• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.4 Rekomendasi Penurunan Nilai OTTV

4.4.3 Memasang Jendela Kaca Ganda (Modifikasi Uf)

Pada langkah ini upaya yang akan dilakukan untuk menurunkan nilai OTTV adalah memasang kaca ganda (double glazing) dan mensimulasi ketebalan kaca sesuai dengan karakteristik teknis fabrikan kaca.

Tabel 4.17 Perbandingan koefisien kaca ganda terhadap OTTV

Kaca Ketebalan kaca OTTV

Rayben Double Glazing 5 mm 42,86 W/m2

Rayben Double Glazing 6 mm 42,44 W/m2

Rayben Double Glazing 7 mm 42,39 W/m2

Rayben Double Glazing 8 mm 42,34 W/m2

Berdasarkan tabel diatas, kaca di buat ganda dengan tetap memakai kaca jenis rayben. Selain itu disimulasikan dengan tebal kaca yang berbeda-beda. Jika digunakan dengan ketebalan 5 mm, OTTV= 42,86 W/m2, ketebalan 6 mm OTTV=

42,44 W/m2, ketebalan 7 mm OTTV= 42,39 W/m2, dan dengan ketebalan 8 mm OTTV= 42,34 W/m2.

Dapat dilihat bahwa semakin tebal kaca, nilai Uf semakin menurun dan membuat nilai OTTV juga ikut turun.

Gambar 4.17 Grafik nilai koefisien kaca ganda terhadap nilai OTTV Dari hasil simulasi membuat kaca ganda pada jendela, maka dilakukan kembali perhitungan untuk nilai OTTV total, dengan ketebalan kaca 5 mm nilai OTTV dinding timur menjadi 42,86 W/m2.

Tabel 4.18 Perhitungan OTTV Total Setelah Modifikasi kaca (Uf) Orientasi Aoi OTTVi Aoi x OTTVi OTTV total

Perhitungan nilai OTTV total pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan mengganti kaca pada bagian timur dengan kaca ganda (double glazing) dapat menurunkan nilai OTTV total yang memenuhi standar pada bangunan kantor Pengadilan Tinggi Medan. Hanya dengan kaca ganda ketebalan 5 mm sudah dapat menurunkan nilai OTTV menjadi memenuhi standar yaitu 34,86 W/m2.

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data diperoleh nilai total OTTV bangunan kantor Pengadilan Tinggi Medan sejumlah 35,40 W/m2, melebihi standar yang disyaratkan SNI yaitu maksimum 35 W/m2. Nilai OTTV pada masing-masing sisi dinding berbeda, secara berurutan (tinggi ke rendah) yaitu orientasi timur 44,68 W/m2, barat 41,01 W/m2, utara 24,65 W/m2, dan selatan 24,04 W/m2. Untuk mengurangi nilai OTTV dalam upaya memenuhi persyaratan SNI 03-6389-2011, dilakukan beberapa alternatif modifikasi yaitu modifikasi terhadap rasio jendela terhadap dinding (WWR), mengubah warna cat pada dinding, dan mengganti kaca jendela dengan kaca ganda. Modifikasi dilakukan pada sisi dinding yang memiliki nilai OTTV paling tinggi yaitu dinding timur.

Hasil modifikasi menunjukkan bahwa nilai OTTV bangunan dapat diturunkan dari 35,40 W/m2 menjadi 34,86 W/m2 dengan mengganti kaca rayben ketebalan 5 mm (single glassing) menjadi kaca ganda (double glassing) dengan ketebalan 5 mm. Nilai OTTV juga dapat diturunkan menjadi 34,54 W/m2 dengan menurunkan nilai WWR yang sebelumnya 16,5% menjadi 15%, dan menjadi 34,50 W/m2 dengan mengganti warna cat yang sebelumnya kuning medium menjadi putih semi mengkilap.

DAFTAR PUSTAKA

ACEE. American Council for An Energy-Efficient Economy (2016). The 2016 International Energy Efficiency Scorecard.

Alfian, Wa Ode, IGN Antaryama dan Ima Defiana (2015). Analisa Konservasi Energi Pada Bangunan Kantor Pemerintah Di Surabaya. Proceedings of The 2nd ECO-Architecture Conference (EAC 2) Architecture Department, Qur’anic Science University Wonosobo, Central Java, Indonesia, April 6th – 7th, 2015.

ASHRAE (American Society of Heating, Refrigeration, and Air Conditioning Engineers) Handbook Committee. 2001. ASHRAE Fundamental HandBooks- 2001. ASHRAE 1791 Tullie Circle. Atlanta.

Athoillah, Muhammad Rofiqi (2014). Optimasi Penggunaan Pencahayaan Alami Pada Ruang Kerja Dengan Mengatur Perbandingan Luas Jendela Terhadap Dinding. Surabaya: Jurnal Teknik Pomits Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6.

Badan Standardisasi Nasional (2011). Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung. SNI 03-6389-2011. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional (2011). Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. SNI 03-6196-2011. Jakarta.

Binarti, F (2011). Pengembangan Standar Material Untuk Selubung Bangunan Dalam Rangka Konservasi Energi Bangunan (Studi Kasus Pada Bangunan

Pendidikan). Yogyakarta: Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Yogyakarta, 14 Juli 2011.

Bradshaw V. (1993). Building Control System, Second edition. John wiley &

Sons,Inc. New York.

Davin (2015). Konservasi Energi Melalui Selubung Bangunan Pada Bangunan Kantor di Jakarta Selatan. Jakarta Barat.

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. (2011), Kantor Hemat Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Jakarta.

Green Building Council Indonesia (2014). Rating Tools and Energy Efficiency in Commercial Green Buildings Concepts. Focus Group Discussion Indonesia 2050 Pathway Calculator 28 Agustus 2014. Jakarta: Green Building Council Indonesia.

Harianto, Feri (2013). Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Gedung Graha Galaxy Surabaya. Surabaya: Jurnal Dimensi Utama Teknik Sipil.

International Energy Agency (IEA), Energy Efficiency 2017. France.

Kreider, Jan F., dan Frank Kreith (1982). Solar Heating and Cooling (Active and Passive Design). USA: Hemisphere Publishing Corporation.

Lippsmeier G (1994). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.

Loekita, Sandra (2006). Analisis Konservasi Energi Melalui Selubung Bangunan.

Surabaya: Civil Engineering Dimension, Vol. 8, No. 2, 93–98, September 2006 ISSN 1410-9530.

Outlook Energi Indonesia (2017). Inisiatif Pengembangan Teknologi Energi Bersih. Jakarta: Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK).

Panduan Penghematan Energi di Gedung Pemerintahan Sesuai Amanat Peraturan Menteri ESDM nomor 13 tahun 2012 Tentang Penghematan Pemakaian Listrik. Jakarta.

Perwal Bandung (2016). Peraturan Walikota Bandung nomor 1023 Tahun 2016 Tentang Bangunan Gedung Hijau di Kota Bandung. Bandung.

Pramesti, Previari Umi (2017). Pengaruh Desain Dan Material Selubung Bangunan Terhadap Transfer Termal Pada Bangunan Kaca Berlantai Banyak Studi Kasus: Menara Suara Merdeka Semarang. Masters thesis, Undip.

Semarang: Perpustakaan Magister Teknik Arsitektur.

Pramita, Dian (2013). Pengaruh Komposisi dan Material Selubung Bangunan terhadap Efisiensi Energi Pendinginan pada Perkantoran Bertingkat Menengah Surabaya. Surabaya: Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS.

Satwiko, Prasasto (2009). Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta.

Sujatmiko, W (2010). Studi Peluang Penghematan Pemakaian Energi Pada Gedung Sekretariat Jenderal Pekerjaan Umum. Bandung: Jurnal Permukiman, Vol. 5 No. 3 November 2010: 124-131.

Sukawi (2010). Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap Pemakaian Energi dalam Bangunan (Studi Kasus Perumahan Graha Padma Semarang).

Semarang: Jurnal Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi 2010 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Surapong, Chirarattananon, & Juntakan Taveekun (2004). “An OTTV-based energy estimation model for commercial buildings in Thailand”, Science Direct, Energy and Buildings 36 (2004) 680–689

Utama, N.A., dkk (2011). Indonesian Building Codes and Its Influence on Future Electricity Demand. Journal of Sustainable Energy & Environment 2 (2011) 21-25.

UU Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

Vijayalaxmi, J (2010). Concept of Overall Thermal Transfer Value (OTTV) in Design of Building Envelope to Achieve Energy Efficiency. Int. Journal. of Thermal & Environmental Engineering Volume 1, No. 2 (2010) 75-80.

timur

WWR diturunkan menjadi 0,150

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]

+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]

+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,150) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0, 0,150) x 12}] + {4,59 x 0,150 x 5} + {0,48 x 0,150 x 380}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,150) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,150) x 12}] + [{3,44}] + [{27,36}]

= [0,58 (9,01) + 0,85 (6,81)] + {3,44} + {27,36}

= 11,01 + 3,44 + 27,36

= 41,81 W/m2

WWR diturunkan menjadi 0,125

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]

+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,125) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,125) x 12}] + {4,59 x 0,125 x 5} + {0,48 x 0,125 x 380}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,125) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,125) x 12}] + [{2,86}] + [{22,8}]

= [0,58 (9,27) + 0,85 (7,01)] + {2,86} + {22,8}

= 11,33 + 2,86 + 22,8

= 36,99 W/m2

= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,105) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1- 0,105) x 12}] + {4,59 x 0,105 x 5} + {0,48 x 0,105 x 380}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,105) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,105) x 12}] + [{2,4}] + [{19,15}]

= [0,58 (9,48) + 0,85 (7,17)] + {2,4} + {19,15}

= 11,59 + 2,4 + 19,15

= 33,14 W/m2

2. Perhitungan modifikasi warna cat dinding luar (mod. α) untuk menurunkan nilai OTTV pada dinding timur

• Putih semi kilap α1 = 0,3

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,30{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165) x 12}] + { 4,59 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}

= [0,30{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] + [{3,78}] + [{30,09}]

= [0,30 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 3,78 } + {30,09}

= 8,34 + 3,78 + 30,09

= 42,21 W/m2

OTTV= [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]

+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,25{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165) x 12}] + { 4,59 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}

= [0,25{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] + [{3,78}] + [{30,09}]

= [0,25 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 3,78 } + {30,09}

= 7,8 + 3,78 + 30,09

= 41,67 W/m2

3. Perhitungan modifikasi kaca untuk menurunkan nilai OTTV pada dinding timur

• double glazing 5 mm Uf =1/(Rext+ R + Rint)

= 1/(0,05 + (0,05/1,053) + 0,12 + 0,25)

= 1/(0,05 + 0,047 + 0,047 + 0,12 + 0,25)

= 2,38 W/m2K

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165) x 12}] + {2,38 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] + [{1,96}] + [{30,09}]

= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 1,96} + {30,09}

= 10,81 + 1,96+ 30,09

= 42,86 W/m2

= 1,87 W/m2K

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165) x 12}] + {1,87 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] + [{1,54}] + [{30,09}]

= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 1,54} + {30,09}

= 10,81 + 1,54 + 30,09

= 42,44 W/m2

• double glazing 7 mm Uf =1/(Rext+ R + Rint)

= 1/(0,05 + (0,07/1,053) + 0,12 + 0,25)

= 1/(0,05 + 0,066 + 0,066 + 0,12 + 0,25)

= 1,81 W/m2K

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165) x 12}] + {1,81 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] + [{1,49}] + [{30,09}]

= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 1,49} + {30,09}

= 10,81 + 1,49 + 30,09

= 42,39 W/m2

= 1,75 W/m2K

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]

+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165) x 12}]

+ {1,75 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] + [{1,44}]

+ [{30,09}]

= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + {1,44} + {30,09}

= 10,81 + 1,44+ 30,09

= 42,34 W/m2

Dokumen terkait