• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Tinjauan Teori dan Konsep

5. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan pembelajaran dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Upaya penerapan pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajaran merupakan ciri khas kurikulum 2013 (Kurniasih, 2014).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik dapat secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep.

Pendekatan saintifik disusun untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran diarahkan untuk

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, bukan hanya diberi tahu.

Adapun langkah-lngkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik seperti yang dimaksudkan dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014, Sebagai sebuah pendekatan pembelajaran, pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), mengomunikasikan (communicating).

a. Mengamati

Peserta didik menggunakan panca indranya untuk mengamati fenomena yang relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena dapat diamati secara langsung maupun melalui media audio visual. Hasil yang diharapkan adalah peserta didik mendapatkan pengetahuan faktual, pengalaman, dan serangkaian informasi yang belum diketahui (gap of knowledge). Membantu peserta didik menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui. Agar kegiatan mengamati dapat berlangsung baik, sebelumnya guru perlu menemukan fenomena yang diamati, merancang, mempersiapkan, menunjukkan, atau menyediakan sumber belajar yang relevan dengan KD atau materi pembelajaran yang akan diamati oleh peserta didik.

b. Menanya

Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mencakup yang menghendaki jawaban tentang pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural, sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian pertanyaan peserta didik terutama yang mengarah atau relevan dengan indikator-indikator KD yang sudah dirumuskan. Guru Membantu siswa merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang ingin diketahui agar dapat melakukan sesuatu. Misalnya, guru membantu peserta didik dengan merumuskan pertanyaan pancingan terkait dengan apa yang sedang diamati.

c. Mengumpulkan Informasi

Peserta didik mengumpulkan data melalui berbagai teknik, misalnya:

melakukan eksperimen; mengamati objek/kejadian/aktivitas; wawancara dengan narasumber; membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya kamus, ensiklopedia, media masa, buku pintar, atau serangkaian data statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya.

Guru juga membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengesi lembar kerja, menggali informasi tambahan yang dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai peserta didik memperoleh informasi atau data yang

dibutuhkan. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian data atau informasi yang relevan dengan serangkaian KD.

d. Menalar/mengasosiasi

Peserta didik mengolah informasi yang sudah dikumpulkan. Dalam langkah ini peserta didik memecah, memilah dan memilih informasi, mengklasifikasikan, atau menghitung dengan cara tertentu untuk menjawab pertanyaan. Pada langkah ini guru mengarahkan agar peserta didik dapat mengidentifikasi, mengklasifikasi, atau menghubung-hubungkan data/informasi yang diperoleh. Hasil akhir dari tahap ini adalah simpulan-simpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang dirumuskan.

e. Mengomunikasikan

Peserta didik menyampaikan simpulan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau menyampaikan melalui media lain. Pada kegiatan ini, peserta didik dapat juga memajang/memamerkan hasilnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di blog yang dimiliki. Guru memberikan umpan balik, memberikan penguatan, serta memberikan penjelasan/informasi lebih luas.

membantu peserta didik untuk menentukan butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi (Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016).

Asumsi dasar pendekatan-nya berupa langkah-langkah operasional yang berurutan, maka yang disebut pendekatan saintifik dalam pembelajaran yaitu yang mudah dipahami sebagai sebuah sintak yang dapat digunakan

sebagai praksis pembelajaran. Dengan kata lain istilah “pendekatan” menjadi identik dengan “model”.

6. Asessment Autentik

Asessment autentik adalah suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran terhadap kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi dan sikap-sikap pada aktivitas yang relevan pada pembelajaran. Asessment autentik merupakan penilaian terhadap produk-produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman kehidupan nyata peserta didik (Hosnan. 2014).

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Kunandar mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)”.

Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jaringan, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SD.

Karakteristik penilaian autentik menurut Santoso adalah sebagai berikut:

a. Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.

b. Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.

c. Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

d. Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.

Jadi, penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna, yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Penilaian autentik menekankan kemampuan pembelajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.

Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai.

Penilaian autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.

Penilaian autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti

seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran (Hosnan, 2014).

Penilaian autentik sering dihubungkan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Dalam penilaian autentik, pelibatan siswa sangat penting Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri untuk meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.

Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik,

bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.

Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

Menurut Hosnan (2014), Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.