswa diharapkan mampu menggali makna sendiri atas suatu konsep dalam materi, sehingga apa yang terpikirkan lebih tahan lama di benak siswa dibandingkan dengan siswa yang hanya sekedar menghafal. 2)Komponen-Komponen Dalam Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu : a) Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses "mengkonstruksi" bukan "menerima" pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

b) Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Langkah – langkah kegiatan menemukan (inquiry), yaitu (1) merumuskan masalah, (2) mengamati atau observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lain, (4) merumuskan masalah, (5) mengamati atau observasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c) Bertanya (Questining)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Manfaat kegiatan bertanya bermanfaat dalam pembelajaran adalah: (1) mengecek pemahaman siswa, (2) membangkitkan respon pada siswa, (3) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (4) mengetahui hal–hal yang sudah diketahui siswa, (5) menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk "bertanya".

d) Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pemelajaran diperoleh dari kerjasam dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari

sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang

belum tahu, sehingga dalam pembelajaran kontekstual guru disarankan untuk melaksanakan dalam bentuk kelompok belajar. Masyarakat belajar biasa terjadi apabila ada proses komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar, informasi yang diperoleh dari teman berbicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

e) Permodelan (Modelling )

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung, sebaiknya ada model yang dapat ditiru. Model itu biasa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru memberi “model” tentang bagaimana cara belajar

Dalam pembelajaran kontekstual atau CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa ditunjuk untuk memberikan contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa "contoh" tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat

commit to user

menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

f) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajarinya atau berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterimanya, dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa: (1) rangkuman tentang apa yang dipelajarinya; (2) catatan atau jurnal di buku siswa; (3) kesan dan saran tentang pembelajaran hari itu; (4) diskusi; (5) hasil karya.

g) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang biasa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Kemajuan belajar siswa dalam penilaian yang sebenarnya adalah diambil dari proses, dan bukan melulu hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya. Adapun karakteristik authentic assessment adalah: (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (2) bisa digunakan untuk formatif dan sumatif; (3) mengukur keterampilan dan performansi yang dimiliki siswa, dan bukan hanya mengingat faktanya saja; (4) berkesinambungan; (5) terintegrasi; (6) dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back). 3)Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual jika menerapkan ke-tujuh komponen pembelajaran kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja. Bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar langkahnya adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; (2) Melaksanakan kegiatan inkuiri sejauh mungkin untuk semua topik; (3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (4) Menciptakan "masyarakat belajar" (belajar dalam kelompok); (5) Menghadirkan "model" sebagai contoh pembelajaran; (6) Melakukan refleksi di akhir pembelajaran; (7) Melakukan penilaian yang sebenarnya (Depdiknas, 2003: 10).

b. MetodeDiskusi

Metode diskusi adalah model pembelajaran dengan pembicaraan kelompok yang bersifat edukatif, reflektif, terstruktur dengan dan bersama siswa lain (Kindvatter, Wilen, Ishler, 1990: 278). Intinya adalah pembicaraan, di mana siswa dengan siswa mengadakan pembicaraan, saling tukar gagasan dan ide dengan yang lain; bahkan dapat juga saling bertukar perasaan.

Diskusi adalah pembicaraan yang bersifat edukatif, artinya demi tujuan tertentu sesuai dengan arah yang ingin dicapai. Dalam diskusi bukan hanya pembicaraan santai biasa tanpa tujuan, tapi ada persoalan yang akan dibicarakan bersama atau ingin dipecahkan bersama. Diskusi bersifat reflektif, artinya pembicaraan mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif tentang persoalan yang ada, sehingga akan keluar gagasan yang lebih mendalam dan rasional.

Diskusi juga bersifat terstruktur, artinya jalannya diskusi itu diatur, diarahkan oleh seorang pemimpin yang dapat berasal dari guru atau siswa itu sendiri. Sehingga diharapkan hasil diskusi akan mengarah pada topik atau tujuan yang hendak dicapai.

Diskusi dengan siswa-siswa lain adalah cara yang baik untuk mengungkapkan pengetahuan siswa (Farmer, 1985). Diskusi dengan teman lain tentang konsep yang baru saja dipelajari akan membuat mereka tertantang mengerti lebih dalam. Mereka saling mengungkapkan konsep dan gagasan mereka masing-masing, mendengarkan gagasan teman lain, memperdebatkannya secara argumentatif rasional gagsan mereka yang berbeda. Dari perdebatan itu mereka yang mempunyai gagsan tidak benar, dapat memperbaiki gagasannya dengan mengambil gagasan teman lain yang benar. Sedangkan kalau gagasan mereka

commit to user

sudah benar, mereka menjadi lebih yakin akan kebenaran gagsan itu. Dan yang diutamakan dalam diskusi adalah bahwa mereka dipacu untuk terlibat aktif dalam diskusi.

Menurut Gall (1990, dalam Kinsvatter dkk, hal 238) diskusi sangat berguna dan efektif dalam pembelajaran karena membantu siswa menguasai bahan, memecahkan persoalan, melatih siswa mengembangkan nilai moral seperti menghargai pendapat orang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi

3. Media Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak diterima secara optimal oleh siswa, atau siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar baik berupa film, televisi, gambar, atau slide yang disajikan dalam komputer.

Gerlach dan Ely (1971) dalam Azhar Arsyad (2007: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media. Secara khusus, media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Heinich, dkk (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Sementara itu, Gagne dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Dari uraian di atas, media sangat membantu dalam pembelajaran, terlebih bagi guru yang ingin melaksanakan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Maka guru dapat memanfaatkan media film pendek dan powerpoint dalam pembelajaran untuk meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran fisika. a. Film Pendek

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup ( Azhar Arsyad, 2007). Melalui film, suatu objek yang bergerak dapat ditampilkan bersamaan dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Menurut Azhar Arsyad (2007: 49), melalui media film kita dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, dan mempengaruhi sikap.

Film Pendek di sini didefinisikan sebagai video yang menceritakan sebuah fenomena atau gejala fisika yang berdurasi kurang dari 10 menit yang dapat disajikan dalam GOM Player dan Windows Media Classic. Film pendek ini dapat kita unduh dari berbagai situs diantaranya adalah www.youtube.com , www.metacafe.com, dengan memasukkan kata kunci yang relevan dengan tema atau materi yang ingin kita cari. Untuk software untuk memutar video atau film tersebut dapat juga diunduh di internet.

Keuntungan terbesar dari penggunaan media ini adalah kita dapat menampilkan atau menyajikan berbagai macam gejala dan fenomena fisika yang kerap terjadi di lingkungan sekitar kita yang sebenarnya erat hubungannya dengan materi fisika. Contohnya adalah ketika kita ingin menyajikan aplikasi hukum

commit to user

Archimedes dalam kehidupan sehari-hari maka kita dapat menyajikan film pendek tentang kapal laut, kapal layar, dan mungkin juga kapal selam.

Keuntungan lain dari penggunaan media ini adalah melalui media film pendek kita dapat menampilkan ilustrasi yang konkret tentang sebuah konsep dan aplikasi dari sebuah materi fisika yang sebelumnya kelihatan abstrak sehingga dari situ maka kemampuan anak didik dalam memahami sebuah fenomena fisika dapat lebih baik karena mereka dapat mengamati langsung penerapan sebuah konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan keterbatasan dari penggunaan media film pendek diantaranya adalah ketersediaan jumlah film atau video yang dapat diunduh di internet tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang dinginkan. Misalkan ada pun, film atau video tersebut merupakan produksi luar negeri sehingga timbul kesulitan dalam memahami maksud film tersebut karena bahasa yang digunakan bukan bahasa Indonesia.

b. Microsoft Powerpoint

Microsoft Powerpoint atau Microsoft Office Powerpoint adalah sebuah

program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran mereka, Microsoft Office, selain Microsoft Word, Excel,

Access dan beberapa program lainnya. Powerpoint berjalan di atas komputer PC

berbasis sistem operasi Microsoft Windows dan juga Apple Macintosh yang menggunakan sistem operasi Apple Mac OS, meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix. Aplikasi ini sangat banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan pebisnis, para pendidik, siswa, dan trainer. Dimulai pada versi MicrosoftOfficeSystem 2003, Microsoft mengganti nama dari sebelumnya Microsoft Powerpoint saja menjadi Microsoft Office Powerpoint. Versi terbaru dari powerpoint adalah versi 12 (Microsoft Office Powerpoint 2007), yang tergabung ke dalam paket MicrosoftOfficeSystem 2007.

Dalam powerpoint, seperti halnya perangkat lunak pengolah presentasi lainnya, objek teks, grafik, video, suara, dan objek-objek lainnya diposisikan dalam beberapa halaman individual yang disebut dengan "slide". Istilah slide

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dalam powerpoint ini memiliki analogi yang sama dengan slide dalam proyektor biasa, yang telah kuno, akibat munculnya perangkat lunak komputer yang mampu mengolah presentasi semacam powerpoint dan Impress. Setiap slide dapat dicetak atau ditampilkan dalam layar dan dapat dinavigasikan melalui perintah dari si presenter. Slide juga dapat membentuk dasar webcast (sebuah siaran di World

Wide Web).

(www.wikipedia.com/wiki_microsoft_Powerpoint)

Dokumen terkait