BAB IV: PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PENDIRIAN
A. Mekanisme Pendirian Badan Usaha Milik Desa
Setiap Desa diyakini mampun mendirikan BUMDes. Desa memiliki masyarakat desa, Pemimipin Desa yaitu Kepala Desa yang dipilih langsung oleh masyarakat desa, dan Badan Permusyawaratan Desa. Dengan modal ini desa sangat memungkinkan mendirikan BUMDes.187
Pada prinsipnya, pendirian BUMDes merupakan salah satu pilihan desa dalam gerakan usaha ekonomi desa. Dalam hal meningkatkan perekonomian desa yang dikelola oleh desa dan/atau kerja sama antar-desa.188 Dalam Pasal 87 ayat (1) UU Desa dinyatakan bahwa desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUMDes. Frasa “dapat mendirikan BUMDes” menunjukkan pengakuan dan penghormatan terhadap prakarsa desa dalam gerakan usaha ekonomi.189 Desa dapat mendirikan BUMDes sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 Permendes 4/2015 atas prakarsa desa yang mempertimbangkan:190
a. Inisiatif dari pemerintah desa dan/atau masyarakat desa;
b. Potensi usaha ekonomi desa;
187 Ibid, hlm. 45.
188 Anom Surya Putra, Badan Usaha Milik Desa Spirit Usaha Kolektif Desa, ( Jakarta:
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, ( Maret 2015), Hlm. 26.
189 Herry Kamaroseid, Op.cit, hlm. 21.
190 Indonesia (Permendes PDTT), Op.cit. Pasal 4 ayat 2.
c. Sumberdaya alam yang ada didalam desa;
d. Sumberdaya manusia yang dapat mengelola BUMDes yang akan dibentuk;
e. Penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUMDes;
Pada dasarnya pendirian BUMDes berbeda dengan badan hukum lainnya seperti PT, CV, Yayasan, dan Koperasi. BUMDes didirikan melalui Forum musyawarah desa dengan menghadirkan komponen pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, dan unsur masyarakat desa yang bersepakat dalam mendirikan BUMDes. Sedangkan PT, Yayasan atau Koperasi didirikan oleh orang-perorang.191 Kesepakatan musyawarah desa merupakan suatu hasil keputusan dari musyawarah desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam berita acara kesepakatan musyawarah desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.192 Adapun Pokok bahasan yang dibicarakan dalam musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat 2 Permendes PDTT 4/2015 yang menyatakan bahwa
“Pendirian BUMDes sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat, organisasi pengelola BUMDes, Modal Usaha BUMDes dan AD dan ARTBUMDes”. 193
Hasil dari kesepakatan musyawarah desa tersebut menjadi pedoman Bagi pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan peraturan desa tentang Pendirian BUMDes.194 Agar kesepakatan Musyawarah Desa mempunyai kekuatan hukum dalam memutuskan pendirian BUMDes harus mengikuti tata tertib musyawarah desa yang diatur didalam Permendes PDTT
191 Akmal Hidayat, Op.cit, hlm. 49.
192 Herry Kamaroseid, Loc.cit,
193 Indonesia (Permendes PDTT), Op.cit. Pasal 4 ayat 2.
67
No.16 Tahun 2019 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (selanjutnya disebut Permendes PDTT 16/2019).195 Pada Pasal 1 ayat 7 Permendes PDTT 16/2019 menyebutkan bahwa
”Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara lain Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur Masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis”.196
Pendirian BUMDes dalam forum musyawarah desa ini terdiri dari pemerintah Desa, badan permusyawaratan desa dan unsur masyarakat desa.
musyawarah desa dilaksanakan oleh badan permusyawaratan desa, yang di fasilitasi oleh pemerintah desa.
Adapun unsur masyarakat desa yang boleh mengikuti musyawarah desa terdapat didalam Pasal 10 ayat 2 Permendes PDTT 16/2019 yang menyatakan bahwa:
“Tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidik, perwakilan kelompok petani, perwakilan kelompok nelayan, perwakilan kelompok pengrajin, perwakilan kelompok perempuan, perwakilan kelompok masyarakat miskin”. 197
Musyawarah desa ini memastikan bahwa tokoh-tokoh masyarakat dan perwakilan- perwakilan kelompok masyarakat untuk hadir dalam musywarah desa pendirian BUMDes. Kehadiran mereka menentukan perjalanan BUMDes ke depannya.198
Dalam aras sistem hukum, prakarsa desa tersebut memerlukan legitimasi yuridis dalam bentuk Peraturan bupati/walikota tentang Daftar Kewenangan
195 Akmal Hidayat, Loc.cit,
196 Indonesia (Musyawarah Desa), Peraturan Menteri Desa PDTT Musyawarah Desa, Permendes PDTT No.16 Tahun 2019, LN Nomor 1203, Pasal 1 ayat 7.
197 Indonesia (Musyawarah Desa), Op.cit, Pasal 10 ayat 2.
198 Akmal Hidayat, Op.cit, hlm. 50.
Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.199 Didalam peraturan bupati tersebut dicantumkan rumusan pasal (secara normatif) tentang pendirian dan pengelolaan BUMDes ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa bidang pengembangan ekonomi lokal desa, dan penetapan BUMDes ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa di bidang pemerintahan desa.200
Langkah prosedural selanjutnya adalah penerbitan Perdes tentang Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang mengembangkan isi Perbup/Walikota tersebut dengan memasukkan pendirian, penetapan dan pengelolaan BUMDes setempat.201 Dilain pihak, dalam aras sistem teknokratik, peraturan bupati/ walikota maupun Perdes tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang memuat BUMDes tersebut harus sinkron dengan isi RPJM Desa, RKP Desa dan APBDesa yang juga mencamtumkan BUMDes dalam bidang pelaksanaan pembangunan desa.202
Dalam hal pendirian BUMDes tentunya memerlukan langkah-langkah pelembagaan BUMDes yang bertujuan agar agenda pendirian BUMDes benar-benar dengan denyut nadi usaha ekonomi desa dan demokratisasi desa.203 Hal pertama yang perlu dilakukan dalam hal Pelembagaan BUMDes ialah:
1. Sosialisasi tentang BUMDes, sosialisasi mengenai BUMDes ini dapat dilakukan oleh pemerintah desa, BPD, KPMD (Kader Pemberdaya
199 Anom Surya Putra, Op.cit, 27.
200 Herry Kamaroseid, Loc.cit,
201 Anom Surya Putra, Loc.cit,
202 Herry Kamaroseid, Loc.cit,
69
Masyarakat Desa) baik secara langsung maupun bekerja sama dengan, pendamping desa yang berkedudukan di kecamatan, Pendamping Teknis yang berkedudukan di kabupaten, dan Pendamping pihak ketiga seperti:
LSM, Perguruan tinggi, dan organisasi kemasyarakatan.204 Sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat desa dan kelembagaan desa memahami tentang apa itu BUMDes, tujuan pendirian BUMDes, manfaat pendirian BUMDes dan lain sebagainnya.205
2. Pelaksanaan musyawarah desa, musyawarah desa diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis yang difasilitasi oleh pemerintah desa kemudian dihadiri oleh BPD, pemerintah desa, dan unsur masyarakat.206 Pendirian atau pembentukan BUMDes merupakan suatu hal yang bersifat strategis, maka dari itu pendirian atau pembentukan BUMDes perlu dibahas dalam musyawarah desa untuk pembangunan desa.207 Salah satu tahapan yang penting dalam musyawarah desa ialah Rencana Pemetaan Aspirasi/ Kebutuhan Masyarakat tentang BUMDes oleh BPD. Anggota BPD dapat bekerja sama dengan para Pendamping untuk melakukan Kajian Kelayakan Usaha pada tingkat sederhana.208 Berikut beberapa Kajian Kelayakan Usaha pada tingkat sederhana:
a. Menemukan potensi desa yang dapat dikembangkan melalui pengelolaan usaha/bisnis.
204 Ibid,
205 Herry Kamaroseid, Op.cit, hlm. 23.
206 Ibid,
207 Indonesia (Musyawarah Desa), Op.cit, Pasal 6 ayat 2.
208 Anom Surya Putra, Loc.cit,
b. Mengenali kebutuhan sebagian besar warga desa dan masyarakat luar desa.
c. Merumuskan bersama dengan warga desa untuk menentukan rancangan alternatif tentang unit usaha dan klasifikasi jenis usaha.
d. Desa yang baru memulai usaha ekonomi desa secara kolektif, disarankan untuk merancang alternatif unit usaha dengan tipe pelayanan atau bisnis sosial yang memiliki relatif minim laba namun minim risiko kerugian bagi BUMDes.
e. Organisasi pengelola BUMDes termasuk didalamnya susunan kepenguruasannya.
f. Modal usaha BUMDes
g. Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDes.
h. Pokok bahasan opsional tentang rencana investasi desa yang dilakukan oleh pihak luar dan nantinya dapat dikelola oleh BUMDes.209
3. Penetapan tentang Pendirian BUMDes, (Lampiran: AD/ART sebagai bagian tak-terpisahkan dari Perdes). Susunan nama Pengurus yang telah dipilih dalam Musdes, dijadikan dasar oleh Kepala Desa dalam penyusunan surat keputusan Kepala Desa tentang susunan kepengurusan BUMDes.210
209 Herry Kamaroseid, Op.cit, hlm. 24.
210 Anom Surya Putra, Op.cit, 34.
71
Tabel 1. Mekanisme Pendirian BUMDes
SINKRONISASI
Pendirian BUMDes sesuai Kondisi ekonomi dan Sosbud
Organisasi Pengelola BUMDes
Modal Usaha BUMDes
AD/ART BUMDes
Inisatif Pemdes dan/atau masyarakat Desa
Potensi usaha ekonomi Desa
SDA di Desa
SDM pengelola BUMDes
Penyertaan Modal dari Pemdes (pembiayaan dan kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUMDes)