• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

2.2. Mekanisme Koping

2.2.1. Definisi Mekanisme Koping

Akibat stres yang berkepanjangan adalah terjadinya kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan/gangguan. Bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat/baik/sesuai dengan stres yang dihadapi, meskipun stres/tekanan tersebut tetap ada, individu yang bersangkutan tetap dapat hidup secara sehat. Penyesuaian diri dalam menghadapi stres, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah koping (Siswanto, 2007).

Koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/ancaman. Koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan (Siswanto, 2007).

Menurut Lazarus (1984) koping merupakan strategi untuk memanajemen tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata, dan koping merupakan semua usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan (distress demands) (Safaria dan Saputra 2009).

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Friedman (1998) mendefinisikan koping keluarga sebagai respon yang positif, sesuai dengan masalah, afektif, persepsi, dan respon perilaku yang digunakan keluarga dan subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stres yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa.

2.2.2. Proses Terjadinya Koping

Menurut Safaria dan Saputra (2009) yang mengutip pendapat Lazarus (1984), mengatakan bahwa ketika individu berhadapan dengan lingkungan yang baru atau perubahan lingkungan (situasi yang penuh tekanan), maka akan melakukan penilaian awal (primary appraisal) untuk menentukan arti dari kejadian tersebut. Kejadian tersebut dapat diartikan sebagai hal positif, netral, atau negatif. Setelah penilaian awal terhadap hal-hal yang mempunyai potensi untuk terjadinya tekanan, maka penilaian sekunder (secondary appraisal) akan muncul. Penilaian sekunder adalah pengukuran terhadap kemampuan individu dalam mengatasi tekanan yang ada.

Penilaian sekunder mengandung makna pertanyaan, seperti apakah saya dapat menghadapi ancaman dan sanggup menghadapi tantangan terhadap kejadian. Setelah memberikan penilaian primer dan sekunder, individu akan melakukan penilaian ulang (re-appraisal) yang akhirnya mengarah pada pemilihan strategi koping untuk penyelesaian masalah yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

Keputusan pemilihan strategi koping dan respon yang dipakai individu untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan tergantung dari 2 faktor. Pertama, faktor eksternal dan kedua, faktor internal. Faktor eksternal termasuk di dalamnya adalah ingatan pengalaman dari berbagai situasi dan dukungan sosial, serta seluruh tekanan dari berbagai situasi yang penting dalam kehidupan. Faktor internal, termasuk di dalamnya adalah gaya koping yang biasa dipakai seseorang dalam kehidupan sehari-hari dan kepribadian dari seseorang tersebut.

Setelah keputusan dibuat untuk menentukan strategi koping yang dipakai, dengan mempertimbangkan dari faktor eksternal dan internal, individu akan melakukan pemilihan strategi koping yang sesuai dengan situasi tekanan yang dihadapinya untuk penyelesaian masalah, ada 2 strategi koping yang dipakai, apakah strategi koping yang berfokus pada permasalahan ataupun pemilihan strategi koping untuk mengatur emosi. Kedua strategi koping tersebut dapat bertujuan untuk mereduksi ketegangan yang disebabkan oleh situasi tekanan dari lingkungan maupun dapat mengatur hal-hal negatif, sehingga hasil dari proses koping tersebut dapat menciptakan berfungsinya kembali aktivitas yang biasa dilakukan oleh individu.

2.2.3. Jenis Mekanisme Koping

Menurut Lazarus dan Folkman (1984, dalam Safaria dan Saputra, 2009), koping terbagi dalam 2 jenis yaitu :

(1). Koping yang berfokus untuk mengatur emosi (Emotion-focused coping).

Adalah suatu usaha untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang sangat menekan. Emotion–focused coping cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, yang dilakukan individu adalah mengatur emosinya. Sebagai contoh, ketika seseorang yang dicintai meninggal dunia, dalam situasi ini, orang biasanya mencari dukungan emosi dan mengalihkan diri atau menyibukkan diri dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah atau kantor.

Aspek-aspek emotion focused coping yaitu : a) Seeking social emotional support

Mencoba memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain.

b) Distancing

Mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif.

c) Escape avoidance

Menghayal mengenai situasi atau melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan. Individu melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak memikirkan mengenai masalah dengan tidur atau menggunakan alkohol yang berlebih.

d) Self control

Mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.

e) Accepting responsibility

Menerima untuk menjalankan masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.

f) Positive reappraisal

Mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat yang religius.

(2). Koping yang berfokus pada permasalahan (Problem-focused coping).

Adalah suatu usaha untuk mengurangi stresor, dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan mengubah situasi, keadaan, atau pokok permasalahan. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini apabila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi (Smet, 1994). Setiap hari dalam kehidupan kita secara tidak langsung problemed-focused coping telah sering digunakan, saat kita bernegosiasi untuk membeli sesuatu di toko, saat kita membuat jadwal pelajaran, mengikuti treatment-treatment psikologis, atau belajar untuk meningkatkan keterampilan.

Aspek-aspek problem focused coping yaitu :

a) Confrontive coping

Melakukan penyelesaian masalah secara konkrit.

b) Planful problem solving

Menganalisis setiap situasi yang menimbulkan masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang dihadapi. (Safaria dan Saputra, 2009).

2.2.4. Faktor yang Memengaruhi Strategi Koping

Menurut Ahyar (2010) ada beberapa faktor yang memengaruhi strategi koping, yaitu :

(1). Kesehatan fisik.

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.

(2). Keyakinan atau pandangan positif.

Keyakinan menjadi sumberdaya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping tipe problem-solving focused coping.

(3). Keterampilan memecahkan masalah.

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

(4). Keterampilan sosial.

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkahlaku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.

(5). Dukungan sosial.

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orangtua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

(6). Materi.

Meliputi sumberdaya berupa uang, barang, atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

2.2.5. Metode Koping

Ada 2 metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti dikemukakan oleh Rasmun (2004) yang mengutip pendapat Bell (1977), metode tersebut antara lain :

(1). Metode koping jangka panjang (konstruktif).

Merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama, contohnya berbicara dengan orang lain, mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi, menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan, membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi, mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu, dan lain-lain.

(2). Metode koping jangka pendek (destruktif).

Cara ini digunakan untuk mengurangi stres dan cukup efektif untuk waktu sementara, contohnya menggunakan alkohol atau obat, melamun dan fantasi, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, dan lain-lain.

2.2.6. Respon Koping Keluarga

Respon-respon atau perilaku koping keluarga merupakan tindakan-tindakan pengenalan yang digunakan keluarga (McCubbin et,al. 1981). Respon-respon koping keluarga meliputi tipe strategi koping eksternal dan internal. Sumber-sumber koping internal terdiri dari kemampuan keluarga yang menyatu sehingga menjadi kohesif dan terintegrasi. Integrasi keluarga memerlukan pengontrolan dari subsistem lewat ikatan kesatuan. Keluarga yang paling sukses menghadapi masalah-masalah mereka adalah keluarga yang paling sering terintegrasi dengan baik, dimana anggota keluarga memiliki tanggungjawab yang kuat terhadap kelompok dan tujuan-tujuan kolektifnya.

Menurut Hall dan Weaver (1974) dalam Friedman (1998) sumber koping lainnya adalah fleksibilitas peran yaitu suatu kemampuan memodifikasi peran-peran keluarga ketika dibutuhkan, dan pola-pola komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam koping.

Sumber-sumber koping eksternal berhubungan dengan penggunaan sistem pendukung sosial oleh keluarga. Dalam memandang sumber-sumber eksternal, keluarga berbeda satu sama lain dalam hal sejauh mana mereka mampu memperoleh persetujuan dari lingkungan mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan terhadap informasi, barang dan pelayanan (Friedman, 1998).

Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah/ketegangan seperti yang dikemukakan oleh McCubbin (1979, dalam Rasmun 2004) adalah :

(1).Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau keluarga jauh.

(2).Reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat menanganinya dan menerima, menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurangi stres/kecemasan.

(3).Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah.

(4).Menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan.

(5).Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang dialami dengan cara menonton televisi, atau diam saja.

2.2.7. Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :

(1). Mekanisme koping adaptif.

Mekanisme koping yang mendukung fungsi terintegrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.,

(2). Mekanisme koping maladaptif.

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan, dan lain-lain.

Menurut Rasmun (2004), koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladapatif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan.

Dokumen terkait