• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELEPAS HELM

Dalam dokumen ATLS (Halaman 45-53)

TRAUMA KEPALA

F. Penilaian Beratnya Cedera

IV. MELEPAS HELM

Penderita yang memakai helm dan memerlukan penatalaksanaan jalan napas harus dijaga kedudukan kepala dan leher dalam posisi netral saat helm dilepaskan oleh 2 penolong.

setiap sisi helm dengan jari terletak pada mandibula pasien. Posisi ini mencegah tergelincirnya helm bila tall pengikat lepas.

B. Penolong kedua memotong atau melepaskan tali helm pada cincin D-nya.

C. Penolong kedua meletakkan satu tangan pada angulus mandibula dengan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi lain. Sementara tangan yang lain melakukan penekanan di bawah kepala pada regio oksipitalis. Manuver ini mengalihkan tanggung jawab imobilisasi lurus kepada penolong kedua.

D. Penolong pertama kemudian melebarkan helm ke lateral untuk membebaskan kedua daun telinga dan secara hati-hati melepas helm. Bila helm yang digunakan mempunyai penutup wajah, maka penutup ini harus dilepaskan dulu. Bila helm yang dipakai mempunyai penutup wajah yang lengkap, maka hidung penderita dapat terhimpit dan menyulitkan melepaskan helm. Untuk membebaskan hidung, helm harus didorong ke belakang lalu dinaikkan ke atas melewati hidung penderita.

E. Selama tindakan ini penolong kedua harus tetap mempertahankan imobilisasi dari bawah guna menghindari tertekuknya kepala.

F. Setelah helm terlepas, imobilisasi lurus manual dimulai dari atas, kepala dan leher penderita diamankan selama penatalaksanaan pertolongan jalan napas. G. Bila upaya melepaskan helm menimbulkan rasa nyeri dan parestesia maka helm

harus dilepas dengan menggunakan gunting gips. Bila dijumpai tanda-tanda cedera vertebra servikalis pada foto ronsen, maka melepaskan helm harus menggunakan gunting gips.

Tabel 2- Glasgow Coma Scale (GCS)

Jenis pemeriksaan Nilai

Respon buka mata (Eye opening, E) Spontan Terhadap suara Terhadap nyeri Tidak ada 4 3 2 1 Respon motorik terbaik (M)

Ikut perintah Melokalisir nyeri

Fleksi normal (menarik anggauta yang dirangsang) Fleksi abnormal (dekortikasi)

Ekstensi abnormal (deserebrasi) Tidak ada (Hasid)

6 5 4 3 2 1 Respon verbal (V) Berorientasi baik

Berbicara mengacau (bingung) Kata-kata ticsk teratur Suara tidak jelas Tidak ada 5 4 3 2 1

Table 2- Pediatric Trauma Score

Nilai Bagian

Pemeriksaan +2 +1 -1

Berat >20 kg 10-20 kg <10 kg

Airway Normal Oro/nasofaringeal 02 Intubasi; cricothyroidotomy

atau tracheostomy Tekanan Darah

Systolic

>90 mm Hg; atau nadi dan

perfusi perifer baik

50-90 mm Hg; pulsasi karotis /femoralis teraba

<50 mm Hg;

pulsasi lemah atau tidak ada

Tingkat kesadaran Sadar Keadaan yang memburuk atau kehilangan kesadaran lainnya

Koma; Tidak bereaksi

Patch tulang Tidak tampak atau conga Tunggal atau tertutup Terbuka atau multiple

Kulit Tidak tampak Kontusi, abrasi; laserasi

<7 cm; tidak tembus fasia

Kehilangan jaringan; luka tembak/tusuk; menembus fascia

Algoritme 1

Penatalaksanaan Cedera Kepala Ringan

Definisi : Penderita sadar dan berorientasi (GCS 14-15) Riwayat

• Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan • Tingkat kewaspadaan • Mekanisme cedera • Amnesia: Retrograde, Antegrade • Waktu cedera • Sakit kepala: ringan, sedang, berat • Tidak sadar segera setelah cedera

Pemeriksaan umum untuk menyingkirkan cedera sistemik. Pemeriksaan neurologis terbatas.

Pemeriksaan rontgen vertebra servikal dan lainnya sesuai indikasi. Pemeriksaan kadar alkohol darah dan zat toksik dalam urine Pemeriksaan CT scan kepala sangat ideal pada setiap penderita,

kecuali bila memang sama sekali asimtomatik dan pemeriksaan neurologis normal

Observasi atau dirawat di RS Dipulangkan dari RS

• CT scan tidak ada • Tidak memenuhi kriteria rawat. • CT scan abnormal • Diskusikan kemungkinan kembali • Semua cedera tembus Ke rumah sakit bila memburuk dan • Riwayat hilang kesadaran berikan lembar observasi

• Kesadaran menurun • Jadwalkan untuk kontrol ulang • Sakit kepala sedang-berat

• Intoksikasi alkohol/obat-obatan • Kebocoran likuor: Rhinorea-otorea • Cedera penyerta yang bermakna • Tak ada keluarga di rumah • GCS<15

Tabel 3- Instruksi Bagi Penderita Cedera Kepala Di Luar RS

Kami telah memeriksa dan ternyata tidak ditemukan indikasi bahwa cedera kepala anda serius. Namun gejala-gejala baru dan komplikasi yang tidak terduga dapat muncul dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera. 24 jam pertama adalah waktu yang kritis dan anda harus tinggal bersama keluarga atau kerabat dekat anda sedikitnya dalam waktu itu. Bila kelak timbul gejala-gejala berikut seperti tertera di bawah Ini maka anda harus segera menghubungi dokter anda atau kembali ke RS.

1. Mengantuk berat atau sulit dibangunkan (penderita harus dibangunkan setiap 2 jam selama periode tidur).

2. Mual dan muntah. 3. Kejang.

4. Perdarahan atau keluar cairan dari hidung atau telinga. 5. Sakit kepala hebat.

6. Kelemahan atau rasa baal pada lengan atau tungkai. 7. Bingung atau perubahan tingkah laku.

8. Salah satu pupil mata (bagian mata yang gelap) lebih besar dari yang lain, gerakan gerakan aneh bola mats, melihat dobel atau gangguan penglihatan lain.

9. Denyut nadi yang sangat lambat atau sangat cepat, atau pola nafas yang tidak teratur.

Bila timbul pembengkakan pada tempat cedera, letakkan kantung es di atas selembar kain/handuk pada kulit tempat cedera. Bila pembengkakan semakin hebat walau telah dibantu dengan kantung es, segera hubungi RS. Anda boleh makan dan minum seperti biasa namun tidak diperbolehkan minum minuman yang mengandung alkohol sedikitnya 3 had setelah cedera.

Jangan minum obat tidur atau obat penghilang nyeri yang lebih kuat dari Acetaminophen sedikitnya 24 jam setelah cedera. Jangan minum obat mengandung aspirin.

Bila ada hal yang ingin anda tanyakan, atau dalam keadaan gawat darurat, kami dapat dihubungi di nomor telepon : ………

Algoritme 2

Penatalaksanaan Cedera Kepala Sedang

Definisi : Penderita biasanya tampak kebingungan atau mengantuk, namun masih mampu menuruti perintah

(GCS : 9-13). Pemeriksaan awal

• Sama dengan untuk cedera kepala ringan ditambah pemeriksaan darah sederhana

• Pemeriksaan CT scan kepala pads semua kasus • Dirawat untuk observasi

Setelah dirawat

• Pemeriksaan neurologis periodik

• Pemeriksaan CT scan ulang bila kondisi penderita memburuk atau bila penderita akan dipulangkan.

Bila kondisi membaik (90%) Bila kondisi memburuk (10%)

• Pulang bila memungkinkan • Bila penderita tidak mampu melakukan • Kontrol di poliklinik perintah lagi, segera lakukan pemeriksaan

CT scan ulang dan penatalaksanaan sesuai protokol cedera kepala berat.

Tabel 4- Penatalaksanaan Awal Cedera Otak Berat

Definisi : Penderita tidak mampu melakukan perintah sederhana karena kesadaran yang menurun (GCS 3-8)

Pemeriksaan dan penatalaksaan

• ABCDE

Primary Survey dan resusitasi

Secondary Survey dan riwayat AMPLE

• Rawat pada fasilitas yang mampu melakukan tindakan perawatan definitif Bedah saraf

• Reevaluasi neurologis: GCS

• Respon buka mata

• Respon motorik

• Respon verbal

• Refleks cahaya pupil

• Obat-obatan

• Manitol

• Hiperventilasi sedang (PCO2<35 mmHg)

• Antikonvulsan

Tes Diagnostik (sesuai urutan)

• CT Scan

• Ventrikulografi udara

Tabel 5- Prioritas Evaluasi Awal Dan Triase Penderita Dengan Cedera Otak Berat

1. Semua penderita cedera otak dengan koma harus segera diresusitasi (ABCDE) setibanya di unit gawat darurat.

2. Segera setelah tekanan darah normal, pemeriksaan neurologis dilakukan (GCS dan refleks pupil). Bila tekanan darah tidak bisa mencapai normal, pemeriksaan neurologis tetap dilakukan dan dicatat adanya hipotensi.

3. Bila tekanan darah sistolik tidak bisa > 100 mmHg setelah-dilakukan resusitasi agresif, prioritas tindakan adalah untuk stabilisasi penyebab hipotensinya, dengan pemeriksaan neurologis menjadi prioritas kedua. Pada kasus ini penderita dilakukan DPL dan ultrasound di UGD atau langsung ke kamar operasi untuk seliotomi. CT scan kepala dilakukan setelah seliotomi. Bila timbul tanda-tanda klinis suatu massa intracranial maka dilakukan ventrikulografi, burr hole eksplorasi atau kraniotomi di kamar operasi sementara seliotomy sedang berlangsung.

4. Bila TDS > 100 mmHg setelah resusitasi dan terdapat tanda klinis suatu lesi intrakranial (pupil anisokor, hemiparesis), maka prioritas pertama adalah CT Scan kepala. DPL dapat dilakukan di UGD, ruang CT Scan atau di kamar operasi, namun evaluasi neurologis dan tindakannya tidak boleh tertunda.

5. Pada kasus yang meragukan, misalnya tekanan darah dapat terkoreksi tapi cenderung untuk turun, upayakan utuk membawa ke ruang CT scan sebelum ke kamar operasi untuk seliotomi atau thorakotomi.

Beberapa kasus membutuhkan koordinasi yang kuat antara ahli bedah trauma dengan ahli bedah saraf.

Dalam dokumen ATLS (Halaman 45-53)

Dokumen terkait