KAJIAN HUKUM PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PENDIRIAN DAN PERMODALAN BADAN USAHA MILIK DESA
(STUDI PADA DESA SISUMUT KECAMATAN KOTAPINANG KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN)
Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
OLEH :
HENDRI KURNIAWAN NIM. 160200184
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan Salam juga senantiasa Penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan keselamatan dan keberkahan. Skripsi yang diberi judul “KAJIAN HUKUM PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PENDIRIAN DAN PERMODALAN BADAN USAHA MILIK DESA (STUDI PADA DESA SISUMUT KECAMATAN KOTAPINANG KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN)” disusun untuk memenuhi tugas dan memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya, Bapak tercinta Jamari dan ibu tersayang Eliyah yang telah mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian, dukungan, bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai sehingga saya dapat melanjutkan dan menyelesaikan studi dengan baik.
Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, Sitepu S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Budiman, Ginting S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H.,M.H, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara;
7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I.
Terima kasih banyak atas saran, arahan, dan masukan yang membangun dalam setiap bimbingan, serta waktu yang Bapak berikan sehingga saya menyelesaikan skripsi ini;
8. Ibu Dr. Detani Sukarja, S.H.,LLM, selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu yang ibu berikan selama ini disetiap bimbingan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai;
9. Seluruh Dosen-Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
10. Seluruh staf pegawai dan tata usaha di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam urusan administrasi;
11. Kepada Bapak Sugiono, selaku Kepala Desa Sisumut yang telah membantu dalam penelitian;
12. Abang dan Kakak Senior Hendri. Abangda Yudika Dwi Erwanda,S.H, Abangda Zairin Nur Aulia S.H, Abangda Dimas Fatih Asqory, S.H, Kakanda Widya Sujud, S.H, Kakanda Khairin Ulyani Tarigan, S.H dan Abangda dan Kakanda lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan arahan, saran, bantuan serta membimbing penulis selama menjalani perkuliahan;
13. Teman-teman seperjuangan Presidium Badan Ta’amirul Musholla Aladdinsya,S.H yang biasa disebut “Ahsanil Qadirin”,Sutan, Hazza, Haikal, Rafiqi, Bambang, Junaedi, Irun, Dea, Anisa, Pije, Abib, Aida, Dina, Eza, Mahyuni dan Nida. Kalian semua luar biasa. Terima Kasih atas bantuan dan dukungan yang tak terbalaskan. Bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dari AQ;
14. Adik-adik BTM Aladdisnyah, SH yang selalu semangat tanpa tapi untuk mendukung setiap kegiatan abang;
15. Ikatan Mahaiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI) stambuk 2016 yang memberikan saya kesempatan untuk memberikan untuk berkembang lebih dalam mengelola kegiatan kita bersama. Dukungan dan semangat membuat hari-hari selama akhir perkuliahan menjadi lebih berarti;
16. Ikatan Mahasiswa Labuhan Batu Selatan (INLABS) yang selalu memberikan semangat terima kasih atas waktu dan bantuannya kepada penulis selama ini;
17. Teman-teman stambuk 2016 yang selalu memberikan semangat terima kasih atas waktu dan bantuannya kepada penulis selama ini;
Medan, Juli 2020
Hendri Kurniawan NIM.160200184
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
ABSTRAK ... vii
BAB I: PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penulisan ... 6
D. Manfaat Penulisan ... 7
E. Keaslian Penulisan ... 8
F. Tinjauan Pustaka ... 10
G. Metode Penelitian ... 14
H. Sistematika Penulisan ... 19
BAB II: PENGATURAN PENGELOLAAN DANA DESA ... 21
A. Alasan Pemerintah Menyalurkan Dana Desa ... 21
B. Aturan Pengelolaan Dana Desa ... 24
C. Mekanisme Pengelolaan Dana Desa ... 28
D. Sumber-Sumber Penerimaan Dana Desa ... 35
E. Prinsip Pengunaan Dana Desa ... 37
BAB III: KEDUDUKAN HUKUM BADAN USAHA MILIK DESA... 42
A. Tujuan Badan Usaha Milik Desa ... 42
B. Organ-organ didalam Badan Usaha Milik Desa ... 44
C. Hak dan Kewajiban Pengurus Badan Usaha Milik Desa ... 47
1. Penasehat Badan Usaha Milik Desa ... 48
2. Pelaksana Operasional Badan Usaha Milik Desa ... 48
D. Pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa ... 52
E. Sumber-Sumber Permodalan Badan Usaha Milik Desa ... 55
F. Kedudukan Hukum Badan Usaha Milik Desa ... 58
BAB IV: PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PENDIRIAN DAN PERMODALAN BADAN USAHA MILIK DESA DI DESA SISUMUT KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN ... 65
A. Mekanisme Pendirian Badan Usaha Milik Desa ... 65
B. Gambaran Umum Desa Sisumut ... 72
C. Profil Badan Usaha Milik Desa Sadar Bersama ... 76
D. Pemanfaatan Dana Desa dalam Badan Usaha Milik Desa Sadar Bersama ... 79
E. Pengawasan Pemanfaatan Dana Desa Dalam Badan Usaha Milik Desa Sisumut ... 82
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ABSTRAK Hendri Kurniawan*
Mahmul Siregar**
Detania Sukarja***
Salah satu upaya pemerintah pusat dalam mempercepat meningkatkan perekonomian di wilayah tertinggal, terdalam dan terluar adalah melalui Kebijakan Dana Desa. Dana Desa dapat dimanfaatkan secara otonom oleh desa termasuk untuk mendirikan dan mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sesuai amanat UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pemanfaatan Dana Desa untuk pendirian dan permodalan BUMDes di Desa Sisumut, Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini mengelaborasi jenis penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Oleh karena itu data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data dikumpulkan dengan menggunakan tehnik studi pustaka (library reseacrh) dan penelitian lapangan (field reseacrh) dengan metode wawancara. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data kualitatif.
Kegiatan pengelolaan mengenai Dana Desa diatur di dalam UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa, untuk mengimplementasikan UU Desa maka dibuatlah peraturan pelaksanaannya sebagian telah diterbitkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, baik oleh Kementrian Dalam Negeri maupun Kementrian Desa. Dana Desa adalah Dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan setiap tahun pemerintah pusat telah menganggarkan Dana Desa yang cukup besar untuk diberikan kepada desa.
Desa Sisumut merupakan salah satu desa yang menerima Dana Desa, dari anggaran Dana Desa tersebut Desa Sisumut memanfaatkan Dana Desa tersebut untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui BUMDes. Pada tahun 2017 dan 2018 Pemerintah Desa Sisumut menganggarkan biaya dari Dana Desa untuk pendirian dan permodalan BUMDes sebesar Rp 287.000.000,00. dan di tahun 2019 sebesar Rp 300.000.000,00. Dari Dana Desa yang diterima Desa Sisumut sebesar Rp 1.107.137.000,-. Kegiatan usaha yang dijalankan BUMDes Sadar Bersama ialah unit usaha simpan pinjam. Dalam hal ini Desa Sisumut telah memanfaatkan Dana Desa untuk pendirian dan permodalan BUMDes.
Kata Kunci: dana desa, badan usaha milik desa, Desa Sisumut
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
** Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
*** Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tata pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Indonesia terdiri atas daerah/ wilayah provinsi dan setiap daerah/ wilayah provinsi terdiri atas beberapa daerah Kabupaten/ Kota. Selanjutnya di dalam tiap daerah Kabupaten/Kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa.1 Istilah desa tidak lagi asing bagi tata pemerintah Indonesia. Desa merupakan unsur terkecil dalam tata administrasi pemerintahan. Menurut data Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia (selanjutnya disebut Kemendes PDTT) setidaknya, terdapat 74.954 desa di indonesia yang di diami dari setengah jumlah penduduk Indonesia.2 Keberadaan desa dicirikan dengan homogennya sistem mata pencaharian penduduknya sebagai petani, nelayan, pekebun, peternak, dan lain sebagainya, sehingga muncullah istilah desa nelayan, desa perkebunan, dan desa pertenakan.3
Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat.4 Demi terwujudnya pelaksanaan serta pemberdayaan yang menjadi kewenangan desa dan
1 Hanif Nucholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, ( Jakarta : Erlangga, 2011), hlm 1.
2 Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, Pusat Data Desa Indonesia, https://www.kemendesa.go.id, diakses pada tanggal 14 April 2020.
3 Ibid,
4 Chrisye Mongilala, “Kajian Yuridis Mengenai Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Desa Di Kabupaten Minahasa Selatan”, Universitas Sam Ratulangi, Lex et Societatis, Vol.IV/No. 6/Juni/2016, hlm. 79.
peningkatan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat dalam Pasal 72 ayat 1 Undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa (Selanjutnya disebut “UU Desa”) dinyatakan bahwa :
“Desa mempunyai sumber pendapatan yang terdiri atas pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( selanjutnya disebut “APBN”), bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (selanjutnya disebut “APBD”) provinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga”.5
Kebijakan Dana Desa ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa (selanjutnya disebut “PP 60/2014”) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan desa kuat, maju, mandiri, dan demokratis, sehingga untuk itu peran dan potensi desa harus diberdayakan.6 Dalam hal pemanfaatannya Dana Desa sepenuhnya dikelola oleh pemerintah desa dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat desa dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat desa mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi, termasuk persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (selanjutnya disebut “BPD”).7 Untuk tercapainya keberhasilan pembangunan masyarakat desa maka segala program perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pembangunan
5 Indonesia (Desa), Undang-Undang Desa, UU No.6 Tahun 2014, LN Nomor 7 Tahun 2014, TLN Nomor 5495, Pasal 72 ayat 1.
6 Yanhar Jamaluddin, Asep Sumaryana, Budiman Ahmad, Rusli, Raden Ahmad Buchari,
“Analisis Dampak Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa terhadap Pembangunan Daerah”, JPPUMA: Jurnal pemerintahan dan Sosial Politik UMA,Vol. 6, No 1, 2018, hlm. 15.
7 H. Dahyar Daraba, “Pengaruh Program Dana Desa Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”. Sosiohumaniora, Vol. 19, No1,
3
harus melibatkan masyarakat, karena merekalah yang mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam rangka membangun wilayahnya, karena merekalah nantinya yang akan memanfaatkan dan menilai tentang berhasil atau tidaknya pembangunan di wilayah mereka.8
Desa sebagai bagian integral dari otonomi daerah memiliki keleluasaan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahnya demi terwujudnya kemandirian desa melalui potensi yang dimiliki desa itu sendiri. Untuk mengelola kekayaan desa serta menghidupkan perekonomian desa, maka perlu didirikan sebuah lembaga yang merangkul seluruh potensi dan kearifan lokal desa.
Lembaga yang dapat menjadi wadah dan memfasilitasi setiap warga desa untuk dapat memberikan kerja keras dan buah pikiran yang akan mendorong pembangunan desa. Oleh karenanya, didirikanlah Badan Usaha Milik Desa ( selanjutnya disebut “BUMDes”) yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dana usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan desa.9
Pendirian dan pengelolaan BUMDes adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.10 BUMDes dapat menjalankan usaha dibidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan
8 Ibid,
9 Indonesia (Pemerintah Daerah), Undang-Undang Pemerintah Daerah, UU No. 23 tahun 2014, LN Nomor 244 Tahun 2014, TLN Nomor 5587, Pasal 1 ayat 6.
10 Herry Kamaroesid, Tata Cara Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2016), hlm. 18.
perundang-undangan.11 Oleh karena itu, agar BUMDes dapat berjalan sebagaimana mestinya perlu upaya serius untuk menjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan efektif, efisien, profesional dan mandiri.12 Keberadaan BUMDes diyakini akan membawa perubahan di bidang ekonomi dan sosial, di bidang ekonomi BUMDes menjadi ruang transaksi ekonomi masyarakat desa dan menyumbang desa dalam bentuk pendapatan asli desa, dimana keuntungan bersih BUMDes dialokasikan untuk pemasukan desa.13 Keberadaan BUMDes memungkinkan perputaran uang terjadi di desa yang kemanfaatannya akan dirasakan untuk seluruh elemen masyarakat.14 Sedangkan di bidang sosial, BUMDes yang menaungi beberapa unit usaha desa memungkinkan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat usia produktif dan mengurangi angka pengganguran.15
BUMDes juga diharapkan mampu menstimulasi dan menggerakkan roda perekonomian di pedesaan. Aset ekonomi yang ada di desa harus dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa. Substansi dan filosofi BUMDes harus dijiwai dengan semangat kebersamaan dan self help sebagai upaya memperkuat ekonomi kelembagaannya. 16
11 Ibid,
12 Ibid,
13 Budi Susilo,Nurul Purnamasari,” Potensi dan Permasalahan yang dihadapi Badan Usaha Milik Desa”,(Yayasan Penabulu, 2016), hlm. 3.
14 Ibid,
15 Ibid, hlm. 4.
16 Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo, “Keberadaan Badan Usaha Milik Desa Sebagai Penguatan Ekonomi Desa, Jurnal Administrasi Publik, Vol 1. Nomor 6. Hlm
5
Selain itu BUMDes memiliki dua fungsi utama dalam desa yaitu sebagai lembaga komersial dan lembaga sosial yang dimiliki desa. BUMDes sebagai lembaga komersial memiliki makna bahwa BUMDes bertujuan untuk memperoleh keuntungan melalui pemanfaatan sumber daya lokal desa untuk meningkatkan pendapatan desa, kemudian sebagai lembaga sosial memiliki peran dan berkontribusi sebagai penyedia pelayanan masyarakat.17
Keberadaan BUMDes ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi menyimpan potensi dan harapan bagi kehidupan masyarakat, di sisi yang lain BUMDes memiliki permasalahan.18 Salah satunya belum memberdayakan masyarakat lokal, keberadaan BUMDes seharusnya menjadi lapangan kerja dan akses ekonomi untuk masyarakat di desa. Namun ada sebagian BUMDes belum memberdayakan sekitar karyawan BUMDes kebanyakan berasal dari luar desa, sudah memiliki pekerjaan tetap, dn tidak melalui proses rekrutmen yang transparan.19
Desa Sisumut merupakan salah satu desa yang menerima Dana Desa yang terletak di Kecamatan Kotapinang kabupaten Labuhanbatu Selatan, Dana Desa yang diterima tersebut diperuntukkan kepada 17 Dusun yang terdapat di Desa Sisumut. Dana Desa tersebut digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, untuk membiayai pembangunan desa dan juga pemberdayaan masyarakat desa. Adapun salah satu pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan adalah di bidang pemberdayaan ekonomi.
17 Abdul Mutolib, Dewangga Nikmatullah, Irwan Effendi, Begem Viantimala, dan Ali Rahmat, “Kontribusi Dana Desa dalam pengembangan Badan Usaha Milik Desa di Desa Hanura, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, JSHP, Vol.3 No.1, (2019), hlm 12.
18 Ibid, hlm. 5-6.
19 Ibid,
Dari anggaran Dana Desa yang dikhususkan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, Desa Sisumut memanfaatkan Dana Desa tersebut untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui BUMDes yang bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan Desa Sisumut dan perekonomian masyarakat Desa Sisumut melalui BUMDes tersebut.
Dengan adanya Dana Desa yang diberikan pemerintah begitu besar dan telah dialokasikan untuk pendirian dan penyertaan modal BUMDes dalam menjalankan usaha dalam hal ini saya tertarik untuk membahas mengenai pemanfaatan Dana Desa untuk pendirian dan peningkatan modal BUMDes di Desa Sisumut Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan pengelolaan Dana Desa?
2. Bagaimana kedudukan hukum Badan Usaha Milik Desa?
3. Bagaimana pemanfaatan Dana Desa untuk pendirian dan peningkatan modal Badan Usaha Milik Desa di Desa Sisumut Kecamatan Kotapinang Kabupaten LabuhanBatu Selatan?
C. Tujuan Penulisan
Secara umum yang menjadi tujuan penulis membahas skripsi ini adalah guna melengkapi dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
7
di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, di samping itu untuk membiasakan penulis dalam menyusun suatu karya ilmiah.
Beberapa tujuan khusus yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum dalam pengelolaan Dana Desa.
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum Badan Usaha Milik Desa.
3. Untuk mengetahui pemanfaatan Dana Desa untuk pendirian dan peningkatan modal Badan Usaha Milik Desa di Desa Sisumut Kecamatan Kotapinang Kabupaten LabuhanBatu Selatan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat Penulisan Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini yang ingin dicapai maka diharapkan penulisan ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang bermanfaat dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dalam rangka pembinaan dan pembangunan nasional pada umumnya serta mampu memberikan kontribusi tentang pengembangan berkaitan dengan pemanfaatan Dana Desa untuk pendirian dan peningkatan modal Badan Usaha Milik Desa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan masukan bagi pembaca dan memberi informasi. Sebagai acuan dalam
memberikan pembinaan dan bimbingan kepada peneliti dalam rangka mengungkapkan realita-realita yang masih menjadi permasalahannya tentunya yang berkaitan dengan pemanfaatan Dana Desa untuk pendirian dan peningkatan modal Badan Usaha Milik Desa.
E. Keaslian Penulisan
Pada tanggal 21 Januari 2020 telah di periksa judul : Kajian Hukum Pemanfaatan Dana Desa Untuk Pendirian dan Peningkatan Modal BUM Desa
”tidak ada judul yang sama” pada arsip Perpustakaan Universitas Sumatera Utara cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara fisik maupun online, maka diketahui bahwa judul skripsi ini belum ada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara atau ditempat lainnya. Pembahasan yang dibahas dalam skripsi ini adalah hasil dari proses penemuan kebenaran ilmiah, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan skripsi yang sama, saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Sumatera Utara. Ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut:
1. Ibnu Prayogi, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2018), dengan judul Pengelolaan Dana Desa di Desa Bunder Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul D.I.Yogyakarta. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
9
a. Bagaimana Pengelolaan Dana Desa di Desa Bunder Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul D.I. Yogyakarta perspektif siy sah Syar’iyyah?
b. Bagaimana Keterlibatan masyarakat dalam Pengelolaan Dana Desa Di Desa Bunder Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul D.I.
Yogyakarta perspektif siy sah Syar’iyyah?
c. Bagaimana dampak Dana Desa terhadap masyarakat di Desa Bunder Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul D.I. Yogyakarta perspektif siy sah Syar’iyyah?
2. Chandra Kusuma Prabawa, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (2016), dengan judul Tinjauan Yuridis Pengelolaan Dana Desa di Desa Triharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman. Adapun Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pengelolaan Dana Desa di Desa Triharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman?
b. Apa saja Hambatan-hambatan yang timbul dalam pengelolaan Dana Desa di Desa Triharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman?
3. Raditya Riandy Ramadhana, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2014), dengan judul Kajian Hukum Penyalahgunaan Dana Desa yang dilakukan oleh Aparat Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah pengaturan pengelolaan dana desa berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa?
b. Bagaimanakah pengawasan dalam penggunaan alokasi Dana Desa oleh pemerintah kabupaten?
c. Bagaimanakah bentuk penyalahgunaan Dana desa yang dilakukan oleh aparat desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa?
F. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Desa
Berdasarkan UU Desa Pasal 1 Angka (1) menjelaskan pengertian desa sebagai berikut :
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisonal yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.20
Dalam Pasal 1 angka 1 UU Desa tersebut dijelaskan bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat desa setempat. Selain itu desa juga memiliki kewenangan dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat.21
Menurut HAW Widjaja, desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.
20 Indonesia (UU Desa), op.cit, Pasal 1 ayat 1.
11
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.22
Adapun tujuan desa dalam Pasal 6 UU Desa adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia;
c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa;
d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama;
e. Membentuk pemerintah desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab;
f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga desa guna mewujudkan masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
g. Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesejangan pembangunan nasional; dan
h. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.23
2. Pengertian Dana Desa
Dana Desa merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi desa yang di transfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan, kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.24
Menurut PP 60/2014 Pasal 1 ayat (2) bahwa Dana Desa adalah:
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui
22 HAW. Widjaja, Otonomi Desa, (Jakarta: Penerbit PT Raja Garafindo Pesada, 2003), hlm. 3.
23 Indonesia (UU Desa), Op.cit, Pasal 6
24 A. Saibani, Pedoman Umum Penyelenggaraan pemerintahan Desa, (Jakarta: Media
Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.25
Tujuan Dana Desa disalurkan secara umum kepada masyarakat antara lain sebagai berikut.
a. Meningkatkan pelayanan publik di desa;
b. Mengentaskan Kemiskinan;
c. Memajukan Perekonomian masyarakat;
d. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa;
e. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan.26
3. Pengertian Pengelolaan Dana Desa
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (selanjutnya disebut Permendagri 20/2018).
Didalamnya disebutkan tahapan-tahapan pengelolaan yaitu perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban.
Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.27
25Indonesia (Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Peraturan Pemrintah Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, PP No.60 Tahun 2014, LN 108 Tahun 2014, TLN Nomor 5558. Pasal 1 ayat 2
26 Icuk Rangga Barwono & Erwin setyadi, Panduan Penggunaan dan Pengelolaan Dana Desa, (Jakarta:PT Grasindo, 2019), hlm. 25.
27 Indonesia (Pengelolaan Keuangan Desa), Peraturan Menteri Dalam Negeri
13
4. Pengertian BUMDes
BUMDes merupakan salah satu unit kegiatan yang dihasilkan dan menjadi prioritas dari Dana Desa yang dikucurkan oleh pemerintah. BUMDes dan berbagai unit kegiatan atau usaha yang dikembangkan oleh masing-masing desa dalam upaya kemandirian ekonomi diharapkan nantinya dapat mencapai masyarakat yang sejahtera dan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat..28
Menurut Pasal 1 Angka (6) UU Desa, BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.29
Memahami lahir dan hadirnya BUMDes tidak lepas dari semangat Pasal 33 UUD 1945, yaitu sistem demokrasi ekonomi bahwa perekonomian desa selayaknya dikelola dari, oleh, dan untuk kesejahteraan warga desa.30 Bumi,air, dan kekayaan alam yang terkandung di desa dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.31 BUMDes tidak boleh hadir, bersaing dengan warga, apalagi mengambil dan mematikan aktivitas- aktivitas ekonomi yang sudah dijalankan oleh warga. Sebaliknya, BUMDes harus
28 Nurul Fitri, Anwar Deli, Fajri, “Analisis Pengelolaan Dana Desa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Di Gampong Capa Paloh Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie”, Jurnal Ilmiah Mahasiwa Pertanian Unsyiah, Vol. 3, Nomor 4, (November 2018), hlm. 597-601.
29 Indonesia (UU Desa), op.cit, Pasal 1 Angka 6.
30 Icuk Rangga Barwono & Erwin setyadi, Op.cit, hlm. 137.
31
hadir dengan memberikan nilai tambah.32 Menyelesaikan masalah-masalah yang belum diselesaikan, menyediakan panggung bagi warga desa untuk bisa memasarkan produk-produknya ke pasar yang lebih besar.33
BUMDes dibentuk berlandaskan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku atas kesepakatan antar masyarakat desa. Adapun tujuan BUMDes ialah meningkatkan dan memperkuat perekonomian desa. BUMDes memiliki fungsi sebagai lembaga komersial melalui penawaran sember daya lokal yang bertujuan untuk mencari keuntungan dan lembaga sosial melalui kontribusi penyediaan pelayanan sosial yang berpihak pada kepentingan masyarakat.34
G. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan dengan metode ilmiah, bertujuan untuk mendapatkan data baru guna membuktikan kebenaran ataupun ketidakbenaran dari suatu gejala atau hipotesa yang ada.35 Sedangkan penelitian hukum adalah penemuan kembali secara teliti dan cermat bahan hukum atau data hukum untuk memecahkan permasalahan hukum.36 Dikatakan penemuan kembali karena sebelum penulisan proposal, skripsi, tesis, disertasi dan
32 Ibid, hlm. 138
33 Ibid,
34 Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti, Edi Wibowo Kushartono, Darwanto,
“Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Jurnal Dinamika dan Bisnis, Vol. 13 Nomor. 1 Maret 2016, hlm. 69.
35 Suratman & Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 34.
36 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta Timur:
15
lain-lain, bahan-bahan hukum itu sudah ada di berbagai tempat baik diperpustakaan maunpun di lapangan.37
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka penelitian yang dilakukan dalam hal ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Penelitian hukum normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.38
Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktriner adalah penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain.39 Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.40
Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan perundang-undangan, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi.
37 Ibid,
38 Abdulkadir muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm.134.
39 Suratman & Philips Dillah, Op.cit. hlm. 51.
40 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
2. Data Penelitian
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
A. Data Primer
Data primer dalam penulian skripsi ini ialah dilakukan dengan cara interview atau wawancara dengan narasumber-narasumber yang terkait dengan skripsi ini. Narasumber antara lain dengan Bapak Sugiono selaku kepala Desa Sisumut, Bapak Asriadi selaku Ketua Badan Permusyaratan Desa Sisumut dan Ibu Renti Marlina Tampubolon selaku manager BUMDes Desa Sisumut.
B. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.41
a. Bahan Hukum Primer
Berupa peraturan perundang-undangan yang meliputi:
1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
3) Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
41 Bahder Johan, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Semarang: Mandar Maju, 2004), hlm.
17
5) Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 sebagaimana telah dirubah dengan PP Nomor 22 tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
6) Permendes PDTT Nomor 5 tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa dalam pengelolaan keuangn Desa 2017 sebagaimana telah dirubah dengan Permendes PDTT Nomor, 22 Tahun 2016 tentang prioritas Penggunaan Dana Desa.
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
9) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
10) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.07/2014 tentang Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
11) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi
Dana Desa sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK 0.7/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa, dan 12) Permendes PDTT Nomor 5 Tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa dalam pengelolaan keuangan Desa 2017 sebagaiman telah
dirubah dengan Permendes PDTT Nomor 22 Tahun 2016 tentang Priotitas Penggunaan Dana Desa.
13) Permendes PDTT Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti misalnya literatur yang diperoleh dari perpustakaan seperti bahan bacaan, buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi, tesis, dan artikel-artikel lain yang berhubungan dengan pemanfaatan Dana Desa untuk pendrian dan peningkatan modal BUMDES.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi, berupa kamus yang terdiri dari Kamus bahasa Indonesia, kamus hukum dan data lainnya yang dibutuhkan untuk melengkapi bahan bagi penulis dalam penelitian ini.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran dalam penulisan skripsi adalah studi kepustakaan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan landasan dalam menganalisis data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, yaitu buku-buku, jurnal hukum, hasil-hasil penelitian dan dokumen-dokumen peraturan perundang-undangan dan penelitian lapangan (field reseacrh) dengan melakukan wawancara kepada Bapak Sugiono selaku Kepala Desa Sisumut yang memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
19
desa, Ibu Renti Marlina Tampubolon selaku Ketua BUMDes Sadar Bersama yang mengelola langsung BUMDes Sadar Bersama dan Bapak Asriadi selaku Badan Permusyaratan Desa Sisumut yang menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa dan mengawasi kinerja Kepala Desa.
4. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian normatif-empris, seluruh data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya dianalisa secara pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan membandingkan sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini.
Bahan hukum yang sudah dianalisis sacara kualitatif kemudian diuraikan secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan hukum, selanjutnya bahan hukum diseleksi dan diolah. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan skripsi ini tertuang dalam 5 (lima) bagian yang tersusun dalam bab-bab, yang mana satu sama lain saling berkaitan, dan di setiap bab terdiri dari sub-sub bab. Agar dapat memberikan gambaran mengenai skripsi ini nantinya, maka penulis akan memberikan gambaran secara garis besar sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, Pengaturan pengelolaan Dana Desa, bab ini berisikan alasan pemerintah menyalurkan Dana Desa, aturan pengelolaan Dana Desa, mekanisme pengelolaan Dana Desa, sumber-sumber penerimaan Dana Desa dan prinsip- prinsip penggunaan Dana Desa.
Bab III, Kedudukan hukum badan usaha milik desa, bab ini berisikan tujuan badan usaha milik desa, organ-organ didalam badan usaha milik desa, hak dan kewajiban pengurus badan usaha milik desa, pertanggungjawaban badan usaha milik desa, sumber-sumber permodalan badan usaha milik desa dan kedudukan badan usaha milik desa
Bab IV, Pemanfaatan Dana Desa untuk pendirian dan peningkatan modal badan usaha milik desa, bab ini berisikan mekanisme pendirian badan usaha milik desa, gambaran Umum Desa Sisumut, profil badan usaha milik desa sadar bersama, pemanfaatan Dana Desa bagi badan usaha milik Desa Sisumut dan pengawasan pemanfaatan Dana Desa dalam badan usaha milik Desa Sisumut.
Bab V, Penutup, Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini, pada bagian ini, berisikan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.
.
BAB II
PENGATURAN PENGELOLAAN DANA DESA A. Alasan Pemerintah Menyalurkan Dana Desa
Pada tanggal 15 Januari 2014, Pemerintah telah menetapkan UU Desa, landasan filosofisnya lahirnya UU Desa tersebut didasarkan kepada pertimbangan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisonal dalam mengatur kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia (Selanjutnya disebut UUD 1945).42
Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Indonesia terbentuk, seperti desa di jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di palembang. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat di anggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.43 Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak- hak asal-usul daerah tersebut. Oleh sebab itu lahir lah UU Desa sebagai bentuk pengakuan dan jaminan keberlangsungan desa oleh Negara dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.44
Salah satu subtansi yang diatur dalam UU Desa ialah mengenai keuangan desa. UU Desa memberikan mandat kepada pemerintah untuk mengalokasikan Dana Desa. Dana Desa tersebut dianggarkan setiap tahun dalam APBN yang
42 Youla C.Sajanghati, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014, Lex Administratum, Vol. Iii No.2, April 2015. Hlm 25
43 Namlea, Naskah Akademik Rancangan Undang-undang Peraturan Daerah Keuangan Desa, OSF, februari 2018, hlm 53
44 Ibid,
diberikan kepada setiap desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa.45 Kebijakan ini sekaligus mengintegrasikan dan mengoptimalkan seluruh skema pengalokasian anggaran dari Pemerintah kepada desa yang selama ini sudah ada.46
Dana Desa adalah Dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan setiap tahun pemerintah pusat telah menganggarkan Dana Desa yang cukup besar untuk diberikan kepada desa.
Adapun jumlah Dana Desa pada tahun 2015 sampai tahun 2019 yakni, pada tahun 2015 berjumlah 20,67 Triliun, tahun 2016 berjumlah 46,98 Triliun, tahun 2017 berjumlah 60 Triliun, tahun 2018 berjumlah 60 Triliun dan pada tahun 2019 berjumlah 70 Triliun.47
UU Desa telah menempatkan desa sebagai ujung tombak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa diberikan kewenangan dan sumber dana yang memadai agar dapat mengelola potensi yang dimilikinya guna meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.48 Pada hakikatnya pertumbuhan ekonomi desa dan pemerataan pendapatan masyarakat desa merupakan tujuan utama program Dana Desa. Dana Desa yang jumlahnya mencapai milyaran rupiah memungkinkan desa melaksanakan berbagai program, pembangunan dan pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri.49
45 Sri Mulyani Indrawati (1), Buku Pintar Dana Desa, Jakarta: Kementrian Keuangan Republik Indonesia, November 2019, hlm. 11.
46 Ibid,
47 Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, Pusat Data Desa Indonesia, https://www.kemendesa.go.id, diakses pada tanggal 06 Mei 2020.
48 Sri Mulyani Indrawati (1), Op.cit, hlm 5
23
Dalam program pembangunan, Dana Desa yang disalurkan diharapkan dapat mempercepat pembangunan di wilayah tertinggal, terdalam dan terluar agar rencana pembangunan dan pertumbuhan masyarakat semakin pesat. Dana Desa dapat bermanfaat untuk desa itu sendiri dan dampak dari pemberian dan penyaluran Dana Desa dapat dirasakan secara langsung dirasakan oleh masyarakat.50 aspirasi masyarakat desa merupakan syarat penting agar pembangunan dapat berjalan dengan baik. Peranan pemerintah dalam pembangunan desa adalah sebagai fasilitator dan motivator. Pentingnya menjadikan masyarakat desa sebagai aktor utama pembangunan didukung bahwa sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kemiskinan, sehingga perlunya mendorong masyarakat untuk mampu membangun dirinya sendiri.51
Adapun tujuan pembangunan desa antara lain:
1) Mewujudkan kemandirian masyarakat; dan
2) Menciptakan desa yang mandiri dan berkelanjutan.52
Selain itu, dalam hal pemberdayaan masyarakat desa dapat mengembangkan ekonomi masyarakat, melalui pelatihan dan pemasaran kerajinan masyarakat, pengembangan kawasan wisata dan pendirian BUMDes.53 Kunci sukses untuk mensejahterakan masyarakat dalam membangun desa adalah kuatnya sentuhan inisiasi, inovasi, kreasi dan kerjasama antara aparat desa dengan masyarakat dalam mewujudkan apa yang menjadi cita-cita bersama pembangunan desa tidak
50 Icuk Rangga Barwono & Erwin setyadi, Op.cit, hlm. 26.
51 Abdul Mutolib, Op.cit. hlm 11.
52 Sri Mulyani Indrawati (1), Op.cit, hlm 25
53 Ibid, hlm 6
mungkin bisa dilakukan aparat desa sendiri, tapi butuh dukungan, dan peran aktif dari masyarakat.54
B. Aturan Pengelolaan Dana Desa
Sejak disahkannya UU Desa dan peraturan pelaksana yang mengatur desa, tentunya membawa konsekuensinya tersendiri karena desa sekarang dihadapkan pada pengelolaan keuangan yang cukup besar dan lebih besar dari sebelumnya.55 Pengelolaan keuangan desa mencakup keseluruhan kegiatan yang meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.56
Pengelolaan keuangan desa tidak akan berjalan tanpa adanya tata pemerintahan desa yang baik.57 Oleh karena itu, peran serta partisipasi masyarakat desa perlu dilibatkan dalam proses pengelolaan keuangan desa agar pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa dapat berjalan sesuai rencana.58
Pengakuan Pemerintah Republik Indonesia terhadap desa, pemerintah desa tidak disebutkan secara jelas dalam UUD 1945, Namun ditafsirkan dalam Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut:
54 Ibid,
55 Reflay Ade Sagita, Widayanti, “Pengawasan Penggunaan Dana Transfer Untuk Menjamin Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Hukum Khaira Ummah, Vol.12, No.2, Juni 2017, hlm. 294.
56 Sri Mulyani Indrawati (1),Op.cit, hlm. 48.
57 Yuliansyah dan Rusmianto, Op.cit, hlm. 47.
25
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang.
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.59
Keuangan desa diatur pasal 71-75 UU Desa. Pasal 71 ayat (1) yakni semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Pasal 71 ayat (2) Hak dan kewajiban menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa.60 Selanjutnya, pengaturan mengenai keuangan desa dan hal lain yang terkait dengannya dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai peraturan, diantaranya:
1. PP Nomor.43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. PP Nomor 60 Tahun 2014 sebagaimana telah dirubah dengan PP No.
22 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN;
3. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang kementrian Dalam Negeri;
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa;
59 Sahrul Haidin,” Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa Setelah berlakunya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Studi Di Kabupaten Dompu”, Jurnal Kajian Hukum dan Keadilan , IUS, VOL V, Nomor 1, April 2017, hlm.149.
60
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa;
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penyerahan Urusan Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
11. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.07/2014 tentang Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
27
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.61
Peraturan Pelaksanaan yang diterbitkan sebelum UU Desa, Namun belum dilakukan revisi yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang kecamatan;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelengaraan Pemerintahan Desa;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemrintahan Kabupaten/Kota kepada Desa.62 Keuangan Desa, awal pengaturannya melalui Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (selanjutnya disebut “Permendagri 113/2014”). Bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa, sehingga tidak menimbulkan multitafsir
61 Icuk Rangga Barwono & Erwin setyadi, Op.cit, hlm. 124.
62 Ibid, hlm. 125.
dalam penerapannya. Disamping itu diharapkan dapat diwujudkan tata kelola pemerintah desa yang baik, yang memiliki tiga pilar yaitu transparansi, akuntabilitas dan paritisipatif.63
C. Mekanisme Pengelolaan Dana Desa
Pemerintah desa dibentuk tentu memiliki tujuan dalam pembentukannya salah satu tujuan pembentukan pemerintah desa ialah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan berwenang dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat desa setempat.64
Dalam hal kewenangan tersebut pemerintah desa harus lebih bijaksana dalam mengelola seluruh aspek yang dijalankan mengingat Dana Desa yang dialokasikan cukup besar. Tujuan dari diberikannya Dana Desa oleh pemerintah pusat kepada pemerintah desa tidak lain adalah dalam rangka percepatan pembangunan .Berdasarkan hal itu tentu banyak hal-hal yang mesti diselaraskan sesuai kebutuhan masyarakat dan tujuan dari pemerintah desa itu sendiri.65
Dalam pengelolaan Dana Desa, Dana Desa dikelola secara terrtib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan
63 Indonesia (Permendagri 113/2014) Peraturan Menteri Dalam Negeri Pengelolaan Keuangan Desa, Permendagri No.113 Tahun 2014, LN 2093.
64 Indonesia (UU Desa), Loc.cit.
65 Choirul Rijal, “Program Pemanfaatan Dana Desa untuk Pembangunan Masyarakat (studi Kasus Desa Sidoluhur kecamatan Jaken Kabupaten Pati”, Skripsi Program Sarjana jurusan
29
dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan serta mengutamakan kepentingan masyarakat.66
Kekuasaan pengelolaan keuangan desa berada di tangan kepala Desa yang dibantu oleh pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD).67 Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan.68 Kepala Desa mempunyai kewenangan antara lain:
a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan APBDesa;
b. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan desa (PTPKD);
c. Menetapkan petugas yang memungut penerimaan desa;
d. Menyetujui pengeluaran yang ditetapkan dalam APBDesa; dan
e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.69
Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD) yang berasal dari unsur perangkat desa yang ditetapkan keputusan Kepala Desa.70 Unsur perangkat yang dimaksud terdiri dari:
66 Risma Hafid, “Pemanfaatan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa Mangilu Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep”, Skripsi Ilmu Administrasi Fakultas Ilum Sosial dan Politik, (Universitas Hasanuddin, 2019), hlm. 21.
67 Yuliansyah dan Rusmianto, Op.cit, hlm. 48.
68 Ibid,
69 Sri Mulyani Indrawati (1), Op.Cit, hlm. 48.
70 Yuliansyah dan Rusmianto, Loc.cit.
1. Sekretaris Desa
Bertindak selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa yang mempunyai tugas:
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( selanjutnya disebut APBDesa).
b. Menyusun rancangan peraturan Desa tentang APBDesa, perubahan APBDesa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.
c. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa.
d. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.
e. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa.71
2. Kepala Seksi
a. Menyusun rencana kegiatan;
b. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama lembaga kemasyarakatan desa;
c. Melakukan tindakan pengeluaran yang membebani anggaran belanja;
d. Mengendalikan dan melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada kepala desa;
e. Menyiapkan dokumen anggaran atas pelaksanaan kegiatan.72 3. Bendahara
Bendahara dijabat oleh staf pada urusan keuangan. Bendahara mempunyai tugas: menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar, menatausahakan, dan
71 Ibid,
31
mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.73
Pengelolaan keuangan desa menurut Permendagri 113/2014 Meliputi:
1. Perencanaan
Pengelolaan keuangan desa yang Pertama kali diadakan musyawarah desa yang diselenggarakan oleh BPD untuk membahas hal-hal yang sifatnya strategis ( Pasal 54 UU Desa).74 Kemudian, hasil musyawarah desa berupa perencanaan pembangunan desa ditindak lanjuti dengan musyawarah pembangunan perencanaan desa (selanjutnaya disebut Musrenbangdes) yang diselenggarakan Kepala Desa dan perangkatnya.75 Musrenbangdes inilah yang membahas mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (selanjutnya disebut RPJMDes) tiap enam tahun sekali dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (selanjutnya disebut RKPDes) serta APBDesa tiap setahun sekali.76
2. Pelaksanaan
Usaha-usaha yang dijalankan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala.77
3. Penatausahaan
Bendahara Desa memiliki kewajiban untuk melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran setiap akhir bulan secara tertib dan
73 Yuliansyah dan Rusmianto, Op.cit, hlm. 49.
74 Siti Khoiriah, “Analisis Sistem Pengelolaan Dana Desa Berdasarkan Regulasi Keuangan Desa”, Jurnal Masalah-masalah Hukum, Jilid 46 No. 1,(Januari 2017), hlm. 26-27.
75 Ibid,
76 Ibid,
77 The Liang Gie,sutarto, Pengertian Kedudukan dan Perincian Ilmu Administrasi, (Yogyakarta: Karya Kencana,1997), hlm .191.
mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban kepada Kepala Desa.78
4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban A. Pelaporan
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak dan kewajiban, Kepala Desa wajib:
a. Menyampaikan laporan realisasi APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa, Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa, disampaikan paling lambat pada akhir tahun, disampaikan paling lambat pada akhir januari tahun berikutnya.
b. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPDD) setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota.
c. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota.
d. Menyampaikan Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintah Desa secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran.79 B. Pertanggungjawaban
Pasal 38 Permendagri 113/2014 pertanggungjawaban terdiri dari:
a. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Laporan ini ditetapkan peraturan desa dan dilampiri Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun anggaran berkenaan.
Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke Desa.
b. Laporan Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud diatas, disampaikan paling lambat 1(satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.80
78 Raditya riandy ramadhana, “Kajian Hukum Penyalagunaan Dana Desa yang dilakukan Oleh Aparat Desa Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa”, skripsi Universitas Sumatera Utara, (2019), hlm .40.
79 Ibid,
33
Keuangan desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik. Asas-asas pengelolaan keuangan desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri 113/2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.81 Dengan uraian sebagai berikut:
1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa.82 Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dn tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.83
2. Akuntabilitas, yaitu asas yang berorientasi pada hasil, artinya asas ini menentukan bahwa setiap kegiatan pengelolaan keuangan desa harus dapat dipertanggungjawaban kepada masyarakat desa, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.84
3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintah desa tang mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.85
4. Asas Ketertiban dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, yaitu asas yang mengharuskan bahwa dalam pengelolaan keuangan desa wajib berpedoman kepada perturan perundang-undangan yang berlaku.86
81Siti Khoiriah, Loc.cit
82 Dadang Kurnia, Juklak Bimkan Pengelolaan Keuangan Desa, (Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa, 2015), hlm. 35.
83 Ibid,
84 Endra Wijaya, “Praktik Pengelolaan Keuangan Desa dan Faktor-faktor yang memengaruhinya”, JIKH , Vol.13, No.2, (Juli 2019), hlm. 172.
85 Dadang Kurnia, Loc.cit.
Dalam mekanisme penyaluran Dana Desa ada beberapa tahapan penyaluran Dana Desa yakni:
A. Penyaluran Dana Desa dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) adalah:
a. Tahap I sebesar 60 % paling cepat Maret dan paling lambat bulan juli, dengan persyaratan:
1. Perda APBD;
2. Perkada mengenai tata cara pembagian dan penetapan rincian Dana Desa (DD) setiap desa;
3. Laporan konsolidasi realisasi penyaluran dan realisasi penyerapan Dana Desa (DD) Tahun sebelumnya.87
b. Tahap II sebesar 40% paling cepat bulan Agustus dengan persyaratan:
1. Laporan Dana Desa (DD) Tahap I telah disalurkan ke RKD paling kurang 90%;
2. Laporan Dana Desa (DD) Tahap I telah diserap oleh Desa rata-rata paling kurang 75%; dan
3. Rata-rata capaian output paling kurang 50%.88 B. Penyaluran Dana Desa RKUD ke RKD
a. Tahap 1 berupa:
1. Peraturan Desa mengenai APBDesa; dan
86 Endra Wijaya, Loc.cit.
87 Sri Mulyani Indrawati (2), Buku Saku Dana Desa, (Jakarta: Kementrian Keuangan Republik Indonesia, November 2017), hlm. 20 .