• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing di Indonesia

ASPEK HUKUM ALIH TEKNOLOGI DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

C. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing di Indonesia

Penanaman modal asing di Indonesia pengaturannya terdapat pada UU Penanaman Modal. Menurut Pasal 1 angka 3 Penanaman Modal bahwa penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Kegiatan penanaman modal asing biasanya dilakukan oleh penanam modal asing dengan menanamkan modalnya pada perusahaan dalam negeri, jadi dengan bentuk usaha patungan (joint venture) antara penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri dengan melakukan perjanjian joint venture (joint

venture agreement). Penanam modal asing maupun penanam modal dalam negeri yang hendak melakukan joint venture ini haruslah terlebih dahulu membuat kontrak.

Perjanjian joint venture salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah tahap penegakan hukum kontrak. Hal ini penting apabila timbul dan terjadi sengketa penanaman modal sehubungan dan berkaitan dengan pelaksanaan dan realisasi dari perjanjian joint venture, sehingga jelaslah hukum apa yang berlaku dan penyelesaian sengketa apa yang digunakan. Dimana penegakan hukum atau penyelesaian sengketa yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan apa yang disepakati oleh para pihak baik menyangkut pilihan hukum maupun pilihan forum.143

Pertimbangan utama bagi investor melakukan investasi adalah adanya jamninan hukum penyelesaian sengketa penanaman modal, adanya cara penyelesaian sengketa melalui arbitrase luar negeri merupakan pilihan para investor dengan pertimbangan bahwa para investor khususnya asing tidak mengenal atau memahami sistem hukum di negara tempat ia melakukan investasi.144

Penyelesaian sengketa penanaman modal di Indonesia diatur di dalam Pasal 32 UU Penanaman Modal mengatur sebagai berikut :

143Ahmad Shofin Nuzil, Arbitrase sebagai penyelesaian sengketa dalam penanaman modal asing, http://www.scribd.com/doc/25167579/Arbitrase-Sebagai-ian-Sengketa-Dalam-Penanaman-Modal-Asing, diakses tanggal 12 Oktober 2018

144 Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta; Rajawali Pers, 2007), hlm.248.

(1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat.

(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan. (4) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.

Penyelesaian sengketa penanaman modal di Indonesia pengaturannya terdapat pada Bab XV Pasal 32 UU Penanaman Modal. Pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa penyelesaian sengketa terlebih dahulu diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat. Namun sesuai dengan Pasal 32 ayat (2) maka apabila tidak dicapai kesepakatan maka dapat dilakukan penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau arbitrase (alternatif penyelesaian sengketa) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Sengketa terjadi antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui pengadilan atau arbitrase dan

apabila sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui arbitrase internasional, namun kesemuanya harus berdasarkan kesepakatan oleh kedua belah pihak, ketentuan ini terdapat pada Pasal 32 ayat (3) dan ayat (4) UU Penanaman Modal.145

Penyelesaian sengketa penanaman modal asing di Indonesia terdapat kecenderungan dan keinginan bahwa pilihan forum penyelesaian sengketa yang disepakati dan dipilih sebagai forum penyelesaian sengketa adalah arbitrase. Hal ini dikarenakan penyelesaian sengketa melalui arbitrase dirasakan lebih praktis, cepat, dan murah.

Negara-negara masyarakat hukum internasional telah membentuk arbitrase khusus mengenai penyelesaian sengketa penanaman modal, yaitu ICSID (International Center for Settlement of Investment Dispute) dimana pembentukannya diprakarsai oleh Direktur Eksekutif Bank Dunia (World Bank) melalui Convention on the Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of Other States (Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal antara Negara dengan Warga Negara Asing) atau sering disebut Konvensi Washington, Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Washington tersebut dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968 tentang Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal antara Negara dengan Warga Negara Asing.146

Melakukan kegiatan penanaman modal tersebut, maka diperlukan aturan hukum dimana aturan hukum tersebut berguna untuk mengantisipasi peristiwa

145 Amirizal, Hukum Bisnis : Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia, (Jakarta:

Djambatan, 2006), hlm.124

146 Ibid., hlm. 125.

yang akan terjadi di masa akan datang selama proses kegiatan penanaman modal dilangsungkan. Aturan hukum tersebut dibuat agar terdapat kejelasan hukum yaitu hukum apa yang akan digunakan apabila nantinya terjadi sengketa antara para pihak yang melangsungkan kegiatan penanaman modal UU Penanaman Modal mengatur mengenai penyelesaian sengketa. Pada Bab XV, Pasal 32 UU Penanaman Modal tersebut diuraikan cara penyelesaian sengketa yang digunakan apabila terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal. Cara penyelesaian sengketa tersebut adalah sesuai dengan bunyi Pasal 32 UU Penanaman Modal yaitu sebagai berikut : 147

1. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat.

2. Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan.

147 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.134.

4. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.

Berdasarkan Pasal 32 UU Penanaman Modal, maka cara penyelesaian sengketa penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri dapat dilakukan melalui cara :

1. Musyawarah dan mufakat adalah salah satu penyelesaian sengketa dengan melakukan pembahasan bersama dengan maksud untuk mencapai keputusan dan kesepakatan atas penyelesaian sengketa secara bersama-sama.148

2. Arbitrase adalah, cara penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa arbiter atau majelis arbiter, sehingga arbiter atau mejelis arbiter yang akan menyelesaikan sengketa.149

3. Pengadilan merupakan, suatu lembaga yang pasti ada di setiap Negara yang berguna untuk menegakkan hukum di suatu Negara. Pengadilan adalah lembaga tempat subjek hukum mencari keadilan.150

4. ADR atau Alternative Dispute Resolution diartikan sebagai, Penyelesaian Sengketa Alternatif, menurut UU No.30 Tahun 1999, adalah lembaga

148 Rahmania, Penanaman Modal, (http://www.scribd.com/doc, diakses pada Senin, 27 Agustus 2018 Pukul 21.00 wib).

149 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.356

150 Ibid, hlm. 357.

penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara negosiasi, mediasi, konsiliasi.151

5. Negosiasi.

Negosiasi adalah komunikasi dua arah dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama atau berbeda.152

6. Mediasi

Mediasi adalah suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang tidak memihak dan netral yang akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah pihak.153

7. Konsiliasi

Konsiliasi adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut.154

8. Arbitrase internasional yaitu melalui International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID) yang merupakan lembaga untuk

151 Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis (ADR), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.30

152 Munir Fuady, Arbitrase Nasional: Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2000), hlm.42

153 Ibid

154 19Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 52

penyelesaian sengketa yang timbul di bidang penanaman modal antara suatu negara dengan asing di antara sesame negara peserta konvensi.155 Menarik penanam modal asing serta untuk memberi kepercayaan kepada pengusaha dan negara maju sebagai pemberi modal akan perlakuan hukum atas keterjaminan kegiatan mereka di Indonesia, maka pemerintah membuat aturan mengenai penyelesaian sengketa diluar lembaga peradilan yaitu arbitrase internasional tersebut, yaitu melalui lembaga ICSID (International Centre for Settlement of Investment Dispute).156

Pemerintah Indonesia juga telah melakukan rativikasi terhadap Convention on the Settlement of Investment Dispute between States and National of other States dengan UU No.5 Tahun 1968, dengan adanya rativikasi ini maka investor asing dapat terlindung dari resiko investasi termasuk dari resiko politik (seperti:

pengambil alihan aset/nasionalisasi). Tindak lanjut dari konvensi ini adalah dibentuknya lembaga penyelesaian sengketa antara penanam modal dengan Negara penerima modal The International Cebter for the Settlement of Investmen Dispute (ICSID), akan tetapi yang perlu diingat juga bahwa Pasal 2 UU No.5 Tahun 1968 menyatakan “Pemerintah mempunyai wewenang untuk memberikan persetujuan bahwa sesuatu perselisihan tentang penanaman modal antara Republik Indonesia dan Warga Negara Asing diputuskan menurut konvensi dan untuk mewaikili Republik Indonesi dalam perselisihan tersebut dengan hak subtitusi”

dengan demikian tidak berarti secara otomatis setiap sengketa harus diselesaikan di dewan arbitrase ICSID.157

155 Salim HS dan Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 358-359

156 Ibid.

157Patria Law Office, Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal, (http://anggisitorus.unila.co.id, diakses pada Senin, 27 Agustus 2018 Pukul 21.00 wib).

Konvensi lain yang berkaitan dengan Arbitrase diatas adalah Konvensi New York 1958 konvensi ini diratifikasii oleh pemerintah RI dengan Keputusan Presiden RI No.34 Tahun 1981. Dalam Pasal III Konvensi New York 1958 disebutkan, tiap Negara peserta dari konvensi ini akan mengakui keputusan arbitrase luar negeri dan menggapnya sebagai mengikat serta melaksanakan keputusan arbitrase itu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di wilayah dimana keputusan itu diminta untuk dilaksanakan. Selain peraturan-peraturan tersebut diatas Pemerintah Indonesia juga menerbitkan Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa), hal ini dilakukan agar tidak ada lagi keraguan tentang pelaksanaan putusan dari lembaga arbitrase.158

Pasal 66 UU Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatur sebagai berikut : Putusan Arbirase Internasional hanya diakui serta dapat dilaksanakan di wilayah Hukum Republik Indonesia, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Putusan Arbitrase Internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara Indonesia terkait pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral, mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrasi Internasional.

b. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dalam huruf a terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan.

158 Ibid.

c. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a hanya dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

d. Putusan Arbitrase Internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang menyangkut Negara Republik Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN