• Tidak ada hasil yang ditemukan

memastikan kecukupan rancangan pengendalian intern

Dalam dokumen RUANG LINGKUP UNIT KEPATUHAN INTERNAL DJBC (Halaman 27-40)

Modul Pengenalan Unit Kepatuhan Internal DJBC

3) memastikan kecukupan rancangan pengendalian intern

Pemantauan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Pemantauan adalah evaluasi terpisah (separate evaluations). Sedangkan pemantauan berkelanjutan (on-going monitoring) dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan/supervisi oleh manajemen yang melekat dalam operasi normal suatu entitas. Evaluasi terpisah oleh Pelaksana Pemantauan dilaksanakan melalui 2 (dua) cara yaitu: 1) Pemantauan Pengendalian Utama, adalah kegiatan untuk

memastikan apakah pengendalian utama yang ditetapkan dalam suatu kegiatan telah berjalan dengan menggunakan perangkat pemantauan yang telah disusun. Pemantauan ini dapat dilaksanakan setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan atas suatu kegiatan sesuai dengan risiko kegiatan tersebut.

2) Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan, adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memastikan efektivitas pelaksanaan dan kecukupan rancangan

Modul Pengenalan Unit Kepatuhan Internal DJBC

DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal 33

pengendalian dalam mendukung pencapaian tujuan kegiatan. Pemantauan ini dilaksanakan setidaknya sekali dalam setahun.

Pelaksanaan pemantauan pengendalian intern diterapkan pada level kegiatan (transactional level), dengan memilih kegiatan tertentu berdasarkan berbagai pertimbangan faktor risiko.

Pemantauan Pengendalian Utama dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

- permintaan dokumen yang menjadi sampel kepada pelaksana pengendalian;

- melaksanakan pengujian atas dilaksanakannya Pengendalian Utama berdasarkan langkah-langkah yang tertuang dalam Tabel Pemantauan Pengendalian Utama dan Daftar Uji Pengendalian Utama;

- memberikan rekomendasi atas temuan kepada pelaksana pengendalian;

- membuat dan membahas kompilasi temuan, rekomendasi, dan tindak lanjut koreksi dengan pemilik pengendalian secara dwimingguan dan menyampaikan kompilasi kepada Pelaksana Pemantauan di atasnya secara bulanan.

Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

- menganalisis kompilasi hasil Pemantauan Pengendalian Utama periode bulanan;

- memahami proses bisnis kegiatan yang akan dipantau;

- mengidentifikasi titik-titik dalam proses dimana bisa ada kegagalan untuk mencapai tujuan kegiatan dengan menjawab pertanyaan "apa yang bisa salah";

- mengidentifikasi control dan Pengendalian Utama (Key Control);

- melaksanakan evaluasi kecukupan pengendalian atas kegiatan yang dipantau;

34 DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal

- membuat daftar defisiensi pengendalian dan memberikan usulan perbaikan rancangan pengendalian kepada Pelaksana Pemantauan tingakt Eselon I

d. Evaluasi Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja pegawai atau unit kerja di lingkungan DJBC yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur menurut perbandingan dengan standar atau tolok ukur yang telah ditentukan berdasarkan tugas, tujuan, atau sasaran kerja.

Evaluasi kinerja adalah kegiatan penilaian hasil kerja menurut indikator tertentu atas dasar target hasil kerja yang telah ditetapkan. Seluruh pelaksanaan tugas di lingkungan DJBC dievaluasi kinerjanya secara periodik oleh UKI.

Evaluasi kinerja tersebut meliputi kegiatan penilaian hasil kerja pelaksanaan tugas menurut indikator tertentu atas dasar target hasil kerja yang telah ditetapkan disertai dengan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja tersebut.

1) Pelaksanaan tugas di lingkungan DJBC yang dievaluasi kinerjanya meliputi sebagai berikut:

a) pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan dan cukai sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun;

b) pelaksanaan tugas di bidang pengawasan kepabeanan dan cukai sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun;

c) pelaksanaan tugas di bidang administrasi sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam 1 (satu) tahun; d) pelaksanaan tugas yang target kinerjanya telah ditetapkan

dalam Rencana Strategis, Road Map, dan Rencana Kerja Tahunan;

Modul Pengenalan Unit Kepatuhan Internal DJBC

DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal 35

e) pelaksanaan tugas yang target kinerjanya telah ditetapkan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) berdasarkan manajemen kinerja berbasis balanced score card.

Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada poin 1) huruf a), b), c), d) dilakukan oleh UKI sebagai berikut:

(1) evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas pada instansi vertikal DJBC dilaksanakan oleh UKI pada instansi vertikal masing-masing paling lama pada periode akhir tahun;

(2) evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas pada Kantor Pusat DJBC dilaksanakan oleh PUSKI paling lama pada periode akhir tahun.

Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 5) dilakukan oleh UKI sebagai berikut:

a) evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada DJBC dilaksanakan oleh PUSKI pada periode setiap bulan;

b) evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon II DJBC dilaksanakan oleh PUSKI pada periode setiap bulan;

c) evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon III DJBC dilaksanakan oleh submanager pengelola IKU masing-masing pada unit kerja Eselon II pada periode setiap bulan;

d) evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas dengan IKU yang merupakan kontrak kinerja pada unit kerja Eselon IV dan pegawai pelaksana perorangan dilaksanakan oleh pejabat struktural yang menjadi atasan masing-masing pada periode setiap bulan.

2) Dalam rangka pelaksanaan evaluasi kinerja, UKI menggunakan data dan informasi kinerja yang bersumber:

36 DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal

(1) laporan capaian kinerja yang disampaikan oleh unit-unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan capaian kinerja tersebut kepada UKI secara periodik.

(2) hasil peninjauan UKI pada kegiatan operasional pelaksanaan tugas; dan/atau

(3) hasil survey yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey yang independen.

3) Laporan capaian kinerja untuk evaluasi kinerja atas pelaksanaan tugas disampaikan oleh:

(1) Kepala instansi vertikal DJBC Eselon III dan Eselon IV yang menjadi penanggung jawab atas pelaksanaan tugas tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan;

(2) unit kerja Eselon II yang menjadi penanggung jawab pengelolaan capaian kinerja tersebut kepada PUSKI sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan; dan (3) Kepala PUSKI kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai

sesuai dengan periodesitas evaluasi kinerja yang ditentukan. 4) Hasil evaluasi kinerja tersebut ditindaklanjuti oleh pejabat-pejabat

terkait dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) dalam hal dari hasil evaluasi kinerja tersebut menunjukkan adanya indikasi terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara, dilakukan investigasi internal terhadap pejabat dan pegawai terkait oleh PUSKI; (2) rekomendasi untuk peningkatan pelaksanaan tugas meliputi

tindakan penyempurnaan di bidang kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan, tindakan pemberian penghargaan kepada para pegawai yang berprestasi, tindakan pengenaan sanksi administratif kepegawaian terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai, atau tindakan tuntutan

Modul Pengenalan Unit Kepatuhan Internal DJBC

DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal 37

perbendaharaan atas kerugian keuangan negara yang ditimbulkan.

e. Penanganan Pengaduan Masyarakat

Laporan atau pengaduan masyarakat adalah informasi yang disampaikan masyarakat secara lisan, tertulis, atau elektronik kepada pejabat bea dan cukai berupa sumbangan pikiran, saran, gagasan, keluhan atau pengaduan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan/atau tugas administrasi di lingkungan DJBC.

Setiap pengaduan masyarakat yang diterima oleh UKI harus ditangani melalui proses kegiatan penerimaan, pencatatan, penelaahan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi, penelitian, pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan.

Pengaduan masyarakat tersebut dapat disampaikan secara lisan dan tertulis dan/atau melalui telepon, pemberitaan media massa, layanan pesan singkat telepon seluler (SMS), surat, atau internet (e-mail).

1) Penanganan pengaduan masyarakat harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(1) Obyektivitas, yaitu kegiatan penanganan pengaduan masyarakat harus berdasarkan fakta atau bukti yang dapat dinilai berdasarkan kriteria yang ditentukan.

(2) Efektivitas dan efisiensi, yaitu kegiatan penanganan pengaduan masyarakat harus dilaksanakan secara tepat sasaran, hemat tenaga, waktu dan biaya.

(3) Akuntabilitas, yaitu proses kegiatan penanganan pengaduan masyarakat dan tindak lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prosedur yang berlaku.

38 DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal

(4) Kerahasiaan, yaitu penanganan terhadap suatu pengaduan masyarakat dilakukan secara hati-hati dan dijaga kerahasiaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Transparan, yaitu hasil kegiatan penanganan pengaduan masyarakat diinformasikan berdasarkan mekanisme dan prosedur yang jelas dan terbuka.

2) Setiap pengaduan masyarakat diidentifikasi unsur-unsur materi pengaduannya yang meliputi:

(1) tanggal surat pengaduan, tanggal penerimaan pengaduan, identitas pelapor yang menyangkut nama, profesi, dan alamat;

(2) identitas terlapor yang menyangkut nama, NIP, jabatan, dan tempat kedudukan; dan/atau

(3) bentuk kasus yang diadukan, waktu dan tempat kejadian kasus.

3) Setiap pengaduan masyarakat dilakukan penelaahan tentang jenis kasus yang diadukan yang dapat berupa:

(1) ketidakberadaan pegawai di tempat tugas pelayanan; (2) sikap dan perilaku pegawai yang tidak simpatik atau tidak

responsif;

(3) penyalahgunaan wewenang atau tindakan sewenang-wenang pegawai yang merugikan masyarakat dan negara; (4) penyelesaian pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan

dan cukai yang berbelit-belit, tidak jelas, dan/atau tidak pasti;

(5) penyelesaian pengurusan perizinan dan/atau pemberian fasilitas yang berbelit-belit, tidak memberikan kepastian, dan/atau tidak transparan;

(6) pungutan liar, penyuapan, kolusi, dan/atau pemerasan dalam pelayanan atau penindakan di bidang kepabeanan dan cukai;

Modul Pengenalan Unit Kepatuhan Internal DJBC

DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal 39

(7) penatausahaan dan pengelolaan barang inventaris atau barang bukti yang tidak dapat dipertanggungjawabkan; (8) kebocoran dalam penerimaan bea masuk, cukai, dan

pungutan negara lainnya;

(9) penyelundupan impor dan ekspor;

(10) penyimpangan atau manipulasi dalam pelayanan atau pengelolaan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai, seperti Tempat Penimbunan Berikat, KITE, dan lain-lain; (11) penyimpangan dan manipulasi dalam pengadaan barang

dan jasa;

(12) penyimpangan dalam pelaksanaan kebijakan di bidang kepegawaian;

(13) masalah dalam kehidupan rumah tangga pegawai;

(14) masalah sikap, perilaku, dan perbuatan serta gaya hidup pegawai yang tidak sesuai dengan norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum; dan/atau

(15) bentuk-bentuk penyimpangan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan lainnya.

Setiap pengaduan masyarakat dilakukan klarifikasi tentang kejelasan masalahnya melalui pengecekan kepada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan berkaitan dengan masalah yang diadukan dan rumusan masalahnya berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan dan tinjauan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Khusus untuk penyelesaian pengaduan masyarakat yang ditangani PUSKI, pengaduan masyarakat tersebut diteruskan kepada kepala unit kerja terlapor untuk mendapat tanggapan dan penjelasan tentang kemungkinan penyelesaian yang telah dilakukan, dan kepala unit kerja terlapor wajib menyampaikan tanggapan kepada PUSKI pada kesempatan pertama.

Dalam hal memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), untuk mendapatkan bukti-bukti yang cukup, kompeten,

40 DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal

relevan, dan berguna mengenai kebenaran pengaduan masyarakat, Kepala PUSKI melakukan investigasi internal terhadap para pejabat dan pegawai terkait sesuai dengan prosedur dan tata cara pemeriksaan pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

4) Tindak lanjut hasil penelitian dan pemeriksaan pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) meliputi sebagai berikut:

(1) terhadap pelapor akan diberitahukan tentang hasil penelitian dan pemeriksaan tersebut yang dapat berupa laporan pengaduan bersangkutan tidak benar atau jika hasil pemeriksaan terbukti kebenarannya, akan disampaikan ucapan terima kasih;

(2) terhadap terlapor atau pegawai yang berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan menunjukkan tidak bersalah nama baik terlapor segera direhabilitasi atau jika bersalah, maka akan diusulkan kepada Sekretaris DJBC untuk dikenakan hukuman disiplin pegawai, tindakan tuntutan perbendaharaan jika terjadi kerugian keuangan negara, rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas yang dapat berupa tindakan penyempurnaan manajemen organisasi, penyempurnaan sumber daya organisasi, pembinaan sumber daya manusia, dan lain-lain.

f. Investigasi Internal

Investigasi internal adalah serangkaian tindakan pejabat pada PUSKI untuk melakukan penyelidikan dalam bentuk meminta keterangan dari pegawai DJBC dan sumber-sumber lainnya serta mengumpulkan data dan fakta-fakta guna menemukan ada tidaknya indikasi pelanggaran Kode Etik Pegawai dan/atau Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang dalam hal ditemukan adanya indikasi pelanggaran maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap

Modul Pengenalan Unit Kepatuhan Internal DJBC

DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal 41

pegawai terkait menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pelanggaran yang terjadi beserta identitas pegawai yang melakukan pelanggaran.

UKI mempunyai fungsi untuk melakukan investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai negeri sipil, sedangkan UKI lain tidak memiliki fungsi untuk melakukan investigasi internal. Pelaksanaan investigasi internal tersebut harus berdasarkan surat tugas tertulis dari Kepala PUSKI.

Investigasi internal bertujuan untuk diperolehnya bukti-bukti yang dapat mengungkapkan kebenaran atas dugaan terjadinya pelanggaran kode etik dan/atau pelanggaran peraturan disiplin pegawai yang dilakukan oleh pegawai. Investigasi internal meliputi kegiatan permintaan keterangan dari pegawai DJBC dan sumber-sumber lainnya serta pengumpulan data dan fakta guna mendapatkan indikasi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai negeri sipil dan pemeriksaan terhadap pegawai terkait sesuai dengan ketentuan, prosedur, dan tata cara yang berlaku. Setiap pegawai yang dimintai keterangan dan/atau diperiksa wajib untuk membantu dan memenuhi keterangan dan pemeriksaan yang diperlukan.

Investigasi internal dilakukan dalam hal:

1) hasil pemantauan dan pengujian pengawasan melekat ditemukan indikasi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai;

2) hasil pengawasan kepatuhan internal yang dilaksanakan oleh UKI ditemukan adanya dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai;

3) hasil kegiatan pemantauan pengendalian intern oleh UKI ditemukan adanya dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai;

42 DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal

4) hasil evaluasi kinerja yang dilaksanakan oleh UKI ditemukan adanya dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai;

5) hasil penanganan pengaduan masyarakat terdapat indikasi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai; 6) pegawai dipanggil atau diperiksa atau ditangkap aparat penegak

hukum karena diduga telah melakukan pelanggaran hukum pidana atau perdata.

Kegiatan investigasi internal oleh PUSKI KC dilakukan secara langsung terhadap pejabat/pegawai pada instansi vertikal DJBC dalam hal menyengkut dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang:

1) melibatkan Kepala instansi vertikal dan/atau pejabat UKI; 2) mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat;

3) Melibatkan pejabat/pegawai dari dua atau lebih kantor/satuan kerja eselon II di ligkungan DJBC;

4) proses penanganannya oleh UKI pada instansi vertikal berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

5) tidak ditindaklanjuti oleh UKI pada instansi vertikal;

6) berdasarkan analisis manajemen risiko PUSKI atas informasi-informasi yang diterima PUSKI KC serta data-data kegiatan atau kinerja pelaksanaan tugas instansi vertikal yang bersangkutan menunjukkan adanya potensi yang merugikan masyarakat dan negara; atau

7) berdasarkan perintah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Terhadap dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana ayat (1), PUSKI KC mendelegasikan tugas investigasi internal tersebut kepada UKI Kantor Wilayah. Atas pendelegasian tugas investigasi internal oleh

Modul Pengenalan Unit Kepatuhan Internal DJBC

DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal 43

PUSKI KC, UKI Kantor Wilayah harus menindaklanjutinya sesuai ketentuan.

Kegiatan investigasi internal oleh UKI Kantor Wilayah dilakukan secara langsung terhadap pejabat/pegawai pada KPPBC di bawah pengawasannya dalam hal :

1) berdasarkan analisis manajemen risiko UKI Kantor Wilayah, dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang ditemukan oleh UKI Kantor Wilayah memuat pelanggaran yang berpotensi merugikan DJBC;

2) dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang ditemukan oleh UKI Kantor Wilayah melibatkan pejabat/pegawai dari dua atau lebih KPPBC di bawah pengawasannya.

3) berdasarkan permintaan Kepala Kantor Wilayah DJBC; atau 4) berdasarkan permintaan Kepala PUSKI KC.

Terhadap dugaan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana ayat (1), UKI Kantor Wilayah mendelegasikan kepada UKI KPPBC. Atas pendelegasian tugas investigasi internal oleh UKI Kantor Wilayah, UKI KPPBC harus menindaklanjutinya sesuai ketentuan.

g. Rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas.

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan strategi penegakan kepatuhan internal, UKI menyampaikan kepada pejabat yang berwenang tentang rekomendasi kepatuhan internal yang dapat berupa:

1) tindakan penjatuhan hukuman administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;

2) tindakan pemindahan/rolling pegawai ke tempat yang tidak strategis atau yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan/pengawasan.

44 DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal

3) tindakan pemberian penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan;

4) tindakan tuntutan perbendaharaan, tindakan penyempurnaan aparatur pemerintahan di bidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan;

5) tindakan peningkatan daya guna dan hasil guna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara dan tercapai hasil kerja sebaik-baiknya dan secara optimal.

Pejabat yang menerima rekomendasi wajib melaksanakan rekomendasi dimaksud sesuai ketentuan yang berlaku. Namun dalam hal pejabat yang menerima rekomendasi menemukan bukti-bukti baru yang berbeda dengan bukti-bukti yang digunakan sebagai dasar penyampaian rekomendasi, pejabat yang menerima rekomendasi dapat mengajukan usulan untuk meninjau kembali rekomendasi dimaksud.

Terhadap usulan peninjauan kembali rekomendasi tersebut, UKI melakukan penelaahan kembali berdasarkan data yang ada. Dalam hal berdasarkan hasil telaahan, UKI menyetujui materi usulan peninjauan kembali terhadap rekomendasi dimaksud, maka UKI melakukan langkah korektif dan menyampaikan klarifikasi atau perubahan rekomendasi kepada pejabat yang menerima rekomendasi.

Dalam hal berdasarkan hasil telaahan yang dilakukan, UKI tidak menyetujui materi usulan peninjauan kembali terhadap rekomendasi dimaksud, maka UKI menyampaikan klarifikasi yang menguatkan rekomendasi sebelumnya. Terhadap rekomendasi yang telah dilakukan penelaahan kembali tersebut selanjutnya disampaikan kepada pejabat yang berwenang untuk dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Pejabat yang menerima rokomendasi wajib melaksanakan rekomendasi tersebut. Dalam hal pejabat yang menerima rekomendasi mengajukan usulan peninjauan kembali terhadap rekomendasi

Modul Pengenalan Unit Kepatuhan Internal DJBC

DTSS Kepatuhan Internal – Pengenalan Unit Kepatuhan Internal 45

dimaksud, maka usulan tersebut dapat disampaikan kepada UKI paling lambat sebelum jatuh tempo pelaksanaan rekomendasi.

Terhadap rekomendasi yang telah dilakukan penelaahan kembali oleh UKI, pejabat yang menerima rokomendasi wajib melaksanakan rekomendasi tersebut setelah diterima hasil telaahan rekomendasi dari UKI. Pejabat yang menerima rekomendasi wajib menyampaikan hasil pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi tersebut kepada UKI segera pada kesempatan pertama setelah rekomendasi selesai dilaksanakan.

UKI wajib melakukan monitoring terhadap rekomendasi yang disampaikan kepada pejabat yang menerima rekomendasi secara periodik. Monitoring dilakukan dengan menyampaikan permintaan klarifikasi kepada pejabat yang menerima rekomendasi atas tindak lanjut rekomendasi yang disampaikan UKI. Terhadap permintaan klarifikasi tersebut, pejabat yang menerima rekomendasi wajib menjelaskan pelaksanaan rekomendasi berikut data pendukung terkait.

Dalam dokumen RUANG LINGKUP UNIT KEPATUHAN INTERNAL DJBC (Halaman 27-40)

Dokumen terkait