• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF HOMEROOM TEACHER COMPETENCES IN

IMPELEMENTING 2013 CURRICULUM-BASED LEARNING MODELS IN SD REGION III, UJUNGBULU DISTRICT, BULUKUMBA REGENCY

TESIS

Oleh:

MUHAMMAD ARFIN NIM: 105.06.02.034.17

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister Program Studi

Magister Pendidikan Dasar

Disusun dan Diajukan

OLEH

MUHAMMAD ARFIN NIM: 105.06.02.034.17

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)
(4)

ABSTRAK

Muhammad Arfin, 2019. Analisis Kompetensi Guru Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, dibimbing oleh Rosleny B, dan Muhammad Nawir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru kelas dalam mengimplementasikan model pembelajaran kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba. Model pembelajaran yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Problem Based Learning. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober hingga 30 November 2019. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas yang sudah sertifikasi dan mengajar di kelas III dan kelas VI. Untuk memperoleh informasi tentang kompetensi guru kelas dalam mengimplementasikan model pembelajaran Problem Based Learning berbasis kurikulum 2013, maka digunakan instrumen penelitian berupa catatan seluruh aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data secara langsung melalui observasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data melalui data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu aktivitas analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus.

Hasil penelitian dapat mengungkap bahwa: 1) Standar kompetensi guru kelas (kompetensi pedagogik, kempotensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional) di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba terlaksana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan saran pelaksanaan kompetensi professional khususnya aspek mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif masih butuh perhatian khusus karena semua guru kelas yang menjadi subjek dalam penelitian ini menjawab jarang melaksanakan aspek tersebut. 2) Implementasi Model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba terlaksana dengan baik dan efektif digunakan dalam pembelajaran, karena mudah diaplikasikan oleh guru kelas, juga memudahkan untuk berpikir kritis dan sikap percaya diri peserta didik.

Kata Kunci: Kompetensi guru, Model Pembelajaran, Kurikulum 2013

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunianya atas selesainya tesis ini ditulis dan disusun oleh penulis. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, karena atas perjuangan beliau sehingga umat manusia dapat membedakan mana yang hak dan batil.

Menghadapi berbagai kendala dan rintangan akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul “Analisis Kompetensi Guru Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.” Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) di Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa tesis dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam menyelesaikan Tesis ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pembimbing yang terhormat, yakni Ibu Dr. Hj.Rosleny B, M.Si. sebagai pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing

(7)

penulis dengan penuh kesabaran dan Bapak Dr. Muhammad Nawir, M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah membantu dan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam penyusunan tesis ini. Selain pembimbing penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Rahman Rahim, SE., M.M. sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Sebagai Direktur Pascasarjana Unismuh Makassar.

3. Hj. Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Unismuh Makassar, yang telah memberikan semangat dan arahan sehingga penulisan tesis ini dapat penulis selesaikan sesuai waktu yang direncanakan.

4. Seluruh dosen dan staf administrasi serta petugas perpustakaan pada program Pascasarjana Unismuh Makassar, yang secara langsung atau tidak langsung telah memberi bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Ibunda dan Almarhum Ayahanda tercinta yang telah memberikan doa dan motivasi semasa hidupnya, jasa beliau tak akan hilang sampai akhir hayat.

6. Istri tercinta dan Anak-anak tersayang yang telah memberikan dorongan setulus hati dalam menyelesaikan studi program Pascasarjana, semoga ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat bagi keluarga.

(8)

7. Seluruh teman-teman kelas B Pascarajana Program Studi Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar atas kebersamaan dan persaudaraannya selama ini, yang mana kita lalui bersama ± 2 tahun dengan penuh kegembiraan dan kehangatan. Mudah-mudahan dari setiap langkah kaki kita dalam menuntut ilmu bernilai ibadah disisi-Nya.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Pendidikan Dasar di sekolah maupun di Perguruan Tinggi serta bermanfaat bagi para pembaca. Amin yaa rabbal alamin.

Makassar, 6 Juni 2020 Penulis

Muhammad Arfin

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ....

HALAMAN PENGESAHAN ... ....

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI... ....

HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN TESIS ... ....

ABSTRAK ... ....

ABSTRACT ... ....

KATA PENGANTAR ... ... i

DAFTAR ISI ... . iv

DAFTAR TABEL ... . vi

DAFTAR GAMBAR ... . vii

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ... viii

DAFTAR SINGKATAN NAMA INFORMAN ... .. x

BAB I PENDAHULUAN ... .. 1

A. Latar Belakang ... .. 1

B. Fokus Penelitian ... .. 7

C. Tujuan Penelitian ... .. 8

D. Manfaat Penelitian ... .. 8

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Hasil Penelitian ... 10

B. Tinjauan Teori dan Konsep ... 15

1. Standar Kompetensi Guru ... 15

2. Kurikulum 2013 ... 24

3. Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 28

4. Teori-teori Belajar ... 49

5. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 64

C. Kerangka Konseptual ... 68

BAB III METODE PENELITIAN ... 74

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 74

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 74

C. Informan Penelitian ... 75

(10)

D. Instrumen Penelitian ... 76

E. Teknik Pengumpulan Data ... 77

F. Teknik Analisis Data ... 78

G. Teknik Keabsahan Data ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 86

A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian ... 86

1. Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 86

2. Deskripsi Khusus Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba Sebagai Lokasi Penelitian ... 92

B. Hasil Penelitian ... 94

1. Gambaran Kompetensi Guru Kelas di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba ... 94

2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Kurikulum 2013 pada Guru Kelas di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba ... 111

C. Pembahasan ... 117

1. Gambaran Kompetensi Guru Kelas di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba ... 119

2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Kurikulum 2013 pada Guru Kelas di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba ... 121

BAB V PENUTUP ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127 DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN 2. IZIN PENELITIAN

3. DOKUMENTASI

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning ... 30

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek ... 40

Tabel 2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 44

Tabel 2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry ... 47

Tabel 4.1 Profil SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu ... 93

Tabel 4.2 Guru Sertifikasi SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu ... 94

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) ... 36 Gambar 2.2 Bagan kerangka Konseptual penelitian ... 73 Gambar 3.1 Skema Proses saksama untuk mendapatkan data akurat .. 78

(13)

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN (GLOSARIUM)

B. F : Burrhus Frederic

Dr : Doktor

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah FGD : Focus Group Discussion

KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi KD : Kompetensi Dasar

KI : Kompetensi Inti KKG : Kelompok Kerja Guru

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MANOVA : Multivariate analysis of variance M.A : Master of Arts

M.Ag : Magister Agama

Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MI : Madrasah Ibtidaiyah

M.Pd. : Magister Pendidikan PBL : Problem Based Learning PBP : Pembelajaran Berbasis Proyek PBM : Pembelajaran Berbasis Masalah Ph.D : Doctor of Philosophy

PKn : Pendidikan Kewarganegaraan

PLPG : Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru Prof : Profesor

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SAW : Shallallahu 'alaihi wasallam

SD : Sekolah Dasar

SDN : Sekolah Dasar Negeri SDM : Sumber Daya Manusia SE : Sarjana Ekonomi

(14)

SKL : Standar Kompetensi Lulusan SMP : Sekolah Menengah Pertama SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMAK : Sekolah Menengah Analisis Kimia S.Pd. : Sarjana Pendidikan

SWT : Subhanahu wata'ala

UHAMKA : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka UUD : Undang-Undang Dasar

(15)

DAFTAR SINGKATAN NAMA INFORMAN

BR : Bahrir HS : Hafsa Said

HT : Hartina

JN : Juniarti

MS : Muhammad Safir

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan harus berorientasi pada perubahan yang lebih baik.

Berdarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 43-44 yang berbunyi:

(٣٤)

Terjemahan:

43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka ; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui

(17)

(

٣٣

)

Terjemahan:

44. (Mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Adz Dzikr (Al Qur’an) kepadamu , agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.

Mengutip dari kedua ayat tersebut, maka peningkatan kompetensi itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, apalagi bagi seseorang yang ditugaskan oleh Negara sebagai pendidik.

Perubahan kehidupan masyarakat menuju masyarakat madani (civil society), menuntut pendidikan sekarang ini memiliki tuntutan perubahan yang mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang siap bersaing dengan dunia global. Terkait dengan itu, pendidikan mesti dapat menjawab tantangan tersebut, dengan kata lain pendidikan harus menyediakan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sebagai bekal mereka memasuki persaingan dunia yang kian hari semakin ketat. Pendidikan hendaknya memberikan pendidikan yang bermakna (meaningful learning).

Hanya dengan pendidikan yang bermakna peserta didik dapat dibekali keterampilan hidup, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna (meaningless learning) hanya akan menjadi beban hidup (Dantes, 2012).

Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyikapi pendidikan yang bermakna adalah menyelenggarakan pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang

(18)

memiliki kompetensi yang dapat diandalkan untuk memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Selain pendidik, kurikulum pembelajaran juga sangat menentukan maju atau mundurnya pendidikan suatu bangsa. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tersebut, maka kompetensi guru dan kurikulum pembelajaran harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan.

Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki kompetensi.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi empat aspek yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (Susilo, 2014). Kompetensi guru harus terus ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan yang akan menentukan kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.

Kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestika peserta didik (Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan perkembangannya, pemerintah Indonesia dengan giat menyusun dan mengembangkan program untuk meningkatkan mutu

(19)

pendidikan, salah satu di antaranya dengan penyempurnaan kurikulum.

Perubahan kurikulum sangat erat kaitannya dengan peranan kurikulum dalam penyelenggaraan sistem pengajaran nasional. Saat ini kurikulum yang dikembangkan di Indonesia adalah kurikulum 2013.

Penerapan kurikulum 2013 berpengaruh terhadap orientasi sistem pembelajaran. Menurut Hosnan (2014), berdasarkan kurikulum 2013 kompetensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti mencakup KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan), dan KI-4 (keterampilan).

Implementasi kurikulum 2013 juga dipastikan memiliki dampak terhadap sistem penilaian, khususnya penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki kebijakan yang harus dilaksanakan dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya oleh guru, sebagai bagian dari tanggung jawab. Jika sebelumnya guru berfungsi sebagai sumber utama pengetahuan, mengendalikan, mengarahkan, dan mengajar di kelas.

Maka dalam konteks kurikulum 2013 guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, dan memberikan lebih banyak alternatif.

Kesiapan guru dalam proses implementasi kurikulum 2013 memegang peranan penting di mana guru memiliki peran dan fungsi dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk mensejahterakan masyarakat, serta kemajuan bangsa dan negara. Guru merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara

(20)

keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, berperan langsung dalam mengajar dan mendidik.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan menggunakan pendekatan scentific dalam pembelajaran yang diperkuat dengan menerapkan model pembelajaran menemukan (discovery learning), pembelajaran berbasis pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan pembelajaran Inqury. Model-model pembelajaran kurikulum 2013 yang merupakan pembelajaran berbasis masalah paling sesuai dilaksanakan dan sangat direkomendasikan untuk dilaksanakan oleh para guru pada proses pembelajaran (Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016).

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Untuk sampai pada pencapaian kompetensi tidak lepas dari kemampuan guru dalam membelajarakan siswanya. Kemampuan guru dalam mengajarkan materi tidak lepas dari tingkat kompetensi yang dimiliki oleh guru itu sendiri. Selain daripada kompetensi yang dimiliki guru, pencapaian kompetensi dasar dari kurikulum juga tidak bisa lepas dari proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif apabila penggunaan model pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan.

(21)

Sampai saat ini penerapan kurikulum 2013 masih menyisahkan banyak permasalahan, baik teknis maupun konten materi dan model yang relevan dalam mengimplementasikan pembelajaran di kelas. Hal ini menjadi persoalan karena ada beberapa model pembelajaran yang menjadi rujukan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Banyaknya model yang menjadi rujukan membuat guru masih kebingungan dalam menerapkannya. Berdasarkan fakta dilapangan masih banyak guru di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, khususnya guru kelas dan sudah tersertifikasi mengalami kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran kurikulum 2013 di kelas yang diampunya. Meskipun terdiri dari beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan untuk diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013, namun peneliti disini hanya mencoba untuk meneliti salah satu dari model pembelajaran tersebut. Adapun model pembelajaran yang akan diteliti yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Adapun alasan peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian terkait dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah karena model pembelajaran ini biasanya lebih banyak digunakan di jenjang sekolah lanjutan dan untuk di SD masih kurang diminati oleh guru.

Selain daripada penggunaan model, metode penilaian juga menjadi permasalahan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Karena terdiri dari beberapa aspek penilain yang secara bersamaan harus dilakukan oleh

(22)

guru yang menyita waktu cukup banyak, sehingga dapat membingungkan guru dan kadang merusak konsentarsi serta perhatian guru. Dan yang paling mendasar adalah ketidaksiapan guru menerapkan model pembelajaran kurikulum 2013 disebabkan karena adanya perbedaan yang cukup mendasar dari kurikulum sebelumya, dari pola yang monoton ke pola yang kompleks dan pleksibel.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai persoalan tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian. Guna untuk mengetahui gambaran yang sesungguhnya tentang tingkat kompetensi yang dimiliki guru kelas dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis kurikulum 2013.

Salah satu jenjang pendidikan yang menerapkan kurikulum 2013 adalah sekolah dasar. Sehingga peneliti menetapkan sekolah dasar se Wilayah III Kecamatan Ujungbulu untuk diteliti, karena merupakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013. Yang pada akhirnya peneliti menetapkan judul penelitian yaitu “Analisis Kompetensi Guru Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi fokus perhatian peneliti untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu:

(23)

1. Bagaimana gambaran kompetensi guru kelas di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis kurikulum 2013 guru kelas pada proses pembelajaran di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya untuk menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran kompetensi guru kelas dalam menerapkan kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba 2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

berbasis kurikulum 2013 oleh guru kelas pada proses pembelajaran di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang berarti dalam bidang pendidikan pada umumnya dan dalam lingkup pembelajaran guru kelas pada khususnya. Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur ilmiah yang dapat dijadikan bahan kajian bagi insan akademik yang sedang menempu pendidikan dan sebagai bahan untuk memperoleh gambaran

(24)

tentang kompetensi guru kelas dan model pembelajaran yang relevan dengan materi atau tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi tentang gambaran kompetensi guru kelas dan masukan dalam mengaplikasikan model pembelajaran berbasis kurikulum 2013 di SD se Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

b. Sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman terkait kurikulum 2013 sesuai standar kompetensi guru

c. Sebagai bahan informasi sejauh mana penerapan metode saintifik yang dilakukan guru dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013

d. Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat membantu peneliti selanjutnya dalam menyempurnakan penelitian kurikulum 2013.

(25)
(26)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan harus berorientasi pada perubahan yang lebih baik.

Berdarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 43-44 yang berbunyi:

(٣٤)

Terjemahan:

43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka ; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui

(27)

(

٣٣

)

Terjemahan:

44. (Mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Adz Dzikr (Al Qur’an) kepadamu , agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.

Mengutip dari kedua ayat tersebut, maka peningkatan kompetensi itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, apalagi bagi seseorang yang ditugaskan oleh Negara sebagai pendidik.

Perubahan kehidupan masyarakat menuju masyarakat madani (civil society), menuntut pendidikan sekarang ini memiliki tuntutan perubahan yang mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang siap bersaing dengan dunia global. Terkait dengan itu, pendidikan mesti dapat menjawab tantangan tersebut, dengan kata lain pendidikan harus menyediakan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sebagai bekal mereka memasuki persaingan dunia yang kian hari semakin ketat. Pendidikan hendaknya memberikan pendidikan yang bermakna (meaningful learning).

Hanya dengan pendidikan yang bermakna peserta didik dapat dibekali keterampilan hidup, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna (meaningless learning) hanya akan menjadi beban hidup (Dantes, 2012).

Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyikapi pendidikan yang bermakna adalah menyelenggarakan pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang

(28)

memiliki kompetensi yang dapat diandalkan untuk memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Selain pendidik, kurikulum pembelajaran juga sangat menentukan maju atau mundurnya pendidikan suatu bangsa. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tersebut, maka kompetensi guru dan kurikulum pembelajaran harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan.

Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki kompetensi.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi empat aspek yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (Susilo, 2014). Kompetensi guru harus terus ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan yang akan menentukan kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.

Kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestika peserta didik (Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan perkembangannya, pemerintah Indonesia dengan giat menyusun dan mengembangkan program untuk meningkatkan mutu

(29)

pendidikan, salah satu di antaranya dengan penyempurnaan kurikulum.

Perubahan kurikulum sangat erat kaitannya dengan peranan kurikulum dalam penyelenggaraan sistem pengajaran nasional. Saat ini kurikulum yang dikembangkan di Indonesia adalah kurikulum 2013.

Penerapan kurikulum 2013 berpengaruh terhadap orientasi sistem pembelajaran. Menurut Hosnan (2014), berdasarkan kurikulum 2013 kompetensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti mencakup KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan), dan KI-4 (keterampilan).

Implementasi kurikulum 2013 juga dipastikan memiliki dampak terhadap sistem penilaian, khususnya penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki kebijakan yang harus dilaksanakan dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya oleh guru, sebagai bagian dari tanggung jawab. Jika sebelumnya guru berfungsi sebagai sumber utama pengetahuan, mengendalikan, mengarahkan, dan mengajar di kelas.

Maka dalam konteks kurikulum 2013 guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, dan memberikan lebih banyak alternatif.

Kesiapan guru dalam proses implementasi kurikulum 2013 memegang peranan penting di mana guru memiliki peran dan fungsi dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk mensejahterakan masyarakat, serta kemajuan bangsa dan negara. Guru merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara

(30)

keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, berperan langsung dalam mengajar dan mendidik.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan menggunakan pendekatan scentific dalam pembelajaran yang diperkuat dengan menerapkan model pembelajaran menemukan (discovery learning), pembelajaran berbasis pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan pembelajaran Inqury. Model-model pembelajaran kurikulum 2013 yang merupakan pembelajaran berbasis masalah paling sesuai dilaksanakan dan sangat direkomendasikan untuk dilaksanakan oleh para guru pada proses pembelajaran (Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016).

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Untuk sampai pada pencapaian kompetensi tidak lepas dari kemampuan guru dalam membelajarakan siswanya. Kemampuan guru dalam mengajarkan materi tidak lepas dari tingkat kompetensi yang dimiliki oleh guru itu sendiri. Selain daripada kompetensi yang dimiliki guru, pencapaian kompetensi dasar dari kurikulum juga tidak bisa lepas dari proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif apabila penggunaan model pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan.

(31)

Sampai saat ini penerapan kurikulum 2013 masih menyisahkan banyak permasalahan, baik teknis maupun konten materi dan model yang relevan dalam mengimplementasikan pembelajaran di kelas. Hal ini menjadi persoalan karena ada beberapa model pembelajaran yang menjadi rujukan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Banyaknya model yang menjadi rujukan membuat guru masih kebingungan dalam menerapkannya. Berdasarkan fakta dilapangan masih banyak guru di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, khususnya guru kelas dan sudah tersertifikasi mengalami kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran kurikulum 2013 di kelas yang diampunya. Meskipun terdiri dari beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan untuk diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013, namun peneliti disini hanya mencoba untuk meneliti salah satu dari model pembelajaran tersebut. Adapun model pembelajaran yang akan diteliti yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Adapun alasan peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian terkait dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah karena model pembelajaran ini biasanya lebih banyak digunakan di jenjang sekolah lanjutan dan untuk di SD masih kurang diminati oleh guru.

Selain daripada penggunaan model, metode penilaian juga menjadi permasalahan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Karena terdiri dari beberapa aspek penilain yang secara bersamaan harus dilakukan oleh

(32)

guru yang menyita waktu cukup banyak, sehingga dapat membingungkan guru dan kadang merusak konsentarsi serta perhatian guru. Dan yang paling mendasar adalah ketidaksiapan guru menerapkan model pembelajaran kurikulum 2013 disebabkan karena adanya perbedaan yang cukup mendasar dari kurikulum sebelumya, dari pola yang monoton ke pola yang kompleks dan pleksibel.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai persoalan tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian. Guna untuk mengetahui gambaran yang sesungguhnya tentang tingkat kompetensi yang dimiliki guru kelas dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis kurikulum 2013.

Salah satu jenjang pendidikan yang menerapkan kurikulum 2013 adalah sekolah dasar. Sehingga peneliti menetapkan sekolah dasar se Wilayah III Kecamatan Ujungbulu untuk diteliti, karena merupakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013. Yang pada akhirnya peneliti menetapkan judul penelitian yaitu “Analisis Kompetensi Guru Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi fokus perhatian peneliti untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu:

(33)

1. Bagaimana gambaran kompetensi guru kelas di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis kurikulum 2013 guru kelas pada proses pembelajaran di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya untuk menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran kompetensi guru kelas dalam menerapkan kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba 2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

berbasis kurikulum 2013 oleh guru kelas pada proses pembelajaran di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang berarti dalam bidang pendidikan pada umumnya dan dalam lingkup pembelajaran guru kelas pada khususnya. Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur ilmiah yang dapat dijadikan bahan kajian bagi insan akademik yang sedang menempu pendidikan dan sebagai bahan untuk memperoleh gambaran

(34)

tentang kompetensi guru kelas dan model pembelajaran yang relevan dengan materi atau tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi tentang gambaran kompetensi guru kelas dan masukan dalam mengaplikasikan model pembelajaran berbasis kurikulum 2013 di SD se Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

b. Sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman terkait kurikulum 2013 sesuai standar kompetensi guru

c. Sebagai bahan informasi sejauh mana penerapan metode saintifik yang dilakukan guru dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013

d. Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat membantu peneliti selanjutnya dalam menyempurnakan penelitian kurikulum 2013.

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh:

1. Kurniawati, tahun 2013. Dengan judul penelitian adalah Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Matematika SMP Negeri di Malang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan metode kuantitatif. Dari analisis dikatakan bahwa ada beberapa aspek pedagogik yang masih perlu diperhatikan untuk ditingkatkan antara lain:

1). memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang dimiliki yang memperoleh poin di bawah rata-rata keseluruhan yaitu sebesar 3,71, 2). memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki yang memperoleh poin di bawah rata-rata keseluruhan yaitu sebesar 4,22, dan 3). melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran dengan rata-rata 4,14.

Sedangkan dalam kompetensi profesional diperoleh perhitungan rata- rata data yang kurang antara lain pada aspek: 1). mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan

(36)

reflektif dengan rata-rata 4,04, dan 2). memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri diperoleh rata- rata 3,64.

2. Wartini, dkk, tahun 2014. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar. Dengan judul penelitian yaitu: Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil Belajar Pkn Di Kelas VI SD Jembatan Budaya, Kuta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap sikap sosial dan hasil belajar PKn di kelas VI SD Jembatan Budaya, Kuta. Populasi dalam penelitian ini 91 orang siswa. Sedangkan sampel penelitiannya sebanyak 46 orang siswa. Data sikap sosial dikumpulkan dengan metode kuesioner dan data hasil belajar PKn dikumpulkan dengan tes objektif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah MANOVA. Rancangan penelitian ini menggunakan Posttest Only Control Group Design. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa: 1) terdapat perbedaan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, 2) terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, 3) secara simultan, terdapat perbedaan sikap sosial dan hasil belajar PKn antara siswa

(37)

yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

3. Nurhamidah, dkk, tahun 2014. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, dengan Judul penelitian yaitu: Upaya Peningkatan Pengelolaan Proses Pembelajaran Melalui Pendampingan Pada Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap Guru–Guru Kelas I Dan Kelas IV di Kecamatan Denpasar Barat.

Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Pada setiap siklus memiliki perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang berbeda-beda.

Obyek penelitian Kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data melalui workshop dan supervisi kelas dengan tahapan mensupervisi guru dalam proses pemahaman guru terhadap buku guru dan buku siswa (APKG I), APKG II pemahaman guru terhadap proses dan penilaian pembelajaran, APKG III penyusunan RPP, APKG IV pelaksanaan pembelajaran, dan APKG V pelaksanaan penilaian pembelajaran. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: pertama kemampuan guru dalam pengelolaan proses pembelajaran mengalami peningkatan persentase pada tiap tahapannya, dari pra siklus rata-rata 67.58 (cukup), siklus I mencapai rata-rata 73.78 (cukup) dan pada siklus II mencapai rata-rata 77.14 (baik), kedua bahwa upaya peningkatan pengelolaan proses pembelajaran melalui pendampingan dengan tehknik workshop,

(38)

kunjungan kelas: observasi, diskusi klinis, pemodelan dan peerteaching berhasil dengan baik.

4. Setiadi, tahun 2016. Sekolah Pascasarjana UHAMKA. Dengan judul penelitian yaitu: “Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013”. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan implementasi penilaian pada Kurikulum 2013; (2) mengidentifikasi hambatan dan keberhasilan pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013, (3) memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam mengambil kebijakan pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Populasi dalam evaluasi ini adalah sekolah di Indonesia jenjang sekolah dasar dan menengah.

Penentuan sampel dengan purposive sampling, yaitu sekolah jenjang sekolah dasar dan menengah di 15 provinsi di Wilayah Indonesia Bagian Barat, Wilayah Indonesia Bagian Tengah, dan Wilayah Indonesia Bagian Timur. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Data dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Model ini digunakan untuk mengevaluasi kesenjangan antara kriteria yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan program di lapangan. Hasil penelitian dibagi tiga tahap, yaitu: (1) perencanaan, disarankan kepada pemerintah untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan membuat kisi-kisi dahulu baru membuat soal-soalnya, bukan yang dilakukan sebaliknya, juga pelatihan analisis instrumen penilaian dan membuat rubrik untuk soal

(39)

uraian; (2) pelaksanaan, disarankan kepada pemerintah untuk menyederhanakan pedoman penilaian pada Kurikulum 2013, melakukan sosialisasi dan pelatihan penilaian kompetensi sikap, untuk jenjang SD perlu diberikan pelatihan teknik penilaian pada pembelajaran tematik, dan membimbing guru melakukan kegiatan analisis instrumen dan revisi butir soal; (3) pelaporan, disarankan pengambil kebijakan mengkaji kembali penggunaan rentang nilai 1-4 pada penilaian pengetahuan dan keterampilan.

5. Asniati, tahun 2018. Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar dengan judul “Analisis Kompetensi Guru Kimia Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 di SMK-SMAK Makassar pada tahun 2018” dengan jenis penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian tersebut mendapatkan gambaran bahwa pelaksanaan standar kompetensi guru dalam proses pembelajaran di kelas menunjukan total rata-rata hasil pengamatan setiap subjek penelitian yaitu 3,6 pada kriteria kompetensi sangat kompeten, dimana masing-masing guru telah melaksanakan profesinya sebagai guru yang sangat kompeten pada bidang yang diampu dengan menerapkan penilaian kompetensi dalam proses pembelajaran. Sedangkan gambaran pada tahap hasil pengamatan pelaksanaan model pembelajaran menunjukan total rata-rata hasil pengamatan penerapan model pembelajaran Discovery learning

(40)

adalah 3,6 kategori keterlaksanaan sangat baik, dimana masing-masing guru melaksanakan sesuai dengan tahapan langkah-langkah pembelajaran Discovery learning dimana pada kegiatan pembelajaran peserta didik belajar secara aktif dalam menemukan konsep, makna dari pengetahuan sebelumnya kemudian menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada dan menerapkannya pada saat proses pembelajaran berlangsung.

B. Tinjauan Teori dan Konsep 1. Standar Kompetensi Guru

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu competence. Maknanya sama dengan being competent, sedangkan competent sama artinya dengan having ability, power, authoority, skill, knowledge, attitude dan sebagainya.

(Echols dan Shadily, 2002: 132). Dengan demikian kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan seseorang di bidang tertentu. Jadi kata kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau suatu keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan (Musfah, 2011).

Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Menurut UUD RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa

“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku

(41)

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya” (Kurniasih, 2014).

Kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seorang guru yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, proses berfikir, penyesuaian diri, sikap dan nilai-nilai yang dianut dalam melaksanakan profesi sebagai guru (Musfah, 2011). Standar kompetensi guru merupakan suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.

Seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik, dan mata pelajaran (bidang keahlian) yang diajarkan harus sesuai dengan latar belakang pendidikan. Selain itu, guru harus memiliki sertifikasi guru yang merupakan suatu pengakuan/lisensi yang diberikan kepada guru untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagai profesi di bidang pendidikan. Menurut Kurniasih, (2014) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, pada pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi:

a. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan

(42)

salah satu jenis kompetensi yang harus dikuasai guru. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas yang membedakan guru dengan profesi lainnya. Kompetensi pedagogik diperoleh melalui upaya belajar secara terus menerus, dan sistematis, baik pada masa pra jabatan maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh minat, bakat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

Aspek yang terdapat dalam kompetensi pedagogik diantaranya adalah:

1) Menguasai karakteristik peserta didik

Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Indikator yang muncul dari penguasaan karakteristik peserta didik diantaranya:

a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik peserta didik di kelasnya, b) Guru dapat mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran

yang diampu,

c) Guru memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran,

d) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan yang sama pada semua peserta didik,

e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,

(43)

f) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar peilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

Guru mampu menetapkan berbagai model pembelajaran yang mendidik secara kreatif dan efektif. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pesrta didik dan mampu memotivasi mereka untuk belajar. Indikator yang muncul dari aspek ini diantaranya:

a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguasai materi sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.

b) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana terkait keberhasilan pembelajaran.

c) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar peserta didik.

d) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajara maupun proses belajar peserta didik.

3) Mengembangkan kurikulum

Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan dan membuat serta menggunakan RPP sesuai

(44)

dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Indikator yang muncul diantaranya:

a) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.

b) Guru menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.

c) Guru memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang medidik

Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Indikator dari aspek ini diantaranya:

a) Guru menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.

b) Guru melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan.

(45)

c) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.

d) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik.

5) Mengembangkan potensi peserta didik

Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.

6) Melakukan komunikasi dengan peserta didik

Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik serta bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan atas pertanyaan atau komentar peserta didik.

7) Menilai dan mengevaluasi pembelajaran

Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar serta menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remidial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya.

(46)

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial, yakni bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial, yakni menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial, yakni menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial, yakni memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. Kepribadian yang berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial, yakni bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik (Kurniasih, 2014).

Kompetensi Kepribadian didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja. Sehingga semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan guru dalam kesehariannya. Sehingga seorang

(47)

guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan atau tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil jika guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Kemampuan pribadi meliputi: Kemampuan mengembangan kepribadian, Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, dan Kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.

Jika kita mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru meliputi:

1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma,

2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja, 3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang

bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak,

4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani,

(48)

5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik (Susilo, 2014).

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik guna untuk mencairkan suasana yang sudah efektif untuk pembelajaran, mampu bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, pimpinan pendidikan serta orang tua/wali peserta didik (Kurniasih, 2014). Satu hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik guna eksistensinya mengajar di sekolah yaitu bertatakrama sesuai norma di lingkungan sekolah serta menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.

d. Kompetensi Profesional

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Guru yang terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar

(49)

serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum dalam kompetensi guru yang profesional.

Terdapat banyak pendapat tentang kompetensi yang seharusnya dikuasai guru sebagai suatu jabatan profesional. Ada ahli yang menyatakan ada sebelas kompetensi yang harus dikuasai guru, yaitu:

1) Menguasai bahan ajar;

2) Menguasai landasan-landasan kependidikan;

3) Mampu mengelola program belajar mengajar;

4) Mampu mengelola kelas;

5) Mampu menggunakan media/sumber belajar lainnya;

6) Mampu mengelola interaksi belajar mengajar;

7) Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran;

8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan;

9) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah;

10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran; dan

11) Memiliki kepribadian yang tinggi.

2. Kurikulum 2013

Menurut Kurniasih (2014), Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan

(50)

untuk mendorong peserta didik atau siswa, agar dapat lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Melalui pendekatan itu diharapkan peserta didik kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Sehingga mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif.

Menurut Hosnan (2014) pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Kompetensi untuk kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif

(51)

dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran peserta didik aktif.

c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI,

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan sekolah dasar diutamakan pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan, e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)

Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI)

h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

i. Mewujudkan pendidikan berkarakter

(52)

Pendidkan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum pendidikan sebelumnya. Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut bagaimana mencetak peserta didik yang memiliki karakter yang baik, bermoral dan memiliki budi pekerti yang baik. Namun pada implementasi kurikulum ini masih terdapat berbagai kekuragan sehingga menuai berbagai kritik. sehingga kurikulum berbasis kompetensi ini direvisi guna menciptakan sistem pendidikan yang berkelanjutan dan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.

j. Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal

Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. Namun pada kenyataan yang terjadi selama ini, potensi dan budaya lokal seakan terabaikan dan tergerus oleh tingginya pengaruh buudaya modern. Budaya yang cenderung membawa masyarakat untuk melupakan cita-cita luhur nenek moyang dan potensi yang dimilikinya dari dalam jiwa.

k. Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat

Pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran, tetapi pada dasarnya pendidikan merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam diri. Olehnya itu, dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada kurikulum 2013 nantinya akan diharapkan dapat menggali seluruh potensi diri peserta didik, baik prestasi akademik maupun non akademik. Maka dengan begitu pada kurikulum 2013 nantinya akan diterapkan pendidikan yang lebih menyenangkan, bersahabat, menarik dan berkompeten. Sehingga

(53)

dengan cara tersebut diharapkan seluruh potensi dan kreativitas serta inovasi peserta didik dapat tereksploitasi secara cepat dan tepat.

Pembelajaran kurikulum 2013 SD adalah pembelajaran kompetensi SD dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Karakteristik pembelajaran Standar Kompetensi SD memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Karakteristik pembelajaran dapat diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok.

3. Model Pembelajaran Kurikulum 2013

Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang standar proses, kegiatan inti pembelajaran kurikulum 2013 yaitu menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik (Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016). Untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, dititikberatkan pada keaktifan peserta didik (student centered approach), maka beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan dengan prinsip- prinsip pendekatan saintifik antara lain model pembelajaran:

(54)

a) Discovery Learning

Model Pembelajaran menemukan (Discovery Learning), adalah Pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.

Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:

1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan

2) Berpusat pada peserta didik

3) Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Karakteristik dari pembelajaran menemukan (Discovery Learning) antara lain peran guru sebagai pembimbing, peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan dan bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.

Dalam pelaksanaanya, pembelajaran menemukan (Discovery Learning) dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: tahap persiapan, stimulasi, identifikasi, mengumpulkan data, mengolah data, dan pembuktian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

(55)

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning

Tahap Deskripsi

Tahap 1 Persiapan

Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

Tahap 2 Stimulasi/pemberian

Rangsangan

Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan

Tahap 3 Identifikasi masalah

Guru Mengidentifikasi sumber belajardan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

Tahap 4 Mengumpulkan data

Guru Membantu peserta didik mengumpulan dan mengeksplorasi data.

Tahap 5 Pengolahan data

Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya

Tahap 6 Pembuktian

Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil Tahap 7

Menarik kesimpulan

Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Sumber: Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016

(56)

Kelebihan dan kekurangan model Discovery Learning.

Adapun kelebihan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning yaitu:

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6) Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

(57)

9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

11) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

12) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Selain memiliki kelebihan model Discovery Learning juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan dari model tersebut adalah:

1) Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep- konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

Gambar

Gambar   Teks                Halaman
Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning
Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)
Tabel 2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian, (1) Persiapan pemberdayaan masyarakat dalam implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri 1 Menawan, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas 1 SD Negeri Pager Bateh Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Setelah

Data yang didapatkan peneliti dilapangan sebelum melaksanakan penelitian yaitu dari 37 orang murid kelas V terdapat 27 atau 72,9% orang tidak mampu menentukan

(3) Temuan penelitian menunjukkan bahwa efektivitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup kelas IV Berbasis Kecakapan Belajar dan Berinovasi Abad

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah yang berpengaruh terhadap kinerja sekolah: perbaikan mutu pendidikan kurang

Analisis Data Pretest Dan Posttest Pengaruh Model Pembelajaran Demonstration Terhadap Hasil Belajar Ipa Sifat-Sifat Benda Cair Pada Murid Kelas Iv Sd Negeri 046 Sidorejo

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan media pembelajaran berbasis lingkungan agar kualitas pembelajaran IPA lebih efektif di kelas IV SD Inpres Bontosallang Kecamatan Bontonompo

Tanggapan Responden Terhadap Perecanaan Berdasarkan Penjadwalan Kegiatan Program DPM-LUEP di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, 2013 No Tingkat Efektivitas