• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Mekanisme ETRAT 1240 Menyerap ke dalam Batang Pohon

Pelukaan pada pohon agathis merangsang keluarnya getah karena ini merupakan respon dari pohon bila ada bagian pohon yang terluka atau terinfeksi. Letak saluran getah antara pohon pinus dan pohon agathis berbeda. Menurut Salverda (1937) dalam Manuputty (1995), saluran-saluran getah pada agathis terdapat dalam kulit bagian dalam, berjalan tangensial antara kambium dan kambium gabus. Jika ditampang, kulit bagian dalam agathis terlihat saluran- saluran damar yang lebar dan terang. Jalannya saluran-saluran damar membujur tetapi hubungan melintang dalam lapisan-lapisan tangensial juga terdapat. Lapisan masing-masing tidak berhubungan satu sama lain. Jika dilukai, tentu terdapat aliran yang keras oleh karena banyak saluran damar yang terpotong.

Jumlah saluran kopal yang berada dalam kulit yang masih hidup itu, semakin ke dalam semakin bertambah. Jika suatu luka dibuat pada kulit dalam, maka sesudah beberapa detik, kopal mengalir keluar dari saluran-saluran dan merupakan titik-titik pada permukaan luka itu. Jika kopal mulai mengeras, saluran damar itu menjadi tersumbat dan luka itu harus diperbaharui setelah kopal diambil.

Pada perlakuan A atau kontrol, kopal yang dihasilkan sangat sedikit yaitu 3,31 gram/quarre/hari dan kondisi bidang sadapnya sangat kering sehingga ketika dipanen, kopalnya sudah mengeras. Jika kopal mulai mengeras, saluran kopal akan tersumbat. Pengerasan ini disebabkan hubungan dengan udara luar. Kopal tidak akan berhenti mengalir apabila kecepatan turun kopal lebih besar atau sama dengan kecepatan kopal keluar dari permukaan luka sadapan, apabila kecepatan turun kopal tidak secepat keluarnya kopal maka semakin lambat dan akhirnya menyumbat saluran kopal.

Pada perlakuan C atau penyemprotan pada luka sadapan mempunyai produktivitas yang paling tinggi. Hal ini disebabkan, saat dilakukan penyemprotan ETRAT 1240 tidak semuanya mengenai luka sadapan, namun otomatis mengenai bagian kayu juga. Asam sitrat yang terdapat di dalam ETRAT 1240 bekerja di luka sadapan untuk membuka saluran getah sehingga getah dapat keluar dengan lancar. Sedangkan ETRAT 1240 masuk ke dalam jaringan kayu secara difusi. Kayu batang agathis mempunyai pH lebih dari 4 sedangkan ethylene mempunyai pH kurang dari 3, keadaan ini memungkinkan ethylene eksogen berubah dari cair menjadi gas sehingga dapat merangsang aktifnya ethylene endogen. Ethylene endogen dan ethylene eksogen akan bersama-sama mempengaruhi pohon untuk melakukan metabolisme sekunder sehingga terbentuklah getah. Selanjutnya getah masuk ke dalam saluran resin.

Jadi bila ETRAT 1240 disemprotkan pada luka sadapan, maka fungsi dari asam sitrat dan ethylene dapat bekerja dengan baik. Menurut Santosa (2006), ZPT mempengaruhi proses metabolisme sekunder di dalam pohon untuk memproduksi getah lebih banyak. Sedangkan asam organik mempengaruhi tekanan turgor dinding sel sehingga getah keluar dari saluran getah dengan lebih mudah dan lancar.

Menurut Frank & Cleon (1995), ethylene yang terdapat pada pohon merupakan hormon stres sebab diproduksi dalam jumlah jauh lebih besar saat tumbuhan mengalami berbagai keadaan rawan. Sedangkan menurut Winarno (2002) mengatakan bahwa asam sitrat bersifat sebagai chelating agent (komponen penghambat) yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat diperlukan sebagai katalisator (senyawa yang membantu mempercepat suatu reaksi) dalam reaksi-reaksi biologis. Karena itu reaksi biologis dapat dihambat dengan penambahan asam sitrat, dimana asam sitrat dapat berperan seperti asam sulfat yaitu mampu menghambat getah untuk membentuk rantai siklik dan tetap dalam bentuk aldehida sehingga getah tetap encer. Hal inilah yang menyebabkan pada pemukaan bidang koakan perlakuan C selalu lengket karena getah terus menerus mengalir.

Pada perlakuan B atau penyemprotan pada kayu atau bidang sadapan dihasilkan kopal sebesar 5,49 gram/quarre/hari. Ethylene dapat menyerap dengan

baik ke dalam jaringan kayu sehingga getah yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan perlakuan C. Namun asam sitrat hanya sedikit mengenai luka sadapan dan hanya mengenai bagian sisi kiri dan kanan koakan saja. Selain itu luka yang berada di pinggir koakan tidak pernah diperbaharui sehingga banyak saluran getah yang sudah tertutup sehingga asam sitrat tidak dapat menyerap dengan baik. Pada perlakuan ini hanya ethylene yang dapat berfungsi dengan baik. Ini yang menyebabkan getahnya lebih sedikit dari perlakuan C.

a. Perlakuan A c. Perlakuan C

b. Perlakuan B d. Perlakuan D

Gambar 9 Kondisi setiap koakan. Ket Perlakuan A: Kontrol, Perlakuan B: penyemprotan pada kayu, Perlakuan C: penyemprotan pada luka sadapan, Perlakuan D: penyemprotan pada kulit.

Pada perlakuan D atau penyemprotan pada kulit dihasilkan kopal sebesar 4,38 gram/quarre/hari. Pembuatan bagian yang disemprot ETRAT 1240 berada di atas bidang koakan dengan cara mengikis bagian kulit sampai terlihat kulit bagian dalam. Hal ini dilakukan karena diduga ETRAT 1240 akan bekerja secara maksimal bila langsung disemprotkan pada penampang kulit yang telah dikikis karena kulit agathis bagian dalam mengandung banyak saluran getah. Namun ternyata kerja ethylene tidak akan terbentuk bila hanya di kulit karena sulit untuk menyerap ke dalam kayu. Sedangkan fungsi asam sitrat juga tidak bekerja karena adanya jarak antara penyemprotan dengan luka sadapan. Inilah yang menyebabkan produktivitas perlakuan D mendekati kontrol.

Menurut Soenarno dan Idris (1987), produksi kopal dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain: iklim mikro di sekitar lokasi penelitian, unsur hara yang terkandung di dalam tanah dan kerapatan tegakan. Semakin tinggi kerapatan tegakan maka intensitas cahaya matahari sebagai sumber energi dalam fotosintesis lebih rendah, sehingga kopal yang dihasilkan lebih kecil bila dibandingkan kerapatan tegakan yang mempunyai jumlah pohon yang optimal persatuan luas. Kerapatan tegakan di lokasi penelitian yaitu 1.150 pohon/Ha.

Sedangkan faktor internal yang berpengaruh pada produktivitas getah adalah besarnya diameter pohon dan tajuk pohon. Setiap pohon contoh memiliki diameter yang berbeda-beda, kisarannya yaitu 42-78 cm. Diameter pohon yang lebih besar pasti memiliki kulit yang lebih besar sehingga kemampuan menghasilkan getah menjadi besar pula. Menurut Doan dalam Azis (2010) pohon yang memiliki ukuran tajuk lebat dan lebar merupakan pohon yang menghasilkan getah banyak. Hal ini dikarenakan pohon mampu berfotosintesis lebih baik sehingga laju metabolismenya pun berjalan dengan baik.

Dalam satu pohon dibuat empat koakan untuk empat perlakuan yang berbeda. Hal ini dikarenakan keragaman genetis dalam satu pohon lebih sedikit dibandingkan keragaman antar pohon. Keragaman genetis dalam satu pohon dibuktikan dengan arah pertumbuhan batang yang berbeda-beda, tergantung dari aktivitas sel tumbuh yang bekerja menutup pelukaan. Saluran traumatis akan lebih mengarah pada sumber rangsangan yang sinyalnya lebih kuat sehingga aktivitas tumbuh pun menjadi lebih besar. Sedangkan pemutaran arah mata angin berfungsi

untuk memberikan kesempatan yang sama untuk setiap perlakuan sehingga tidak hanya ke satu arah saja.

Untuk mengetahui pengaruh berbagai cara pemberian ETRAT 1240 terhadap produktivitas penyadapan kopal maka dilakukan pengolahan statistik terhadap data hasil pengukuran. Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan bahwa berbagai cara pemberian etrat memberikan pengaruh nyata terhadap rata- rata produktivitas kopal yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 15,569 lebih besar dari pada F tabel pada tingkat nyata 5% yaitu sebesar 2,77. Analisis ragam pengaruh cara pemberian ETRAT 1240 terhadap produktivitas penyadapan kopal dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Analisis ragam pengaruh cara pemberian ETRAT 1240 terhadap produktivitas penyadapan kopal selama 15 kali panen

Sumber keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah Fhitung F0,05 P-value

Perlakuan 3 60,669 20.223 *15,569 2,77 <0,0001 Sisa 56 72,738 1.229 Total 59 133,407 *Nyata = Fhitung > F0,05

Oleh karena cara pemberian ETRAT 1240 yang berbeda berpengaruh nyata terhadap produktivitas kopal, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh cara pemberian ETRAT 1240 terhadap produktivitas penyadapan kopal dilihat dari perlakuan yang berbeda

Perlakuan N Produktivitas rata-rata

(g/quarre/hari)

Subset for alpha = 0.05

Kontrol 15 3.3093 a

Kulit 15 4.3853 b

Kayu 15 5.4853 c

Luka Sadapan 15 5.8887 c

Keterangan : Huruf yang sama artinya perlakuan yang dilakukan mempunyai pengaruh yang tidak berbeda terhadap produksi kopal, sedangkan huruf yang berbeda artinya perlakuan cara pemberian etrat mempunyai pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi

kopal pada taraf α = 5%.

Hasil uji Duncan membandingkan pengaruh antar perlakuan dilihat dari produktivitas rata-ratanya. Pada Tabel 6, huruf yang sama pada hasil uji Duncan

artinya cara pemberiannya mempunyai pengaruh yang tidak berbeda terhadap produktivitas kopal, yaitu perlakuan penyemprotan pada kayu (c) dan penyemprotan pada luka sadapan (c). Pada huruf yang berbeda seperti kontrol (a) dan penyemprotan pada kulit (b) artinya bahwa pengaruh cara pemberian keduanya memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap produktivitas kopal.

Penyemprotan ETRAT 1240 pada luka sadapan dan pada kayu menghasilkan produktivitas yang tidak jauh berbeda dan masing-masing bisa diterapkan. Namun produktivitas rata-rata kopal yang paling tinggi adalah penyemprotan pada luka sadapan yaitu 5,89 g/quarre/hari dengan persentase peningkatan getah sebesar 177,95%. Dengan mempertimbangkan dari produktivitas yang dihasilkan dan dari segi kemudahan dan kebiasaan para penyadap di Hutan Pendidikan Gunung Walat, maka penyemprotan ETRAT 1240 yang paling baik harus disemprotkan pada luka sadapan.

6.1 Kesimpulan

1. Penggunaan ETRAT 1240 yang mempunyai komposisi stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dapat meningkatkan produktivitas penyadapan kopal.

2. Cara pemberian ETRAT 1240 pada luka sadapan menghasilkan produktivitas penyadapan kopal paling tinggi yaitu sebesar 5,89 g/quarre/hari dan paling rendah adalah kontrol (tanpa stimulansia) sebesar 3,31 g/quarre/hari. Persentase peningkatan kopal sebesar 177,95% dibandingkan dengan kontrol. Penyemprotan ETRAT 1240 pada luka sadapan memberikan hasil yang optimal dan sangat sesuai dari segi kemudahan para penyadap di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

6.2. Saran

1. Dalam melakukan penyadapan kopal, pihak HPGW sebaiknya menggunakan ETRAT 1240 yang disemprotkan pada luka sadapan karena efektif menghasilkan getah lebih banyak dan ETRAT 1240 ini aman digunakan bagi kesehatan pekerja maupun pohon agathis.

2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dalam pemberian ETRAT 1240 bagi kondisi pohon dan penutupan bidang sadapannya.

PENGARUH CARA PEMBERIAN ETRAT 1240

Dokumen terkait