KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2. Membaca dalam Kurikulum di SD
Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak dalam berbagai ranah berbahasa. Untuk itu, corak pembelajarannya harus lebih diwarnai dengan kegiatan berbahasa.
Demikian pula dalam pembelajaran membaca di Sekolah Dasar, siswa harus lebih banyak dihadapkan dengan berbagai ragam bacaan.
Selanjutnya, mereka dapat berkomunikasi dengan gagasan yang dituangkan dalam bahasa tulis tersebut. Berbagai keterampilan membaca harus dilatihkan kepada mereka agar kepemilikan keterampilan itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat betapa pentingnya keterampilan membaca dimiliki oleh siswa, maka guru di Sekolah Dasar perlu memiliki kompetensi yang memadai tentang substansi membaca dan kemampuan mengelola pembelajaran keterampilan membaca. Untuk maksud itulah postingan dalam blog ini ditulis. Melalui pembacaan dan pembahasan postingan ini, diharapkan Anda akan lebih siap tampil di depan siswa dan melakukan pembelajaran membaca yang fungsional, karena telah mempelajari teori membaca, terampil membaca, dan mampu melaksanakan pembelajaran membaca.
Membaca; seperti membaca huruf, suku katam kata, kalimat, paragraph, berbagai teks bacaan, denah; petunjuk, tata tertib,pengumuman, kamus, enslikopedia serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyar, cerita binatang, puisi anak,
syair lagu, pantun, dan drama anak kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca.
Membaca di SD pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Sebagi proses-proses visual membaca merupakan proses menterjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprest Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang mengandung makna. Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan pengetahuan tentang kata dan istilah dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. Dengan demikian, membaca merupakan suatu proses yang
melibatkan aspek fisik dan psikologis untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang dipengaruhi oleh pengalaman serta pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya.
a. Hakikat Keterampilan Membaca
Membaca adalah satu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media cetak (bahasa tulis).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali atau pembacaan sandi (a recording and decoding process).
Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning ) yang mencakup pengubahan tulisan-cetakan menjadi bunyi
yang bermakna (Anderson dalam Tarigan, 1979: 7).
Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan lambang-lambang tertulis untuk mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersilrat di dalamnya.
Kegiatan membaca dapat dilihat sebagai suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis untuk mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat di dalamnya. Kegiatan membaca dapat dilihat sebagai suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (ponics). Fonik adalah suatu metode
pengajaran membaca, pengucapan, dan ejaan berdasarkan interprestasi fonetik terhadap ejaan biasa.
Membaca pada hakikatnya adalah proses berfikir. Kata seorang ahli membaca yang bernama Edward L. Thorndike, Reading as Thinking dan Reading as Reasoning. Artinya, bahwa proses membaca itu sebenarnya tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berfikir dan bernalar. Dalam proses membaca ini terlibat aspek-aspek berfikir seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan.
Sehingga dalam membaca diperlukan potensi yang berupa kemampuan intelektual yang tinggi (Kusuma dkk, 2010).
Selanjutnya, menurut Finochiaro dan Bonomo (dalam Tarigan 1985:
11) bahwa membaca dapat juga diartikan sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat yang terdapat dalam hal yang tersurat; melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing meaning to and getting meaning from printed organization written material „memetik atau memahami makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis‟. Seiring dengan pendapat finochiaro dan Bonomo tersebut, Tarigan (1985: 12) mengatakan bahwa para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang
menggambarkan tanda-tanda oditor yang sama yang telah mereka tanggapi sebelumnya.
Kegiatan membaca melibatkan dua komponen utama, yakni kemampuan mata dalam melihat lambang-lambang grafis dan kemampuan pikiran dalam menangkap dan memaknai lambang-lambang grafis tersebut menjadi sebuah informasi yang utuh dan lengkap.
Kemampuan fisik meliputi kemampuan mata yang selanjutnya disebut kemampuan visual, sedangkan kemampuan psikis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bernalar disebut kemampuan kognitif.
Kecepatan membaca adalah kemampuan seseorang dalam menggerakkan mata secara cepat dan tepat pada saat membaca sehingga diperoleh rata-rata kecepatan baca berupa jumlah kata per menit. Jadi, jika seseorang dapat membaca bacaan yang panjangnya lebih kurang 2000 perkataan dalam tempo lima menit, artinya rata-rata kecepatan adalah 400 kata per menit (Harjasujana dan Mulyati, 1997:
68).
Kemampuan kognitif yang dimaksud di sini adalah kemampuan dalam menemukan dan memahami informasi yang tertuang dalam bacaan secara tepat dan kritis. Seseorang boleh dikatakan memiliki kemampuan membaca yang baik jika dia mampu memahami isi bacaan tersebut minimal 70 persen. Untuk mengetahui persentase kemampuan membaca seseorang tentu diperlukan suatu alat untuk mengukurnya.
Alat untuk mengukur kemampuan membaca itu dapat mempergunakan alat ukur tes.
Kecepatan efektif membaca ini merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan kemampuan memahami isi bacaan.
Kecepatan rata-rata membaca merupakan cermin dari tolak ukur kemampuan visual, yakni kemampuan gerak motoris mata dalam melihat lambang-lambang grafis. Pemahaman isi bacaan merupakan cermin dari kemampuan kognitif, yakni kemampuan berpikir dan bernalar dalam mencerna masukan grafis yang diterimanya lewat indera mata.
Dalam membaca pembaca dituntut untuk membaca tepat dan efektif.
Pertama, yang perlu dingat ialah bahwa membaca itu adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal pembaca.
Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca (Nurhadi, 2005: 13).
Beberapa ahli bahasa (dalam Tarigan, 1979) memberikan batasan mengenai membaca seperti berikut ini:
1) membaca adalah proses mendaftarkan arti kata-kata tertulis (Heilman);
2) membaca adalah sebuah proses berfikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan atau menafsirkan arti dan menerapkan ide-ide dan lambang (Carter);
3) membaca adalah dua tingkat proses penerjemahan dan pemahaman; pengarang menulis pesan berupa kode (tulisan) dan pembaca mengartikan kode itu dalam (Caroll);
4) membaca adalah proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis;
5) membaca adalah pengucapan kata-kata dan pemerolehan arti dari barang cetakan;
6) membaca adalah proses membentuk arti dari teks-teks tertulis dalam (Anderson); dan
7) membaca adalah proses menggali informasi dari teks, baik dari yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram, maupun dari kombinasi itu semua atau keterampilan mengenal dan memahami bahasa tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras (Harimurti Kridalaksana).
b. Tujuan Membaca
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD bertujuan untuk meningkatkan kemampuan murid berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki
siwa SD adalah keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat kreatif.
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca dikelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca murid itu sendiri (Kusuma dkk, 2010).
Dalam membaca disertai dengan aktifitas melihat sambil melisankan suatu dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Hal ini diperjelas oleh Akhadiah, dkk (1993) tentang tujuan membaca sebagai brikut:
a. Membaca untuk mendapatkan informasi, yang dimaksud dengan informasi dalam membaca adalah mencakup informasi yang dapat berupa fakta dan kejadian sehari-hari sampai pada informasi tingkat tinggi tentang teori dan penemuan ilmiah lainnya.
b. Membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Misalnya membaca karya para penulis agar mendapatkan nilai positif terhadapnya.
c. Membaca untuk melepas diri dari kenyataan, misalnya pada saat merasa jenuh, sedih atau putus asa. Dalam arti membaca sebagai penyaluran yang positif.
d. Untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan. Dalam halini memiliki bacaan yang ringan dan disukai.
e. Karya membaca yang tinggi adalah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya dengan memilih bacaan berupa bernilai sastra.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka dipahami bahwa tujuan membaca adalah: (1) Untuk mendapatkan pengetahuan atau informasi, yang diperoleh melalui bacaan berupa buku pelajaran, laporan dan sebagainya, (2) Agar citra dirinya meningkat. (3) Untuk melepaskan diri dari kenyataan membaca, dan (4) Untuk mengisi waktu luang, (5) Untuk memupuk perkembangan keharusan dan keindahan, yang diperoleh, melalui membaca puisi, drama dan prosa fisika biasa. Bacaan yang dapat dipilih berupa bacaan tentang kepahlawanan, keberanian.
Said (1992:43) menjelaskan bahwa:
Membaca dapat dilihat dari berbagai arah yaitu sebagai sarana memperkaya pengalaman, sebagai suatu upaya interprestasi makna dan sebagai suatu proses komunikasi. Membaca dapat dipelajari sesuai dengan acuan yang dengan unsur pokok yang terkandung di dalamnya.
Sehingga membaca selalu memberikan citra yang sangat dekat dengan ilmu pengetahuan sebab membaca adalah bagian dari perkmbangan ilmu pengetahuan.
Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam. Syafi‟ie (1993: 52) menyebutkan bahwa:
Empat tingkat atau kategori pemahaman membaca yaitu literal infrensial, kritis dan kreatif. “ Hal tersbut diuraikan sebagai berikut:
a. Permainan literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman ini merupakan tingkat paling rendah.
b. Pemahaman infrensial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks.
Memahami teks secara infrensial berarti pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks.
c. Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks, dalam hal ini pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu pengetahuan dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.
d. Pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan professional.
Selain aspek-aspek yang harus diperhatikan untuk memahami bacaan, penetapan membaca bagi murid harus memenuhi dua syarat yaitu: (1) menggunakan pernyataan yang jelas dan tepat tentang yang diperhatikan atau dicari oleh murid ketika membaca, (2) member gambaran yang mudah dipahami oleh murid tentang yang semestinya dilakukan setelah membaca (Hairuddin,dkk:2007)
Membaca dilakukan sebagai upaya memproleh informasi yang mencakup isi dan memahami makna bacaan. Makna bacaan sangat
ditentukan oleh pengalaman pembaca terhadap keadaan dalam bacaan.
c. Manfaat Membaca
Membaca adalah perilaku positif. Menurut Burn,dkk 1996 (dalam Farida 2008) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupkan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar.
Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan (cooditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Banyak orang pintar dan cerdas disebabkan dari rajin membaca. Mambaca membantu mengembangkan pikiran dan menjernihkan cara berpikir. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan mesmori dan pemahaman. Dan dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. Aidh bin Abdullah al-Qarni (dalam Wijaya Kusuma, 2010), menungkapkan sepuluh manfaat membaca, yaitu:
1). Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan. 2). Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk kedalam kebodohan. 3). Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bias berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja. 4). Dengan sring membaca, orang bias mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata. 5). Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan mnjernihkan cara berpikir. 6). Membaca meningkatkan pengetahuan sesorang dan meningkatkan memori dan pemahaman orang lain : kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana. 7) dengan
sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. 8). Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia. 9). Dengan sering membaca, orang bias menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat, lebih lanjut ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris”
(memahami apa yang tersirat).
d. Membaca Pemahaman
Faris (Rahim, 2005:122) mengatakan bahwa:
Membaca pmahaman adalah suatu aktifitas memproses makna kata, memahami konsep, dan memahami ide yang disampaikan penulis dan dihubungkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca.
Sejalan dengan pendapat Syafi‟ie (1993:46) yang menyatakan bahwa:
Membaca pemahaman adalah proses kegiatan untuk memahami dan menerima isi bacaan yang disampaikan penulis melalui bahasa tulis dalam wujud isi pesan berupa fakta, gagasan, pendapat,dan ungkapan perasaan.
Pross penguasaan dan keterampilan membaca pemahaman dipengaruhi beberapa faktor. Yap (dalam Tampubolon. D.P. 2008) menyatakan bahwa:
Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh kuantitas membacanya. Hasil penelitiannya menyebutkan perbandingan sebagai berikut: 65%
ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ dan 19% oleh faktor-faktor lingkungan social, emosional, lingkungan fisik dan sejenisnya.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa situasi sekitar pembaca berpengaruh terhadap kegiatan membaca pemahaman seseorang. Suatu kegiatan reseptif menelaah isi teks bacaan memerlukan situasi lingkungan yang tenang. Keadaan yang tenang akan membuat pembaca lebih mudah mengenali setiap lambang bunyi, memberi makna dan dapat menanggapi isi bacaan dengan cepat. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi akan mnjadi kendala bagi pmbaca dalam memahami bahan bacaan.
Sebaliknya murid akan dapat memahami secara baik bahan bacaan yang tergolong mudah. Oleh sebab itu bahan bacaan yang akan disajikan hendaklah dipilih yang memiliki tingkat keterbatasan tinggi, bentuk kalimatnya efektif, tidak ada unsur asing yang tidak perlu, dan memiliki pola penelaran yang runtut. Aspek lain yang juga berpengaruh dalam membaca pemahaman adalah kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi bila disertai pusing-pusing kepala dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dibaca kurang atau tidak berbekas.
Kondisi organ0organ khusus murid, seperti tingkat kesehatan indra penglihatan juga sangat mempengaruhi kemempuan menyerap informasi dan pengetahuan. Aspek lain yang tidak dapat diabaikan adalah aspek keluasan wawasan, tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi.
Aspek-aspek ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap tingkat keterampilan membaca pemahaman. Karlin (dalam Rachman Yenni 2009) mengatakan bahwa:
Pembelajaran bahasa dalam memahami wacana melewati beberapa aspek. Aspek-aspek yang dimaksud adalah (1) pemahaman kata, (2) konsep, (3) kalimat, (4) struktur paragraf, (5) sikap dan tujuan.
Pemahaman kata dapat dilatihkan dengan melihat konteksnya, dan mencakupi (1) struktur kata, (2) sinonim dan antonym, (3) bahasa figuratif dan (4) penggunaan kamus.
Konsep adalah hubungan pengertian atau makna dengan pengalaman. Kalimat yaitu kemampuan menghubungkan makna kata yang satu dengan yang lain. Struktur meliputi kalimat, dan ide pokok.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman mempunyai tingkatan yang bervariasi dan tidak mengerti sampai mngrti secara lengkap.
Keterampilan membaca pemahaman dipengaruhi inpunya. Seperangkat kata, keterangan dan bahan-bahan bahasa yang didapatkan adalah input yang dapat digunakan untuk melewati beberapa aspek membaca. Factor inter dan ekstern lain juga mempengaruhinya.
e. Prinsip- Prinsip Membaca Pemahaman
Prinsisp-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan oleh McLaughlin dan Allen 2002 (dalam Rachman Yenni, 2009) berikut ini:
a. Pemahaman merupakan proses kontruktivis social.
b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikiulum yang membantu perkembangan pemahaman.
c. Guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar murid.
d. Membaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
f. Murid menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.
g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.
h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
i. Strategi dan keterampilan membaca bias diajarkan.
Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.
f. Faktor-faktor yang Mempenaruhi Membaca Pemahaman
Kemampuan membaca yang dicapai oleh murid dipengaruhi dua faktor yaitu faktor dari dalam dalam diri dan dari luar. Menurut Syah (Yenni, 2009:13) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca murid adalah:,
a. Faktor intern murid, mliputi aspek psikologis adalah kondisi umum jasmani yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh yang dapat dipengaruhi semangat dan intensitas murid dalam mengoreksi
pelajaran, aspek psikologis adalah tingkat kecerdasan, sikap murid, minat murid dan motivasi murid.
b. Faktor eksternal murid terdiri atas lingkungan sosial seperti para guru dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar murid dan lingkungan non sosial yaitu rumah,alat-alat belajar, keadaan cuaca belajar yang digunakan.
Selanjutnya, Chomsky (dalam Haeruddin, 2007) berpendapat bahwa (a) proses-proses pemerolehan bahasa semua anak-anak boleh dikatakan sama (b) proses pemerolehan bahasa ini tidak ada kaitannya dengan kecerdasan anak yang IQ-nya juga memperoleh bahasa pada masa dan cara hamper sama (c) proses pemerolehan bahasa ini tidak pula dipengaruhi oleh motivasi atau emosi anak-anak (d) tata bahasa yang dihasilkan oleh semua anak-anak boleh dikatakan sama.
Faktor yang banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontsribusi yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar murid.
g. Teknik Scramble
a. Pengertian teknik scramble
Kata “scramble” berasal dari bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “ perebutan, pertarungan , perjuangan. Teknik Scramble biasanya dipakai oleh anak-anak Istilah
“scrambel sebagai permainan yang pada dasarnya merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemilihan kosakata-kosakata dan huruf-huruf yang tersedia.
Teknik permainan ini pada prinsipnya menghendaki murid melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa yang
sebelumnya dengan sengaja telah dikacaukan susunannya. Bardasarkan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yaitu:
a. Scramble kata, yakni sebuah permainan yang menyusun kata-kata dari huruf-hurufnya yang telah dikacaukan letak huruf-hurufnya sehingga berbentuk suatu kata tertentu yang bermakna.
b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusunan kalimat dari kata-kata acak. Bentukan kalimat yang dimaksud hendaknya logis , bermakna, tepat dan normal.
c. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat atau paragraph acak. Hasil penyusunan wacana dalam permainan skrambel hendaknya logis dan bermakna.
b. Pembelajaran membaca pemahaman dengan teknik scramble Scramble adalah salah satu permainan bahasa pada
hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan Suparno (dalam Dirjendikti 2007:159). Dengan bermain murid akan memperoleh kegembiraan atau kesenangan, selain itu keterampilan tertentu akan diperoleh dengan tidak sengaja. Dalam setiap permainan terdapat unsur rintangan dan tantangan yang harus dihadapi dan dipecahkan. Secara tidak langsung permainan juga dapat memupuk berbagai sifat yang positif misalnya: solidaritas, sportivitas, kreativitas dan rasa percaya diri. Secara rinci kelebihan dan kekurangan dari
permainan bahasa menurut Soeparno (dalam Dirjendikti, 2007:160) adalah sebagai berikut:
Kelebihan dan kekurangan teknik scramble
c. Kelebihan teknik Scramble
1) Permainan bahasa merupakan media pengajaran bahas yang cocok untuk beberapa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Aktivitas yang dilakukan murid dalam permainan bahasa ini bukan saja aktivitas fisik, tetapi juga aktivitas moral.
2) Permainan bahasa dapat dipakai untuk membandingkan kembali kegairahan belajar murid yang sudah mulai lesu.
3) Sifat koopratif yang ada dalam permainan dapat mendorong murid berlomba-lomba maju.
4) Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu permainan bahasa juga dapat memupuk rasa solidaritas (terutama untuk permainan bregu).
5) Materi yang dikomunikasikan lewat permainan bahasa biasanya mengesankan sehingga sukar dilupakan.
d. Kekurangan teknik scramble
1) Pada umumnya jumlah murid dalam satu kelas terlalu besar. Hal
1) Pada umumnya jumlah murid dalam satu kelas terlalu besar. Hal