• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanimse Diversi Dalam Penanganan Perkara ABH

KONSEKUENSI HUKUM PENYELESAIAN GANTI RUGI TERHADAP PERKARA ABH SECARA DIVERSI DALAM PRAKTEK

A. Mekanimse Diversi Dalam Penanganan Perkara ABH

Kewajiban untuk melaksanakan diversi tidak boleh hanya diserahkan kepada masing-masing pihak korban dan pelaku saja, bersedia atau tidak. Polisi, jaksa, hakim, wajib mengupayakan diversi meskipun pelaku atau korban tidak bersedia dilakukan diversi. UUSPPA menentukan kewajiban tersebut menimbulkan pelanggaran bagi penyidik, penuntut umum, dan hakim jika mereka tidak melaksanakan diversi tersebut. Undang-undang jelas menentukan sanksi hukum bagi penyidik, penuntut umum, dan hakim jika tidak melaksanakan diversi.

Pembahasan dalam sub bab ini menjelaskan mengenai mekanisme diversi ABH adalah anak yang berkonflik dengan hukum (AKH). Upaya diversi adalah wajib pada setiap tingkat pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UUSPPA dan lebih lanjut diatur dalam Pasal 7 ayat (2) UUSPPA yang menentukan diversi dilakukan dalam hal tindak pidana dilakukan anak yang diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana.

Tindak pidana yang dilakukan ABH/AKH yang diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun tidak bisa dilaksanakan penyelesaiannya dengan cara diversi. Hal ini dimaksudkan bahwa perbuatan tersebut sudah terkategori sebagai

82

perbuatan kejahatan anak yang harus diroses secara hukum sebagaimana bisa dalam sistim peradilan pidana anak untuk memperoleh putusan hakim pengadilan.

Demikian halnya untuk perbuatan pidana yang berulang (residivis) tidak bisa dilakukan penyelesaian dengan cara diversi. Residivis sebagai perbuatan yang dilakukan berulang dimana anak melakukan perbuatan pidana yang berulang, bisa mengulangi perbuatan pidana yang sama atau mengulangi perbuatan pidana yang berbeda dengan sebelumnya. Misalnya anak melakukan perbuatan pencurian dan telah dijatuhkan putusan, kemudian setelah selesai menjalani masa pidananya anak tersebut kemudian melakukan perbuatan pidana yang berbeda sebelumnya yaitu tindak pidana pembunuhan. Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) UUSPPA perbuatan yang demikian ini tidak bisa diselesaikan dengan cara diversi.

Skema 1

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum (ABH)

Sumber: Pasal 1 angka 2, 3, 4, 5 UUSPPA

Anak yang berkonflik dengan hukum (AKH) adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. (Pasal 1 angka 3 UUSPPA).

A B H

Anak yang menjadi saksi tindak pidana (anak saksi) adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri. (Pasal 1 angka 4 UUSPPA).

Anak yang menjadi korban tindak pidana (anak korban) adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. (Pasal 1 angka 4 UUSPPA).

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistim Peradilan Pidana Anak (UUSPPA) menentukan tiga kategori ABH dalam Pasal 1 angka 2 UUSPPA meliputi anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan hukum (AKH) adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.158

Anak yang menjadi korban tindak pidana (anak korban) adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.159 Anak yang menjadi saksi tindak pidana (anak saksi) adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.160

Bilamana terjadi suatu tindak pidana yang melibatkan anak, baik pelaku maupun sebagai korban, maka perlu memperhatikan batasan usia anak tersebut dengan maksud untuk diupayakan diversi. Syarat batas usia anak yang perlu diperhatikan untuk dilakukan diversi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun. Pertama kali tindakan yang dilakukan terhadap tindak pidana yang melibatkan anak tersebut adalah melakukan penyidikan berdasarkan KUHAP dan

158 Pasal 1 angka 3 UUSPPA.

159 Pasal 1 angka 4 UUSPPA.

160 Pasal 1 angka 5 UUSPPA.

ketentuan hukum acara khusus dalam perundang-undangan yang berlaku untuk anak (sistim peradilan pidana anak).

Penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap ABH/AKH, wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan. Penyidik jika menganggap perlu, dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, PSP atau TKS, dan tenaga ahli lainnya. Dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap anak korban dan anak saksi, penyidik wajib meminta laporan sosial dari PPSP atau TKS setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan.161

Hasil Penelitian Kemasyarakatan wajib diserahkan oleh Bapas kepada penyidik dalam waktu paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam setelah permintaan penyidik diterima.162 Hal ini mengingat bahwa waktu penyidik wajib mengupayakan diversi adalah dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyidikan dimulai. Selanjutnya dapat dilakukan proses diversi paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya diversi.

Pasal 29 UUSPPA, menentukan:

1. Penyidik wajib mengupayakan diversi dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyidikan dimulai.

161 Pasal 27 UUSPPA, menentukan:

(1) Penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap perkara anak, penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan.

(2) Penyidik jika menganggap perlu, dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan tenaga ahli lainnya.

(3) Dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap Anak Korban dan Anak Saksi, Penyidik wajib meminta laporan sosial dari Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan.

162 Pasal 28 UUSPPA.

2. Proses diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya diversi.

3. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, penyidik menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan.

4. Dalam hal diversi gagal, penyidik wajib melanjutkan penyidikan dan melimpahkan perkara ke penuntut umum dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan.

Pasal 42 UUSPPA, menentukan:

1. Penuntut umum wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima berkas perkara dari penyidik.

2. Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari.

3. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, penuntut umum menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan.

4. Dalam hal diversi gagal, penuntut umum wajib menyampaikan berita acara diversi dan melimpahkan perkara ke pengadilan dengan melampirkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan.

Hasil kesepakatan diversi yang dilaksanakan di tingkat penyidik dan penuntut umum sama-sama diserahkan kepada ketua pengadilan negeri setempat untuk dibuat surat penetapan. Diversi semacam ini dialihkan dari proses sidang peradilan pidana formal ke proses di luar sidang formal yakni melalui penyidik atau penuntut umum saat dilakukan penyidikan atau penuntutan. Akan tetapi ada juga diversi yang dilaksanakan oleh hakim pengadilan.

Meskipun hakim pengadilan diwajibkan untuk melaksanakan diversi, tetapi prosesnya tetap dialihkan dari proses peradilan pidana formal ke proses non formal dengan bantuan hakim yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri. Apabila diversi berhasil dilakukan oleh hakim, maka berita acara diversi beserta kesepakatan disampaikan kepada ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan. Semua berita

acara dan kesepakatan diversi, baik di tingkat penyidik, penuntut umum, maupun hakim, tetap dibuatkan surat penetapan, bukan berupa putusan.

Skema 2

Alur Diversi ABH Secara Umum

Sumber: PKPA Kota Medan

Banyak pihak yang harus terlibat mulai dari awal pelaksanaan diversi ABH/AKH hingga pelaksanaan hasil penetapan diversi. Berdasarkan UUSPPA mereka yang terlibat tersebut adalah:

1. Penyidik (polisi), penuntut umum (jaksa), pengadilan (hakim).

2. Pembimbing Kemasyarakatan (PK).

3. Pekerja Sosial Profesional (PSP).

4. Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS).

5. Keluarga/Wali/Pendamping.

6. Advokat/penasehat hukum.

7. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).

8. Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS).

9. Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS).

10. Balai Pemasyarakatan (Bapas).

Pembimbing Kemasyarakatan (PK) adalah pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana.163 Pekerja Sosial Profesional (PSP) adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta, yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial serta kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial anak.164

Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS) adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta, yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial anak.165 Keluarga adalah orang tua yang terdiri atas ayah, ibu, dan/atau anggota keluarga lain yang dipercaya oleh anak. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak. Pendamping adalah orang yang dipercaya oleh Anak untuk mendampinginya selama proses peradilan pidana berlangsung.166

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) adalah lembaga atau tempat anak menjalani masa pidananya.167 Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) adalah

163 Pasal 1 angka 13 UUSPPA.

164 Pasal 1 angka 14 UUSPPA.

165 Pasal 1 angka 15 UUSPPA.

166 Pasal 1 angka 16, 17, dan 18 UUSPPA.

167 Pasal 1 angka 20 UUSPPA.

tempat sementara bagi anak selama proses peradilan berlangsung.168 Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) adalah lembaga atau tempat pelayanan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi anak.169 Balai Pemasyarakatan (Bapas) adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan.170

Berdasarkan Pasal 18 UUSPPA, dalam hal menangani perkara ABH/AKH, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak dan mengusahakan suasana kekeluargaan tetap terpelihara. Kemudian dalam Pasal 22 UUSPPA ditentukan bahwa Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan, Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan petugas lain dalam memeriksa perkara ABH/AKH tidak memakai toga atau atribut kedinasan.

168 Pasal 1 angka 21 UUSPPA.

169 Pasal 1 angka 22 UUSPPA.

170 Pasal 1 angka 24 UUSPPA.

Skema 3

Alur Diversi Dalam Sistim Peradilan Pidana Anak

Sumber: PKPA Kota Medan

Diversi dilaksanakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat. Polisi, jaksa, atau hakim wajib melaksanakan diversi sesuai ketentuan perundang-undangan dan bertindak sebagai fasilitator dalam diversi. Musyawarah yang dilaksanakan melibatkan peran serta tokoh-tokoh seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda yang memegang peranan sangat penting dalam

LPAS/LPKS

polisi jaksa hakim

ABH/

AKH

penetapan pengadilan a. perdamaian dengan / tanpa ganti rugi b. kembali ke orang tua

c. pendidikan & pelatihan d. pelayanan masyarakat

surat perintah penghentian penyidikan diversi dengan keadilan restoratif, hadir:

anak & orang tua, advokat, PK, PSP &

masyarakat

menentukan dan mempengaruhi keputusan dalam musyawarah dan kesepakatan dalam diversi tidak terlepas dari peran masing-masing yang diundang.171

Banyak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan diversi mulai dari sejak pra-penyidikan, pra-penyidikan, awal pelaksanaan diversi ABH/AKH hingga pelaksanaan hasil penetapan diversi. Pada tahap pra-penyidikan, mereka yang terlibat adalah para tokoh agama, guru, tokoh masyarakat, pendamping, keluarga, atau wali. Pada tahap penyidikan, mereka yang terlibat adalah penyidik Kepolisian, Bapas, dan PSP. Pada tahap penuntutan melibatkan penuntut umum, Bapas, dan PSP. Pada tahap pemeriksaan di pengadilan oleh hakim, juga melibatkan Bapas, dan PSP. Pada saat pra dan pasca putusan pengadilan turut di dalamnya LPKA, LPKS, dan pemerintah daerah.172

Pelaksanaan diversi diwajibkan di tingkat kepolisian selama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya diversi. Jika pelaku maupun keluarganya dan korban maupun keluarganya setuju maka proses diversi selesai dan kesepakatan diversi dapat dicapai.

Ini berarti proses diversi yang berhasil ini dapat menghentikan kegiatan penyidikan untuk segera dikeluarkan surat perintah penghentian penyidikan dan penetapan pengadilan. Akan tetapi jika proses diversi di tingkat kepolisian tidak tercapai kesepakatan, maka proses penyidikan dilanjutkan dan berkas perkara (berita acara dan hasil diversi) diserahkan kepada kejaksaan negeri.

171 Marsudin Nainggolan, Gabriellah Angelina Gultom, Rosmalinda, Azmiati Zuliah, Saiful Azwar, Rafdial, & Faridawaty Nasution, Op. cit., hal. 12.

172 Ibid., hal. 13.

Penuntut umum pada kejaksaan negeri wajib melaksanakan diversi apabila telah gagal di tingkat kepolisian. Tenggang waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.

Jika diversi oleh penuntut umum berhasil, maka proses diversi selesai dan kesepakatan diversi dapat dicapai. Ini berarti proses diversi yang berhasil tersebut dapat menghentikan kegiatan penuntutan untuk segera dikeluarkan surat perintah penghentian penuntutan dan penetapan pengadilan. Akan tetapi jika proses diversi di tingkat kejaksaan tidak tercapai kesepakatan, maka proses penuntutan dilanjutkan dan berkas (berita acara dan hasil diversi di kejaksaan) wajib diserahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri.

Pasal 52 UUSPPA, menentukan:

1. Ketua pengadilan wajib menetapkan hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara anak paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima berkas perkara dari penuntut umum.

2. Hakim wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri sebagai Hakim.

3. Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari.

4. Proses diversi dapat dilaksanakan di ruang mediasi pengadilan negeri.

5. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, hakim menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan.

6. Dalam hal diversi tidak berhasil dilaksanakan, perkara dilanjutkan ke tahap persidangan.

Hakim pengadilan negeri juga wajib melaksanakan diversi tersebut selama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri. Jika diversi tercapai maka proses diversi selesai dan dikeluarkan surat penetapan oleh hakim. Akan tetapi jika proses diversi di pengadilan negeri tidak tercapai kesepakatan, maka proses dilanjutkan untuk pemeriksaan sidang pengadilan dan penjatuhan putusan pengadilan.

ABH/AKH disidangkan dalam ruang sidang mediasi khusus untuk anak.

ruang tunggu sidang anak dipisahkan dari ruang tunggu sidang orang dewasa. waktu sidang anak didahulukan dari waktu sidang orang dewasa. 173 Hakim memeriksa perkara anak dalam sidang yang dinyatakan tertutup untuk umum, kecuali pembacaan putusan.174

Hakim wajib memerintahkan orang tua/wali atau pendamping, Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan Pembimbing Kemasyarakatan untuk mendampingi anak. Jiak tidak dapat hadir, sidang tetap dilanjutkan dengan didampingi advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya dan/atau pembimbing kemasyarakatan. Jika syarat ini tidak dipenuhi maka sidang anak batal demi hukum.175

Sidang anak dilanjutkan setelah anak diberitahukan mengenai keterangan yang telah diberikan oleh anak korban dan/atau anak saksi pada saat anak berada di luar ruang sidang pengadilan.176 Semua pihak yang diundang yang tergabung dalam gugus tugas wajib diberikan kesempatan untuk menyampikan pendapat dan masukan serta hasil penelitian kemasyarakatan terhadap permasalahan ABH/AKH yang sedang disidangkan dalam proses diversi.

173 Pasal 53 UUSPPA.

174 Pasal 54 UUSPPA.

175 Pasal 55 UUSPPA.

176 Pasal 59 UUSPPA.

Skema 4

Alur Diversi di Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan

Sumber: PKPA Kota Medan

Penyidik wajib mengupayakan diversi dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyidikan dimulai. Proses diversi ini dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya diversi.177 Penyidik kepolisian ketika melakukan penanganan perkara ABH/AKH dengan cara diversi wajib mengundang pihak-pihak terkait untuk hadir. Polisi, jaksa, hakim, bertindak sebagai fasilitator diversi. Selain pelaku/keluarganya dan korban/keluarganya, mereka yang harus diundang antara lain pekerja sosial, tenaga kesejahteraan sosial, perwakilan masyarakat, pemerintah, tokoh-tokoh, guru, advokat atau pendamping anak, dan sebagainya sesuai UUSPPA.178

Penyidik kepolisian sebagai bagian dari gugus tugas pelaksanaan diversi ketika melakukan penananganan perkara ABH/AKH wajib mengundang pihak-pihak terkait untuk hadir dalam pelaksanaan diversi dan menembuskan atau mengirimkan undangan melalui surat ke-1 kepada semua gugus tugas diversi. Apabila ada gugus tugas yang tidak menanggapi maka penyidik melanjutkan undangan melalui surat ke-2 dengan tujuan untuk memperoleh bantuan, saran, dan masukan dari berbagai gugus tugas tersebut.179

Pelaksanaan diversi di tingkat penyidik apabila berhasil maka gugus tugas akan melakukan koordinasi untuk memastikan penetapan dari pengadilan negeri.

Selama proses diversi di kepolisian maka ABH/AKH harus dititipkan di LPAS/LPKS

177 Pasal 29 UUSPPA.

178 Marsudin Nainggolan, Gabriellah Angelina Gultom, Rosmalinda, Azmiati Zuliah, Saiful Azwar, Rafdial, & Faridawaty Nasution, Op. cit., hal. 20.

179 Ibid.

atau koordinasi penyidik dan gugus tugas. Pelaksanaan diversi jika tidak mencapai kesepakatan di tingkat penyidik maka penuntut umum harus mengundang kembali pihak-pihak terkait sama halnya saat diversi dilakukan di tingkat penyidik dan ABH/AKH tetap dititipkan di LPAS/LPKS atau koordinasi jaksa dan gugus tugas.

Diversi jika gagal maka penyidik wajib melanjutkan penyidikan dan melimpahkan perkara ke penuntut umum dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan. Penuntut umum wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima berkas perkara dari penyidik. Diversi di tingkat kejaksaan dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari.180

Diversi di tingkat kejaksaan wajib kembali mengundang pihak-pihak terkait sebagaimana di tingkat penyidikan. Proses diversi di kejaksaan jika mencapai kesepakatan maka gugus tugas diversi akan melakukan monitoring pelaksanaan diversi dan pelaksanaan tanggung jawab anak atas tindakan yang telah dilakukan serta memastikan penetapan pengadilan negeri atas pelaksanaan diversi tersebut.181

Diversi jika gagal di kejaksaan maka penuntut umum wajib melimpahkan perkara ke pengadilan dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan. Hakim wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri sebagai hakim. Diversi di pengadilan negeri dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari.182 Hakim pengadilan sebagai bagian gugus tugas kembali mengundang pihak-pihak terkait sama halnya di

180 Pasal 42 UUSPPA.

181 Marsudin Nainggolan, Gabriellah Angelina Gultom, Rosmalinda, Azmiati Zuliah, Saiful Azwar, Rafdial, & Faridawaty Nasution, Loc. cit.

182 Pasal 52 UUSPPA.

tingkat kepolisian dan kejaksaan, baik melalui undangan 1 maupun undangan ke-2. Selama proses diversi, ABH/AKH tetap dititipkan di LPAS/LPKS atau koordinasi hakim dan gugus tugas.

Diversi di pengadilan jika berhasil mencapai kesepakatan, hakim menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan. Gugus tugas diversi akan melakukan monitoring pelaksanaan diversi dan tanggung jawab anak atas tindakannya dan memastikan penetapan pengadilan negeri atas pelaksanaan diversi.

Diversi jika tidak tercapai kesepakatan di pengadilan maka masuk ke proses peradilan pidana anak. Bagi anak yang berumur < 14 tahun maka anak ditempatkan di LPKS dan koordinasi dengan gugus tugas, jaksa dan hakim. Anak yang berumur ≥ 14 tahun ditempatkan di LPKA sebagai gugus tugas dan melakukan monitoring untuk pemenuhan hak-hak anak tersebut selama di LPKA.183

Berikut ini dideskripsikan mekanisme alur diversi di tingkat kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.

183 Marsudin Nainggolan, Gabriellah Angelina Gultom, Rosmalinda, Azmiati Zuliah, Saiful Azwar, Rafdial, & Faridawaty Nasution, Loc. cit.

Skema 5

Alur Diversi di Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan

Sumber: PKPA Kota Medan

Mengundang pihak-pihak terkait (orang tua / pendamping BAPAS, pekerja sosial), tembusan

surat pada undangan ke-1, undangan ke-2 merupakan permohonan bantuan.