• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN CIRCULATION

Dalam dokumen ATLS (Halaman 63-70)

I. AKSES VENA PERIFER

A. Pilih tempat yang baik di salah satu anggota badan, misalnya pembuluh di sebelah depan dari siku, lengan depan, pembuluh kaki (safena).

B. Pasang turniket elastis di atas tempat punktur yang dipilih. C. Bersihkan tempat itu dengan larutan antiseptis.

D. Tusuklah pembuluh tersebut dengan kateter kaliber besar dengan plastik di atas jarum, dan amatilah kembalinya darah.

E. Masukkan kateter ke dalam pembuluh di atas jarum kemudian keluarkan jarum dan buka torniketnya.

F. Pada saat ini boleh ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium.

G. Sambunglah kateter dengan pipa infus intravena dan mulailah infusi larutan kristaloid yang dipanasi.

H. Amatilah infiltrasi yang mungkin terjadi dari cairan ke jaringan. I. Tambatkan kateter dan pipa ke kulit anggota badan.

II. VENA SEKSI

A. Siapkan kulit pergelangan kaki dengan larutan antiseptis dan tutup daerahnya dengan kain.

B. Infiltrasi kulit di atas pembuluh dengan lidocaine 0,5%.

C. Insisi kulit melintang setebalnya dibuat di daerah anestesia sepanjang 2,5 cm. D. Disseksi tumpul, dengan menggunakan klem hemostat yang lengkung, vena

diidentifikasi dan dipotong dan dibebas dari semua jaringan sekitarnya.

E. Angkat dan diseksi vena tsb sepanjang kira-kira 2 cm untuk melepaskannya dari dasarnya.

F. Ikat vena bagian distal, dan mobilisasi vena, tinggalkan jahitan di tempat untuk ditarik (traction).

G. Pasang pengikat keliling pembuluhnya, arah cepal.

H. Buat venotomi yang kecil melintang dan dilatasi perlahan-lahan dengan ujung klem hemostat yang ditutup.

I. Masukkan kanul plastik melalui venotomi dan ikat dengan ligasi proksimal keliling pembuluh dan kanul. Kanul harus dimasukkan dengan panjang yang cukup untuk mencegah terlepas.

J. Sambung pipa intravena dengan kanul dan tutuplah insisinya dengan jahitan interupsi. K. Pasang pembalut steril dengan salep antibiotik topikal.

III. PUNKSI VENA FEMORAL : TEKNIK SELDINGER A. Terlentangkan penderita.

B. Bersihkan kulit keliling punktur pembuluh dan pasang kain keliling daerah ini. Kalau melakukan prosedur ini harus menggunakan sarong tangan yang steril. C. Dapatkan vena femoral dengan meraba denyut arteri femoral. Venanya terletak

tepat di medial dari arteri femoral (syaraf, arteri vena, ruang kosong). Satu jari tetap di arteri untuk memudahkan lokasi anatomis dan untuk mencegah pemasukan kateter ke dalam arteri.

D. Kalau penderitanya sadar, gunakan anestesi lokal di tempat punksi.

E. Masukkan jarum kaliber besar yang dihubungkan dengan suatu semprit 12 ml berisikan 0,5 sampai 1 ml air garam (saline). Jarumnya, diarahkan ke kepala penderita, harus memasuki kulit langsung di atas vena femoralis.

F. Jarum dan semprit dipegang paralel dengan permukaan depan (frontal plane). G. Dengan mengarahkan jarum ke arah kranial dan ke belakang (posteriorly),

majukanlah jarum dengan lambat sambil dengan pelan menarik tutup penyedot

(plunger) semprit.

H. Kalau tampak aliran darah bebas di dalam semprit, cabut semprit dan tutup jarumnya untuk mencegah emboli udara.

I. Masukkan kawat pemandu dan keluarkan jarum. Kemudian masukkan kateter melalui kawat pemandu.

J. Keluarkan kawat pemandu dan hubungkan kateter dengan pembuluh intravena. K. Tambatkan kateter di tempat (yaitu, dengan jahitan), berikan salep antibiotika,

dan menata daerahnya.

L. Ikatlah pipa intravena dengan plester.

M. Lakukan foto toraks dan abdomen untuk penentuan posisi kateter N. Kateter harus diganti segera bila keadaan memungkinkan.

Komplikasi Akses Vena Femoral Yang Penting 1. Trombose di vena profunda

2. Cedera arteri atau syaraf 3. Infeksi

4. Fistula vena dan arteri

IV. PUNKSI VENA SUBCLAVIA : PENDEKATAN DI BAWAH TULANG CLAVICULA

A. Penderita dalam posisi terlentang, kepala lebih rendah 15 derajad ke bawah untuk menggembungkan pembuluh leher dan mencegah emboli udara. Hanya bila tidak terdapat cedera servikal, maka kepala penderita dapat diputar

menjauhkan tempat punksi.

B. Bersihkan kulit keliling venipunktur dengan baik dan pasang kain keliling daerah ini. Kalau melakukan prosedur ini harus menggunakan sarung tangan yang steril. C. Kalau penderitanya sadar, gunakan anestesi lokal di sekitar tempat punksi.

D. Gunakan jarum kaliber besar yang terpasang pada suatu semprit 12 ml, masukkan 0,5 sampai 1 ml saline, 1 cm di bawah perbatasan sepertiga tengah dan sepertiga medial tulang selangka.

E. Setelah kulit ditembus, arahkan sudut jarum ke atas, untuk mencegah jaringan kulit menyumbat jarum.

F. Jarum dan semprit dipegang paralel dengan permukaan depan.

G. Arahkan jarum ke tengah, sedikit ke arah kepala, dan posterior di belakang tulang selangka mengarah ke belakang, dengan sudut superior ke ujung tulang dada (sternal) (mengarah ke jari yang ditempatkan di sela suprasternal).

H. Majukan jarum dengan lambat sambil menarik mundur tutup semprit dengan perlahan.

I. Kalau tampak aliran darah bebas di dalam semprit, cabut semprit dan tutup jarumnya untuk mencegah emboli udara.

J. Masukkan kawat pemandu sambil memantau electrocardiogram untuk ketidak-normalan irama. Kemudian cabut jarum sambil menahan kawat pemandu di tempat.

K. Masukkan kateter melalui kawat pemandu sampai kedalaman yang ditentukan sebelumnya (ujung kateter harus berada di atas atrium kanan untuk menjalankan cairan)

L. Sambungkan kateter dengan pipa intravena.

M. Tambatkan kateter dengan baik kepada kulit (yaitu, dengan jahitan), berikan salep antibiotika, dan menata daerahnya.

N. Ikatlah pipa intravena dengan plester.

O. Dapatkan foto dada untuk mengetahui posisi kateter intravena dan mungkin terjadinya pneumothorax.

V. PUNKSI VENA JUGULARIS INTERNA: ARAH TENGAH ATAU SENTRAL Catatan: Kateterisasi vena jugularis interna seringkali sukar pada penderita yang cedera karena tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi servikal.

A. Terlentangkan penderita, dengan sedikit-dikitnya kepala turun 15° untuk menggembungkan pembuluh leher dan untuk mencegah emboli udara. Bila telah dipastikan tidak ada cedera servikal, maka kepala penderita dapat diputar menjauhi tempat punksi vena.

B. Bersihkan kulit sekeliling tempat punksi vena dan pasang kain steril keliling daerah ini Dalam melakukan prosedur ini harus menggunakan sarung tangan yang steril.

C. Bila penderitanya sadar, gunakan anestesi lokal di tempat punksi vena.

D. Gunakan jarum kaliber besar yang disambung kepada suatu semprit 12 ml, masukkan 0,5 sampai 1 ml air garam (saline), ke dalam pusat segitiga yang dibentuk oleh kedua caput otot sternocleidomastoideus dan tulang clavicula. E. Setelah kulit dipunksi, arahkan sudut jarum ke atas, untuk mencegah jaringan

kulit (plug) menyumbat jarum.

F. Arahkan jarum ke ujung bawah (ekor), paralel dengan permukaan sagittal, dengan sudut 30oposterior dengan permukaan depan.

G. Majukan jarum dengan lambat sambil mencabut tutup semprit dengan perlahan. H. Kalau tampak aliran darah bebas di dalam semprit, cabut semprit dan tutup

jarumnya untuk mencegah emboli udara. Kalau pembuluh belum dimasuki, cabut jarum dan arahkan jarumnya kembali dengan 5osampai 10oke lateral.Masukkan

kawat pemandu sambil memantau electrocardiogram untuk ketidak-normalan irama.

I. Cabut jarum sambil menahan kawat pemandu dan majukan kateter melalui kawat pemandu. Sambunglah kateter dengan tubing intravena.

J. Tambatkan kateter ke kulit (misalnya dengan jahitan), berikan salep antibiotik dan merata didaerah tsb.

K. Pasang pipa intravena dengan plester.

L. Dapatkan film dada untuk mengetahui posisi kateter intravena dan pneumothorax yang mungkin terjadi.

Komplikasi Dan Punksi Vena Sentral 1. Pneumo- atau hemothorax

2. Trombosis vena

3. Cedera arteri atau syaraf 4. Fistula arteriovena 5. Chylothorax 6. Infeksi

7. Emboli udara

VI. PUNKSI / INFUS INTRAOSSEOUS : LEWAT TULANG TIBIA PROKSIMAL Prosedur ini terbatas pada anak-anak berusia 6 tahun atau kurang, dimana akses pembuluh tidak mungkin didapat karena kolapsnya sirkulasi, atau dimana kanulasi ke vena perifer gagal dua kali. Infus intraosseous harus dibatasi pada resusitasi darurat sang anak, dan dihentikan segera kalau diperoleh akses pembuluh darah lain.

A. Tempatkan penderita dengan posisi telentang. Pilih anggota badan bawah yang tidak cedera, taruh lapisan (padding) secukupnya di bawah lutut untuk

mendapatkan bengkokan lutut sekitar 30° dan biarkan tumit penderita terletak dengan santai di atas usungan.

B. Tentukan tempat punksi - permukaan anteromedial dan proksimal tulang betis, sekitar satu jari (1-3 cm) di bawah tuberositas.

C. Bersihkan kulit sekeliling daerah punksi dengan baik dan pasang kain steril sekelilingnya. Bila melakukan prosedur ini harus menggunakan sarung tangan yang steril.

D. Bila penderitanya sadar, gunakan anestesi lokal di tempat punksi.

E. Pada permulaan dengan sudut 90°, masukkan jarum aspirasi sumsum tulang yang kaliber besar (atau jarum spinal pendek berukuran #18 dengan stilet) ke dalam kulit dan periosteum dengan sudut jarum diarahkan ke kaki dan menjauh lapisan epihysis.

F. Setelah memperoleh tempat masuk di tulang, arahkan jarum 45° sampai 60° menjauh dari lapisan epiphysis.

G. Keluarkan stilet dan sambungkan suatu 12 ml semprit dengan kira-kira 6m1 saline yang steril kepada jarum. Tarik tutup semprit dengan perlahan. Aspirasi sumsum tulang ke dalam semprit berarti telah masuk ke dalam rongga medulla. H. Suntikkan satin ke dalam jarum untuk mengeluarkan bekuan yang mungkin

menyumbat jarum. Bila satin disuntikkan dengan mudah dan tidak ada bukti pembengkakan, jarumnya berada di tempat yang benar. Bila sumsum tulang tidak diaspirasi seperti diuraikan di butir G, tetapi saline yang diinjeksi mengalir dengan mudah tanpa bukti pembengkakan, jarumnya berada di tempat yang benar. Sebagai tambahan, penempatan jarum yang benar tertanda bila jarum tetap tegak lures tanpa didukung dan larutan intravena mengalir bebas tanpa bukti infiltrasi di bawah kulit.

cairan. Jarumnya kemudian diputar masuk lebih jauh ke dalam cavum medula sampai pusat jarum berada di kulit penderita. Bila digunakan jarum licin, jarum itu harus distabilkan dengan sudut 45° sampai 60° dengan permukaan anteromedial dari kaki anak.

J. Berikanlah salep antibiotika dan perban 3 x 3 steril. Tambatkan jarum dan pipanya.

K. Secara rutin lakukan evaluasi ulang mengenai tempat jarum intraosseous, dengan memastikan bahwa jarumnya tetap di dalam korteks tulang dan di saluran medulla. Ingat, infus intraosseous harus dibatasi pada resusitasi darurat si anak dan dihentikan segera begitu terdapat akses vena lain.

Dalam dokumen ATLS (Halaman 63-70)

Dokumen terkait