• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PANGKEP

The Comparison Of Jarimatika Method And Discovery Method In Learning Counting On Numeracy Ability And

Problem Solving Of Elementary Schools In Bungoro, Pangkep Regency

Tesis Oleh:

HERLINA

Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.013.17

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(2)
(3)

i

BUNGORO PANGKEP

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister Program Studi

Magister Pendidikan Dasar

Disusun dan Diajukan oleh

HERLINA

Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.013.17

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(4)

viii

Motto

“Bukanlah ilmu yang semestinya mendatangi kita tetapi kitalah yang seharusnya mendatangi ilmu

itu”.

( Imam Malik )

(5)

(6)

(7)

(8)

ii TESIS

PERBANDINGAN METODE JARIMATIKA DAN METODE PENEMUAN PADA OPERASI PERKALIAN TERHADAP

KEMAMPUAN BERHITUNG DAN PEMECAHAN MASALAH DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN

BUNGORO PANGKEP

Yang disusun dan diajukan oleh

HERLINA

Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.013.17

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 30 Agustus 2020

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rukli, M.Pd.,M.Cs. Dr. Agustan S, M.Pd.

Mengetahui :

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi

Unismuh Makassar Magister Pendidikan Dasar

Dr.H.Darwis Muhdina,M.Ag. Sulfasyah,S.Pd.,M.A.,Ph.D.

NBM. 483 523 NBM. 970 635

(9)

x

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat, hidayat serta taufiqnya sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

Tak lupa kita kirimkan salam dan salawat kepada junjungan Nabiullah Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah. Nabi yang senantiasa telah mengantarkan ummatnya dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang, semoga dapat memberikan inspirasi dalam setiap langkah hidup manusia, terutama menyadarkan manusia atas sikap serta akhlak mereka.

Penulis menyadari bahwa sejak penyusunan proposal sampai tesis ini rampung, banyak hambatan, rintangan, namun berkat bantuan, motivasi serta doa dari berbagai pihak sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Perbandingan Metode Jarimatika dan Metode Penemuan Pada Operasi Hitung Perkalian Terhadap Kemampuan Berhitung dan Pemecahan Masalah Di Sekolah Dasar Kecamatan Bungoro Pangkep”. Tesis ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar Pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

(10)

x

menyelesaikan tesis ini. Bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat terselesaikan tepat waktu. Maka dari itu, penyusun perlu sampaikan rasa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan tesis ini, antara lain :

Kedua orangtua, Bapak H.Ismail B dan Ibu Hj.Sarlotha S yang selalu mendoakan setiap langkah kami, yang senantiasa memberikan support dan motivasi serta doa restu untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, tak lupa juga buat saudari – saudari ku Hj,Sarmila, Irna dan Irma semoga senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT.

Suami tercinta, A. Amirullah yang dengan sepenuh hati selalu siap siaga mengantar dan menemani selama proses perkuliahan dan selama pembimbingan.

Anak- anakku, A. Abil Kurniawan dan A. Anugrah Fitrah yang telah sabar dan mengerti akan kesibukan orangtuanya dalam menuntut ilmu, mudah-mudahan kelak anak – anakku bisa mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi dan bisa bersekolah setinggi – tingginya di perguruan tinggi yang lebih baik dan mencapai cita – citanya kelak..Aamiin...

Bapak Rukli sebagai pembimbing 1 yang senantiasa selalu meluangkan waktunya untuk kami selama proses pembimbingan.

(11)

x

Ibu Ketua Program Studi Magister Pendidikan Dasar, Ibu Hj.Sulfasyah,S.Pd.,M.A.,Ph.D. yang senantiasa memberikan support, motivasi serta bimbingan dan semangat yang tak henti-hentinya kepada kami agar sekiranya bisa segera menyeleseikan studi pada Program Pascasarjana Dikdas Unsimuh dengan baik.

Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Prof.Dr.H. Ambo Masse, M.Ag., Bapak Direktur Program Pascasarjana, Bapak Dr. H. Darwis Muhdina,M.Ag. yang senantiasa meluangkan waktu dan membuka pintu selebar-lebarnya untuk menerima kami yang selalu menyodorkan kertas untuk tanda tangan.

Teman – teman seperjuangan, tempat berbagi, tempat untuk berkeluh kesah yang senantiasa selalu memberikan masukan, motivasi serta dukungan moril sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Teman – teman di SD Negeri 9 Bujung Tangaya, sekolah dimana saya pertama kali mengajar serta menjadi abdi negara, yang senantiasa selalu memberikan support , masukan serta membantu saya selama proses perkuliahan berlangsung.

(12)

x

Tesis ini tidak bebas dari berbagai kesalahan dan kekurangan.

Semua kesalahan dan kekurangan yang ada menjadi tanggung jawab penulis. Oleh karena itu, dengan penuh rendah hati penulis akan menerima saran dan kritikan untuk memperbaiki tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala amal perbuatan dan kebaikan semua pihak. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 23 September 2020 Penulis,

Herlina

(13)

v

Pemecahan Masalah Di Sekolah Dasar Kecamatan Bungoro Pangkep.

Pembimbing oleh Dr. Rukli, M.Pd.,M.Cs dan Dr.Agustan.M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode jarimatika dan penemuan terhadap kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah di sekolah dasar wilayah I Kecamatan Bungoro.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di sekolah dasar negeri di Wilayah I Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkajene dengan populasi sebanyak 147 orang siswa dan sampel sebanyak 91 orang siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Sampel yang digunakan yaitu kelas IV di SDN 9 Bujung Tangaya sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas IV di SDN 20 Bujung Tangaya sebagai kelas eksperimen 2. Teknik pengumpulan data melalui observasi, instrumen tes dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for windows dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.

Berdasarkan uji statistik dengan Uji Independent Sample-Test dengan menggunakan analisis Manova dibuktikan bahwa ada perbedaan antara kemampuan berhitung siswa dengan pemecahan masalah pada kelas yang diajarkan dengan menggunakan metode jarimatika dan metode penemuan. Nilai Signifikansi yang diperoleh yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan antara metode jarimatika dan metode penemuan terhadap kemampuan berhitung dan pemecahan masalah siswa di sekolah dasar wilayah I Kecamatan Bungoro.

Kata Kunci: Metode Jarimatika, Metode Penemuan, Operasi Perkalian dan Pemecahan Masalah.

(14)

xii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI... ii

HALAMAN KEASLIAN TESIS... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACK... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 10

C. Rumusan Masalah... 10

D. Tujuan Penelitian... 11

E. Manfaat Penelitian... 11

BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 13

1. Metode Jarimatika... 13

2. Metode Penemuan ... 19

3. Kemampuan Berhitung Perkalian... 27

(15)

xii

c. Indikator Kemampuan Berhitung... 30

4. Karakteristik Siswa Di Sekolah Dasar... 32

5. Pemecahan Masalah... 35

6. Operasi Perkalian... 38

B. Penelitian Yang Relevan... 39

C. Kerangka Pikir... 44

D. Hipotesis Penelitian... 48

BAB III : METODE PENELITIAN... 49

A. Desain dan Prosedur Penelitian ... 49

1. Desain penelitian... 49

2. Prosedur Penelitian... 49

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Populasi dan Sampel... 51

D. Variabel Penelitian ... 51

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data... 52

a. Metode ... 52

b. Instrumen ... 52

F. Teknik Analisis Data... 53

(16)

xii

a. Uji Normalitas ... 53

b. Uji Homogenitas ... 53

c. Uji Hipotesis... 54

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN... 56

A. Hasil Pembahasan ... 56

B. Hasil Penelitian... 61

C. Uji Hipotesis... 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 78

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82

RIWAYAT HIDUP... 85

LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. IZIN PENELITIAN

2. HASIL VALIDITAS INSTRUMEN

3. DATA MENTAH HASIL PRETEST DAN POSTEST 4. DATA HASIL SPSS

5. DOKUMENTASI KEGIATAN

(17)

xii

(18)

xiv

Terbimbing...23

4.1 Kesepakatan dua pakar Menurut Model Gregory ...62

4.2 Kategori Penilaian Tingkat Kevalidan dan Aspek Penilaian Alat...63

4.3 Hasil Validasi Silabus Pada Kemampuan Berhitung...64

4.4 Hasil Perhitungan Instrumen Validasi...65

4.5 Hasil Validasi Instrumen Tes...65

4.6 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah...66

4.7 Tes Pemecahan Masalah Matematika Polya...68

4.8 Distribusi Nilai Statistik Kemampuan Berhitung Pretest Dan Posttest...70

4.9 Descriptif Statistic Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 1...71

4.10 Descriptif Statistic Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 2...71

4.11 Descriptif Statistic Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 1 dan 2...72

4.12 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berhitung ...73

4.13 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kemampuan Berhitung...75

4.14 Hasil Uji Homogenitas / Test Of Homogenity...75

4.15 Hasil Uji Hipotesis Multivariate test...76

4.16 Hasil Uji Hipotesis Test Of Between Subject Effects...77

(19)

xiv

(20)

xvi

2.1 Formasi Jarimatika Perkalian 6-10...17 2.2 Formasi Berhitung Perkalian ...18 2.3 Kerangka Pikir Penelitian...47

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu memiliki peran yang mulia, keutamaan yang agung dan kedudukan yang tinggi dalam kehidupan manusia. Sebagaimana dalam firman Allah SWT Al Quran Surat Al Mujaadilah ayat 11:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

”berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu .Dan apabila dikatakan :”Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang–orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat di atas memerintahkan kepada setiap muslim untuk menuntut ilmu atau belajar karena dengan belajar derajat seseorang akan dimuliakan. Belajar wajib bagi setiap muslim karena dengan ilmu kebutuhan jasmani dan rohani dapat terpenuhi sehingga kehidupannya menjadi mulia. Belajar juga menjadi sesuatu yang lazim dilakukan oleh manusia pada umumnya.

Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan perkembangan zaman. Matematika merupakan salah satu ilmu dari

(22)

berbagai ilmu pengetahuan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Matematika juga merupakan salah satu kekuatan utama pembentuk konsepsi tentang alam, serta hakekat dan tujuan manusia dalam kehidupan, bahkan jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini, tergantung dari kemajuannya di bidang matematika dan IPTEK.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan melimpah.

Mulai dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, dituntut Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan mampu berkompetisi secara global, sehingga diperlukan keterampilan yang tinggi, pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerjasama. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional .

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa mulai jenjang pendidikan dasar. Bagi sebagian siswa matematika bukanlah mata pelajaran yang menyenangkan, bahkan ada yang menganggapnya sebagai pelajaran yang menakutkan. Selain itu, pembelajaran yang lebih didominasi oleh guru, dimana guru mengajar dengan menerangkan kemudian memberikan tugas sehingga membuat siswa tidak bersemangat, keaktifan siswa kurang, prestasi belajar siswa menjadi rendah, dan pembelajaran matematika menjadi menjenuhkan. .

(23)

Oleh karena itu, pembelajaran matematika harus dibuat menarik dan menyenangkan dengan menggunakan metode inovatif yang mudah dipahami siswa sehingga diharapkan siswa dapat menyukai pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pembelajaran matematika di sekolah merupakan pelajaran yang didalamnya mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Depdiknas (2006: 417) menyebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh: (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(24)

Hasil analisis ulangan harian yang peneliti lakukan diperoleh setidaknya lima hal yang mengakibatkan matematika dipandang sulit.

Pertama, pemahaman siswa tentang isi dan maksud soal relatif rendah.

Kedua, sebagian siswa tidak bisa mengenali jawaban atau dengan kata lain siswa tidak tahu harus mulai dari mana untuk menemukan jawabannya. Ketiga, siswa terkadang lupa dengan aturan-aturan atau syarat-syarat yang tidak matematis, rumus-rumus dan terkadang terjebak dengan syarat-syarat yang tidak boleh dan harus dipenuhi oleh suatu penyederhanaan kalimat metamatika atau suatu persamaan. Keempat, seringnya terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa yang tentunya mempengaruhi hasil akhir jawaban. Kelima, ada kecendrungan siswa mengerjakan soal dengan satu cara saja, tidak kreatif dalam mencari cara baru.

Matematika berperan besar dalam segala aspek kehidupan sehari- hari. Di dalam mata pelajaran matematika banyak terdapat bahan kajian, salah satunya perkalian. Di Sekolah Dasar ( SD ) operasi hitung perkalian sudah diajarkan sejak kelas II, hal tersebut karena operasi hitung perkalian sebagai dasar yang dipakai pada operasi hitung selanjutnya dan pengembangan mata pelajaran matematika yang terdapat di kelas yang lebih tinggi. Kemampuan menghafal perkalian 0 sampai 10 sangat memudahkan anak agar terampil berhitung. Siswa menghafal di luar kepala dengan harapan berguna untuk memperkuat kecepatan dalam menyelesaikan masalah penghitungan perkalian mulai dari yang mudah

(25)

hingga yang sulit. Tentu saja, menghafal perkalian diluar kepala, bagi sebagian siswa merasa keberatan,namun tidak tertutup kemungkinan sebagian siswa sangat menekankan otak untuk menyimpan memori yang tidak disukainya.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 3 Desember 2018 dengan guru dibeberapa sekolah terdapat beberapa kendala. Pertama, hasil belajar matematika siswa tergolong rendah. Kedua, banyak siswa yang belum menguasai konsep perkalian. Ketiga, metode pembelajaran yang digunakan guru belum berpusat pada siswa. Keempat, siswa kurang aktif dalam proses belajar. Kelima, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam menyampaikan konsep perkalian, para guru banyak yang menggunakan cara konvensional yaitu dengan memaksa anak untuk menghafal secara mencongak yaitu dengan melatih kecepatan siswa dalam membayangkan operasi hitungan.

Persoalan matematika yang sering dihadapi anak adalah seringkali anak kurang terampil menggunakan aritmatika. Walaupun mereka mampu, kebanyakan dari mereka kurang cepat dan tepat untuk membantu persoalan mengalikan angka. Peneliti memiliki pengalaman dalam membimbing anak dengan menyampaikan metode hitung perkalian angka dengan jari tangan. Di sinilah kewajiban seorang guru untuk menanamkan rasa senang terhadap materi pelajaran matematika tentang perkalian dengan memberi ransangan atau dorongan agar siswa menyenangi pelajaran matematika .

(26)

Salah satu materi yang diajarkan di sekolah dasar adalah operasi hitung perkalian yang merupakan dasar arimatika. Untuk menjelaskan konsep perkalian kepada siswa agar siswa lebih mudah memahami dan terampil menentukan hasil perkalian, sampai kini menjadi permasalahan.

Strategi mengajarkan siswa perkalian menggunakan arti perkalian, yaitu menjumlahkan berulang masih belum memaksimalkan keterampilan siswa untuk menentukan hasil–hasil perkalian secara cepat dan tepat .

Metode untuk berhitung saat ini telah berkembang, diantarnya dengan alat peraga yaitu sempoa dan jarimatika. Pada intinya semua metode adalah baik, semua anak-anak dapat mempelajari teknik-teknik yang ada. Saat ini salah satu metode untuk melatih keterampilan berhitung dalam pembelajaran matematika adalah pengajaran dengan teknik jarimatika. Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari-jari tangan (Peni 2008: 17).

Metode hitung dengan jari tangan bertujuan untuk membantu siswa dalam mengoprasikan aritmatika terutama dalam berhitung dengan menggunakan konsep perkalian.

Teknik Jarimatika dapat digunakan oleh siapapun, bukan hanya guru tetapi orang tua juga dapat menggunakannya dalam pembelajaran di rumah. Atas peran guru, orangtua, dan tentunya nilai dari siswa, teknik jarimatika ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran matematika, terutama dalam berhitung

(27)

perkalian. Sejauhmana keefektifan metode jarimatika menarik untuk diteliti.

Dalam kaitannya dengan operasi hitung perkalian pada pembelajaran matematika, metode lain yang digunakan adalah metode penemuan atau yang biasa dikenal dengan metode Inquiry. Inqury dalam bahasa Indonesia berarti penemuan. Menurut Sund (dalam Suryobroto, 2002: 193) dinyatakan bahwa metode penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip.

Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Yang dimaksud konsep misalnya: segitiga, demokrasi, panas, energi, dan sebagainya. Sementara prinsip misalnya: logam apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme.

Kegiatan pembelajaran penemuan terbimbing menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan konsep dan kemudian menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kegiatan belajar yang berorientasi pada keterampilan proses menekankan pada pengalaman belajar langsung, keterlibatan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Siswa didorong untuk berpikir kritis, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep atau prinsip umum berdasarkan bahan/data yang telah disediakan

(28)

guru. Dalam menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing, guru hendaknya mampu merumuskan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kompetensi dasar yang dimiliki siswa.

Metode jarimatika salah satu cara berhitung yang menggunakan alat bantu jari tangan. Dengan metode ini, siswa dilatih untuk mengetahui konsep perkalian dasar. Keterlibatan siswa untuk memperagakan jarimatika dapat membuat pembelajaran semakin bermakna. Siswa dapat menggunakan jari tangannya untuk menyelesaikan permasalahan berhitung berdasarkan aturan formasi tangan dengan penyelesaian jarimatika. Media jarimatika ini selain fleksibel juga tidak memberatkan memori otak anak dalam proses berhitung, menunjukkan tingkat keakuratan yang tinggi (Prasetyo, 2008: 28). Kemudahan penggunaan media jarimatika berdampak pada kecepatan dan ketepatan dalam berhitung. Penerapan media ini pada pembelajaran matematika akan lebih berkesan dan menarik sehingga membangkitkan minat belajar siswa Tentu saja hal ini akan sangat membantu siswa dalam menguasai keterampilan berhitung perkalian, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sejalan dengan penelitian Nasution dan Surya (2016) bahwa penerapan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung perkalian. Selanjutnya menurut Manik dan Mukhtar (2017) metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

(29)

konsep matematika siswa. Menurut Darminto (2013) bahwa pembelajaran berbasis kearifan lokal meningkatkan keterampilan pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan metode jarimatika dan metode penemuan pada pembelajaran operasi perkalian dengan memperhatikan kemampuan berhitung dan pemecahan masalah di sekolah dasar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Masih rendahnya keterampilan berhitung perkalian siswa di Sekolah Dasar.

2. Masih kurangnya sosialisasi tentang pembelajaran berhitung matematika menggunakan metode berhitung dengan menggunakan alat bantu.

3. Rendahnya minat siswa belajar berhitung dalam hal ini bidang studi matematika.

4. Para siswa mengalami kesusahan dalam menghafal perkalian.

5. Metode Jarimatika belum dibiasakan dalam pembelajaran matematika 6. Masih kurang tenaga pendidik yang menguasai metode Jarimatika di

Sekolah Dasar.

7. Penggunaan metode mengajar yang digunakan guru selama ini dianggap belum mampu dalam mengatasi kesulitan siswa di Sekolah Dasar pada mata pelajaran matematika dengan materi perkalian.

(30)

B. Batasan Masalah

Permasalahan dalam pembelajaran matematika dengan materi perkalian sangat kompleks, diantaranya adalah siswa berpendapat pembelajaran perkalian sukar dan menjenuhkan, siswa membutuhkan waktu lebih lama dalam belajar perkalian, belum adanya penggunaan metode pembelajaran yang tepat untuk memecahkan kesulitan siswa.

Pembatasan masalah diperlukan agar peneliti ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji. Penelitian ini difokuskan masalah masih rendahnya kemampuan berhitung siswa di Sekolah Dasar. Adapun materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah kemampuan berhitung dengan menggunakan metode jarimatika.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah ini sebagai berikut.

1. Seberapa besar tingkat kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran operasi perkalian dengan metode jarimatika di sekolah dasar wilayah 1 Kec. Bungoro ?

2. Seberapa besar tingkat kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran operasi perkalian dengan menggunakan metode penemuan di sekolah dasar wilayah 1 Kec.

Bungoro ?

(31)

3. Apakah ada perbedaan metode jarimatika dan metode penemuan terhadap kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah di sekolah dasar wiayah 1 Kec. Bungoro ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui kemampuan hitung siswa dan pemcahan masalah pada pembelajaran operasi perkalian dengan metode jarimatika.

2. Untuk mengetahui kemampuan hitung siswa dan pemecahan masalah pada pembelajaran operasi hitung perkalian dengan menggunakan metode penemuan.

3. Untuk mengetahui perbedaan metode jarimatika terhadap kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah di sekolah dasar wilayah 1 Kec. Bungoro.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan penggunaan metode jarimatika dan penerapannya terhadap kemampuan berhitung siswa di sekolah- sekolah dasar.

(32)

2. Manfaat praktis.

a. Bagi siswa

Melalui metode jarimatika maka hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan perkalian dengan tepat dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru memilih teknik pembelajaran matematika yang tepat khususnya pokok bahasan perkalian. Disamping itu diharapkan mampu membantu guru dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran matematika sehingga kegiatan belajar dapat lebih menarik dan inovatif dan lebih menyenangkan.

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan/pengetahuan serta pengalaman dalam meneliti.

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Metode Jarimatika

a) Pengertian metode jarimatika

Jarimatika adalah suatu cara berhitung dengan menggunakan jari dan ruas jari-jari tangan (Prasetyono, 2008: 28 ). Menurut Astuti (2013: 3) mengemukakan bahwa jarimatika adalah suatu cara menghitung matematika yang mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari kita sendiri. Dibandingkan dengan metode lain, jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu kemudian cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara menyenangkan sehingga anak-anak akan merasa senang dan mudah menerimanya ( Abdullah , 2012: 33 ).

Seperti halnya dalam operasi penjumlahan dan pengurangan, dalam operasi perkalian ini dapat dilakukan perhitungan dengan mudah dan cepat hanya dengan menggunakan 10 jari saja. Metode berhitung dengan jari disebut jarimatika. Jarimatika merupakan singkatan dari jari dan aritmatika, dengan memanfaatkan sepuluh jari manusia. Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah, dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan,

(34)

lambang bilangan dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan. Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira (Wulandari 2013: 14 ).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah: dimulai dengan memahami secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan.

Berhitung dengan metode jarimatika mudah dipelajari dan menyenangkan bagi siswa. Mudah dipelajari karena jarimatika mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif siswa yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak. Anak pada usia sekolah dasar tidak dapat dipaksakan secara langsung untuk berpikir abstrak, oleh karena itu dengan berhitung menggunakan jari anak bisa memahami cara berhitung sepat benda konkrit. Adapun keunggulan menggunakan metode jarimatika menurut (Prasetyono, 2008 : 33 ) adalah:

a. Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Siswa belajar dengan memanipulasi hal-hal konkret tersebut untuk mempelajari materi matematika yang bersifat abstrak dan edukatif. Ilmu ini mudah dipelajari segala usia minimal anak usia 3 tahun. Menyenangkan karena siswa merasakan seolah mereka bermain sambil belajar dan merasa tertantang dengan metode jarimatika .

(35)

b. Tidak membebani memori otak siswa. Metode berhitung jarimatika mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal itu dapat ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari tangan kanan dan kirinya secara seimbang. Jarimatika mengajak siswa untuk dapat mengaplikasikan operasi hitung dengan cepat dan akurat menggunakan alat bantu jari-jari tangan, tanpa harus banyak menghafal semua hasil operasi hitung tersebut .

c. Praktis dan efisien. Dikatakan praktis karena alat hitungnya jari maka selalu dibawa kemana-mana. Alatnya tidak akan pernah ketinggalan dan tidak akan disita lagi apalagi diambil, karena siswa hanya menggunakan jari-jari sebagai alat hitungnya pada saat ujian. Efisien karena alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli.

d. Penggunaan Jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang.

e. Metode ini disampaikan secara fun, sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang bagaikan “ tamasya belajar “

f. Menyenangkan sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.

g. Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kirinya sehingga otak bekerja lebih optimal.

h. Membangun rasa percaya diri .

(36)

Adapun kelebihan dari metode Jarimatika menurut (Wulandari 2013: 44 ) adalah sebagai berikut.

a. Fleksibel

b. Tidak memberatkan memori otak saat digunakan c. Tidak bisa disita saat ujian berlangsung

d. Dalam proses perhitungan, menunjukkan tingkat keakuratan yang tinggi e. Siswa terlibat secara fisik, lisan maupun tulisan .

Sejalan dengan Wulandari dan Astuti (2013: 9) menjelaskan bahwa kelebihan dari metode Jarimatika diantaranya:

a. Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Hal ini akan membuat anak mudah melakukannya .

b. Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka menganggapnya lucu sehingga mereka melakukannya dengan gembira.

c. Jarimatika tidak akan memberatkan memori otak .

d. Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan dimana menyimpannya dan juga tidak dapat disita ketika sedang ujian .

Adapun kelemahan dari metode jarimatika yaitu terdapat rumus- rumus, sehingga anak harus paham dalam penempatan rumus-rumus tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kelebihan penggunaan metode jarimatika adalah fleksibel, tidak memberatkan memori otak saat digunakan, tidak bisa disita saat ujian berlangsung, dalam proses perhitungan, menunjukkan tingkat keakuratan yang tinggi,

(37)

siswa terlibat secara fisik, lisan maupun tulisan. Sedangkan kekurangan dari penggunaan metode jarimatika yaitu terdapat aturan-aturan, sehingga anak harus paham dalam penempatan aturan dalam setiap jari yang digunakan. Jika bilangan berubah menjadi lebih besar dari ratusan hingga ribuan, maka aturan tersebut juga mengalami perubahan.

Dalam perkembangan konsep matematika dengan menggunakan jarimatika, alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah jari tangan yang dimiliki siswa dan peneliti. Di bawah ini merupakan langkah- langkah pembelajaran perkalian kelompok dasar ( bilangan 6-10).

a. Siswa terlebih dahulu perlu memahami angka atau lambang bilangan . b. Siswa mengenali konsep operasi perkalian

c. Siswa sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi d. Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika

Pengenalan Jarimatika seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.Formasi Jarimatika Perkalian 6-10 Sumber: Wijiastuti dan Desiningsih(2013:3)

(38)

Tahapan-tahapan mempelajari cara berhitung dengan menggunakan jarimatika

a. Siswa diajarkan cara menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan sebagai berikut :

Rumus : ( T1 + T2 ) + ( B1 + B2 ) Keterangan :

T1 = jari tangan kanan yang ditutup ( puluhan ) T2 = jari tangan kiri yang ditutup ( puluhan ) B1 = jari tangan kanan yang dibuka ( satuan ) B2 = jari tangan kanan yang dibuka ( satuan )

b. Guru dan siswa melakukan operasi perkalian dengan mendemonstrasikan menggunakan jari tangan

Contoh :

Gambar 2. Formasi Berhitung Perkalian Sumber : Wijiastuti dan Desiningsih(2013:3)

Tangan kanan ( 7 ): kelingking dan jari manis ditutup (dilipat ). Tangan kiri ( 8): kelingking jari manis , dan jari tengah ditutup (dilipat) 7 x 8

(39)

dapat diselesaikan sebagai berikut . Jari yang ditutup bernilai puluhan , dijumlahkan . Jari yang terbuka bernilai satuan, dikalikan.

Formasi jarimatikanya adalah sebagai berikut:

7 x 8 = ( T1 + T 2 ) + ( B1 + B2 ) = ( 20 + 30 ) + ( 3 x 2 ) = 50 + 6

= 56

c. Ajak siswa terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-lambang jarimatika

d. Melakukan latihan secara rutin dengan demikian anak merasa senang tanpa ada paksaan untuk menghafal

2. Metode Penemuan

a). Pengertian metode penemuan

Jeni mengemukakakn bahwa metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana guru memberi siswa contoh- contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut ( Eggen 2012). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk memahami suatu topik. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat siswa mampu menyelesaikan masalah itu sendiri.

Menurut Marks (dalam Syarif 2012), pembelajaran penemuan mencakup penciptaan suasana lingkungan atau cara yang memungkinkan siswa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu yang baru bagi

(40)

mereka. Metode ini memberikan pemahaman kepada siswa untuk menemukan, menyelidiki suatu permasalahan yang ada dilingkungan sekitar, siswa mendapat pengalaman baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Misriyadi, 2013), metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, tetapi sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas penemuan memungkinkan siswa dapat menemukan suatu masalah yang diberikan guru, melalui keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran yang didasarkan pada serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau. Yang dimaksud keterlibatan secara aktif dapat berupa kegiatan mengadakan percobaan/penemuan sebelum membuat kesimpulan, atau memanipulasi, membuat struktur, dan mentransfer informasi sehingga menemukan informasi baru yang berupa kebenaran alam. Selama proses penemuan, siswa mendapat bimbingan guru baik berupa petunjuk secara lisan maupun petunjuk tertulis yang dituangkan dalam bentuk lembar kerja siswa. Guru menciptakan lingkungan atau cara yang memungkinkan siswa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Pemberian bimbingan dimaksudkan untuk membangkitkan perhatian pada tugas yang sedang dihadapi, mengurangi pemborosan waktu, dan menghindari kegagalan proses penemuan.

(41)

3. Hakekat Kemampuan Berhitung Perkalian a. Kemampuan Berhitung

Menurut Peorwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996) berhitung berarti mengerjakan hitungan. Berhitung adalah salah satu keterampilan dasar yang perlu dikuasai. Aritmatika berasal dari bahasa Yunani yang artinya angka atau dulu disebut dengan ilmu hitung yaitu cabang tertua matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan.

Operasi dasar tersebut adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Aisyah ( 2007) ”Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini”.

Menurut Bismo dalam (Saadah:2008) kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa yaitu tambah, kurang, kali dan bagi.

Menurut Sulistyono dan Sari (2013) untuk mengajarkan matematika di sekolah dasar, guru perlu mengetahui dan mengerti tentang prinsip- prinsip pengajarannya. Prinsip -prinsip itu adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks 2) Pembelajaran dimulai yang mudah ke yang sukar

3) Pembelajaran dimulai dari yang konkret ke yang abstrak

(42)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan aljabar yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi hitung yang diperlukan dalam semua aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Untuk dapat berhitung dengan baik diperlukan suatu proses:

1) Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang 2) Kemudian mulai diperkenalkan lambang bilangan

3) Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung

4) Baru kemudian dikenalkan aneka cara dan metode melakukan penghitungan.

b. Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar pada umumnya berada pada rentang usia 6 sampai 12 tahun atau tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dalam psikologi perkembangan, rentang usia tersebut lazimnya sebagai middle and latechildhood ( masa kanak). Nasution menyebutkan bahwa kelompok anak ini dengan sebutan masa usia sekolah dasar (Djamarah 2002). Sebutan ini mungkin diberikan karena anak pada masa ini mulai keluar dari lingkungan pertama mereka yaitu keluarga dan mulai memasuki lingkungan sekolah

Menurut Djaali (2012) bahwa sifat-sifat khas yang dimiliki anak sekolah dasar dalam merencanakan program sekolah yang akan

(43)

diberikan kepada mereka perlu dipertimbangkan masak-masak. Sejak berumur 9-12 tahun anak tadi harus dibimbing atau dibantu untuk ikut serta mengambil bagian dalam kerja kelompok agar dapat bekerja sama dengan teman-temannya dengan baik. Lagi pula dengan pengalaman yang diperolehnya, rasa ingin tahunya akan bertambah.

Menurut Hurlock yang dikutip oleh Sulviana (2008), ada tiga ciri utama pada masa ini yang dapat menunjukkan perbedaan dengan masa sebelumnya yaitu:

1) Adanya dorongan anak untuk masuk kedalam dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan otot–otot .

2) Adanya dorongan anak-anak untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk kedalam peer group ( kelompok sebaya ) .

3) Adanya dorongan mental untuk mematuhi dunia konsep – konsep logika , simbol dan komunikasi secara dewasa.

Menurut Basset, Jack dan Logam dalam Sulviana (2008) karakter masa usia sekolah dasar adalah sebagai berikut.

1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi dunia mereka sendiri

2) Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira atau riang

3) Mereka suka mengatur dirinya sendiri untuk menangani berbagai hal mengeksplorasi suatu situasi dan mencoba usaha – usaha baru.

(44)

4) Mereka biasanya bergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagai mana mereka tidak suka mengalami ketidak puasan dan menolak kegagalan

5) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif dan mengajar anak-anak lain.

Pada pendidikan dasar terdapat dua tingkat kelas yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah dimulai dari kelas 1 sampai kelas 3, sedangkan kelas tinggi dimulai dari kelas 4 sampai kelas 6 (Bahri 2002) membagi karakteristik siswa SD menjadi dua yaitu karakter masa kelas rendah dan karakter masa kelas tinggi.

1) Karakter siswa kelas rendah :

a) Adanya hubungan yang positif yang tinggi antara kesehatan dan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah .

b) Adanya sikap yang cenderung mematuhi peraturan – peraturan tradisional

c) Adanya kecendrungan untuk memuji diri sendiri

d) Suka membandingkan diri sendiri dengan anak lain dengan tujuan untuk meremehkan orang lain

e) Mengabaikan soal yang tidak bisa diselesaikan

f) Anak hanya menghendaki nilai yang baik meskipun dia sebenarnya tidak pantas untuk mendapatkan nilai baik.

2) Karakter siswa kelas atas

a) Adanya minat terhadap sesuatu yang bersifat kongkrit

(45)

b) Mempunyai sifat yang realistik, ingin tahu, dan ingin belajar c) Mempunyai minat mengenai hal -hal dan mata pelajaran khusus d) Pada umur sebelas ( 11 ) tahun anak akan membutuhkan gurunya

atau orang dewasa.

e) Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya.

Siswa kelas bawah yaitu siswa kelas 1, 2 dan kelas 3 menurut J.Piaget ( dalam Wuryani: 2006) masih dalam tahap concrete operation dalam perkembangan kognitif anak . Anak masih terkait pada hal-hal yang masih bersifat konkrit. Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat yang mungkin terjadi dari tindakan yang akan dilakukan. Pada akhir tahap ini, anak telah menguasai prinsip menyimpan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya karakter siswa sekolah dasar adalah mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar akan lingkungan sekitar mereka, senang bermain, senang bereksplorasi, anak tidak menyukai kegagalan, adanya kecendrungan mematuhi peraturan permainan, dan adanya kecendrungan anak memuji dirinya sendiri, dan ingin dipuji. Oleh karena itu, disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar kelas tinggi dalam pembelajaran Matematika khususnya perkalian, penerapan metode jarimatika sesuai dan sangat bermanfaat bagi siswa yaitu tidak menjenuhkan, belajar sambil bermain jari-jari tangan, mematuhi permainan atau mengingat simbol abstrak dalam jari tangan dan dengan hasil yang cepat serta tepat akan menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi .

(46)

4. Pemecahan Masalah (problem solving)

Metode problem solving adalah suatu metode berpikir dan memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diminta untuk memecahkannya. Dalam 'bahasa perencanaan', masalah adalah perbedaan antara kondisi yang ada (objektif) dengan kondisi yang diharapkan. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, suatu masalah (seal) menjadi tantangan yang tidak dapat segera diselesaikan dengan prosedur rutin yang diketahui oleh siswa.

Problem solving adalah suatu proses belajar mengajar yang berupa penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang di peroleh dengan yang diinginkan (Pranata 2005). Sejalan dengan pendapat tersebut Prawiro (1986) mengatakan bahwa problem solving adalah metode mengajar dengan jalan menghadapkan siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sendiri dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada pada diri siswa tersebut. Menurut Hudoyo (2007), dalam pengajaran matematika, bahwa masalah (soal) matematika dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

a. Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika yang bersifat latihan agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru diajarkan.

b. Masalah yang tidak seperti halnya latihan melainkan menghendaki siswa untuk menggunakan sintesa atau analisa. Untuk menyelesaikan

(47)

suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman, tetapi dalam hal ini ia menggunakannya di dalam situasi baru.

Menurut Polya (2002) memberi empat langkah pokok cara pemecahan masalah, yaitu :

1. Memahami masalahnya

Masing-masing siswa mengerjakan lathan yang berbeda dengan teman sebelahnya.

2. Menyusun rencana penyelesaian

Pada tahap ini siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi masalah, kemudian mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3. Melaksanakan rencana penyelesaian itu

Langkah yang ketiga, siswa dapat menyelesaikan masalah dengan melihat contoh atau dari buku, dan bertanya pada guru.

4. memeriksa kembali penyelesaian yang telah dilaksanakan

Terakhir siswa mengulang kembali atau memeriksa jawaban yang telah dikerjakan, kemudian siswa bersama guru dapat menyimpulkan dan dapat mempresentasikan di depan kelas.

(48)

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode problem solving menurut Majid (2009) adalah sebagai berikut.

a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku buku, meneliti, bertanya, berdikusi, dan lain-lain.

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban itu tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok.

e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

5. Operasi Perkalian

Perkalian adalah operasi matematika penskalaan satu bilangan dengan bilangan lain. Sederhananya perkalian merupakan penjumlahan berulang. Operasi ini adalah salah satu dari empat operasi dasar didalam aritmatika dasar (yang lainnya adalah penjumlahan, pengurangan, dan pembagian).

Perkalian adalah penjumlahan berganda dengan suku – suku yang sama. Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa

(49)

sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Adapun lambang dari perkalian itu sendiri adalah “ x “.

Definisi perkalian adalah penjumlahan berganda dengan suku- suku yang sama, misalnya 2 + 2+ 2+ 2+ 2. Disebut juga penjumlahan berulang. Disini terdapat lima suku yang sama yaitu 2. Penjumlahan ini disajikan pula dalam bentuk : 5 x 2 dan disebut perkalian 5 dan 2. Jika bilangan-bilangannya “a” dan “b”, maka a x b adalah penjumlahan berulang yang mempunyai “a” suku, dan tiap-tiap suku sama dengan “ b”, dengan rumus : a x b = b + b + b + b + b ( a suku ). Jika a x b dinamakan c, maka terdapat : a x b = c, yang dibaca : “ a kali b sama dengan c “, a dinamakan sebagai pengali, b dinamakan bilangan yang dikalikan, atau untuk singkatannya terkalikan, a x b dan c dinamakan hasil kali .

Pada operasi perkalian pada bilangan cacah berlaku sifat komutatif dan assosiatif, yaitu bilangan yang saling tukar tempatnya, tetapi hasilnya tetap sama.

B. Penelitian Yang Relevan

Berikut disajikan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

1. Aulia Dezi Nur Rahman ( 2013 ) dan Safitri ( 2009 ). Menurut Dezi Nur Rahman pada tahun 2013 dengan judul Efektivitas Matematika pada bab perkalian memulai metode jarimatika terhadap Ketuntasan belajar siswa kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2012 / 2013, mengungkapkan bahwa melalui kegiatan ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam suatu

(50)

kelas, guna mengajarkan suatu metode baru, untuk meningkatkan prestasi kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) siswa di kelas II Mi Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang pada mata pelajaran matematika pada bab perkalian melalui metode jarimatika. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) apakah metode jarimatika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada bab perkalian kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang tahun 2012 / 2013 (2) apakah metode jarimatika efektif meningkatkan ketuntasan siswa pada mata pelajaran matematika pada bab perkalian?. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode jarimatika mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan efektif terhadap perhatian belajar siswa .

2. Tiarmina Sitio tahun 2017 dengan judul Penerapan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 SDN 003 Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu mengungkapkan bahwa latar belakang penelitian ini adalah buruknya prestasi belajar matematika siswa kelas I SDN 003 Tagaran Tapah Darussalam.

Rendahnya hasil penelitian ini disebabkan oleh: (a) dari 24 siswa hanya 8 orang yang terlihat dalam mengikuti semangat proses pembelajaran;

(B) minat siswa dalam tugas guru masih kurang, terlihat ketika diberi pekerjaan lebih dari 50% siswa tidak melakukan pekerjaan dengan baik; (c) terlihat dari 24 siswa, hanya 40% yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru; dan (d) jika tidak ada masalah yang dianggap

(51)

sulit, siswa berkemampuan rendah yang hanya menunggu hasil dari kemampuannya yang tinggi, tanpa ada upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk itu penelitian dengan menerapkan metode Jarimatika dengan tujuan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus pada siklus I dan siklus II, setiap siklus dilakukan dalam dua sesi, langkah-langkah penelitian ini terdiri dari empat tahap:

(1) perencanaan; (2) implementasi tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.

3. Ari Uswatun Hasanah tahun 2018 dengan judul Penggunaan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Perkalian Kelas 2 SDN Sukorejo mengemukakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan selama ini peserta didik kurang tertarik dengan pelajaran matematika karena di anggap sebagai pelajaran yang sulit dan susah berhitung sehingga menyebabkan peserta didik mudah menyerah dan bosan.

Beradasarkan peneliti wawancara dengan guru wali kelas bahwa siswa kelas 2 ini belum mampu berhitung perkalian dengan cara cepat.

Kebanyakan siswa masih dengan cara menghafal disitulah pada saat mengerjakan soal siswa merasa kesulitan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian dasar maka akan menerapkan dengan metode jarimatika. Dimana jarimatika ini sangat simpel digunakan karena menggunakan jari-jari tangan dan mudah disimpan. Dalam teknik pengumpulan data ini adalah wawancara dan

(52)

observasi.Subjek dalam penelitian ini adalah 40 siswa 35 siswa kelas 2 SDN Sukorejo.

4. Beny Yonas Septiyawili tahun 2016 dengan judul Penggunaan Metode Jarimatika Dalam Meningkatkan Kecepatan Berhitung Perkalian Bilangan 6 sampai 10 Untuk Siswa SD Kelas 3 Di SD Blunyahan I Bantul Yogyakarta mengemukakan bahwa mengetahui efektifitas teknik jarimatika antara bilangan 6 sampai 10 yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mempermudah guru dalam menyampaikan materi perkalian demi menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kecepatan berhitung perkalian 6 sampai 10 dengan menerapkan metode jarimatika dilakukan dengan membagi tindakan kelas terdiri atas 2 siklus. Waktu tercepat siklus 1 yaitu 36 detik untuk mengerjakan satu soal perkalian. Waktu rata-rata untuk menyelesaikan satu soal perkalian yaitu 45,75 detik. Waktu tercepat pada siklus 2 yaitu 1,5 menit atau 90 detik untuk menyelesaikan 20 soal perkalian 6-10.

Artinya, dibutuhkan waktu 4,5 detik untuk menyelesaikan satu soal.

Pada siklus 2 nilai rata-rata meningkat menjadi 83,6 dan seluruh siswa (100%) telah mencapai KKM.

5. Maria Atik Sunarti Ekowati dan Darsini tahun 2015 dengan judul Efektif Belajar Matematika Pada Anak Usia Dini Dengan Jari Melalui Model Aplikasi Visualisai Jarimatika mengemukakan bahwa Jarimatika sangat penting untuk pembelajaran matematika terutama bagi anak usia dini,

(53)

oleh sebab itu, pengembangan prototype model aplikasi visalisasi jarimatika adalah solusi yang dapat membantu anak-anak untuk belajar matematika, dan membawa dalam website adalah bagian dari pengembangan teknologi tepat guna, sehingga orang tua siswa khususnya dapat mempelajarinya melalui media online di internet, sehingga bukan hanya orang tua siswa dan siswa TK dan PlayGroup di 20 sampel di wilayah dinas Surakarta saja yang dapat belajar melainkan semua orang belajar jarimatika melalui media internet secara online.

6. Tetti Khairani Nasution dan Edy Surya tahun 2016 dengan judul Penerapan Teknik Jarimatika Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Perkalian Bilangan mengemukakan bahwa Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung perkalian melalui penerapan teknik jarimatika. PTK dilaksanakan secara kolaboratif bersama guru kelas dalam dua siklus. Subjek penelitian siswa kelas II SD N 100070 Lobulayan T.A 2014 berjumlah 22 siswa.

7. Idham Sumirat, Wayuningsih dan Trimurtini tahun 2016 dengan judul Pengaruh Praktik Jarimatika Terhadap Keterampilan Berhitung Perkalian Pada Siswa Kelas II SD mengemukakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh praktik aritmatika Jarimatika terhadap keterampilan multiplikasi di gugus Sekolah Dasar kelas II Jogonegoro Selomerto, Kabupaten Wonosobo. Populasi dalam penelitian ini adalah gugus Sekolah Dasar kelas II Jogonegoro yang

(54)

berjumlah 8 sekolah. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan menggunakan jenis desain acak pretour-posttest kontrol labu.

Sistem pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cluster random sampling yang mengambil dua langkah secara acak.

Dari beberapa penelitian di atas, peneliti memilih penelitian ini karena merupakan penelitian jenis kuantitatif berupa tesis. Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar yang mengambil objek di wilayah 1 Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Penelitian ini lebih menekankan pada penggunaan metode jarimatika dan metode penemuan pada operasi hitung perkalian dengan memperhatikan kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah.

C. Kerangka Pikir

Matematika merupakan pengetahuan yang perlu dikenalkan pada anak sejak usia dini terutama pada usia sekolah dasar. Pada pembelajaran matematika hal yang paling sering dipermasalahkan anak adalah dalam operasi hitung perkalian sehingga terkadang matematika dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan sulit yang menyebabkan anak enggan dan malas dalam belajar matematika terutama dalam operasi perkalian.

Beberapa permasalahan dalam pelajaran matematika adalah bahwa perkalian dianggap sangat sulit dan membosankan, banyak diantara guru yang menggunakan satu metode saja dalam mengajarkan

(55)

perkalian yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar.

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran digunakan sebagai cara untuk menyampaikan pembelajaran langsung, dengan menggunakan metode tujuan pembelajaran akan tercapai. Diantara metode yang ada. metode jarimatika dan metode penemuan adalah 2 dari beberapa metode yang dapat digunakan dalam membantu menyelesaikan beberapa permasalah dalam operasi hitung perkalian dalam pembelajaran matematika.

Metode jarimatika merupakan metode tentang berhitung yang menggunakan alat bantu jari tangan dan metode penemuan adalah metode dengan teknik membantu siswa dalam menemukan solusi atau jalan keluar dari persoalan matematika yang terkadang sulit dipecahkan oleh para siswa terkhusus dalam operasi hitung perkalian.

Metode jarimatika memanfaatkan jari tangan sebagai alat bantu menyelesaikan persoalan matematika dalam operasi hitung perkalian dan metode penemuan lebih menekankan siswa untuk mampu menyelesaikan masalah itu sendiri. Metode ini memberikan pemahaman kepada siswa untuk menemukan, menyelidiki suatu permasalahan yang ada dilingkungan sekitar, siswa mendapat pengalaman baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.

(56)

Keterkaitan antara metode jarimatika dan metode penemuan memungkinkan siswa dapat lebih tertarik dalam pembelajaran matematika terkhusus pada operasi hitung perkalian. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana siswa mampu mengerjakan operasi hitung perkalian dengan memanfaatkan jari-jari tangan mereka dalam menemukan dan menyelesaikan persoalan matematika yang dihadapi sehingga sangat jelas terlihat dalam proses belajar mengajar keaktifan para siswa dalam belajar. Dengan metode ini para guru tidak perlu memberitahukan kepada siswa bagaimana mereka menyelesaikan persoalan operasi hitung perkalian, cukup dengan mengarahkan, memandu dan memberikan bimbingan kepada para siswa. Dengan begitu proses belajar mengajar akan berjalan sangat menyenangkan yang membuat siswa tidak merasa bosan dan tertekan saat belajar operai hitung perkalian.

Metode jarimatika dan metode penemuan diharapkan pula dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa dalam operasi hitung perkalian. Selain itu dapat pula membantu siswa dalam memecahkan masalah operasi hitung perkalian. Pemecahan masalah merupakan metode pengajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan sendiri. Pemecahan masalah ini sendiri tidak serta merta memberikan kebebasan kepada para guru untuk melepas para siswa dalam memecahkan masalah operasi hitung perkalian, tetapi tetap memandu dam membimbing siswa dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

(57)

Pemecahan masalah ini diharapkan nantinya akan lebih mengarahkan siswa untuk lebih menggunakan kemampuannya dalam berhitung terutama dalam operasi hitung perkalian sehingga sangat tampak keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

Metode jarimatika dan metode penemuan ini diharapkan nantinya dapat meringankan dan menghilangkan kejenuhan dan pemikiran- pemikiran negatif siswa terhadap pembelajaran matematika terkhusus dalam operasi hitung perkalian, sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berhitung dan sebisa mungkin mampu memecahkan persoalan matematika yang selama ini dianggap sangat sulit dan akhirnya membuat mereka selalu aktif dalam belajar .

(58)

Berdasarkan beberapa persoalan dan pernyataan di atas maka alur kerangka pikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian Operasi Perkalian

Permasalahan:

 Perkalian sulit

 Tidak menggunakan metode yang tepat

 Siswa kurang aktif

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen2

Metode jarimatika Metode penemuan

Terdapat pengaruh metode jarimatika dan metode penemuan terhadap kemampuan berhitung dan pemecahan masalah.

(59)

D.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan metode jarimatika terhadap kemampuan berhitung siswa di sekolah dasar wilayah 1 Kec. Bungoro Kabupaten Pangkep.

2. Terdapat perbedaan metode jarimatika terhadap pemecahan masalah siswa di sekolah dasar wilayah 1 Kec. Bungoro Kabupaten Pangkep.

3. Terdapat pengaruh metode penemuan terhadap kemampuan berhitung siswa di sekolah dasar wilayah 1 Kec. Bungoro Kabupaten Pangkep.

4. Terdapat perbedaan metode penemuan terhadap pemecahan masalah siswa di sekolah dasar wilayah 1 Kec. Bungoro Kabupaten Pangkep.

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Prosedur Penelitian 1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan metode jarimatika dan metode penemuan terhadap kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah dibeberapa Sekolah Dasar di Wilayah 1 Kec. Bungoro Kab.

Pangkep. Penelitian ini termasuk jenis quasi eksperimental. Alasan peneliti memilih quasi eksperimental design karena penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar yang dikelompokkan ke dalam 2 kelompok.

Dalam penelitian ini, kelas dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Kelas eksperimen 1 diberi perlakuan dengan menggunakan metode jarimatika. Sedangkan kelas eksperimen 2 menggunakan metode penemuan.

2. Prosedur penelitian

Prosedur eksperimen berisi langkah-langkah kegiatan yang dilakukan peneliti maupun subjek penelitian. Tahapan-tahapan yang menjadi acuan pelaksanaan penelitian dirincikan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Mengobservasi sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian.

(61)

b. Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan sub pokok bahasan.

c. Menyusun rencana pelaksaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti terjun langsung ke lapangan, dalam hal ini sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

Adapun hal yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mengambil sampel penelitian berupa kelas yang sudah ada.

b. Memberikan pretest.

c. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika dan metode penemuan.

3. Tahap Pelaporan

a. Mengolah data hasil penelitian b. Pelaporan hasil penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti mengambil tempat penelitian di beberapa SD di Wilayah 1 Kec. Bungoro Kab. Pangkep dan waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun 2019/2020

(62)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 di 8 sekolah dasar wilayah 1 Kec. Bungoro Kab. Pangkep yang berjumlah 147 orang siswa.

2. Sampel

Berdasarkan populasi yang ada maka sampel penelitian ini adalah menggunakan teknik class random sampling dimana populasi yaitu siswa kelas 4 di 8 sekolah dasar wilayah 1 Kec. Bungoro Kab. Pangkep semua kelas 4 yang ada di sekolah tersebut dipilih secara acak untuk dijadikan sebagai sampel. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas 4 di SDN 9 Bujung Tangaya dengan jumlah siswa 23 orang dan siswa kelas 4 di SDN 20 Bujung Tangaya dengan jumlah siswa 17 orang sebagai kelas eksperimen 1 dan siswa dari SDN 5 Bowong dengan jumlah siswa 21 orang dan SDN 29 Majannang dengan jumlah siswa 30 sebagai kelas eksperimen 2 yang jumlah keseluruhannya adalah 91 orang.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas dan 2 variabel terikat yang menjadi variabel bebas adalah metode jarimatika dan metode penemuan sedangkan variabel terikat adalah kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah.

(63)

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data a. Metode

1. Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data peneliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan dokumentasi dan tes. Semua teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk memperoleh data tentang hasil penelitian. Hasilnya dipadukan dan dianalisis untuk selanjutnya diambil kesimpulan .

a. Observasi

Langkah awal peneliti ialah pertama mengumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin. Kemudian peneliti mengkhususkan segala data dan informasi yang peneliti dapatkan sehingga dapat menjadi terpusat.

Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang penggunaan metode jarimatika dan metode penemuan serta kemampuan berhitung siswa dan pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika terkhusus perkalian di SD yang akan menjadi lokasi penelitian di Kec. Bungoro Kab . Pangkep.

b. Instrumen 1. Tes

Tes tertulis dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal perkalian dan kemampuan pemecahan masalah – masalah dalam matematika yang terdiri dari :

(64)

a) Tes kemampuan berhitung b) Tes pemecahan masalah 2. Dokumentasi

Dokumentasi penelitian ini berupa transkrip nilai matematika siswa.

F.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial.

1. Analisis Deskriptif

Analisis statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor kemampuan berhitung dan pemecahan masalah siswa. Untuk keperluan analisis digunakan mean,nilai minimum, nilai maksimum, rentang skor dan standar deviasi.

2. Analisis Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar analisis yaitu uji normalitas sebagai berikut

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam metode pembelajaran dalam hipotesis, variabel dependen maupun independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, digunakan analisis data menggunakan software SPSS. Peneliti menggunakan uji

Gambar

Gambar 1.Formasi Jarimatika Perkalian 6-10        Sumber:  Wijiastuti dan Desiningsih(2013:3)
Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian Operasi Perkalian
Tabel 1.8 Hasil Perhitungan Instrumen Validasi
Tabel 1.6 Descriptive Statistics
+5

Referensi

Dokumen terkait

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah tersusun dikonsultasikan dengan guru pembimbing. Proses penyusunan RPP tersebut digunakan sebagai pedoman pengajaran dan

Sebagai kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada pra siklus mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasa digunakan oleh guru bidang studi

Dalam hal perencanaan pembelajaran guru telah mempersiapkannya berupa Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP). Rencana Persiapan Pembelajaran dibuat oleh guru mata

Keberadaan guru profesional di MTs Al-Khairaat Bunobogu berdasarkan tingkat kompetensi guru, kemampuan dalam menerapkan proses pembelajaran itu sendiri, karena guru secara aktif

Simpulan yang dapat diambil yaitu: 1) Guru telah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sesuai sintak pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2)

Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis deskritif kualittatif dari 39 guru sekolah dasar di Kabupaten Flores Timur menunjukkan bahwa kesiapan guru sekolah di Kabupaten

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kitab Suci