• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1Penguatan Pendidikan Karakter A. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Menurut Kemendikbud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1Penguatan Pendidikan Karakter A. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Menurut Kemendikbud"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1Penguatan Pendidikan Karakter

A. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Menurut Kemendikbud (2019) PPK merupakan bentuk gerakan dalam pengejawantahan revolusi mental dan integral nawacita anak bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter menjadi bagian dasar dan pokok dari pendidikan nasional Indonesia. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 1 juga menjelaskan bahwa PPK merupakan gerakan pendidikan untuk membentuk karakter siswa melalui harmonisasi olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga dengan melibatkan serta kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. Oleh karena itu PPK perlu melakukan adanya proses mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, serta menyelaraskan dalam berbagai upaya pendidikan karakter yang dilakukan.

Pada dasaranya PPK memiliki lima nilai karakter utama yang menjadi tolak ukur dalam pendidikan nasional. Diantaranya terdiri dari religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas (Kemendikbud, 2019).

1. Religius sendiri merupakan nilai karakter pencerminan dari keberimanan kepada Tuhan YME. Ada 3 nilai dimensi dalam religius yakni hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan individu, dan indivudu dengan alam semesta. Subnilai yang terdapat dalam nilai karakter religius antara lain cinta damai, toleran, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama lain, persahabatan, anti buli dan kekerasan, melindungi yang kecil dan tersisih (Kemendikbud, 2019).

2. Nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan kelompok. Subnilai

(2)

yang terdapat didalam niai karakter nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, cinta tanah air, menghargai keragaman budaya, suku, dan agama, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, rela berkorban, unggul dan berprestasi (Kemdikbud, 2019).

3. Mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergatung kepada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. subnilai yang terdapat di dalam nilai karakter mandiri antara lain etos kerja ( kerja keras), kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat, tangguh, tahan banting, memiliki daya juang yang tinggi, dan profesional (Kemdikbud, 2019).

4. Gotong Royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang- orang yang membutuhkan bantuan. Subnilai yang terdapat dalam nilai karakter gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5. Integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).

Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkna kebenaran. Subnilai yang terdapat dalam nilai karakter integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

Kelima nilai utama karakter tersebut bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri melainkan saling berhubungan dan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Yang mana hubungan ini akan terus berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan yang pribadi. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) juga menerapkan nilai-nilai yang bersumber dari agama,

(3)

pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Ada delapan belas nilai yang terkandung, diantaranya nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab (Hanung Cahyono, 2017)

B. Pelaksanaan Penguatan Pendidikan karakter (PPK)

Pelaksanaan PPK dilakukan dalam tiga jalur utama yaitu (1) pendidikan formal, (2) pendidikan non formal, (3) pendidikan (Perpres Nomor 87 Tahun 2017 Pasal 6 tentang Penguatan Pendidikan Karakter). Menurut (Novitasari, 2019) Pelaksanaan Penguatan Pendidikan karakter dimulai dari penerapan pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang kemudian berlanjut pada jenjang Pendidikan Dasar yang terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tidak hanya pada sekolah namun juga pada madarasah dalam pendidikan formal. Menurut Permendiknas No 19 Tahun 2007, satuan sekolah harus membuat dan memiliki pedoman PPK tentang segala aspek berupa tertulis, agar mudah dibaca oleh berbagai pihak terkait.

Adaun hal-hal yang harus diperhatikan oleh satuan sekolah dalam merumuskan PPK yakni; (1) mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah; (2) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pedoman sekolah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional.

Pada dasaranya, pelaksanaan program pendidikan harus sesuai dengan rencana program pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini berlaku untuk seluruh program sekolah termasuk penguatan pendidikan karakter (PPK).

Penyelenggaraan ini dapat dilakukan secara terpadu pada setiap kegiatan sekolah. Salah satunya pada setiap aktivitas siswa disekolah yang dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan karakter, serta dapat memberikan fasilitasi kepada siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai- nilai yang telah ditetapkan. Menurut Kemendikbud (2019) pelaksanaan PPK dengan berbasis kurikulum dapat dilakukan sebagai berikut:

(4)

1) Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

Penguatan ini dengan menjalankan tiga upaya yakni 1) mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran; 2) memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran; 3) mengembangkan muatan lokal sesuai dnegan kebutuhan daerah.

2) Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

Penguatan ini terdiri dari enam upaya yakni 1) Mengutamakan nilai- nilai pembiasaan yang ada dalam keseharian di sekolah; 2) menunjukkan sikap teladanan dari tenaga pendidik di lingkungan sekolah; 3) peran serta seluruh ekosistem pendidikan di sekolah; 4) pengembangan dan pemberian ruang yang luas pada potensi siswa melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler; 5) pemberdayaan manajemen dan tata kelola sekolah; 6) pertimbangan antar norma, peraturan, dan tradisi sekolah.

3) Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat

Penguatan ini terdiri dari empat upaya yakni 1) komite sekolah dan orang tua mempunyai peran penting sebagai pemangku utama dalam pendidik; 2) potensi lingkungan digunakan sebagai sumber pembelajaran yang meliputi keberadaan, dukungan penggiat seni, tokoh masyarakat, dan didunia usaha serata industri; 3) Melakukan kegiatan program kerja sama yang dilakukan oleh pemerintah daerah, kementrian dan tokoh-tokoh masyarakat.; 4) Kerjasama pelaksanaan PPK dengan berbagai program di dalam ruang lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM.

Pada pelaksanaan PPK tentunya sangat dibutuhkan strategi dari berbagai pihak tenaga pendidik agar memperlancar proses pendalaman nilai karakter terhadap siswa. Menurut Kemendikbud (2019) strategi pelaksanaan PPK di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan berikut ini:

a. Kegiatan intrakurikuler merupakan sebuah kegiatan pembelajaran yang telah diatur dan terjadwal yang wajib diikuti oleh siswa. Program intrakurikuler biasanya berisi dari berbagai kegiatan dengan tujuan

(5)

meningkatkan Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Dasar yang wajib dimiliki oleh siswa biasanya kegiatan intrakurikuler dilaksanakan oleh sekolah secara terus menerus sesuai dengan kalender akademik sekolah.

b. Kegiatan kokurikuler merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang berhungan kegiatan intrakurikuler. Dalam pelaksaaannya, kegiatan ini dilaksanakan pada waktu luar jadwal intrakurikuler. Maksud dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap materi intrakurikuler. Adapun bentuk kegiatan seperti pemberian penugasan atau proyek tertentu, baik dari kegiatan pembelajaran lainnya yang berhubungan langsung dengan materi intrakurikuler yang wajib diselesaikan oleh siswa.

c. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengembangan untuk mengasah karakter yang dimiliki oleh siswa yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran untuk menyalurkan ,mengembangkan, dan mengasah minat bakat siswa sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa, dengan kearifan lokal dan daya dukung yang tersedia.

Menurut Kemendikbud (2016: 13) pelaksanaan gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1) Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sesuai topik utama nilai PPK yang akan dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing.

2) Mengimplementasikan PPk melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan eksrakurikuler, satuan

(6)

pendidikan melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat daan pihak lain / lembaga yang relevan.

3) Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah.

Kegiatan-kegiatan dilakukan diluar jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan situasi, kondisi, ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.

Dari pelaksanaan gerakan PPK seperti yang dikemukakan Kemendikbud terdapat beberapa cara, yang pertama yaitu melalui kegiatan KBM yaitu integrasi dalam mata pelajaran dan muatan lokal. Penggembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan kedalam setiap pokok bahasan dari setiap mata peljaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter siswa dapat menggunakan pedekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis kerja, dan ICARE ( Intoduction, Connection, Reflection, Extension) dapat digunakan untuk pendidikan karakter (Kemendiknas, 2011: 15).

Cara yang kedua melalui kegiatan non KBM seperti kegiatan ekstrakurikuler. Penanam nilai-nilai karakter dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, PMR, kegiatan olahraga dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat mendukung penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa. Selain itu cara yang ketiga dapat melalui pembiasaan melalui budaya sekolah, misal:

1) Menerapkan keteladanan

Keteladanan menurut Kemendiknas (2011: 15) dalam panduan pendidikan karakter merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain. Misalnya nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih awal dibanding siswa), kebersihan, kerapihan, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan percaya diri.

(7)

2) Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. Untuk PKBM ( Pusat Kegiatan Berbasis Masyarakat) dan SKB ( Sanggar Kegiatan Belajar) menyesuaikan kegiatan rutin dari satuan pendidikan tersebut ( Kemendiknas, 2011: 15).

3) Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan siswa secara spontan pada saat itu juga, misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana ( Kemendiknas, 2011: 15). selain itu kegiatan ini bisa juga dilakukan pada saat guru atau tenaga pendidik mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa yang harus dikoreksi pada saat itu juga ( Agus wibowo, 2012: 88).

4) Pengkondisian

Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata- kata bijak di sekolah dan di dalam kelas ( Kemendiknas, 2011: 15).

Dari beberapa ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan penguatan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan mengintegrasikan dalam proses pembelajaran, ekstrakurikuler , serta pembiasaan atau yang lebih sering disebut dengan budaya sekolah. Dalam pelaksanaan penguatan pendidikan karakter bukan hanya kewajiban dari sekolah namun masyarakat (non formal) maupun keluarga (informal) artinya sekolah dapat berkolaborasi sehingga dalam pelaksanaan PPK dapat berjalan efektif dan mendapatkan hasil yang sesuai. Pelaksanaan program PPK didasarkan pada pedoman sekolah yang telah dibuat agar pelaksanaannya dapat terarah sesuai tujuan dan harapan.

(8)

2.1.2 Budaya Sekolah

A. Pengertian Budaya Sekolah

Menurut (Chiar, 2012) budaya sekolah dapat dijadikan sebagai pola piker dari nilai-nilai, norma, sikap berberilaku, sudutpandang, gagasan ataupun ide-ide yang dibentuk oleh sekolah dan diyakini oleh seluruh warga sekolah. Disini buda sekolah sebagai pedoman dasar dalam memecahkan suatu permsalah yang terjadi dalam sekolah. Hal ini dapat disebabkan oleh visi misi dan tujuan, sehingga budaya sekolah yang dihasilkan bersifat unik atau berbeda dengan sekolahan lainnya.

Menurut (Fitriani, 2013) budaya sekolah merupakan jiwa semangat dari sekolah untuk memberikan arti atau makna terhadap pendidikan sekolah tersebut. Apabila budaya sekolah yang dilakukan lemah, maka hasilnya tidak kondusif dan akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan sekolah yang tidak efektif. Sejalan dengan (Kemendikbud, 2017) menyatakan bahwa budaya sekolah dalam penguatan pendidikan karakter merupakan bentuk tradisi atau kultur dari sekolah yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang dianut di sekolah.

Kultur ini memberikan kualitas dalam kehidupan di sekolah, termasuk kualitas lingkungan sekolah, kualitas komunikasi dan interaksi di sekolah, dan kualitas suasana akademik. Budaya sekolah dapat dikatakan kuat apabila budaya tersebut dapat diterima, dilaksanakan dengan semangat yang tinggi ,dipertahankan serta semua warga sekolah menjunjung tinggi budaya tersebut.

Pada penerapan budaya sekolah ini dapat diharapkan mampu memperbaiki tingkat kualitas kinerja pada sekolah, mutu dan kehidupan sekolah yang sehat, aktif, positif serta profesional. Apabila penerapan budaya sekolah berjalan dengan lancar maka hal ini akan memberikan rasa semangat dan dorongan yang tinggi untuk memuncuklan ide atau topik yang segar atau out of the box. Sebagaimana menurut (Eva, 2016) yang menyatakan bahwa budaya sekolah yang baik akan memberikan manfaat baik juga kepada individu dan kelompok yang yang ada di sekolah maupun seluruh stakeholder pendidikan. Oleh karena itu, pelakasanaan budaya

(9)

sekolah sendiri penting untuk dikembangkan sebgai salah satu penguatan karakteristik dari sekolah dan seluruh warga sekolah.

B. Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah Perkembangan zaman yang terus berjalan sesuai dengan perkembangan teknologi menjadi salah satu dasar perubahan karakter dari siswa. Pada dasarnya karakter atau perilaku ini dapat merubah cara pandangnya dan ini akan mempengaruhi nilai etika seseorang. Dengan hal tersebut menjadikan sekolah untuk melakukan upaya penanaman budaya sekolah sebagai salah satu cara efektif untuk penguatan karakter siswa.

Upaya tersebut tentunya dengan menghadirkan suasana yang berkarakter terlebih dahulu yang kemudian akan berdampak pada suasana dan kondisi sekolah. Pada pelaksanakan PPK berbasis budaya sekolah tentunya wajib dilakukan oleh semua tenaga pendidik dan siswa yang ada di sekolah.

Menurut Buku Panduan Praktis PPK Berbasis Budaya Sekolah (2018: 9) ada delapan cara untuk mengimplementasikan PPK berbasis budaya sekolah yaitu:

1) Melakukan Pembiasaan Nilai-Nilai utama

Sekolah mengembangkan berbagai bentuk pembiasaan untuk menanamkan nilai-nilai religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Kegiatan pembiasaan dapat dilakukan secara harian, mingguan, bulanan, semesteran, atau tahunan. Bentuk kegiatan pembiasaan antara lain membaca doa, menyanyikan lagu Indonesia raya, membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum memulai pembelajaran, melaksanakan upacara bendera, kerja bakti membersihkan sekolah, perayaan hari besar nasional dan keagamaan, studi karya wisata, pentas seni dan budaya, dll.

2) Membangun dan Mematuhi Norma, Peraturan, Tradisi Sekolah

Norma, peraturan, dan tradisi sekolah merupakan insfrastruktur yang memperkuat pembentukan budaya sekolah yang kokoh. Budaya sekolah yang unggul mengembangkan disiplin warga sekolah melalui tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah merupakan salah satu aturan yang berlaku di ruang lingkup sekolah yang mengikat warga sekolah (tata tertib guru,

(10)

tenaga kependidikan, dan tata tertib siswa) yang wajib di patuhi semua tenaga pendidik dan siswa. Tata tertib atau peraturan yang di miliki sekolah dituangkan kedalam buku pedoman/panduan perilaku siswa, yang di dalamnya memuat tentang aturan dan konsekuensi terhadap pelanggaran aturan. Sekolah merumuskan tata tertib yang memuat pengintegrasian nilai-nilai karakter bagi siswa dengan melibatkan siswa, orang tua, guru, dan kepala sekolah. Sekolah melaksanakan tata tertib yang telah dirumuskan dengan memberikan penghargaan dan sanksi sebagai konsekuensi dari upaya mematuhi tata tertib. Evaluasi tata tertib sekolah dilakukan minimal setiap tahun untuk menilai efektivitas dan relevansinya dalam membentuk karakter siswa.

3) Mengembangkan Penjenamaan Sekolah

Penjenamaan sekolah ( School Branding) adalah pencitraan sekolah melalui pengembangan keunikan, kekhasan, dan keunggulan sekolah yang membedakan dengan sekolah yang lainnya. Penjenamaan sekolah didesain dengan menonjolkan ciri khas yang diunggulkan dan sesuai dengan nilai-nilai karakter seolah yang akan dibangun dan dijadikan prioritas. Jenama sekolah (School Brand) menunjukkan kekuatan dan keunggulan sekolah berdasarkan kekuatan potensi siswa dan lingkungan, peluang yang ada, tradisi, dukungan warga sekolah dan masyarakat.

Penjenamaan sekolah menghasilkan citra positif sekolah untuk meningkatkan dukungan warga sekolag dan masyarakat.

4) Mengembangkan Kegiatan Literasi

Literasi sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan yang menunjang Literasi sekolah yaitu melakukan pembiasaan membaca 15 menit sebelum memulai pembelajaran, mengadakan GEMES (Gerakan Membaca untuk Semua) yang dilakukan oleh siswa, guru, dan tenaga kependidikan, Menyediakan pojok baca disetiap kelas dan sudut-sudut sekolah, mendesain perpustakaan dan memperbanyak koleksi buku bacaan yang sesuai dengan minat siswa serta menanamkan nilai-nilai

(11)

karakter. Mengadakan panggung literasi.berpartisipasi aktif untuk meramaikan majalah dinding sekolah. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam berbagai kegiatan literasi.

5) Melakukan Pendampingan

Pendampingan merupakan pembimbingan yang dilakukan guru kepada siswa secara individu maupun kelompok dalam kegiatan-kegiatan rutin, terprogram, dan spontan. Pendampingan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan pembiasaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sehingga dapat mencegah terjadinya potensi penyimpangan.

Pendampingan dapat dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan sesuai dengan cakupan tugas dan tanggung jawabnya.

Kegiatan-kegiatan yang memerlukan pendampingan antara lain, kegiatan pembiasaan, kegiatan pembelajaran, intrakurikuler, ekstrakurikuler, kegiatan di luar kelas, dll. Sekolah memiliki catatan dan dokumentasi pendampingan kegiatan siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa PPK berbasis budaya sekolah merupakan tradisi yang berkembang di sekolah dan dilaksanakan sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang ada di sekolah. PPK berbasis budaya sekolah berpusat pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang menggambarkan nilai-nilai utama PPK yang menjadi prioritas utama.

Terdapat delapan cara untuk mengimplementasi PPK berbasis budaya sekolah yaitu melakukan pembiasaan nilai-nilai utama, memberikan keteladanan antar warg sekolah, melibatkan seluruh pemangku kepentingan, membangun dan mematuhi norma, peraturan dan tradisi sekolah, mengembangkan penjenamaan sekolah, mengembangkan kegiatan literasi, mengembangkan minat, bakat dan potensi melalui kegiatan dan ekstrakurikuler, melakukan pendampingan. Selain itu juga dalam membangun budaya sekolah untuk penghayatan nilai-nilai utama PPK dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan dan kegiatan terprogram.

(12)

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Judul Nama/Tahun Persamaan Perbedaan Kesimpulan

Pelaksanaan Penguatan

Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di SDN Temas 01 Batu

Aliya, pada tahun 2018

Sama-sama meneliti tentang PPK berbasis budaya budaya sekolah

Penelitian yang dilakukan di SDN Temas 01 Batu meneliti pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah melalui kegiatan Intrakurikuler.

sedangkan Peneliti meneliti pelaksanaan PPK Berbasis berbasis budaya sekolah melalui kegiatan pembiasaan nilai-nilai karakter yang ada di MI An- nashriyyah.

Sama-sama meneliti tentang Pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah, akan tetapi berbeda fokus penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Aliya pada tahun 2018 fokus pada kegiatan Intrakurikuler yang ada di SDN Temas 01 Batu . sedangkan peneliti meneliti pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah dimana peneliti hanya terfokus pada kegiatan

pembiasaan yang ada di MI An- nashriyyah Penguatan

Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah Guna Meningkatkan Daya Saing Peserta Didik (Studi Komparasi SDN 037 Tarakan Indonesia dan Chiang Rai Municipality School 2 Thailand)

Rizna, dkk,.

pada tahun 2019

Sama-sama membahas tentang pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah

Penelitian yang dilakukan oleh Rizna, dkk,.

meneliti PPK berbasis budaya sekolah untuk meningkatkan daya saing Peserta didik serta

pengembangan nilai-nilai PPK.

Sedangkan peneliti hanya meneliti pelaksanaan PPK di MI An- nashriyyah.

Penelitian ini sama-sama membahas tentang PPK.

penelitian PPK berbasis budaya sekolah yang dilakukan oleh Rizna, dkk,.

untuk meningkatkan daya saing peserta didik dan mengembangkan nilai-nilai PPK, sedangkan Peneliti hanya meneliti

pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah melalui kegiatan

pembiasaan yang ada di MI An- nashriyyah Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Budaya Islami

Mawardi, dkk,. pada tahun 2020

Sama-sama menjelaskan pelaksanaan pendidikan

Fokus penelitian yang dilakukan oleh Mawardi, dkk. yaitu

Penelitian ini sama-sama menjelaskan tentang

(13)

Sekolah di MI Muhammadiyah Sidorejo Bandongan

karakter di MI.

metode pembelajaran guru di kelas dalam mengaitkan dengan nilai- nilai PPK.

Budaya sekolah yang diteliti hnya sebatas budaya islaminya saja.

Sedangkan peneliti mengambil pelaksanaan Penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah. dan budaya sekolah yang diteliti yaitu berupa kegiatan pembiasaan yang diterapkan di MI An- nashriyyah.

Pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah di MI.

Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi, dkk.

meneliti budaya islami sekolah sedangkan peneliti meneiti budaya sekolah berupa kegiatan pembiasaan yang diterapkan di MI An-nashriyyah.

(14)

2.3 Kerangka Pikir

Kondisi ideal

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 menyatakan bahwa PPK adalah gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antar satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)

Kondisi Lapangan

Program Penguatan Pendidikan Karakter diterapkan di MI An-nashriyyah pada tahun 2017. Sekolah ini merupakan sekolah yang menjungjung tinggi penguatan pendidikan karakter siswa. Salah satu cara untuk mengembangkan penguatan pendidikan karakter siswa melalui kegiatan pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah.

Fokus Masalah

1. Pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah 2. Kendala dalam proses pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter 3. Upaya dalam mengatasi kendala dalam proses pelaksanaan program penguatan

pendidikan karakter

Metode Penelitian 1. lokasi penelitian di MI An-nashriyyah

2. Teknik penelitian menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

3. Analisis data dilakukan dengan cara pengumpulan data, pengurangan data, penyajian data, dan kesimpulan (Reduksi data dan triangulasi data ) 4. Sumber data penelitiankepala sekolah, dan guru kelas

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Hasil yang diharapkan

Deskripsi pelaksanaan budaya sekolah, kendala dalam pelaksanaan budaya sekolah, dan upaya mengatasi kendala.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Hasil yang diharapkan

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 9 menunjukkan bahwa sensitivitas hasil pemeriksaan deteksi bakteri penghasil ESBLberdasarkan metode konvensional modifikasi sebesar 93,5% artinya proporsi sampel penelitian

Oleh karena itu, kebiasaan makanan pada ikan-ikan tidak baku karena terdapat perubahan pemilihan makanan sesuai dengan yang tersedia atau melimpah di kolam (Kumar

Pada tahap pra kontrak, para pihak memiliki hak untuk melaksanakan asas kebebasan berkontrak, disisi lain juga terdapat kewajiban untuk melaksanakan asas itikad

Tujuan didirikan pesantren adalah mengajarkan agama islam kepada para santri, sebagai pegangan dan pedoman hidup santri yang akan dapat diamalkan dalam kehidupan

Hal ini menegaskan pentingnya akuntabilitas publik dalam peningkatan kinerja manejerial, karena dengan adanya akuntabilitas kepada masyarakat, masyarakat tidak hanya

a) Dewan Adat adalah tempat berkumpulnya Pemangku Adat dan pengawas pelaksanaan ketentuan Adat Perkemahan. b) Dewan Adat bertanggung Jawab atas kelancaran dan

Interaksi sosial dalam pertunjukan tradisi bagurau saluang dendang, dilandasi dengan pola-pola kelompok sebagai bentuk manifestasi kekerabatan masyarakat Minangkabau yang

maka tekan tombol start pada aplikasi dan sistem akan berjalan (instrument pendulum terbalik akan beroperasi jikalau sudah menerima data dan perintah dari