• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

H. Media

Media perbenihan adalah media nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan bakteri di dalam skala laboratorium. Beberapa bakteri dapat tumbuh dengan baik pada setiap media perbenihan, sedangkan beberapa bakteri membutuhkan media khusus. Media perbenihan harus dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam media perbenihan disebut biakan bakteri (Radji, 2010).

Media perbenihan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan dibiakkan seperti sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor dan faktor pertumbuhan organik lainnya.

2. Kelembapan harus cukup, pH sesuai dan kadar oksigen yang cukup baik. 3. Media perbenihan harus steril dan tidak mengandung mikroorganisme lain

serta diinkubasi pada suhu tertentu (Radji, 2010).

Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembang biakan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain misalnya untuk isolasi, seleksi, evaluasi dan diferensiasi biakan (Jutono, 1972). Penggunaan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembang biakan mikroba banyak dilakukan dan dipergunakan, sehingga masing-masing media mempunyai sifat (spesifikasi) tersendiri sesuai dengan tujuannya. Berdasarkan sifat-sifatnya, media dibedakan menjadi :

a. Media umum : suatu media yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bermacam-macam mikroba.

b. Media pengkaya : suatu media yang dipergunakan dengan maksud “memberikan kesempatan” terhadap suatu jenis/kelompok mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari jenis/kelompok lainnya yang berada di dalam satu bahan.

c. Media selektif : media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba tertentu dan mungkin dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan jenis-jenis mikroba lain yang tidak diharapkan.

d. Media diferensial : media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba tertentu serta dapat digunakan untuk membedakan/menentukan sifat-sifatnya. Contohnya yaitu Media agar-darah (blood agar) yang digunakan untuk membedakan bakteri hemolitik dengan bakteri nonhemolitik.

e. Media penguji : media yang digunakan untuk pengujian senyawa atau benda tertentu dengan bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin, asam amino, antibiotika dan sebagainya.

f. Media perhitungan : media yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu bahan. Media ini dapat berbentuk media umum, media selektif, media diferensial maupun media penguji (Suriawiria, 1986).

Media yang digunakan untuk pengujian ALT adalah Plate Count Agar (PCA). Komposisi PCA dapat bervariasi, tetapi biasanya mengandung : 0,5% trypton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5% agar-agar. PCA mengandung glukosa dan ekstrak ragi yang digunakan untuk menumbuhkan semua jenis bakteri dan mengandung nutrisi yang disediakan oleh trypton, vitamin dari ekstrak ragi, dan glukosa yang digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sehingga mendukung pertumbuhan dari bakteri. PCA bukan merupakan media selektif karena media ini tidak hanya ditumbuhi oleh satu jenis mikroorganisme tertentu (Ryan, 2003). Untuk

identifikasi bakteri E. coli digunakan media pengkaya Escherichia coli broth (ECB) dan media diferensial berbentuk padat yaitu Tryptone Bile X-Glucoronide (TBX). Media TBX dapat digunakan untuk mengadakan isolasi serta mendeteksi Enterobacteriaceae dan campuran spesies-spesies bakteri yang berbentuk batang coliform (Tarigan, 1988).

I. Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses yang dilakukan dengan tujuan mematikan atau menghilangkan semua mikroorganisme dalam suatu bahan atau peralatan yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang akan menggangu/merusak media maupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia dan penyaringan (filtrasi) (Hadioetomo, 1985).

Sterilisasi dengan menggunakan panas merupakan cara termudah untuk mensterilkan bahan dengan syarat bahwa bahan yang akan disterilkan tahan terhadap pemanasan. Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah. Apabila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang

tidak begitu tinggi karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121oC. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain media biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang akan dibuang, media tercemar dan bahan-bahan dari karet. Apabila dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. Sterilisasi panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak menjadi rusak, menyala, hangus atau menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain bahan pecah belah seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, botol sampel, dan peralatan seperti jarum suntik serta bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin dan bahan-bahan berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven (Radji, 2010).

Sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas, cairan pembunuh kuman atau radiasi. Bahan-bahan yang menjadi rusak apabila disterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari plastik) dapat disterilkan secara kimiawi. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas antara lain etilen oksida, asam perasetat, formaldehid dan glutaraldehid alkalin. Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung dari bahan kimia yang digunakan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan mengenai sterilisasi gas yaitu :

1. Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk menghilangkan semua sisa bahan kimia yang digunakan.

2. Daya bakar bahan kimia yang bersangkutan 3. Persyaratan peralatan dan biaya pelaksanaan

Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gama. Sinar ultraviolet juga dapat digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya tembusnya lemah. Penggunaan sterilisasi dengan radiasi sangat terbatas karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya yang tinggi (Hadioetomo, 1985).

Proses sterilisasi lain yang dilakukan pada suhu kamar adalah sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi). Sterilisasi ini digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutan-larutan yang sangat peka terhadap panas atau relatif tidak tahan terhadap pemanasan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melewatkan pada saringan dengan ukuran pori yang kecil sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini yaitu serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, media sintetik tertentu dan antibiotika (Cappucino, 2008).

Dokumen terkait