• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keraguan penulis tentang pemahaman guru kelas dalam mengimplementasikan model pembelajaran berbasis kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba. Keraguan itu disebabkan karena sering muncul masalah dalam kegiatan pembelajaran di kelas yaitu guru masih bingung dalam menerapkan model pembelajaran yang relevan dengan materi atau kompetensi dasar yang ingin dicapai sesuai konsep pembelajaran kurikulum 2013.

Oleh karena itu sangat dibutuhkan pengkajian yang mendalam tentang kompetensi yang dimiliki guru kelas dan model pembelajaran yang relevan digunakan dalam setiap materi pembelajaran kurikulum 2013. Pada dasarnya seorang guru harus menguasai empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Dengan mantapnya kompetensi yang dimiliki oleh guru, maka sedapat mungkin berbanding lurus dalam pengunaan model pembelajaran yang relevan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, sehingga dapat memberi gambaran yang nyata akan pelaksanaan kompetensi guru kelas dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba. Dari empat model pembelajaran yang di bahas di atas, dapat dianalisa bahwa untuk mengkaji satu persatu model tersebut dibutuhkan waktu yang tidak singkat, oleh karena itu untuk memanfaatkan waktu yang ada maka dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus pada salah satu model pembelajaran yaitu Model Pembelajaran Problem Based Learning. Model ini sengaja diangkat peneliti karena dianggap sangat relevan diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada pada gambar 2.2 bagan kerangka konseptual.

Bagan Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Bagan kerangka konsep penelitian Analisis Kompetensi

Guru Kelas

Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Sosial

Kompetensi Profesional

Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013

Penerapan model Problem Based Learning pada

Kurikulum 2013

Tercapainya Kompetensi Guru Kelas SD Wilayah III

Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba sesuai

harapkan Pelaksanaan Standar

Kompetensi Guru Kelas

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data dan fakta.

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).

Tujuan pemilihan Jenis penelitian deskriptif kualitatif ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan standar kompetensi guru kelas dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning berbasis kurikulum 2013 di SD se Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD se Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba. Adapun alasan yang melatarbelakangi peneliti menetapkan lokasi penelitian di SD tersebut adalah karena merupakan sekolah inti yang berada di pusat kota Kabupaten Bulukumba.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai pada tanggal 10 Oktober hingga tanggal 30 November 2019.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah guru kelas yang telah tersertifikasi yang mengajar di kelas III dan kelas VI SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba dengan alasan bahwa guru tersebut merupakan guru yang baru pertama kalinya menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2018/2019. Adapun jumlah sekolah dan banyaknya guru yang sudah sertifikasi adalah:

1. SD Negeri 1 Terang-Terang dengan jumlah guru kelas sebanyak 6 orang, 5 orang sudah sertifikasi.

2. SD Negeri 2 Terang-Terang dengan jumlah guru kelas sebanyak 19 orang, 17 orang sudah sertifikasi.

3. SD Negeri 3 Kasimpureng dengan jumlah guru kelas sebanyak 18 orang, 17 orang sudah sertifikasi.

4. SD Negeri 4 Bentenge dengan jumlah guru kelas sebanyak 6 orang, 5 orang sudah sertifikasi.

5. SD Negeri 24 Salemba dengan jumlah guru kelas sebanyak 17 orang, 15 orang sudah sertifikasi.

Jadi Jumlah guru yang sudah tersertifikasi dari lima sekolah adalah 59 orang dan yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas III dan guru kelas VI dari masing-masing sekolah dengan demikian maka jumlah guru kelas yang menjadi subjek penelitian ini adalah sebanyak 5 orang.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi tentang penerapan standar kompetensi dan implementasi model pembelajaran problem based learning berbasis kurikulum 2013, maka digunakan instrumen penelitian berupa catatan seluruh kegiatan pembelajaran aktivitas guru dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini observer yang akan mengumpulkan data secara langsung melalui pengamatan, antara lain :

1. Lembar Observasi

Lembar observasi disusun untuk memperoleh data lapangan tentang gambaran pelaksanaan standar kompetensi guru dan penerapan model pembelajaran problem based learning berbasis kurikulum 2013 bagi guru kelas III dan guru kelas VI SD se Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba dengan melampirkan lembar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh guru sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Pedoman Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini sifatnya terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui hal-hal tentang pelaksanaan standar kompetensi guru dan penerapan model pembelajaran problem based learning berbasis kurikulum 2013 bagi guru kelas III dan kelas VI SD se Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba karena merupakan subjek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan berdasarkan instrument penelitian yaitu :

1. Observasi

Teknik observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dan mencatat semua aktivitas pelaksanaan standar kompetensi guru dan penerapan model pembelajaran kurikulum 2103 pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Setiap aktivitas pelaksanaan standar kompetensi guru dan penerapan model pembelajaran problem based learning berbasis kurikulum 2103 diamati melalui format observasi dengan mencentang atau memberi tanda (√).

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini sifatnya terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mengumpulkan data penelitian yang lebih mendalam tentang tujuan pertanyaan yang ditanyakan, serta kemungkinan lain yang muncul dari dampak pertanyaan yang diajukan berdasarkan fakta yang terjadi.

Wawancara dilakukan setelah guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

3. Dokumentasi

Untuk mendukung data penelitian observer juga melakukan dokumentasi berupa foto dan rekaman video untuk merekam seluruh aktivitas belajar mulai dari pembukaan sampai penutup pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aktivitas analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Aktifitas dalam analisis kualitatif ada tiga yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi.

Kegiatan ini dilakukan peneliti secara saksama untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat. Proses tersebut dapat dijelaskan dalam Gambar skema 3.1:

Gambar 3.1 Skema Proses saksama untuk mendapatkan data akurat

(Suharno, 2014)

Adapun langkah-langkah analisis kualitatif sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak berupa lembar observasi pelaksananaan standar kompetensi guru, penerapan model pembelajaran discovery learning; data wawancara dan dokumentasi berupa rekaman video pada saat proses pembelajaran

Koleksi Data

Reduksi Data

Kesimpulan Penyajian

Data

berlangsung, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data (display data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification) Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

(Sugiyono, 2014)

G. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada pelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability

,

dan confirmability (Sugiyono, 2007:270).

Agar data dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data, adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan:

1. Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/

kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.

Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan lengkap.

Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri

b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum.

Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan smakin berkualitas.

c. Triangulasi

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2007:273).

1) Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007:274).

2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara, observasi, dokumentasi.

Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono, 2007:274).

3) Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274).

d. Analisis Kasus Negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.

Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan mengubah temuannya (Sugiyono, 2007:275).

e. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2007:275).

f. Mengadakan Membercheck

Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono, 2007:276).

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2007:276).

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian dapat digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi sosial yang berbedavaliditas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.

3. Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.

Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis

data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan.

4. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karakteristik Obyek Penelitian 1. Deskripsi Umum Daerah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Bululumba merupakan daerah otonomi tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki karakteristik tersendiri yang tentunya berbeda dengan kabupaten lain yang ada di provinsi Sulawesi Selatan.

a. Sejarah Singkat Kabupaten Bulukumba

Selamat datang di “Butta Panrita Lopi “Kabupaten Bulukumba, kalimat ini akan menjemput kita ketika akan memasuki kota Bulukumba.

Kalimat kata” Butta Panrita Lopi” mempunyai arti yang jika dipenggal perkalimat dari setiap kata adalah: Butta artinya Tanah, sedangkan Panrita artinya Ahli membuat, sementara Lopi mempunyai arti Perahu.

Sehingga kalimat tersebut jika digabungkan mempunyai arti: Bulukumba adalah tempat ahlinya pembuat perahu, yakni pembuat perahu tradisional Phinisi. Disamping sebagai ahli pembuat perahu, juga ahli berlayar yang berani menantang kerasnya ombak di lautan; ”takkujunga bangunturu akugunciri gulingku kualleangi tallanga na toalia” (bila tekadku sudah bulat kupasang kemudiku kukembangkan layarku lebih baik tenggelam daripada kembali ke daratan)"

Bulukumba berasal dari kata Bulukumupa dan pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan menjadi Bulukumba. Mitologi penamaan

“Bulukumba“, konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu

“Bulu’ku“ dan “Mupa” yang dalam bahasa Indonesia berarti “masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya“. Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama “Tanahkongkong“, disitulah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.

“Bangkeng Buki” (secara harfiah berarti kaki bukit), yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang diklaim oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian Timur. Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan Bangkeng Buki sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari Barat sampai ke Selatan.

Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis “Bulukumupa”, yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi “Bulukumba”. Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada, dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten.

Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5

Tahun 1978 tentang Lambang Daerah. Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr.

H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Hari Jadi Kabupaten Bulukumba. Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan Bupati Pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.

b. Kondisi Geografis dan Klimatologi

Secara wilayah, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km.

Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C – 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith -Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka

klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembab atau agak basah.

Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober-Maret dan musim rendengan antara April-September. Terdapat 8 buah stasiun penakar hujan yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni:

Stasiun Bettu, Stasiun Bontonyeleng, Stasiun Kajang, Stasiun Batukaropa, Stasiun Tanah Kongkong, Stasiun Bontobahari, Stasiun Bulo–bulo dan Stasiun Herlang.

Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian selatan curah hujannya rendah.

Curah hujan di Kabupaten Bulukumba sebagai berikut:

1) Curah hujan antara 800-1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.

2) Curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.

3) Curah hujan antara 1500-2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.

4) Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.

c. Topografi, Geologi, dan Hidrologi

Keadaan Kabupaten Bulukumba. Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir, yaitu: Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100meter dari permukaan laut, meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke utara dengan ketinggian 100 sampai dengan di atas 500meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.

Kabupaten Bulukumba merupakan daerah yang potensial mengalami bencana kegempaan dan tsunami. Sebelah Timur Bulukumba terdapat zona pemekaran dasar laut Teluk Bone yang berpotensi menimbulkan tsunami. Sedang di daratan Kabupaten Bulukmba terdapat sesar Walenae yang berpotensi menggerakkan daratan berupa gempa bumi.

Kecamatan Rilau Ale, Bulukumba merupakan daerah yang dilalui sesar Walanae yang berpotensi terjadinya gempa bumi. Begitu juga dengan Teluk Bone yang berda di sebelah timur Kecamatan Rilau Ale berpotensi menimbulkan tsunami. Dasar laut Teluk Bone merupakan zona pemekaran yang sangat rentang terhadap tsunami. Di wilayah ini terdapat palung sebagai indikasi pemekaran dasar laut tersebut.

Sungai di Kabupaten Bulukumba ada 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan sungai kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang adalah sungai Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah sungai Biroro yakni 1,50 km. Sungai-sungai ini mampu mengairi lahan sawah seluas 23.365 Ha.

d. Kondisi Demografis

Penduduk Kabupaten Bulukumba hingga akhir tahun 2016 berjumlah 413.229 jiwa. Hal tersebut dilansir pada situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bulukumba. Penduduk kota Butta Panrita Lopi tersebut tersebar di 10 kecamatan. Berikut jumlah penduduk 10 kecamatan di Bulukumba yang dikutip TribunBulukumba.com, pada situs resmi BPS. Kecamatan Gantarang 74.582 jiwa, Kecamatan Ujung Bulu

Penduduk Kabupaten Bulukumba hingga akhir tahun 2016 berjumlah 413.229 jiwa. Hal tersebut dilansir pada situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bulukumba. Penduduk kota Butta Panrita Lopi tersebut tersebar di 10 kecamatan. Berikut jumlah penduduk 10 kecamatan di Bulukumba yang dikutip TribunBulukumba.com, pada situs resmi BPS. Kecamatan Gantarang 74.582 jiwa, Kecamatan Ujung Bulu