ASPEK HUKUM ALIH TEKNOLOGI DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA
A. Mekanisme Pengalihan Teknologi dalam Penanaman Modal Asing
Hilman Surawiguna menyebutkan pengertian transfer of technology yang disampaikan oleh:”Proses mentransfer dari suatu unit produksi kepada unit lainnya dari persyaratan-persyaratan pengetahuan (know-how) untuk memungkinkan penggunaan teknologi tersebut.135
Alih teknologi dari suatu negara kenegara lain, umumnya dari negara maju berkembang dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada macamnya bantuan teknologi yang dibutuhkan untuk suatu proyek. Teknologi dapat dipindahkan melalui cara sebagai berikut:136
1. Memperkerjakan tenaga-tenaga ahli asing perorangan. Dengan cara ini negara berkembang bisa dengan mudah mendapatkan teknologi, yang berupa teknik dan proses manufacturing yang tidak dipatenkan. Cara ini hanya cocok untuk industri kecil dan menenqah.
2. Menyelenggarakan suplai dari mesin-mesin dan alat equipment lainnya.
Suplai ini dapat dilakukan dengan kontrak tersendiri.
3. Perjanjian lisensi dalam teknologi sipemilik teknologi dapat memudahkan teknologi dengan memeberikan hak kepada setiap orang/badan untuk melaksanakan teknologi dengan suatu lisensi.
135 Hilman Surawiguna, Beberapa Masalah Pokok Perusahaan Multinasional, Sebuah Tinjauan Pustaka, Manajemen Dan Usahawan Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hlm.
41
136 Ita Gembiro, Pemindahan Teknologi dan Pengaturannya Dalam Peraturan Perundang Kompilasi Dalam Aspek-aspek Hukum Dari Pengaruh Teknologi, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2008), hlm.1
4. Expertisi dan bantuan, teknologi. Keahlian dan bantuan dapat berupa:
a. Studi pre-investasi.
b. Basic pre-ingeenering.
c. Spesifikasi masin-mesin.
d. Pemasangan dan menja1ankan mesin-mesin.
e. Manajemen.
International Code on the Transfer of Technology yang disusun oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) tipe pengalihan teknologi diklasifikasikan, antara lain:137
1. Penyerahan, penjualan, dan lisensi dalam bentuk benda-benda industri, kecuali untuk penjualan merek, pelayanan merek, dan penjualan nama ketika mereka bukan bagian dari kontrak alih teknologi;
2. Peralihan pengetahuan dan teknik keahlian melalui pembelajaran, perencanaan, diagram, model, instruksi, petunjuk, formula, dasar atau desain detail mesin, spesifikasi, dan alat-alat untuk pelatihan, pelayanan termasuk di dalamnya melibatkan penasehat teknik, manajerial, dan pelatihan personal;
3. Perlunya peralihan ilmu pengetahuan tentang instalasi, operasi, dan pemanfaatan tanaman dan alat-alat, serta turnkey projects;
4. Pengalihan teknologi untuk keahlian, install dan penggunaan mesin, alat-alat, benda-benda setengah jadi dan/ atau material mentah yang telah diperoleh dari pembelian, peminjaman atau lainnya;
137 Ibid
5. Pengalihan teknologi industri dan teknik pengaturan kerja sama transfer teknologi merupakan proses alih teknologi.
Berdasarkan daftar metode pengalihan teknologi di atas, tidak termasuk alih teknologi yang bersifat non komersial, seperti alih teknologi yang terdapat dalam perjanjian kerjasama internasional antara negara-negara maju dan negara berkembang. Perjanjian semacam itu, ,misalnya terkait dengan pengembangan infrastruktur atau sektor pertanian atau perjanjian internasional dalam bidang riset, pendidikan, ketenagakerjaan, atau transportasi.138
Proses alih teknologi dari luar negeri dapat ditafsirkan menjadi 3 (tiga) tahap:
1. Transfer teknologi yang ada untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu;
2. Perpaduan teknologi di negara-negara berkembang;
3. Perkembangan kemampuan Sumber Daya Manusia dalam hal inovasi.139 Selanjutnya, cara atau sarana melakukan alih teknologi diuraikan sebagai berikut:
1. Foreign direct investment
Foreign direct investment adalah bentuk mekanisme alih teknologi dan dengan adanya foreign direct investment maka akan terjadi ekspansi pasar.
Ekspansi pasar ini melalui pembentukan perusahaan-perusahaan PT PMA di Indonesia telah membawa masuk teknologi asing. PT PMA membuat kontrak dan melalui kontrak inilah teknologi masuk ke Indonesia di samping juga melalui pembelian mesin-mesin dan berbagai lokakarya.140
138 Ibid.
139 Sabartua Tampubolon, Politik Hukum Iptek di Indonesia, (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm. 218
140 T. Mulya Lubis dan M. Richard Bukbaum, Peranan Hukum Perekonomian di Negara-Negara Berkembang, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 20066), hlm. 128
2. Joint venture
Joint venture adalah bentuk yang telah lama berkembang cukup pesat dan luas. Suatu kontrak joint venture atau kontrak usaha patungan adalah suatu upaya dari suatu kegiatan komersial (dengan resiko) oleh dua orang atau lebih pihak (yang bertindak) melalui suatu atau lembaga atau organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan tujuan bersama.141 Sunarayati Hartono memberi batasan joint venture secara luas sebagai berikut: “setiap usaha bersama antara modal Indonesia dan modal asing, baik ia merupakan usaha bersama antara swasta dan swasta, pemerintah, dan swasta, ataupun pemerintah dan pemerintah. Juga tidak dibedakan apakah joint venture itu dianggap sebagai Penanaman Modal Asing ataupun Penanaman Modal dalam Negeri.
3. Licensing
Lisensi adalah suatu perizinan yang diberikan oleh pemberi lisensi kepada pihak penerima lisensi untuk melaksanakan suatu kegiatan atau suatu hak yang dilindungi. Dengan adanya perizinan ini pihak kedua memungkinkan untuk menikmati penggunaan suatu hak atas kekayaan intelektual di bidang industri. Dengan adanya izin penggunaan ini, pihak pertama mendapatkan pembayaran. Ada tiga macam lisensi yang sering ditemui dalam praktik, yakni lisensi eksklusif, lisensi tunggal, dan lisensi non-eksklusif.142
141 Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, (Bandung : Refika Aditama, 2007), hlm. 117.
142 Tim Lindsay, Hak Kekayaan Intelektual, Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni, 2011), hlm. 200.
4. Franchising
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba, ditegaskan bahwa “Waralaba (franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba di mana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hakatas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba”.
Beberapa mekanisme alih teknnologi di atas merupakan tipe kegiatan yang telah banyak dikenal sedangkan mekanisme pengalihan teknologi yang lain juga terdapat beberapa seperti: management contracts, marketing contracts, tehnical service contracts, turnkey contracts, international sub-contracting.
B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Alih Teknologi Penanaman