• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Mekanisme Kelembagaan Pada PG Gempolkrep

5.2.1 Mekanisme Pengajuan Sebagai Petani Tebu d

Pada awalnya berdasarkan rekomendasi dari petugas penyuluh lapangan (PPL) Hutbun Kabupaten Mojokerto dan Sinder Kebun Wilayah (SKW) PG Gempolkrep, PG Gempolkrep memilah atau break down areal

yang berpotensi sebagai Calon Petani Calon Lahan (CPCL) berdasarkan SK Bupati. Setiap wilayah memiliki PUSAT (Pusat Sasaran Terpadu), dimana pada lokasi tersebut diharapkan menjadi sasaran potensial untuk memenuhi target produksi PG Gempolkrep.

Petani tebu yang ikut dalam wilayah kerja PG Gempolkrep harus memenuhi persyaratan yang ditentukan PG Gempolkrep. Petani diharapkan mendaftarkan arealnya kepada PG Gempolkrep sebagai CPCL, setelah itu pengajuan areal akan diukur luas lahannya oleh juru gambar menggunakan alat GPS (Global Positioning System). Kemudian dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara PG Gempolkrep, koperasi dan petani tebu itu sendiri atau dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Mekanisme Pengajuan Sebagai Petani Tebu di Wilayah Kerja PG Gempolkrep

5.2.2. Mekanisme Pengajuan Kredit Oleh Petani Tebu di Wilayah Kerja PG Gempolkrep

Petani dalam menjalankan operasional usahatani tanaman tebu dapat mengajukan kredit melalui bank yang ditunjuk dengan pihak PG Gempolkrep sebagai avalist (penjamin kredit). Sebelum mengajukan

PPL Hutbun Kab. Mojokerto

SKW PG Gempolkrep

Break down areal CPCL (melalui SK Bupati) Pendaftaran areal kepada PG oleh petani - Pengajuan areal

kredit, para petani melakukan perjanjian kerjasama antara petani/ kelompok tani (KK) dengan PG Gempolkrep dan koperasi. Petani sebagai pihak berhutang dan/atau pemilik jaminan, PG Gempolkrep adalah pihak penyalur dan penjamin kredit, serta koperasi sebagai pihak penerima kuasa dalam pengurusan pencairan kredit. Apabila diperlukan, petani/ kelompok tani memilih ketua kelompok dan bersama-sama dalam menetukan besaran jumlah kredit. Penentuan jumlah besarnya kredit yang dipinjam yaitu berdasarkan rincian biaya kebutuhan dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) yang terdiri dari kebutuhan bibit, pupuk, herbisida, biaya garap, dan biaya tebang angkut. Kemudian surat kuasa dari ketua kelompok diserahkan kepada koperasi di masing-masing wilayah untuk pengurusan pencairan dan pemotongan kredit.

Fasilitas kredit yang diberikan kepada petani tebu terdapat 3 jenis, yaitu KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi), PMUK (Penguatan Modal Usaha Kelompok), dan kredit PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan). Pengajuan kredit dilakukan dalam bentuk perjanjian kerjasama didepan notaris Kabupaten Mojokerto yang ditunjuk yaitu Ibu Dwi Rossulliati, SH. Masing-masing kredit memiliki persyaratan berbeda.

KKPE dan PMUK merupakan salah satu Program Pemerintah dalam mendukungan pembiayaan pertanian, sesuai dengan tekad pemerintah untuk mengarahkan Program Swasembada Gula. Dana KKPE berasal dari Bank Pelaksana yang telah ditunjuk dan memiliki MoU dengan Direksi PTPN X (Persero). Pada wilayah kerja PG Gempolkrep

bank yang ditunjuk adalah Bank Mandiri dan BRI (Bank Rakyat Indonesia). Dana kredit yang dicairkan nantinya diberikan oleh Bank Pelaksana kedalam rekening PG Gempolkrep, hal ini dikarenakan tugas PG Gempolkrep sebagai avalist (penjamin kredit). Setelah itu dana di rekening PG Gempolkrep tersebut didistribusikan melalui koperasi- koperasi pemegang kuasa dari petani yang mengajukan kredit. Besarnya bunga pinjaman KKPE adalah 13%; yang terbagi atas 6% ditanggung oleh Pemerintah sebagai subsidi, dan 7% dikenakan oleh petani yang bersangkutan.

Dana PMUK adalah dana APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang diawasi oleh Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur dan/ atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto dan dikelola oleh KUB (Koperasi Usaha Bersama) Rosan Kencana yang berada di kota Surabaya. Dana kredit PMUK merupakan dana guliran, yang ketersediaan modalnya berdasarkan pengembalian bunga dari tahun sebelumnya. Dana kredit PMUK hanya bisa diberikan melalui koperasi yang hanya bergerak dalam komoditas tebu yang disebut KPTR (Koperasi Petani Tebu Rakyat). Dana kredit yang dicairkan nantinya akan diberikan oleh KUB Rosan Kencana kedalam rekening masing-masing KPTR. Dalam pencairan kredit PMUK tidak menggunakan avalist (penjamin kredit), karena petani memberikan jaminan fidusia yaitu berupa kebun tebu yang dimilikinya. Pada kredit PMUK tidak dikenakan biaya bunga pinjaman, hanya saja petani yang mengambil kredit PMUK diwajibkan membayar

biaya jasa administrasi sebesar 7% flat per tahun berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.32 tahun 2006, permentan/KU.510/7/2006. Berdasarkan informasi dari Bapak Ali Budiono, Dishutbun Kabupaten Mojokerto (2011), biaya jasa administrasi 7% adalah joint account dari 3% untuk operasional kegiatan pengembangan tebu, yang terbagikan untuk 1% Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto, 2% Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur. Sisanya 4% untuk pemupukan modal koperasi, yang terdiri atas 1% biaya administrasi, 1% biaya operasional, dan 2% sebagai kekuatan modal PMUK. KPTR penerima PMUK di wilayah kerja PG Gempolkrep adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Daftar KPTR Penerima Kredit PMUK Wilayah Kerja PG Gempolkrep

No. Nama KPTR Kecamatan Kabupaten

1 Sari Rosan Jatirejo Mojokerto

2 Nira Mentari Gedeg Mojokerto

3 Rosan Mapan Jetis Mojokerto

4 Sumber Manis Prajurit Kulon Mojokerto 5 Rosan Sejahtera Mojoagung Jombang Sumber : Data Primer Bagian Tanaman PG Gempolkrep, 2011

Dana PMUK dalam operasional memiliki tim teknis yang memiliki kontribusi masing-masing. KPTR penerima fasilitas kredit PMUK adalah KPTR beranggotakan petani tebu yang menjalankan program pemerintah bongkar ratoon (BR) dan rawat ratoon (RR).

Ratoon atau keprasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dengan melanjutkan sisa tanaman tebu yang ada di tanah yang diperkirakan masih bisa tumbuh pada periode selanjutnya. Alat yang digunakan untuk melakukan keprasan yaitu gancu atau cangkul yang

tajam agar batang yang masih tertinggal saat penebangan bila dikepras tidak pecah yang menyebabkan tumbuhnya tunas baru terhambat serta dikuatirkan tanaman tebu terinfeksi jamur yang membuat tebu menjadi busuk. Pelaksanaan keprasan sebaiknya dilakukan maksimal 1 minggu setelah pelaksanaan tebang (Anonim, 2007).

Berikut skema lembaga-lembaga yang berperan dalam fasilitas dana PMUK pada Gambar 14.

Gambar 14. Skema Kelembagaan Dalam Fasilitas Dana PMUK

Pencairan dana PMUK sangat dikontrol oleh beberapa lembaga agribisnis tebu, dimana masing-masing tingkat wilayah memiliki tim teknis yang berbeda. Tim teknis propinsi terdiri dari : Disbun Propinsi Jawa Timur

PUSAT

-Dana PMUK -Sumber APBN

TIM TEKNIS PROPINSI

1. Disbun Propinsi Jawa Timur 2. Direksi PTPN X (Persero) 3. P3GI

4. KUB Rosan Kencana

KOPERASI SEKUNDER

- KUB Rosan Kencana (Tingkat Propinsi)

TIM TEKNIS KABUPATEN/ TRIPLE ACCOUNT

Dishutbun Kab. Mojokurto

PG GEMPOLKREP KOPERASI PRIMER

- CA/SKK/SKW - KPTR unit PG Gempolkrep

(Tingkat Kabupaten,revolving PMUK)

KELOMPOK TANI BR/RR

- Unit PG Gempolkrep (Tingkat Desa/ Kecamatan)

sebagai pemilik anggaran, Direksi PTPN X (Persero) sebagai pemilik wilayah perkebunan tebu yang membutuhkan fasilitas dana, P3GI sebagai

controlling teknologi dan pengembangan budidaya tanaman tebu, serta KUB Rosan Kencana sebagai penyalur dana ke KPTR yang membutuhkan fasilitas bantuan kredit PMUK. Selain itu terdapat tim teknis kabupaten yang disebut triple account yaitu tim teknis yang bergerak langsung di lapangan, untuk wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri atas : Dishutbun Kabupaten Mojokerto sebagai perpanjangan tangan Disbun Propinsi Jawa Timur, PG Gempolkrep sebagai perpanjangan tangan Direksi PTPN X (Persero), dan KPTR di wilayah kerja PG Gempolkrep sebagai perpanjangan tangan KUB Rosan Kencana.

Fasilitas kredit bagi petani tebu lainnya adalah PKBL. PKBL merupakan salah satu program PTPN X (Persero) dalam turut serta peduli kepada masyakarat di sekitar wilayah kerja PG Gempolkrep. Bentuk peminjaman kredit PKBL tidak hanya diperuntukan bagi petani tebu saja, namun juga bidang usaha yang lain, seperti peternakan sapi, peternakan ayam, persewaan traktor, dll. Pada kredit PKBL, peminjam dikenakan biaya jasa administrasi sebesar 6% dari modal kerja yang dipinjamnya. Petani tebu yang mengambil fasilitas kredit PKBL diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, baik adminstrasi maupun proses budidaya tebu sesuai harapan PG Gempolkrep. Pada pelaksanaannya PG Gempolkrep akan terus memonitor perkembangan usaha para peminjam modal kerja PKBL. PG Gempolkrep juga memberikan bimbingan teknis

dan teknologi yang diperlukan. PG Gempolkrep memilik tanggung jawab kepada Direksi PTPN X (Persero) atas pemanfaatan fasilitas kredit PBKL tersebut.

Proses pengajuan fasilitas kredit KKPE, PMUK, dan PKBL tidak jauh berbeda. Perbedaan fasilitas kredit terletak pada sumber dana pembiayaannya. KKPE bersumber dari dana Bank Pelaksana, PMUK bersumber dari dana guliran APBN, sedangkan PKBL bersumber dari dana internal PTPN X (Persero) dan instansi BUMN yang lain. Masing- masing kredit memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda, namun pada saat pengajuan kredit, petani tebu tidak diperbolehkan mengambil 2 jenis atau lebih fasilitas kredit. Setiap petani diharuskan hanya memilih salah satu dari 3 jenis fasilitas kredit yang ditawarkan.

Hak dan kewajiban bagi petani tebu, PG Gempolkrep, dan koperasi dalam menjalankan perjanjian kerjasama adalah sebagai berikut :

Kewajiban Petani Tebu :

a. Menyusun RDKK dan disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas Teknis setempat/ PPL Hutbun.

b. Memberi kuasa kepada koperasi sebagaimana tercantum pada berkas pengajuan permohonan kredit kepada Pemberi Kredit/ Bank Pelaksana (buka CO) dan APBN yang diberikan oleh KUB Rosan Kencana Surabaya atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

c. Mengelola tanaman tebunya dengan baik sesuai baku teknis budidaya tebu dari bimbingan dari PG Gempolkrep.

d. Menggunakan pupuk lengkap NPK (pupuk tunggal dan/atau majemuk dalam bentuk pupuk anorganik serta biokompos) sesuai dosis yang dianjurkan untuk kebutuhan tanaman tebu.

e. Melaksanakan tebang dan angkut tebu dibawah koordinasi PG Gempolkrep dan koperasi sesuai dengan jadwal tebang atas dasar analisa kemasakan.

f. Menyetor/ menggilingkan seluruh produksi tebunya hanya kepada PG Gempolkrep dengan mutu MBS (Manis, Bersih, Segar) sesuai ketentuan yang berlaku dan selanjutnya membayar seluruh pinjaman, berikut bunga dan kewajiban lain yang menjadi tanggungan petani kepada PG Gempolkrep sesuai perjanjian yang telah ditanda tangani. g. Dilarang memperjual belikan sebagian atau seluruh produksi tebunya

sesuai dengan perjanjian ini kepada pihak lain dan/ atau menggantinya sebagian atau seluruhnya dengan hasil produksi tebu dari kebun lain. Hak Petani Tebu :

a. Mendapatkan Bagi Hasil Gula dan Tetes Tebu sesuai ketentuan yang berlaku.

Sedangkan, Kewajiban PG Gempolkrep :

a. Melaksanakan pendaftaran dan pengukuran luas lahan tebu dari petani, serta mengadakan taksasi produksi tebu pada lahan yang didaftarkan. b. Memeriksa kebenaran dan menandatangani rekapitulasi RDKK yang

diajukan oleh koperasi.

1. Mengajukan kredit ke Bank Pelaksana dan APBN dilampiri rekapitulasi RDKK yang telah disahkan pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas Teknis setempat/ PPL Hutbun dan PG Gempolkrep. 2. Menerima dan menyalurkan dana KKPE dari Bank Pelaksana dan

PMUK dari APBN yang diberikan oleh KUB Rosan Kencana Surabaya dan/ atau Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur dan/ atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto kepada petani yang mengajukan kredit.

d. Memberikan bimbingan teknis budidaya kepada petani dengan melibatkan Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PTPN X (Persero).

e. Menentukan jadwal tebang, menggiling dan mengolah seluruh tebu milik petani.

f. Memberikan Bagi Hasil Gula dan Tetes bagian petani yang bersangkutan sesuai ketentuan yang berlaku.

Hak PG Gempolkrep :

a. Mendapatkan Bagi Hasil Gula dan Tetes Tebu sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Memotong pinjaman pokok dan bunga berikut kewajiban lainnya dari petani yang bersangkutan melalui pendapatan DO (Delivery Order) gula 90% dan pendapatan tetes, untuk selanjutnya disetorkan kepada pihak Pemberi Kredit (Bank Pelaksana dan KUB Rosan Kencana Surabaya

atau Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto).

c. Menahan DO gula dan tetes milik petani sampai dengan pinjaman pokok dan bunga/ jasa administrasi berikut kewajiban lainnya diselesaikan oleh petani yang bersangkutan.

Adapun Hak dan Kewajiban Koperasi yang bersangkutan adalah berikut :

a. Menyeleksi kelompok tani anggota koperasi sebagai calon peserta KKPE dan PMUK.

b. Memeriksa kebenaran RDKK yang diajukan oleh petani yang ingin mengajukan kredit.

c. Menyusun dan menandatangani rekapitulasi RDKK berdasarkan RDKK yang diajukan oleh petani.

d. Berdasarkan kuasa dari petani yang mengajukan kredit, sebagaimana tercantum pada berkas pengajuan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana (buka CO/ Credit Order) dan dari KUB Rosan Kencana Surabaya dan/ atau Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur dan/ atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto (APBN) yang merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini, maka koperasi member kuasa kepada PG Gempolkrep :

1. Mengajukan kredit ke Bank Pelaksana dan KUB Rosan Kencana Surabaya dan/ atau Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur dan/ atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto,

dengan dilampiri rekapitulasi RDKK yang telah disahkan pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas Teknis setempat/ PPL Hutbun dan PTPN X (Persero).

2. Menerima dan menyalurkan dana KKPE dari Bank Pelaksana dan PMUK dari APBN yang diberikan oleh KUB Rosan Kencana Surabaya dan/ atau Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur dan/ atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto kepada petani yang bersangkutan.

e. Menandatangani akad kredit dengan bank Pelaksana dan KUB Rosan Kencana Surabaya dan/ atau Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur dan/ atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto. f. Menerima dan membayarkan dana platfon pupuk kepada Distributor

Pupuk serta mengawal kelancaran dan ketepatan penyaluran natura pupuk kepada petani yang bersangkutan.

g. Menerima dan mengelola dana platfon tebang angkut untuk UMTA (Uang Muka Tebang Angkut) dan OPTA (Operasional Tebang Angkut) sebagai modal kerja revolving agar pelaksanaan tebang angkut lancar. h. Mencatat dan melaporkan realisasi penggunaan kredit petani kepada

PG Gempolkrep.

i. Mengawasi penggunaan kredit dan melakukan penagihan kepada petani atas pelunasan kredit kepada PG Gempolkrep.

j. Menerima bimbingan teknis dan pengarahan terkait pengelolaan perkreditan dan budidaya tebu dari PG Gempolkrep.

Mekanisme prosedur dan persyaratan yang dibutuhkan dalam pengajuan kredit petani tebu/ kelompok tani di wilayah kerja PG Gempolkrep dapat dilihat pada Gambar 15.

Koordinator Ketua Kelompok - Penunjukan Koordinator KK & sebagai kuasa KK dalam pengurusan pencairan Kredit

- Penyusunan RDKK - Perjanjian segitiga

- Surat kuasa koordinator KK ke Koperasi - PK Notaris

Proses - Rekomendasi PG (SKK/SKW)

Pembukaan Koperasi

- PG melaporkan kebutuhan kredit per kategori &

CO - Rekap RDKK, disertai persyaratan : per bank kepada

- Surat kuasa koperasi kepada PG Kantor Direksi (Credit Order) - Akte pendirian koperasi

- Susunan pengurus aktif Rekomendasi oleh :

- Hasil RAT (Rapat Anggota Tahunan) - PPL Hutbun

- NPWP Koperasi/ pengurus - SKK/SKW PG Gempolkrep

- Fotocopy KTP pengurus koperasi - Termasuk kebutuhan pupuk untuk diajukan - Surat kuasa pengurus kepada ketua

koperasi

ke distributor KPTR Jatim

Buka CO ke Bank Pelaksana Mandiri & BRI

Bulan : April, Juni, Agustus Menunggu :

- MoU antara Direksi PTPN X dengan Bank Pelaksana

Proses - Surat kuasa Direksi kepada ADM sebagai avalist

Akad Akad Kredit di Bank

Kredit - Surat avalist PG Gempolkrep Hadir untuk akad kredit :

- MoU PTPN X dengan Bank Pelaksana - ADM PG Gempolkrep - Ketua/ pengurus koperasi

Gambar 15. Mekanisme Pengajuan Kredit Petani Tebu di Wilayah Kerja PG Gempolkrep

5.2.3. Mekanisme Pencairan Kredit Oleh Petani Tebu di Wilayah Kerja PG Gempolkrep

Para petani tebu mengambil fasilitas kredit bantuan mengharapkan dana kredit pinjamannya dapat dicairkan sebelum proses pengelolaan kebun. Namun terkadang pada kenyataannya para petani harus menggunakan uangnya sendiri terlebih dahulu (hasil pendapatan dari musim giling sebelumnya) dalam membiayai semua kebutuhan usahatani tebu miliknya.

Dana kredit yang dicairkan dapat dibagi menjadi 2 peruntukan, yaitu untuk (1) biaya UMTA/ OPTA dan (2) biaya garap, pupuk, serta bibit. Semua dana yang telah dicairkan sesuai berdasarkan besarnya biaya RDKK yang diajukan. Untuk biaya UMTA/ OPTA, biaya garap, dan bibit diberikan dalam bentuk uang tunai, sedangkan penyaluran dana kredit untuk pupuk diberikan dalam bentuk natura atau bentuk pupuk itu sendiri.

Kebutuhan petani yang tertulis dalam buku cadongan atau buku keseharian masing-masing kondisi kebun harus diketahui oleh SKW PG Gempolkrep, dimana SKW memiliki tanggung jawab atas hasil tebu petani berdasarkan perkembangan dan segala kondisi yang terjadi. Dalam buku cadongan tersebut selain menunjukkan kebutuhan biaya garap terdapat juga kebutuhan bibit, traktor untuk sistem mekanisasi, serta kebutuhan pupuk yang diperlukan. Nantinya dana yang cair akan ditransferkan oleh bank pelaksana melalui nomer rekening PG Gempolkrep yang kemudian akan disalurkan melalui koperasi masing-masing sesuai besarnya anggaran yang dibutuhkan petani.

Pencairan Kredit

UMTA/OPTA Biaya garap/Pupuk/Bibit Syarat :

- Ada perjanjian

Petani dalam buku cadongan segitiga dan PK

menunjukan : Notaris

- Kebutuhan biaya garap sesuai kemajuan pekerjaan

- Agunan dititipkan di TU Hasil PG

- Bibit sesuai berita acara - Semua

penggunaan bibit Rekomendasi

- Traktor sesuai berita acara traktor

oleh PG (SKW/SKK)

- Pupuk sesuai permintaan - Kompos sesuai surat pengajuan

Koperasi Koperasi - Semua

- Pengajuan kebutuhan Uang Muka revolving

- Rekap cadongan (Tindasan berita acara traktor, bibit,

rekomendasi oleh PG

UMTA/OPTA kepada PG surat permintaan (SKW/SKK/CA)

- Agunan disimpan di TU Hasil pupuk/kompos) dan ADM

PG Gempolkrep - RPP (Rencana Permintaan

- Permohonan pencairan Pembiayaan)

kredit kepada bank dan transfer uang

- Permohonan pencairan kredit kepada bank dan ke rekening PG Gempolkrep transfer uang ke PG

- AK & U PG

Bank Bank Potong traktor/

- Tansfer uang ke PG - Tansfer uang ke PG bibit dari PG

Koperasi Petani Koperasi

- Terima biaya garap - Pupuk

KK/Petani

Gambar 16. Mekanisme Pencairan Kredit Petani Tebu di Wilayah Kerja PG Gempolkrep

Petani yang meminjam kredit akan menyerahkan agunannya kepada PG Gempolkrep dengan jaminan utama berupa seluruh tanaman tebu yang dikelolanya dan jaminan kedua adalah BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor) yang disimpan oleh TU Hasil PG Gempolkrep,

seperti mekanisme pencairan kredit oleh petani tebu di wilayah kerja PG Gempolkrep yang terlihat pada Gambar 16.

Pupuk adalah salah satu bahan terpenting dalam usahatani tebu. Petani tebu di wilayah kerja PG Gempolkrep mengunakan kombinasi pupuk ZA, ponska, dan kompos. Pupuk ZA dan ponska yang digunakan adalah pupuk bersubsidi dari pemerintah untuk meringankan biaya operasional petani, namun dalam permintaan penggunaan pupuk bersubsidi ini dibutuhkan tanda tangan PPL Hutbun sebagai bukti kontrol pemerintah terhadap penyaluran pupuk bersubsidi.

Pada tahun 2009-2010 dan 2010-2011 berdasarkan SK Bupati Mojokerto bersama PT Petrokimia (persero) sebagai produsen pupuk bersubsidi telah menunjuk salah satu koperasi yaitu KPTR Jatim yang terletak di kota Krian sebagai distributor untuk dapat menyalurkan semua kebutuhan pupuk bersubsidi di wilayah pertanian Kabupaten Mojokerto, salah satunya bagi semua petani tebu di wilayah kerja PG Gempolkrep. Namun dalam prakteknya koperasi ini tidak dapat mengirim pupuk dan memenuhi semua permintaan kebutuhan petani di wilayah kerja PG Gempolkrep apabila petani tidak membayar terlebih dahulu atau menunggu cairnya dana kredit untuk kebutuhan pupuk turun. Oleh karena itu akhirnya petani memilih membeli pupuk secara langsung di toko-toko pertanian dengan biaya sendiri. Sedangkan kebutuhan petani atas pupuk kompos didapat dari produksi internal PG Gempolkrep.

Petani dalam pengajuan permintaan pupuk kepada koperasi harus mendapatkan rekomendasi dari PG Gempolkrep yang diwakilkan oleh SKW. Kemudian koperasi bersama SKW membayarkan kepada KPTR Jatim agar dapat segera mengirimkan pupuk yang dibutuhkan oleh petani. Setelah itu distributor KPTR Jatim akan droping atau mengirimkan pupuk dengan tanggal, macam pupuk, dan kuantitas pupuk sesuai dengan kesepakatan bersama dalam berita acara. Untuk lebih jelas mekanisme pencairan pupuk sendiri akan dirinci dalam Gambar 17 berikut ini :

Petani Tebu Koperasi

- Mengajukan permintaan pupuk - Bersama PG/SKW tebus pupuk

dan kompos kepada koperasi direkomendasi PG/SKW (rangkap

kepada distributor (Bukti transfer rangkap 4 untuk distributor, SKW,

dua untuk koperasi dan SKW) TUH, dan arsip koperasi)

- Mengajukan cadongan untuk -Dilampiri RDK pupuk (Natura dan Rp)

biaya pengadaan pupuk/ kompos yang di tanda tangani KK, PPL yang direkomendasi PG/SKW

(rangkap dua untuk koperasi dan SKW)

Hutbun, Koperasi dan SKW

Distributor

- Surat keputusan dari Petrokimia dan disahkan TP3 dengan Berita Acara atau SK

- Droping pupuk kepada petani/KK bersama PG/SKW dan koperasi (Bukti

/tanda terima pupuk dari petani rangkap untuk petani, koperasi, SKW, TUH, arsip distributor)

- Tanggal, macam pupuk dan kuantitas Pupuk

Gambar 17. Mekanisme Pencairan Kredit Petani Tebu di Wilayah Kerja PG Gempolkrep

5.2.4. Mekanisme Pelunasan Kredit Oleh Petani Tebu di Wilayah Kerja

Dokumen terkait