“APPLICATION OF SCRAMBLE TECHNIGUE IN IMPROVING THE READING COMPREHENSION SKILL AT FIFTH CLASS
STUDENTS AT SD NEGERI NO.142 BORONG AMPIRIE KABUPATEN SINJAI”.
TESIS Oleh:
ABDUL SYUKUR T.
Nomor Induk Mahasiswa: 04 07 856 2012
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
i
“Application of Scramble Technigue in improving the Reading
Comprehension Skill at Fifth class Students at SD Negeri No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai”.
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun dan diajukan oleh
ABDUL SYUKUR T.
Nomor Induk Mahasiswa: 04.07.856.2012
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
ii
KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI NO. 142 BORONG AMPIRIE
KABUPATEN SINJAI”
Yang disusun dan diajukan oleh
ABDUL SYUKUR T.
NIM: 04.07.856.2012
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 15 Juni 2014
Menyetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.A.Rahman Rahim, M.Hum Dr.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum
NBM: 866 922 NBM: 858 625
Mengetahui
Direktur Program Pascaserjana Ketua Program Studi
Universitas Muhammadiyah Makassar Pedidikan Bahasa dn Sastra Indonesia
Prof. Dr.H.M.Ide Said D.M.,M,Pd Dr.A.Rahman Rahim, M.Hum
NBM: 988 463 NBM: 866 922
iii
Negeri No. 142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai”
Nama : Abdul Syukur T.
NIM : 04.07.856.2012
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Konsentrasi : -
Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada tanggal 15 Juni 2014 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Pragram Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 15 Juni 2014 TIM Penguji:
1. Dr.A.Rahman Rahim, M.Hum (...) (Ketua/ Pembimbing /Penguji)
2. Dr.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum (...) (Sekertaris/ Pembimbing /Penguji)
3. Prof. Dr.H.M.Ide Said D.M.,M,Pd (...) (Penguji I)
4. Prof. Dr. Anshari, M.Hum (...) (Penguji II)
iv
Dengan penuh kesadaran, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Abdul Syukur T.
NIM : 04.07.856.2012
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Tesis : “Penerapan Teknik Scramble dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Murid Kelas V SD Negeri No. 142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai”
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang penulis buat adalah benar karya sendiri.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa tesis ini merupakan duplikat, atau plagiat, maka saya bersedia dituntut secara hukum.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Makassar, 15 Juni 2014 Yang Menyatakan
Abdul syukur T
vi
Borong Ampirie Kabupaten Sinjai”. Tesis Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pscasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Rahman Rahim dan Andi Sukri Syamsuri.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengenal ide pokok dalam suatu bacaan, (2) mengenal rincian yang penting mengembangkan imajinasi visual, (3) mengikuti petunjuk, mengenal organisasi karangan dan membaca kritis. (4) meningkatkan keterampilan membaca pemahaman murid kelas V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Reaserch) yang terdiri antara dua siklus dimana setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan. Prosedur penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah murid kelas V SD Negeri No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai sebanyak 37 orang murid pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dilaksanakan mulai tanggal 12 februari s/d 3 maret 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama yang tidak tuntas secara individual sebesar 29,7 % yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan 70,3 % yang tuntas dan memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Secara klasikal sudah terpenuhi karena nilai rata-rata murid sebesar 70 namun masih perlu di benahi. Pada siklus dua 8,1 % yang tidak tuntas dan 91,9 % yang tuntas dan telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). secara klasikal sudah terpenuhi dan meningkat dari siklus pertama yaitu nilai rata-rata 91. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Membaca Pemahaman murid kelas V SD Negeri No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai melalui teknik Scramble mengalami peningkatan.
vii
Borong Ampirie, Sinjai”. Tesis Magister of Education langunge and Indonesian literature at Magister Programme Universitas Muhammadiyah Makassar. Supported by Rahman Rahim and Andi Sukri Samsuri.
The research aimed at: (1) finding the main idea of the text, (2) finding the important details at developing visual imagination, (3) following the instructions, organizing a text and critical reading, (4) improving of Reading Comprehension skill at V class at SD Negeri No.142 Borong Ampirie, Sinjai.
The kind of this research was the Classroom action Research were from two cycles and a cycle devided into three of meetings. Procedures of this research were planning, classroom action, observation and reflection.
The subjects were 37 students of V class at SD Negeri No.142 Borong Ampirie, Sinjai in second semester 2013/2014 be held on 12th february to 3 rd march 2014.
The results showed that the learning outcomes in the first cycle were 29,7 % students individually who got foor score (under KKM) and 70,3 % students who got good score (obtain KKM) and classincally, they obtained student’s average score (70) needed more treatment. In cycle II, 8,1 % students who got poor score and 91,9% students got goo score, classi cally improved from the first cycle. Based on the assessment given to all the students in this class, we conclude that Reading Comprehension skill improved through application of scamble technigue.
iv
Karena hanya Tuhanlah penggerak dan sumber segala motivasi, asal seluruh energi kreatif serta pangkal segala inisiatif, maka amat pantas seorang hamba mengucapkan Alhamdulillah kepada-Nya. Alhamdulillah, atas izin dan petunjuk Allah Yang Esa, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Penerapan Teknik Scramble dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Murid Kelas V SD Negeri No. 142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai”
Pernyataan rasa syukur kepada Sang Khalik, atas hidayah yang diberikan kepada kami dalam mewujudkan karya ini tidak dapat dilukiskan dengan kalimat apapun, kecuali hanya menyadari betapa kecilnya diri ini di hadapan-Nya. Shalawat dan salam tak lupa pula senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam.
Penulis menyadari sedalam-dalamnya bahwa sang khalik telah menggerakkan hati segelintir hamba-Nya untuk membantu dan membimbing kami sejak awal penyusunan proposal hingga terwujuya tesis ini, dan meyakini bahwa dalam hidup ini kita ditakdirkan oleh-Nya untuk tidak bisa begitu saja hidup tanpa uluran tangan manusia lainnya. tanpa bantuan, Dr.A.Rahman Rahim, M.Hum sebagai Pembimbing I dan Dr.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Pembimbing II yang tulus membimbing penulisan tugas akhir penulis. mungkin tesis ini tidak pernah kita nikmati kalau bukan bantuan beliau. Olehnya itu, melalui tesis ini penulis ingin mengucapkan terima kasih,
v
kebenaran mutlak, tak ada manusia tanpa kelemahan, dan kesempurnaan hanya menjadi milik Allah yang kuasa. Oleh karena itu, tegur sapa dari berbagai pihak yang konstruktif senantiasa dinantikan dengan penuh keterbukaan.
Sinjai, Mei 2014
Penulis
viii
HALAMAN PENGESAHAN………. ii
LEMBAR PERBAIKAN TESIS………. iii
KATA PENGANTAR………….……… ………... iv
ABSTRAK……….. vi
ABSTRACT………. vii
DAFTAR ISI……….. viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Rumusan Masalah...………..…... 7
C. Tujuan Penelitian….…………..………... 7
D. Manfaat Hasil Penelitian………...………... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN... 10
A. Kajian Pustaka... 10
1. Hakikat Membaca ... 10
2. Mambaca Dalam Kurikulum SD... 11
3. Hakikat Keterampilan Membaca... 14
ix
7. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman... 25
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman... 26
9.Teknik Scramble... 27
a. Pengertian teknik scramble………….……… 27
b. Pembelajaran membaca pemahaman dengan teknik scramble………... 29
c. Kelebihan teknik Scramble……… 29
d. Kekurangan teknik Scramble……… 29
e. Langkah-langkah teknik scramble……….. 30
B. Kerangka Pikir...….…………..………... 33
C. Hipotesis Tindakan…...………...………... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 36
B. Fokus Penelitian... 37
C. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian... 38
D. Rancangan Tindakan... 38
E. Teknik Pengumpulan Data... 41
F. Instrumen Penelitian... 43
G. Tehnik Analisis Data... 44
x
1. Paparan Siklus I... 48
2. Paparan Siklus II... 60
B. Pembahasan... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 72
A. Kesimpulan... 72
B. Saran... 73
DAFTAR PUSTAKA... 74 LAMPIRAN
xi
Tabel 3.1 Tingkat Keberhasilan………. 42 Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar………. 46
xii
Gambar 2.1 Kerangka Pikir………... 35 Gambar 3.1Alur Penelitian Arikunto...…. 39
xiii 1. Tes Awal
2. Hasil Tes Awal
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 4. Lembar Kerja Murid (LKM) Siklus I
5. Kunci Jawaban Lembar Kerja Murid (LKM) Siklus I 6. Hasil dan Proses Siklus I
7. Tes Formatif Siklus I
8. Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus I 9. Hasil Tes Formatif Siklus I
10. Hasil Observasi Guru Siklus I 11. Hasil Observasi Murid Siklus I
12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 13. Lembar Kerja Murid (LKM) Siklus II
14. Kunci Jawaban Lembar Kerja Murid (LKM) Siklus II 15. Hasil dan Proses Siklus II
16. Tes Formatif Siklus II
17. Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus II 18. Hasil Tes Formatif Siklus II
19. Hasil Observasi Guru Siklus II 20. Hasil Observasi Murid Siklus II
xiv 24. Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan kemampuan intelektual sehingga manusia dapat memperbarui pengetahuan dan keterampilannya.
Kemampuan berbahasa merupakan keterampilan terpenting manusia yang memungkinkan unggulnya manusia di banding mahluk- mahluk lainnya. Kemampuan berbahasa merupakan suatu system yang terintegtegrasi mencakup bahasa, ujaran, membaca dan menulis Lerner (dalam Mulyono, 2003:183). Hal tersebut sesuai dengan isi kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pelajaran Bahasa Indonesia yakni kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Seperangkat kemampuan tersebut merupakan cermin keaktifan murid dalam proses pembelajaran.
Kemampuan membaca merupakan salah satu komponen terpenting yang harus dimiliki oleh semua murid. Dengan membaca murid dapat memperoleh banyak informasi, pengetahuan, keterampilan serta dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang harus di ajarkan sejak SD. Hal ini sesuai dengan pendapat Lerner (dalam Mulyono, 2003:200) yang menyatakan bahwa
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai untuk berbagai bidang studi jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka dia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajarai berbagai bidang studi pada kelas- kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar dia dapat membaca untuk belajar.
Kemampuan membaca tidak diperoleh secara alamiah, melainkan melalui proses pembelajaran. Untuk membina kemampuan berbahasa murid di SD diperlukan pembelajaran secara sistematis dan bertahap. Tahap pelajar membaca dimulai kelas awal yaitu kelas II dan III disebut membaca permulaan. Pembelajaran membaca di kelas tinggi yaitu kelas IV sampai kelas VI disebut membaca lanjut atau membaca pemahaman ( Syafi‟ie, 1993 ).
Membaca pemahaman merupakan salah satu proses membaca di kelas tinggi yang terdiri atas pemahaman interpretative (comprehension) pemahaman kritis (critical comprehension) dan pemahaman kreatif (creative comprehension).
Menurut Ekwall (dalam Muliyono, 2003:212) bahwa tujuan membaca yang dicapai melalui membaca pemahaman, yaitu mengenal ide pokok dalam suatu bacaan, mengenal detail yang penting mengembangkan imajinasi visual, meramalkan hasil, mengikuti petunjuk, mengenal organisasi karangan dan membaca kritis.
Kesemua tingkat pemahaman isi bacaan dan tujuan membaca pemahaman tersebut diharapkan sudah dapat dikuasai dan dicapai oleh murid SD sesuai dengan jenjang kelas dan tingkat kemampuannya.
Namun pada hakekatnya harapan diatas tidak sesuai dengan kenyataan.
Berdasarkan kegiatan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai, terungkap bahwa hasil belajar membaca pemahaman di SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai masih rendah. Data yang didapatkan peneliti dilapangan sebelum melaksanakan penelitian yaitu dari 37 orang murid kelas V terdapat 27 atau 72,9% orang tidak mampu menentukan ide pokok dalam suatu paragraf dan sulit menyimpulkan isi bacaan, dan tidak dapat memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah ditentukan oleh pihak sekolah yaitu nilai standar 65.
Murid juga banyak yang acuh tak acuh ketika guru memberikan tugas membaca pemahaman. Masalah tersebut disebabkan karena guru belum menerapkan metode yang tepat dalam mengajarkan materi membaca pemahaman, proses pembelajaran membaca pemahaman pada umumnya adalah interaksi searah, yaitu guru dan murid dengan menugasi murid membaca teks yang ada dalam buku paket dan ditugasi menjawab pertanyaan secara individu sehingga pembelajaran membosankan bagi murid. Guru juga kurang membimbing murid dalam proses pembelajaran.
Kondisi pembelajaran pembaca tersebut harus segera diatasi, jika kondisi tersebut tidak diperbaiki akan berdampak negatif bagi perkembangan murid. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Syafi‟ie (dalam Yenni Ranchman, 2009:4) bahwa “ jika murid hanya mampu memahami bacaan secara literal (tingkat rendah) dapat berdampak pada kegagalan murid berfikir kritis dan kreatif”. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Hairuddin dkk (2007:25) bahwa “jika tidak dapat memahami isi bacaan maka murid tidak akan mampu menuntaskan pelajarannya seperti yang diharapkan kurikulum.
Untuk menanggulangi dampak negatif terhadap ketidak mampuan membaca dan memahami isi bacaan dengan baik, diperlukan suatu teknik yang berorientasi pada aktifitas proses pemahaman. Salah satu teknik yang diasumsikan dapat meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman murid dan membuat murid senang adalah teknik skrambel yang merupakan bagian dari permainan bahasa.
Teknik scramble adalah teknik permainan yang berupa aktivitas menyusun kembali atau pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya telah dikacaubalaukan. Beberapa teknik scramble yang dikenal yaitu (a) scramble kata (b) scramble kalimat (c) scramble paragraf (d) skramble wacana Soeparno (dalam Dirjendikti, 2007: 78).
Dalam pengajaran membaca, murid diajak untuk berlatih menyusun suatu organisasi tulisan yang secara dikacaukan menjadi suatu organisasi tulisan yang utuh dan bermakna. Melalui teknik ini
disamping anak diajak untuk belajar dan berfikir murid juga diajak intuk berekreasi dengan susunan baru yang mungkin lebih baik dari susunan yang sebelumnya, sehingga murid merasa santai, tidak tertekan dan tidak merasa bosan. Dengan demikian, pembelajaran akan menjadi bermakna. Kebermaknaan pembelajaran akan membawa peningkatan kemampuan murid dalam pembelajaran khususnya membaca pemahaman.
Berikut ini beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang membaca permulaan dengan menggunakan teknik Scramble:
1. Sesiani, (dalam Rahman Yenni 2009). Pengaruh Metode Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Taman Kanak-Kanak (Studi Eksperimental Di Tk Aba 52 Semarang).
Hasil pengujian hipotesis dengan teknik nonparametrik Wilcoxon Signed Ranks Test menghasilkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,005
yang kurang dari taraf nyata (= 0,05). Maka dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari metode multisensori dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu, para praktisi pendidikan anak usia dini sebaiknya mengajarkan membaca dengan metode yang sesuai prinsip PAUD, memberikan stimulasi membaca yang memperhatikan faktor- faktor perkembangan anak dan dikemas secara menyenangkan.
2. Ishak, (dalam Rahman Yenni 2009). Penerapan Teknik Scramble dalam Peningkatan Pembelajaran Wacana Narasi Murid Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Watampone. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknik scramble di SMA Negeri 1 Watampone dilakukan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang dibuat bertujuan mendsekripisikan teknik scramble dalam meningkatkan pembelajaran wacana narasi. Penggunaan teknik scramble dalam meningkatkan pembelajaran wacana narasi dari siklus I ke siklus II mengalamai peningkatan setelah dilakukan pembelajaran wacana narasi dengan teknik scramble. Peningkatan pembelajaran wacana narasi murid pada aspek kebahasaan, seperti kebenaran dan ketepatan struktur kalimat, tanda baca, dan ketepatan diksi juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam merancang, melakasanakan, dan mengevaluasi pembelajaran wacana, khususnya wacana narasi. Penilaian pembelajaran wacana narasi dengan menerapkan teknik scramble, tidak saja difokuskan pada hasil pembelajaran yang objektif authentic assessment dalam contextual teaching and learning pada pembelajaran wacana narasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas bahwa penerapan teknik Scramble berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran membaca. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Teknik Scramble Dalam Meningkatkan
Keterampilan Membaca Pemahaman Murid Kelas V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat pada rencana penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan teknik Scramble dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman murid V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai?
2. Bagaimanakah hasil penerapan teknik Scramble terhadap pembelajaran keterampilan membaca pemahaman murid V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk Meningkatkan keterampilan membaca pemahaman murid kelas V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai melalui teknik Scramble.
2. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan membaca pemahaman murid kelas V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai melalui teknik Scramble.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru mengenai teknik Scramble pada murid kelas V SD Negeri No. 142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai.
b. Sebagai bahan acuan dan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan membaca pemahaman murid kelas V SD Negeri No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai.
2. Manfaat Praktis 1 Bagi Murid:
a. Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman dengan perasaan menyenangkan sehingga perasaan tertekan dan acuh tak acuh dalam pembelajaran dapat ditekan sekecil mungkin.
b. Dapat meningkatkan minat belajar murid, sehingga tidak merasa bosan karena adanya media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
c. Khususnya kelas V, dengan menggunakan teknik scramble diharapkan dapat mendorong murid sebagai subjek atau pelaku dalam hal mencari, memahami, dan menemukan jawaban atau informasi dan masalah-masalah pembelajaran khususnya bidang studi Bahasa Indonesia yang diharapkan kepadanya.
d. Membina kerjasama murid dalam memecahkan masalah pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2 Bagi Guru:
a. Sebagai acuan bagi guru agar terbiasa melakukan penelitian yang tentunya sangat bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran di kelas serta pengembangan karier guru itu sendiri.
b. Sebagai landasan untuk mengembangkan pembelajaran yang mempengaruhi aktivitas, minat, dan hasil belajar murid dalam bidang studi Bahasa Indonesia.
c. Memotivasi guru Sekolah Dasar dalam mengembangkan sistem pembelajaran Bahasa Indonsia
3 Bagi Sekolah:
a. Memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam rangka perbaikan atau penyempurnaan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran membaca pemahaman
b. Dapat dijadikan teknik dalam pelajaran membaca pemahaman untuk dapat diterapkan oleh guru pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
4. Bagi Peneliti; Dapat menambah wawasan tentang penerapan teknik Scramble pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Membaca
Kemampuan membaca memegang peranan penting dalam kehidupan manusia modern. Sebagian besar pengetahuan dan keterampilan yang memiliki manusia diperoleh melalui membaca.
Kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan terhadap berbagai bidang akademik, tetepi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan sosial budaya, politik dan memenuhi kebutuhan emosional.
Meskipun membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan, tetapi tidak mudah untuk menjelaskan hakikat membaca A.S Broto (dalam Mulyono 2003:200 ) menyatakan bahwa:
Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulis atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca pada hakekatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.
Soedarso (dalam Mulyono, 2003:200) mengemukakan bahwa:
Membaca merupakan aktivias kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan. Manusia tidak akan mungkin dapat membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran.
Tampubolon (2008:5) mengemukakan bahwa: Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.
Bertolak dari berbagai defenisi membaca yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu bentuk aktivitas yang melibatkan aktivitas fisik dan mental yang di dalamnya mencakup aktivitas menggerakkan mata, mengingat symbol-simbol bahasa dengan tepat dan memahami isi bacaan dengan baik sehingga pembaca dapat memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Di dalam aktivitas membaca terdapat suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi. Hodgson (dalam Tarigan, 1979:7) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Selain aspek proses yang diusung, ada pula aspek tujuan yang menyertai proses membaca ini.
2. Membaca dalam Kurikulum di SD
Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak dalam berbagai ranah berbahasa. Untuk itu, corak pembelajarannya harus lebih diwarnai dengan kegiatan berbahasa.
Demikian pula dalam pembelajaran membaca di Sekolah Dasar, siswa harus lebih banyak dihadapkan dengan berbagai ragam bacaan.
Selanjutnya, mereka dapat berkomunikasi dengan gagasan yang dituangkan dalam bahasa tulis tersebut. Berbagai keterampilan membaca harus dilatihkan kepada mereka agar kepemilikan keterampilan itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat betapa pentingnya keterampilan membaca dimiliki oleh siswa, maka guru di Sekolah Dasar perlu memiliki kompetensi yang memadai tentang substansi membaca dan kemampuan mengelola pembelajaran keterampilan membaca. Untuk maksud itulah postingan dalam blog ini ditulis. Melalui pembacaan dan pembahasan postingan ini, diharapkan Anda akan lebih siap tampil di depan siswa dan melakukan pembelajaran membaca yang fungsional, karena telah mempelajari teori membaca, terampil membaca, dan mampu melaksanakan pembelajaran membaca.
Membaca; seperti membaca huruf, suku katam kata, kalimat, paragraph, berbagai teks bacaan, denah; petunjuk, tata tertib,pengumuman, kamus, enslikopedia serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyar, cerita binatang, puisi anak,
syair lagu, pantun, dan drama anak kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca.
Membaca di SD pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Sebagi proses-proses visual membaca merupakan proses menterjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprest Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang mengandung makna. Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan pengetahuan tentang kata dan istilah dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. Dengan demikian, membaca merupakan suatu proses yang
melibatkan aspek fisik dan psikologis untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang dipengaruhi oleh pengalaman serta pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya.
a. Hakikat Keterampilan Membaca
Membaca adalah satu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media cetak (bahasa tulis).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali atau pembacaan sandi (a recording and decoding process).
Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning ) yang mencakup pengubahan tulisan-cetakan menjadi bunyi
yang bermakna (Anderson dalam Tarigan, 1979: 7).
Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan lambang-lambang tertulis untuk mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersilrat di dalamnya.
Kegiatan membaca dapat dilihat sebagai suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis untuk mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat di dalamnya. Kegiatan membaca dapat dilihat sebagai suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (ponics). Fonik adalah suatu metode
pengajaran membaca, pengucapan, dan ejaan berdasarkan interprestasi fonetik terhadap ejaan biasa.
Membaca pada hakikatnya adalah proses berfikir. Kata seorang ahli membaca yang bernama Edward L. Thorndike, Reading as Thinking dan Reading as Reasoning. Artinya, bahwa proses membaca itu sebenarnya tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berfikir dan bernalar. Dalam proses membaca ini terlibat aspek-aspek berfikir seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan.
Sehingga dalam membaca diperlukan potensi yang berupa kemampuan intelektual yang tinggi (Kusuma dkk, 2010).
Selanjutnya, menurut Finochiaro dan Bonomo (dalam Tarigan 1985:
11) bahwa membaca dapat juga diartikan sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat yang terdapat dalam hal yang tersurat; melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing meaning to and getting meaning from printed organization written material „memetik atau memahami makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis‟. Seiring dengan pendapat finochiaro dan Bonomo tersebut, Tarigan (1985: 12) mengatakan bahwa para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang
menggambarkan tanda-tanda oditor yang sama yang telah mereka tanggapi sebelumnya.
Kegiatan membaca melibatkan dua komponen utama, yakni kemampuan mata dalam melihat lambang-lambang grafis dan kemampuan pikiran dalam menangkap dan memaknai lambang-lambang grafis tersebut menjadi sebuah informasi yang utuh dan lengkap.
Kemampuan fisik meliputi kemampuan mata yang selanjutnya disebut kemampuan visual, sedangkan kemampuan psikis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bernalar disebut kemampuan kognitif.
Kecepatan membaca adalah kemampuan seseorang dalam menggerakkan mata secara cepat dan tepat pada saat membaca sehingga diperoleh rata-rata kecepatan baca berupa jumlah kata per menit. Jadi, jika seseorang dapat membaca bacaan yang panjangnya lebih kurang 2000 perkataan dalam tempo lima menit, artinya rata-rata kecepatan adalah 400 kata per menit (Harjasujana dan Mulyati, 1997:
68).
Kemampuan kognitif yang dimaksud di sini adalah kemampuan dalam menemukan dan memahami informasi yang tertuang dalam bacaan secara tepat dan kritis. Seseorang boleh dikatakan memiliki kemampuan membaca yang baik jika dia mampu memahami isi bacaan tersebut minimal 70 persen. Untuk mengetahui persentase kemampuan membaca seseorang tentu diperlukan suatu alat untuk mengukurnya.
Alat untuk mengukur kemampuan membaca itu dapat mempergunakan alat ukur tes.
Kecepatan efektif membaca ini merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan kemampuan memahami isi bacaan.
Kecepatan rata-rata membaca merupakan cermin dari tolak ukur kemampuan visual, yakni kemampuan gerak motoris mata dalam melihat lambang-lambang grafis. Pemahaman isi bacaan merupakan cermin dari kemampuan kognitif, yakni kemampuan berpikir dan bernalar dalam mencerna masukan grafis yang diterimanya lewat indera mata.
Dalam membaca pembaca dituntut untuk membaca tepat dan efektif.
Pertama, yang perlu dingat ialah bahwa membaca itu adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal pembaca.
Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca (Nurhadi, 2005: 13).
Beberapa ahli bahasa (dalam Tarigan, 1979) memberikan batasan mengenai membaca seperti berikut ini:
1) membaca adalah proses mendaftarkan arti kata-kata tertulis (Heilman);
2) membaca adalah sebuah proses berfikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan atau menafsirkan arti dan menerapkan ide- ide dan lambang (Carter);
3) membaca adalah dua tingkat proses penerjemahan dan pemahaman; pengarang menulis pesan berupa kode (tulisan) dan pembaca mengartikan kode itu dalam (Caroll);
4) membaca adalah proses psikologis untuk menentukan arti kata- kata tertulis;
5) membaca adalah pengucapan kata-kata dan pemerolehan arti dari barang cetakan;
6) membaca adalah proses membentuk arti dari teks-teks tertulis dalam (Anderson); dan
7) membaca adalah proses menggali informasi dari teks, baik dari yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram, maupun dari kombinasi itu semua atau keterampilan mengenal dan memahami bahasa tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras (Harimurti Kridalaksana).
b. Tujuan Membaca
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD bertujuan untuk meningkatkan kemampuan murid berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki
siwa SD adalah keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat kreatif.
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca dikelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca murid itu sendiri (Kusuma dkk, 2010).
Dalam membaca disertai dengan aktifitas melihat sambil melisankan suatu dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Hal ini diperjelas oleh Akhadiah, dkk (1993) tentang tujuan membaca sebagai brikut:
a. Membaca untuk mendapatkan informasi, yang dimaksud dengan informasi dalam membaca adalah mencakup informasi yang dapat berupa fakta dan kejadian sehari-hari sampai pada informasi tingkat tinggi tentang teori dan penemuan ilmiah lainnya.
b. Membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Misalnya membaca karya para penulis agar mendapatkan nilai positif terhadapnya.
c. Membaca untuk melepas diri dari kenyataan, misalnya pada saat merasa jenuh, sedih atau putus asa. Dalam arti membaca sebagai penyaluran yang positif.
d. Untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan. Dalam halini memiliki bacaan yang ringan dan disukai.
e. Karya membaca yang tinggi adalah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya dengan memilih bacaan berupa bernilai sastra.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka dipahami bahwa tujuan membaca adalah: (1) Untuk mendapatkan pengetahuan atau informasi, yang diperoleh melalui bacaan berupa buku pelajaran, laporan dan sebagainya, (2) Agar citra dirinya meningkat. (3) Untuk melepaskan diri dari kenyataan membaca, dan (4) Untuk mengisi waktu luang, (5) Untuk memupuk perkembangan keharusan dan keindahan, yang diperoleh, melalui membaca puisi, drama dan prosa fisika biasa. Bacaan yang dapat dipilih berupa bacaan tentang kepahlawanan, keberanian.
Said (1992:43) menjelaskan bahwa:
Membaca dapat dilihat dari berbagai arah yaitu sebagai sarana memperkaya pengalaman, sebagai suatu upaya interprestasi makna dan sebagai suatu proses komunikasi. Membaca dapat dipelajari sesuai dengan acuan yang dengan unsur pokok yang terkandung di dalamnya.
Sehingga membaca selalu memberikan citra yang sangat dekat dengan ilmu pengetahuan sebab membaca adalah bagian dari perkmbangan ilmu pengetahuan.
Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam. Syafi‟ie (1993: 52) menyebutkan bahwa:
Empat tingkat atau kategori pemahaman membaca yaitu literal infrensial, kritis dan kreatif. “ Hal tersbut diuraikan sebagai berikut:
a. Permainan literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman ini merupakan tingkat paling rendah.
b. Pemahaman infrensial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks.
Memahami teks secara infrensial berarti pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks.
c. Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks, dalam hal ini pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu pengetahuan dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.
d. Pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan professional.
Selain aspek-aspek yang harus diperhatikan untuk memahami bacaan, penetapan membaca bagi murid harus memenuhi dua syarat yaitu: (1) menggunakan pernyataan yang jelas dan tepat tentang yang diperhatikan atau dicari oleh murid ketika membaca, (2) member gambaran yang mudah dipahami oleh murid tentang yang semestinya dilakukan setelah membaca (Hairuddin,dkk:2007)
Membaca dilakukan sebagai upaya memproleh informasi yang mencakup isi dan memahami makna bacaan. Makna bacaan sangat
ditentukan oleh pengalaman pembaca terhadap keadaan dalam bacaan.
c. Manfaat Membaca
Membaca adalah perilaku positif. Menurut Burn,dkk 1996 (dalam Farida 2008) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupkan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar.
Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan (cooditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Banyak orang pintar dan cerdas disebabkan dari rajin membaca. Mambaca membantu mengembangkan pikiran dan menjernihkan cara berpikir. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan mesmori dan pemahaman. Dan dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. Aidh bin Abdullah al-Qarni (dalam Wijaya Kusuma, 2010), menungkapkan sepuluh manfaat membaca, yaitu:
1). Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan. 2). Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk kedalam kebodohan. 3). Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bias berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja. 4). Dengan sring membaca, orang bias mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata. 5). Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan mnjernihkan cara berpikir. 6). Membaca meningkatkan pengetahuan sesorang dan meningkatkan memori dan pemahaman orang lain : kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana. 7) dengan
sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. 8). Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia. 9). Dengan sering membaca, orang bias menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat, lebih lanjut ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris”
(memahami apa yang tersirat).
d. Membaca Pemahaman
Faris (Rahim, 2005:122) mengatakan bahwa:
Membaca pmahaman adalah suatu aktifitas memproses makna kata, memahami konsep, dan memahami ide yang disampaikan penulis dan dihubungkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca.
Sejalan dengan pendapat Syafi‟ie (1993:46) yang menyatakan bahwa:
Membaca pemahaman adalah proses kegiatan untuk memahami dan menerima isi bacaan yang disampaikan penulis melalui bahasa tulis dalam wujud isi pesan berupa fakta, gagasan, pendapat,dan ungkapan perasaan.
Pross penguasaan dan keterampilan membaca pemahaman dipengaruhi beberapa faktor. Yap (dalam Tampubolon. D.P. 2008) menyatakan bahwa:
Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh kuantitas membacanya. Hasil penelitiannya menyebutkan perbandingan sebagai berikut: 65%
ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ dan 19% oleh faktor-faktor lingkungan social, emosional, lingkungan fisik dan sejenisnya.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa situasi sekitar pembaca berpengaruh terhadap kegiatan membaca pemahaman seseorang. Suatu kegiatan reseptif menelaah isi teks bacaan memerlukan situasi lingkungan yang tenang. Keadaan yang tenang akan membuat pembaca lebih mudah mengenali setiap lambang bunyi, memberi makna dan dapat menanggapi isi bacaan dengan cepat. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi akan mnjadi kendala bagi pmbaca dalam memahami bahan bacaan.
Sebaliknya murid akan dapat memahami secara baik bahan bacaan yang tergolong mudah. Oleh sebab itu bahan bacaan yang akan disajikan hendaklah dipilih yang memiliki tingkat keterbatasan tinggi, bentuk kalimatnya efektif, tidak ada unsur asing yang tidak perlu, dan memiliki pola penelaran yang runtut. Aspek lain yang juga berpengaruh dalam membaca pemahaman adalah kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi bila disertai pusing-pusing kepala dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dibaca kurang atau tidak berbekas.
Kondisi organ0organ khusus murid, seperti tingkat kesehatan indra penglihatan juga sangat mempengaruhi kemempuan menyerap informasi dan pengetahuan. Aspek lain yang tidak dapat diabaikan adalah aspek keluasan wawasan, tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi.
Aspek-aspek ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap tingkat keterampilan membaca pemahaman. Karlin (dalam Rachman Yenni 2009) mengatakan bahwa:
Pembelajaran bahasa dalam memahami wacana melewati beberapa aspek. Aspek-aspek yang dimaksud adalah (1) pemahaman kata, (2) konsep, (3) kalimat, (4) struktur paragraf, (5) sikap dan tujuan.
Pemahaman kata dapat dilatihkan dengan melihat konteksnya, dan mencakupi (1) struktur kata, (2) sinonim dan antonym, (3) bahasa figuratif dan (4) penggunaan kamus.
Konsep adalah hubungan pengertian atau makna dengan pengalaman. Kalimat yaitu kemampuan menghubungkan makna kata yang satu dengan yang lain. Struktur meliputi kalimat, dan ide pokok.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman mempunyai tingkatan yang bervariasi dan tidak mengerti sampai mngrti secara lengkap.
Keterampilan membaca pemahaman dipengaruhi inpunya. Seperangkat kata, keterangan dan bahan-bahan bahasa yang didapatkan adalah input yang dapat digunakan untuk melewati beberapa aspek membaca. Factor inter dan ekstern lain juga mempengaruhinya.
e. Prinsip- Prinsip Membaca Pemahaman
Prinsisp-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan oleh McLaughlin dan Allen 2002 (dalam Rachman Yenni, 2009) berikut ini:
a. Pemahaman merupakan proses kontruktivis social.
b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikiulum yang membantu perkembangan pemahaman.
c. Guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar murid.
d. Membaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
f. Murid menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.
g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.
h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
i. Strategi dan keterampilan membaca bias diajarkan.
Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.
f. Faktor-faktor yang Mempenaruhi Membaca Pemahaman
Kemampuan membaca yang dicapai oleh murid dipengaruhi dua faktor yaitu faktor dari dalam dalam diri dan dari luar. Menurut Syah (Yenni, 2009:13) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca murid adalah:,
a. Faktor intern murid, mliputi aspek psikologis adalah kondisi umum jasmani yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh yang dapat dipengaruhi semangat dan intensitas murid dalam mengoreksi
pelajaran, aspek psikologis adalah tingkat kecerdasan, sikap murid, minat murid dan motivasi murid.
b. Faktor eksternal murid terdiri atas lingkungan sosial seperti para guru dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar murid dan lingkungan non sosial yaitu rumah,alat-alat belajar, keadaan cuaca belajar yang digunakan.
Selanjutnya, Chomsky (dalam Haeruddin, 2007) berpendapat bahwa (a) proses-proses pemerolehan bahasa semua anak-anak boleh dikatakan sama (b) proses pemerolehan bahasa ini tidak ada kaitannya dengan kecerdasan anak yang IQ-nya juga memperoleh bahasa pada masa dan cara hamper sama (c) proses pemerolehan bahasa ini tidak pula dipengaruhi oleh motivasi atau emosi anak-anak (d) tata bahasa yang dihasilkan oleh semua anak-anak boleh dikatakan sama.
Faktor yang banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontsribusi yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar murid.
g. Teknik Scramble
a. Pengertian teknik scramble
Kata “scramble” berasal dari bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “ perebutan, pertarungan , perjuangan. Teknik Scramble biasanya dipakai oleh anak-anak Istilah
“scrambel sebagai permainan yang pada dasarnya merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemilihan kosakata-kosakata dan huruf-huruf yang tersedia.
Teknik permainan ini pada prinsipnya menghendaki murid melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa yang
sebelumnya dengan sengaja telah dikacaukan susunannya. Bardasarkan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yaitu:
a. Scramble kata, yakni sebuah permainan yang menyusun kata-kata dari huruf-hurufnya yang telah dikacaukan letak huruf-hurufnya sehingga berbentuk suatu kata tertentu yang bermakna.
b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusunan kalimat dari kata-kata acak. Bentukan kalimat yang dimaksud hendaknya logis , bermakna, tepat dan normal.
c. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat atau paragraph acak. Hasil penyusunan wacana dalam permainan skrambel hendaknya logis dan bermakna.
b. Pembelajaran membaca pemahaman dengan teknik scramble Scramble adalah salah satu permainan bahasa pada
hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan Suparno (dalam Dirjendikti 2007:159). Dengan bermain murid akan memperoleh kegembiraan atau kesenangan, selain itu keterampilan tertentu akan diperoleh dengan tidak sengaja. Dalam setiap permainan terdapat unsur rintangan dan tantangan yang harus dihadapi dan dipecahkan. Secara tidak langsung permainan juga dapat memupuk berbagai sifat yang positif misalnya: solidaritas, sportivitas, kreativitas dan rasa percaya diri. Secara rinci kelebihan dan kekurangan dari
permainan bahasa menurut Soeparno (dalam Dirjendikti, 2007:160) adalah sebagai berikut:
Kelebihan dan kekurangan teknik scramble
c. Kelebihan teknik Scramble
1) Permainan bahasa merupakan media pengajaran bahas yang cocok untuk beberapa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Aktivitas yang dilakukan murid dalam permainan bahasa ini bukan saja aktivitas fisik, tetapi juga aktivitas moral.
2) Permainan bahasa dapat dipakai untuk membandingkan kembali kegairahan belajar murid yang sudah mulai lesu.
3) Sifat koopratif yang ada dalam permainan dapat mendorong murid berlomba-lomba maju.
4) Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu permainan bahasa juga dapat memupuk rasa solidaritas (terutama untuk permainan bregu).
5) Materi yang dikomunikasikan lewat permainan bahasa biasanya mengesankan sehingga sukar dilupakan.
d. Kekurangan teknik scramble
1) Pada umumnya jumlah murid dalam satu kelas terlalu besar. Hal tersebut akan menimbulkan kesulitan untuk melibatkan seluruh murid dalam permainan.
2) Tidak semua teori pembelajaran dapat dikomunikasihkan lewat media permainan.
3) Permainan bahasa biasanya menimbulkan suara gadug. Hal tersebut dapat mengganggu kelas yang terdekat.
4) Teknik ini juga membutuhkan waktu yang agak lama dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan dalam permainan bahasa di atas, teknik scramble dapat dimanfaatkan untuk kepentingan membaca pemahaman. Dalam pengajaran membaca pemahaman anak diajak untuk berlatih menyusun suatu organisasi tulisan yang secara sengaja sebelumnya dikacaukan, anakdminta menata ulang susunan tulisan yang kacau menjadi suatu organisasi tulisan yang utuh dan bermakna. Teknik skrambel ini dapat melatih anak memprediksi jalan pikiran tulisan aslinya dan melatih anak berkreasi dengan susunan baru yang mungkin lebih baik. Secara umum langka-langka pembelajaran dengan teknik scramble menurut Harjasudjana dan Mulyati (1997) terbagi dalam tiga kegiatan, yakni (1) persiapan, (2) kegiatan inti, (3) dan kegiatan tindak lanjut.
e. Langkah-langkah teknik scramble 1. Persiapan
1) Menyiapkan teks bacaan, kemudian keluarkan paragraf ke dalam kartu paragraf. Idealnya guru menyiapkan kartu-kartu paragraf sebanyak kelompok murid yang ada. Bila hal ini tidak memungkinkan, guru cukup menyiapkan kartu-kartu satu set,
selanjutnya setiap kelompok murid membuat kartu-kartu paragraf sejenis sendiri.
2) Setiap kartu hanya mengandung satu paragraf.
3) Kartu-kartu paragraf diberi nomor urut yang susunan pengurutannya sengaja dikacaukan.
4) Membagi murid dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 3 sampai 4 orang murid dalam satu kelompok.
5) Mengatur posisi tempat duduk agar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain tidak saling mengganggu, dan tidak saling terganggu. Bila memungkinkan kegiatan ini dilakukan di luar kelas. Ini akan memberi dampak yang lebih baik karena anak-anak akan berada dalam suasana bermain yang sebenarnya.
2. Kegiatan inti
1) Setiap kelompok murid siap dengan perangkat kartu paragraf yang telah dibagikan guru (atau diproduksi sediri oleh kelompok tersebut) untuk didiskusikan dalam kelompoknya masing- masing.
2) Setiap kelompok murid melakukan diskusi kecil dalam kelompoknya untuk mencari susunan kartu-kartu paragraf yang dianggap baik dan logis oleh kelompok yang bersangkutan serta menentukan ide pokok tiap paragraf. Alasan-alasan
pemilihan susunan kartu-kartu paragraf juga harus debicarakan dalam kelompok kecil.
3) Guru memimpin diskusi kelompok besar dan menganalisis dan mendengarkan pertanggung jawaban setiap kelompok kecil atas hasil kerja masing-masing kelompok yang telah disepakati dalam kelompok.
4) Setelah seluruh kelompok tampil, dilanjutkan perbincangan tentang terdapat dan komentar perseorangan dipimpin guru.
5) Setelah diskusi kelompok besar menghasilkan kesepakatan bersama tentang susunan teks yang dianggap paling logis, kemudian guru menunjukkan teks aslinya.
6) Satu orang diminta untuk membaca teks asli tersebut secara bergantian. Selanjutnya, melalui kegiatan diskusi kelompok besar murid membandingkan, mengkaji, menilai dan memutuskan susunan teks mana yang paling baik dan logis.
7) Pada akhir kegiatan inti, satu dua orang murid diminta untuk menceritakan kembali isi teks dengan kata-kata sendiri.
3. Tindak lanjut
1) Kesiapan pengayaan berupa pemberian tugas serupa dengan bahan yang berbeda.
2) Kegiatan menyempurnakan susunan teks asli, jika terdapat susunan yang tidak memperhatikan kelogisan.
3) Kegiatan mengubah materi bacaan (memparafrase atau menyederhanakan bacaan).
4) Mencari makna kosakata baru di dalam kamus dan mengaplikasikan dalam pemakaian kalimat.
5) Membetulkan kesalahan-kesalahan tata bahasa yang mungkin ditemukan dalam teks wacana latihan.
Salah satu yang penting dalam teknik ini, murid tidak sekedar berlatih memahami susunan teks yang baik dan logis, melainkan juga dilatih untuk berpikir kritis-analitis. Hal-hal yang berkenaan dengan aspek kebahasaan, kebenaran, ketepatan struktur kalimat, tanda baca, diksi dapat menjadi perhatian dan perbincangan murid.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang mendasari rencana penelitian dalam peningkatan hasil belajar membaca pemahaman dengan menggunakan teknik skrambel pada murid kelas V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai dilakukan dengan mendiagnosis faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan rendahnya hasil belajar membaca pemahaman murid dilihat dari faktor guru dan murid. Dari faktor guru, guru belum menggunakan teknik yang tepat dalam membelajarkan membaca pemahaman, proses pembelajaran membaca pemahaman pada umumnya adalah interaksi searah, yaitu guru dan murid dengan menugasi murid membaca teks yang ada dalam buku paket dan ditugasi menjawab pertanyaan bacaan secara individu sehingga pembelajaran
membosankan bagi murid. Selain itu guru juga kurang memberikan bimbingan kepada murid. Sedangkan dari faktor murid, murid kurang mampu menentukan ide pokok suatu paragraf sehingga mereka kesulitan untuk menyimpulkan isi bacaan. Murid juga cenderung acuh tak acuh pada saat mengikuti pelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan penerapan teknik Scrambel yang dilakukan dalam berbagai kegiatan yang dimulai dari kegiatan persiapan, kegiatan inti dan kegiatan tindak lanjut yang terintegrasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman murid, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir dihalaman berikut:
Bagan 2.1 Skema Kerangka Pikir
C. Hipotesisi Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Jika teknik scramble diterapkan dalam pembelajaran, maka kemampuan membaca pemahaman murid kelas V SDN No.142 Borong Ampirie dapat meningkat
Materi Membaca Pemahaman
Teknik scramble
Kegiatan pada proses persiapan
Kegiatan inti
Kegiatan tindak lanjut
Kemampuan membaca pemahaman murid
meningkat Aspek Guru
1. Belum menggunakan metode yang tepat 2. Kurang memberikan
bimbingan.
3. Proses pembelajaran hanya interaksi searah yaitu guru dan siswa
Aspek murid 1. Sulit menentukan ide
pokok suatu paragraf.
2. Sulit menyimpulkan isi bacaan.
3. Acuh tak acuh dan merasa jenuh/bosan.
SDN NO.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan statistik.
Kemmis dan Taggar Bogdan dan Biklen (dalam Masniladevi, 2003) menyatakan bahwa penelitian kualitatif mempunyai cirri-ciri yaitu:
(1) mempunyai latar alami karena sumber data langsung dari peristiwa, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (4) analisis data cenderung bersifat induktif, dan (5) makna merupakan masalah yang esensial untuk penelitian kualitatif.
Moleong (2001) menyatakan bahwa penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) peneliti bertindak sebagai instrument utama, karena disamping sebagai pengumpul data dan penganalisis data, peneliti juga terlibat secara langsung dalam proses penelitian. (2) mempunyai latar alami, data yang diperoleh dan diteliti akan dipaparkan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan, (3) hasil penelitian bersifat deskriptif, karena data yang dikumpul tidak menggunakan angka-angka melainkan berupa kata-kata atau kalimat, (4) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (5) adanya batas
36
permasalahan yang ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6) analisis data cenderung bersifat induktif.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Karakteristik yang khas dari Penelitian Tindakan Kelas yakni tindakan- tindakan (aksi) yang berulang-ulang untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas, Wardani (2005:16). Jenis pendekatan ini melalui empat tahap yaitu : 1).Tahap perencanaan 2). Tahap pelaksanaan tindakan 3). Tahap pengamatan/ observasi, dan 4). Tahap refleksi.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman pada murid kelas V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjaiadalah sebagai berikut:
1. Faktor murid: yaitu dengan melihat hasil belajar murid terhadap materi membaca pemahaman dapat meningkat sesuai dengan diharapkan peneliti?
2. Faktor Guru: yaitu dengan memperhatikan persiapan materi dan kesesuaian metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan 3. Faktor proses pembelajaran: yaitu dengan melihat bagaimana
hubungan antara murid dengan murid dalam berkelompok, murid dengan guru, serta apakah proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode Scramble ini menyenangkan murid dalam
menerima pelajaran dan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman.
C. Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan di SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjai. Sekolah ini terdiri dari 6 kelas yang memiliki jumlah murid keseluruhan 215 orang. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah : (1). Rendahnya hasil belajar murid tentang membaca pemahaman. (2). Di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian yang menggunakan pendekatan permainan bahasa dalam hal ini teknik scramble. (3). Adanya dukungan dari Kepala Sekolah dan guru
terhadap pelaksanaan penelitian ini. (4). Sekolah ini mudah dijangkau oleh peneliti.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas V SDN No.142 Borong Ampirie Kabupaten Sinjaidengan jumlah murid yang masih aktif sebanyak 37 orang yang terdiri dari 16 laki-laki dan 21 perempuan.
D. Rancangan Tindakan
Penelitian ini menggunakan rencana penelitian tindakan kelas, yaitu rencana penelitian berdaur ulang (siklus) yang terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari : 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3.
Pengamatan, dan 4. Refleksi ( Arikunto,2008:16)
Keterangan gambar:
Siklus I
1. Perencanaan (planning)
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Membuat teks kerja murid
c. Membuat lembar observasi untuk melihat sejauh mana murid memahami pembelajaran setelah diterapkan teknik scramble d. Membuat alat evaluasi
Perencanaan
Siklus I Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Berhasil Pengamatan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan
Pelaksanaan
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas di adaptasi dari Arikunto (2008:16)
2. Pelaksaan tindakan (Acting)
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat .
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan sebagai berikut:
a. Sebelum pelaksanaan tindakan penelitian memberikan tes awal kepada murid berupa pertanyaan untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh murid.
b. Pada awal pertemuan, peneliti menyampaikan materi yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
c. Peneliti atau guru menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dan setelah itu murid diminta untuk menanyakan hal-hal belum dipahami atau dimengerti selama proses pembelajaran.
d. Peneliti kemudian membagikan LKS
e. Peneliti melakukan pemantauan selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung berdasarkan pedoman observasi.
f. Memberikan ulangan harian pertama pada akhir siklus I dengan tujuan melihat kemampuan murid.
3. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi baik lembar observasi kegiatan guru maupun kegiatan murid dan selain itu, peneliti juga mencatat semua kejadian yang dianggap penting yang berupa kegiatan murid dan tanggapan yang diberikan murid tentang teknik pembelajaran yang digunakan.
4. Refleksi (Reflecting)
Peneliti melakukan proses refleksi dari setiap hasil yang diperoleh melalui lembar observasi dengan menilai dan mempelajari hasil perkembangan murid pada siklus I. Hasil dari refleksi inilah yang akan dijadikan sebagai acuan oleh peneliti untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan pada siklus selanjutnya ( siklus II).
Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, dilakukan perbaikan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pelaksanaan pada siklus II disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang dicapai pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis untuk menetapkan suatu kesimpulan.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data
Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Prosedur pengumpulan data pada rencana penelitian ini dimulai dari pra penelitian untuk mengetahui problem apa yang dihadapi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Agar data yang diperoleh bisa valit, maka perlu menggunakan prosedur pengmpulan data.
b. Untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar murid dalam membaca pemehaman maka digunakan tes. Tes yang digunakan berupa tes menyusun paragraf dan menentukan ide pokok setiap paragraf.
c. Untuk mengetahui jalannya pembelajaran maka yang digunakan adalah pengamatan (observasi) yang berpedoman pada lembar observasi yang ditunjukan untuk murid dan guru.
Tes ini bertujuan berlangsung dan hasil tugas yang diberikan oleh guru. Data pada saat proses pembelajaran ditafsirkan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
x 100%
Tabel 3.1 Tingkatan Keberhasilan:
Taraf Keberhasilan Kualifikasi
85% - 100% Sangat Baik (SB)
70% - 84% Baik (B)
55% - 60% Cukup (C)
46% - 54% Kurang (K)
0% - 45% Sangat Kurang (SK)
Sumber : Mill (2009:9)
2. Jenis Data
Jenis data yang didapatkan adalah adata kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari lembar observasi, hasil pengamatan dan tes hasil belajar
3. Sumber data
Sumber data dari penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri dari guru dan siswa
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk pengunpulan data pada hakikatnya adalah mengukur variable penlitian (sudjana, 2003 : 73). Instrument penelitian dapat juga diartika sebagai alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian dalam kegiatan mengumpulan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermuda olehnya (suharmini 2007 : 101).
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengamati aktifitas guru dan murid sebagai upaya untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta keaktifan murid. Pedoman observasi dalam penelitian dikembangkan menjadi dua jenis yaitu: