• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SOFT SKILL PADA SISWA SMA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DAN ORGANISASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN SOFT SKILL PADA SISWA SMA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DAN ORGANISASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKULIKULER DAN ORGANISASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Mahadsih Worowiranti NIM: 059114030

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

EKSTRAKULIKULER DAN ORGANISASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Mahadsih Worowiranti NIM: 059114030

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

$

###

%

###

&

&

###

&

##

###

###

###

###

%

&

###

%

'

%

(7)

$

*

%

+

*

#

!

+

(8)

-Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang dituliskan dalam

(9)

Mahadsih Worowiranti

ABSTRAK

Soft skill adalah hal yang tidak terlihat namun sangat diperlukan di dunia kerja maupun pergaulan sosial. Soft skill dapat berkembang karena faktor dari dalam dan faktor dari luar seperti kehidupan yang seimbang antara aktivitas akademik dan non akademik. Meskipun softskill sangat diperlukan namun saat ini masih banyak pihak yang kurang mempertimbangkan perkembangan soft skill bagi siswa SMA. Misalnya dengan dibentuknya kelas akselerasi yang membatasi siswanya untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan fenomena yang ada dengan metode utama observasi pada empat kelompok siswa yang melakukan diskusi tentang kasus yang sudah ditentukan. Kelompok pertama merupakan kelompok yang terdiri dari enam orang siswa yaitu 2 orang siswa akselerasi yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, 1 orang siswa IPA yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, 2 siswa IPA yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler serta 2 orang siswa IPS yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi. Kelompok kedua terdiri dari 3 orang siswa akselerasi, kelompok ketiga terdiri dari 3 orang siswa IPA dan kelompok keempat terdiri dari 3 orang siswa IPS. Kelompok kedua, ketiga dan keempat digolongkan dalam desain kedua. Hasil penelitian pada desain pertama menunjukkan bahwa subjek yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi memiliki gambaran softskill yang berbeda dengan subjek yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi. Soft skill yang dimiliki oleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler maupun tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler adalah kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama. Soft skill yang hanya dimiliki oleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi adalah asertivitas.

(10)

Mahadsih Worowiranti

ABSTRACT

Soft skill is skill, which is intangible but it is really needed fur bussiness and also for social interaction. The developed of soft skill can be affecter by internal factor and external factor that is the balancing of academic and non academic activity. Although soft skill is very important but there is no much attention in it, especially soft skill for senior High School Student. The existence of accelerate class limit the student to join the extracurricular activity and organization at school. This is a qualitative research to describe the phenomenon using observation method of four group of students who discuss a case determined. The first group was a group consist of six students, two students of accelerate class who did not joined the extracurricular activity, 2 student of science who did not join extracurricular activity, 2 students social class who joined the extracurricular activity and organization. The second group consist of 3 student of accelerate class, the third group is consist of 3 students of social class, the second, the third, and the fourth group classified as the second design.The result of the first research shows that the subject who joined extracurricular and organization activity has the different soft skill description with the subject who did not joined the extracurricular and organization activity. The soft skill of subject who joined and did not joined the extracurricular activity and organization was the ability to communicate and the ability to cooperate. While the soft skillof subject who joined extracurricular and organization activity was asertivity.

(11)

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Mahadsih Worowiranti

NIM : 059114030

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

GAMBARAN SOFT SKILL PADA SISWA SMA

YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DAN ORGANISASI

Beserta peragkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, medistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun member royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Di buat di Yogyakarta

(12)

detik yang boleh penulis lewati, untuk kasih setia yang tidak pernah habis, dan

berkat yang senantiasa melimpah, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terwujud dan terlaksana

dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan, waktu, tenaga dan kesempatan untuk penulis. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian di Daerah istimewa Yogyakarta.

2. Kepala Bappeda Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Bupati Gunungkidul beserta jajaran stafnya.

4. Kepala Bappeda Kabupaten Gunungkidul beserta jajaran stafnya

5. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta beserta

jajaran staffnya.

6. Kepala dinas pendidikan kabupaten Gunungkidul beserta jajaran staffnya.

7. Terima kasih untuk Bapak Sutamsir selaku Kepala Sekolah, Bapak

Supardjono selaku mantan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Wonosari yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA

Negeri 1 Wonosari. Terima kasih kepada Bapak Aris Feriyanto atas

kesabaran, keramahan, serta waktu dan bantuannya yang telah diberikan

(13)

terbuka menerima peneliti untuk melakukan observasi dalam KBM TIK serta

untuk wawancara dan support selama peneliti melakukan penelitian. Terima

kasih juga untuk guru-guru yang telah menyumbangkan ilmu, pengalaman dan

nasehat-nasehat dimiliki untuk peneliti sehingga peneliti mampu melanjutkan

pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Terima kasih kepada karyawan SMA

Negeri 1 Wonosari atas keramahan yang telah peneliti terima ketika

melakukan pengambilan data.

8. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku dekan dan dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, masukan. Terima kasih

untuk setiap proses yang “berdarah-darah” dan “ceceran” yang ibu berikan sehingga saya yang “dodol” ini bisa menghasilkan sebuah karya yang

“manis”.

9. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si dan Bapak Minta Istono, S.Psi, M.Si. selaku

dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan, arahan, dan perbaikan

bagi penulisan skripsi ini.

10. Ibu Kristiana Dewayani selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih

untuk bimbingan selama penulis menempuh kuliah.

11. Ibu Agnes Indar Etikawati selaku koordinator Divisi Konseling dan Dosen

Pengampu mata kuliah TAT, terimakasih telah mengijinkan penulis untuk

belajar lebih banyak mengenai konseling dan alat-alat tes di unit konseling

(14)

12. Ibu ML “Peri” Anantasari terima kasih telah mengajarkan acceptance, gunuine, dan unconditional positif regards. Tidak akan pernah penulis lupa mata kuliah kesehatan mental yang membuat penulis bangkit menjadi pribadi

yang lebih matang, sehat mental, dan dapat mengaktualisasikan diri.

13. Seluruh bapak-ibu dosen fakultas psikologi yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu. Terima kasih untuk ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.

14. Mas Gandung, Mbak Nanik, dan Pak Gie di sekretariat, terima kasih untuk

bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Mas Doni dan Mas Muji di

lantai 3 terima kasih untuk buku, kursus pdf singkatnya dan alat-alat tesnya.

15. Babe dan Emakku, Bpk Ismulayanto dan Ibu Atik EP terimakasih untuk doa,

nasehat, kasih sayang, kesabaran, dan dukungan yang selalu diberikan. Aku

memang keras kepala dan kadang tidak tersentuh olah nasehat kalian tapi aku

tetap sayang kalian dan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian.

16. Keluarga Besar Sardi, BA dan Suwartirah (alm). Matur nuwun mbah kakung,

mbah Putri atas doa, perhatian dan kasih sayangnya. Terima kasih juga sudah

rajin “nguyak-uyak” penulis supaya segera menjadi sarjana. Terimaksih juga untuk Pakdhe bambang-budhe Yuni, Om Dono, Om Jarwo-Bulik Ntin, Om

Ely-Bulik Frenty.

17. Keluarga besar Mulyono (alm) dan Isnaniah. Matur nuwun atas doa, perhatian

(15)

18. My sister Mahadsih Reni Cinderawati. Terimakasih sudah bercabar

menghadapi aku yang galak dan mau menang sendiri. Terimakasih juga untuk

doa, semangat, dan kasih sayangnya. Ayo semangat! Jangan mau berhenti di

Am. Kep. Kamu harus jadi M. Kep.

19. Buat Faradiva Damarjati dan Bayu Damarlaksa. Terima kasih untuk keceriaan

yang kalian berikan. Kalian bisa jadi obyek refreshing kalo aku penat ngerjain

skripsi. Terima kasih juga untuk Mas Andrew, Mas Nanda, Iken, Opik, Andre,

Pipin, Anta, Fara, dan Fian yang lain terimakasih untuk jalinan kasih dan

persaudaraannya.

20. Sahabatku sepanjang 4 tahun terakhir ini, Mbak Eceu dan Mbak Muth terimakasih untuk perjuangan yang sudah terbangun, untuk setiap konflik

yang terjadi sehingga kita semakin dewasa, untuk sharing, untuk doa,

dukungan, kasih sayang, dan mau menerimaku yang keras kepala, idealis,

sensitif dan galak… tapi kurasa Eceu lebih galak. Hahaha!!! Sampai jumpa

tanggal 1 Mei 2010 di panggung realino.

21. Ex kelas E SMP Negeri 1 Wonosari angkatan 1999 esp. Fun Island

Gank-Pipit, Kentrik, Ika, Erny, dan Kawat yang cantek-cantek serta D’kiriks Erwin, Yuan, Arep, Bayu. Ex kelas B SMA 1 Wonosari angkatan 2002 esp. Kus-kus,

Hary, Meyot, Ibnul, Nining, Intan dkk. Ex kelas IPS 2 SMA 1 Heru, Iya,

Mega, Totok, Irwan, dkk tunjukan kalo IPS bisa sukses! Terimakasih untuk

(16)

learned… Terima kasih untuk suka duka yang semakin mendewasakan. Akan tetap kukenang meski telah berakhir.

23. Saudara-saudara seimanku dan rekan sekerja Allah dalam Chelsion Bible and Comunication. Miss Ining, makasih abstraknya ya sister... Mas Eko, Noel, Mb Rum, Ms Argo, Mb Novi, dkk, terima kasih untuk setiap doa, dukungan, dan

kasih yang senantiasa ada meski akhir-akhir ini penulis kurang eksis.

24. PMK Ebenhaezer (Kak Sony, Nana-Nana-Nana, Ucuph, Ari, Yoga, Cik Devi,

Cik Ine, Bang Jo, Mas Abe, Cik Tanti dkk) terimakasih untuk Selasa sorenya,

fellowship, kerjasama, kasih, sharing, dan kesempatan yang telah diberikan

kepada penulis untuk ikut dalam pelayanan.

25. Komsel Kepuh Village (Mami Cika, Ci Nia, Nanut, Butet, Kak adel, Putri)

terimakasih untuk doa, dukungan, dan fellowship yang sudah terjalin indah.

26. Rekan Sekerja Allah di GKJ Wonosari Kompa dan Komra (Mas Pipin, Mas

Idus, Mas Tava, Mas Etta, Mas Mey, Mas Thole, Mas Sulis, Mbak Retno,

Mbak Disty, Sita, Ardi, Yuli, Irfan, Irwan, dkk.) Terimakasih telah

mempercayakan penulis untuk ikut melayani, terima kasih telah mengasah soft skillku, memberi kesempatan untuk menjadi MC, SL, dll. Terima kasih telah membuatku sadar bahwa “dalam setiap kelemahanku kuasaNya nyata” (kata-kata ajaibku sebelum melayani). Jangan lelah bekerja diladang Tuhan !!!!!!

27. Keluarga baruku di unit konseling psikologi Keyren, Poe2ds, Ci Vey, Mbak

(17)

kasih juga sudah memberi kesempatan bagiku untuk lari-lari ngejar dosen dan

ngerjain skripsi di tengah duty. Selamat datang untuk Erisa, Wayan, Rara, Ike,

dan Jean.

28. Great Team Goes to Wonosari Githa, Karen, Ari dan Agunk. Terimakasih untuk team worknya dan untuk bantuan kalian selama kau menyelesaikan

penelitian.

29. Keluarga Cemara Season 1, terimakasih untuk sharing skripsi dan

simulasinya. Mb Na, Githa, Inko, Arya, Wida, Lilo, Alma, Tiwi, Mb Bela,

Sinta, dan Lucky), Season 2 (Nur, Baka, Mas Ndaru dkk), ditunggu season 3,

4 dan seterusnya. Semangat Guys!!!!! Perjuangan belum berakhir.

30. Teman-teman Psikologi angkatan ’02, ’03, ’04, ’05, ’06, ’07, ’08 dan nol-nol

lainnya yang sudah mendahului menyandang gelar S.Psi, guys akhirnya aku

bisa nyusul kalian... yang menyandang gelar M.Psi alias mahasiswa Psikologi,

ayo semangat...!!!! kalian pasti bisaaaa. I’ve found my friend and my way in psy... psy... psychology!

31. Teman seatap di Kost Tastiti, Kost Icha (Mb Vi, Anna, Sania, Erita, Widya,

Pawul), Canna Exclussive Boardinghouse (Widya, Ani, Sari, Mb Tinul, Henny, Anne, Marni dkk) terima kasih telah menerimaku sebagai keluarga.

32. My bluerooms, blue bongkar, blue satellite, blue dolphin, telah menjadi saksi

(18)

menjadi alarm bahwa waktuku tidak lama lagi,

34. Terimakasih untuk setiap orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Mungkin bisa jadi skripsi baru lagi kalau ditulis semua. Semua pihak yang

telah banyak mendukung. Semua orang yang sudah bersedia bertanya, kapan

selesai, kapan ujian, kapan wisuda, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang

membuatku semakin bergegas untuk berlari. Juga untuk semua pihak yang

telah berpartisipasi menguntai manik-manik dalam kalungku, menggoreskan

tinta dalam lembar kehidupanku dan telah memberikan warna bagi pelangi

kehidupanku… “abu-abu mungkin ada, tapi tidak akan ada warna hitam…”

(19)

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………....

HALAMAN PENGESAHAN………..

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.……….….

KATA PENGANTAR………....…………..

A. Latar Belakang Masalah………...

B. Rumusan Masalah…………...………. C. Tujuan Penelitian………...

D. Manfaat Penelitian………

BAB II. LANDASAN TEORI………..

A. Soft Skill………....………

1. Definisi Soft Skill………...………...

2. Aspek Soft Skill………..………...

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Soft Skill………... C. Pemilihan Subjek..………

D. Tugas Perkembangan Remaja………..

(20)

B. Subyek Penelitian………..………..

C. Batasan Istilah………….………

D. Metode Pengambilan Data………..………

E. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian……...……….. F. Analisis Data………...……….

G. Keabsahan Data………...……….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian... B. Pelaksanaan Penelitian... C. Deskripsi dan Profil Subyek... D. Hasil Penelitian... E. Pembahasan ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 29 31 35 39 42 43

46 46 47 50 61 98

98 98 98

(21)

Tabel 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ………...

Tabel 2 Deskripsi Subjek ………

Tabel 3 Kemampuan Berkomunikasi Desain 1 ………..

Tabel 4 Asertivitas Desain 1 ………...

Tabel 5 Kemampuan Bekerjasama Desain 1 ………..

Tabel 6 Kemampuan Berkomunikasi Desain 2 ………..

Tabel 7 Asertivitas Desain 2 ………...

Tabel 8 Kemampuan Bekerjasama Desain 2 ………..

42

50

64

70

76

83

87

(22)
(23)

Lampiran 1. Lembar Checklist Observasi...

Lampiran 2. Penghitungan Keabsahan Data...

Lampiran 3. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma...

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta...

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari Bupati Gunungkidul... 101

102

110

(24)

A. LATAR BELAKANG

Buku-buku pengembangan diri, seperti cara memotivasi diri, manajemen

waktu, bagaimana melatih kemampuan berkomunikasi, serta cara untuk menjalin

hubungan dengan orang lain atau ketrampilan interpersonal saat ini menjamur di

pasaran. Sejalan dengan itu National Association of Colleges and Employers telah menerbitkan survey yang hasilnya adalah kemampuan berkomunikasi dan

integritas yang digolongkan dalam soft skill adalah kemampuan yang lebih penting dibanding nilai hasil belajar dan IPK (indeks prestasi kumulatif)

seseorang. Soft skill menduduki peringkat yang paling tinggi, dan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai hasil belajar. Peryataan tersebut menujukkan

bahwa kemampuan kognitif atau prestasi yang telah dicapai siswa bukanlah

satu-satunya modal bagi mereka untuk dapat mencapai kesuksesan dalam karir di masa

depan (Nealy, 2005).

Hasil survei lain yang dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa

menurut wawancara yang sudah dilakukan pada 50 orang tersukses di Amerika

Serikat, ketrampilan lunak atau soft skill merupakan hal terpenting yang menjadi syarat sukses di dunia kerja. Orang-orang sukses tersebut juga mengungkapkan

bahwa ketrampilan teknis bukanlah hal yang dapat menentukan kesuksesan. Ada

hal lain yang lebih berperan dalam kesuksesan seseorang seperti kualitas diri yang

(25)

Di Indonesia sendiri, pentingnya soft skill juga dirasakan oleh penyedia tenaga kerja yang mendapat keluhan dari perusahaan pengguna tenaga kerja

lulusan ITB yang menyatakan bahwa lulusan ITB kurang tekun dalam meniti

karir. Meskipun memiliki karakteristik positif dengan inteligensi yang relatif

tinggi namun lulusan tersebut kurang memiliki dedikasi dan kerja keras.

Komentar-komentar lain muncul, mengeluhkan tentang tenaga kerja yang pintar

namun tidak dapat bekerja sama, hebat tapi mengundurkan diri sebelum kontrak

kerja habis (Fatmawiyah, 2007). Survei-survei yang telah ditulis sebelumnya

merupakan bukti bahwa soft skill merupakan kemampuan non akademis yang tidak terlihat wujudnya namun sangat diperlukan. Hasil survei tersebut juga

didukung oleh pernyataan Giblin (2008), yang menyamakan soft skill dengan ketrampilan dalam membina hubungan dengan orang lain. Menurutnya, soft skill

adalah bekal yang akan menentukan kualitas kehidupan bisnis, sosial maupun

berkeluarga.

Ada banyak hal yang mempengaruhi soft skill yang dimiliki seseorang. Faktor tersebut adalah faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam yang

mampu mempengaruhi softskill adalah self monitoring yaitu bagaimana individu mampu memberikan kesan yang tepat pada situasi atau individu yang berbeda

(Baron & Byrne, dalam Moningka & Widyarini, 2005). Individu yang memiliki

self monitoring mampu menunjukkan perilaku yang berbeda ketika berhadapan dengan teman sebaya dan kepada orang yang lebih tua. Selain itu soft skill

dipengaruhi oleh bagaimana minat seseorang (Anastasi, dalam Moningka &

(26)

menjalin relasi dengan orang lain, dibanding dengan seseorang yang memiliki

minat dalam hal ilmu pengetahuan alam yang lebih banyak menghabiskan waktu

di laboratorium. Di samping itu soft skill juga dipengaruhi oleh faktor dari luar. Faktor dari luar misalnya adanya kesempatan untuk berinteraksi dengan orang

lain. Individu yang memiliki pergaulan yang luas dan terbiasa bergaul dengan

banyak orang akan lebih mudah dan terbiasa dalam berkomunikasi dan

bekerjasama dengan orang lain (Krammer & Gottman dalam Nashori 2000).

Faktor lainnya adalah kehidupan yang seimbang antara aktivitas akademik dan

non akademik (Putra, 2005). Seorang siswa yang memiliki kegiatan lain selain

kegiatan belajar di sekolah seperti ekstrakulikuler dan organisasi sekolah akan

memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam bergaul sebab teman yang dimiliki

tidak hanya berasla dari kelas yang sama melainkan dari kelas yang berbeda dan

dari angkatan yang berbeda pula.

Kebiasaan untuk hidup bersama dan mengembangkan pergaulan

menjadikan kompetensi interpersonal seseorang tumbuh dan berkembang seperti

yang diungkapkan Danardono (dalam Nashori, 2000) bahwa mahasiswa yang

aktif dalam kegiatan pecinta alam memiliki perbedaan kompetensi interpersonal

yang signifikan dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan pecinta alam.

Mengingat soft skill adalah hal yang tidak dengan mudah dimiliki seseorang secara instan, maka soft skill perlu dipupuk dan dilatih sejak dini. Salah satu contoh usaha untuk mengembangkan soft skill seorang individu sudah dilakukan sejak seseorang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

(27)

jam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Keadaan tersebut sejalan

dengan pernyataan Rohiat (2002) yang menyatakan bahwa pengembangan model

kegiatan ekstrakulikuler untuk menumbuh kembangkan kecerdasan soft skill siswa SMU adalah memberikan fondasi yang kokoh dengan mengembangkan aspek2

soft skill siswa SMU guna mengembangkan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangannya.

Meskipun soft skill dapat dilatih melalui ekstrakulikuler, namun kesadaran siswa dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan agar siswa SMA mengikuti

kegiatan ekstrakulikuler belum terlalu besar. Bersamaan dengan menjamurnya

buku-buku yang melatih soft skill artikel-artikel yang mengungkapkan pentingnya softskill bagi seseorang dalam pergaulan dan persiapan karir pekerjaan, masih ada

pihak yang menilai bahwa sebagian besar sekolah saat ini cenderung hanya

mementingkan perkembangan aspek kognitif siswa-siswanya namun kurang

menekankan aspek kemanusiaan lain seperti sosialitas, emosionalitas, dan

religiusitas pada siswanya (Mujiran, 2004). Hal ini terbukti melalui salah satu

program pendidikan khusus yang membatasi siswa untuk mengikuti kegiatan

organisasi dan tidak mewajibkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler

yaitu program akselerasi.

Dalam program akselerasi, siswa dibatasi untuk mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler dan organisasi. Hal ini dikarenakan program akselerasi merupakan

program pendidikan yang dilakukan dengan mempercepat masa studi dengan

memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan pendidikan lebih cepat

(28)

yang ditimbulkan dari dibentuknya program akselerasi ini adalah terjadinya

pemampatan waktu studi yang membuat siswa kurang memiliki kebebasan untuk

melakukan kegiatan lain diluar jam sekolah.

Masa studi yang ditempuh pelajar di kelas akselerasi lebih singkat, maka

kurikulum yang diterima dimampatkan. Pemampatan ini memberikan dampak

bagi siswa akselerasi. Siswa kelas akselerasi memiliki waktu yang lebih singkat

dalam menempuh studi sehingga menjadi lebih fokus terhadap materi pelajaran di

sekolah yang artinya fokus pada perkembangan kognitifnya. Hal tersebut

membuat mereka kurang memiliki waktu untuk melakukan aktivitas lain seperti

ekstrakulikuler atau bermain dengan teman sebayanya. Lain halnya dengan kelas

reguler, waktu luang yang lebih banyak pada siswa reguler membuat mereka

memiliki kesempatan lebih banyak untuk bermain dan menjalin relasi dengan

teman sebaya. Selain itu mereka diberi kesempatan yang lebih banyak untuk

mengikuti ekstrakulikuler serta kegiatan di luar kegiatan belajar seperti organisasi

kesiswaan.

Pelajar SMA, masuk dalam masa perkembangan remaja yang memiliki

tugas-tugas perkembangan tertentu untuk dilaksanakan dan dilakukan dengan

baik, agar mereka dapat menjalankan tugas perkembangan yang selanjutnya

(Havigusrt, 1990). Tugas perkembangan yang harus dilakukan remaja antara lain

mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik

laki-laki maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, serta mengharapakan

(29)

ini mungkin dapat terlaksana dengan baik maupun tidak dapat terlaksana dengan

baik.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka

rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran soft skill yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler atau organisasi.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran soft skill

pada siswa SMA yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler

atau organisasi.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran soft skill pada siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi

sehingga memberikan masukan bagi psikologi pendidikan terkait dengan

(30)

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada guru, pihak-pihak

yang bergerak di bidang pendidikan serta orang-tua dan masyarakat luas

tentang gambaran soft skill siswa yang mengikuti maupun tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Berdasarkan gambaran tersebut diharapkan guru dan

orang-tua dapat mempertimbangkan pentingnya pelaksanaan ekstrakulikuler

dan kegiatan organisasi bagi siswa SMA.

(31)

Penelitian tentang gambaran soft skil siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti ekstrakulikuler adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat

gambaran soft skil pada siswa SMA yang mengikuti kegiatan non akademik maupun tidak. Bab ini menjelaskan beberapa hal yang saling terkait dengan

soft skil pada siswa kelas akselerasi yaitu apa yang dimaksud dengan soft skil, faktor apa saja yang dapat mempengaruhi soft skil dan bagaimana pemilihan subjek penelitian.

A.SOFT SKIL

1. DEFINISI SOFT SKIL

Dalam penelitian ini, istilah soft skil dipilih sebab belum ditemukan kata yang cocok untuk menerjemahkan kata soft skil dalam istilah Indonesia.

Soft skil didefinisikan sebagai keahlian, bakat dan kebiasaan yang mengarah pada kepribadian, sikap dan perilaku (Moss & Tily, 1995, 1996 ).

Menurut Ministry of Higher Education Malaysia (2006), soft skil

merupakan gabungan dari semua aspek dari keahlian umum, termasuk di

dalamnya adalah elemen kognitif yang terkait dengan keahlian non akademis.

Meskipun soft skil tersebut tidak spesifik, namun mayoritas dari soft skil

(32)

kerjasama kelompok, keahlian berkomunikasi, dan pembelajaran hidup

jangka panjang.

Menurut Nieragden (dalam Johnson 2005) soft skil disebut juga dengan professional skill dan dikelompokkan menjadi 4 area yaitu manajemen diri, interaksi, komunikasi, dan oganisasional. Soft skil dianggap juga sebagai kunci menuju hidup yang lebih baik, sahabat yang lebih banyak,

sukses lebih besar, kebahagiaan yang lebih luas, tidak mempunyai makna

apabila tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baru bernilai (Giblin,

2008; Sailah dalam Sucipta, 2009).

Soft skil sering disamakan dengan ketrampilan interpersonal yang meliputi komunikasi, mendengarkan, pemecahan masalah dalam tim, relasi

lintas budaya, dan pelayanan terhadap pelanggan (Dubrin dalam Nealy,

2005). Hal ini bertolak belakang dengan beberapa definisi lainnya. Definisi

lain menyebutkan bahwa ketrampilan interpersonal merupakan bagian dari

soft skil seperti halnya aspek soft skil yang diungkapkan oleh Putra (2005). Peneliti memilih soft skil untuk diteliti sebab soft skil bersifat lebih menyeluruh daripada ketrampilan interpersonal. Ada beberapa aspek soft skil

yang tidak terdapat dalam ketrampilan interpersonal yaitu kreativitas,

kepemimpinan, dan manajemen waktu (Putra, 2005).

Ketrampilan interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan

seseorang dalam menjalin hubungan dengan manusia atau orang lain

(33)

sebagai keinginan untuk memahami orang lain, meliputi kemampuan dalam

menyimak secara akurat atau kemampuan dalam memahami muatan perasaan

dan pikiran yang tidak terucapkan melalui mulut orang lain secara obyektif.

Sama halnya dengan soft skil, ketrampilan sosial ini sangat mempengaruhi performansi kerja individu. Seperti yang diungkapkan

Moningka dan Widyarini (2005) bahwa kesuksesan karier dan tercapainya

tujuan organisasi ternyata sangat tergantung pada hubungan interpersonal

yang efektif. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Johson, Cohen, dan

Wiliamson (dalam Moningka & Widyarini, 2005) bahwa hubungan

interpersonal yang baik sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan

sosial dan kognitif, mengembangkan konsep diri yang baik, membantu

individu dalam proses aktualisasi diri dan dalam membangun mental yang

sehat. Di lain pihak, hubungan interpersonal yang buruk dapat menyebabkan

individu terisolasi dari dunia luar menjadi kurang pengetahuan, dipecat dari

pekerjaan, menurun produktivitasnya bahkan dapat menyebabkan gangguan

psikologis dan gangguan kesehatan.

Khusus dalam penelitian ini pengertian soft skil dibatasi sebagai keahlian atau ketrampilan diluar bidang akademis yang diperlukan seseorang

dalam berelasi dengan lingkungan sosial. Batasan ini perlu dibuat mengingat

(34)

2. ASPEK SOFT SKIL

Menurut Ministry of Higher Education (dalam Salih, 2006) ada 6 aspek yang merupakan bagian dari soft skil yaitu :

a. Ketrampilan berkomunikasi

Ketrampilan berkomunikasi meliputi kemampuan untuk menyampaikan

ide secara jelas dan efektif, dengan percaya diri baik lisan maupun dengan

tulisan, kemampuan untuk mendengarkan dan merespon secara aktif,

kemampuan untuk tampil di depan umum dengan percaya diri. Sedangkan

kemampuan yang sebaiknya dimiliki dalam keahlian ini meliputi

kemampuan untuk mempergunakan teknologi selama melakukan

presentasi, kemampuan untuk mendiskusikan dan mencapai persetujuan,

kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu dengan latar belakang

budaya yang berbeda, kemampuan untuk memperluas kemampuan

berkomunikasi sendiri, kemampuan mampu melakukan komunikasi non

oral.

b. Ketrampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah

Berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk

berpikir secara kritis, kreatif, inovatif dan analitis. Kemampuan ini juga

meliputi kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan memahami

masalah yang baru dan berbeda. Kemampuan yang harus dimiliki dalam

aspek ini adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis

masalah dalam situasi yang sulit dan kemampuan untuk memberikan

(35)

meningkatkan keahlian berpikir seperti menjelaskan, menganalisis dan

mengevaluasi diskusi, serta kemampuan untuk menemukan ide dan

melihat solusi alternatif. Sedangkan kemampuan yang sebaiknya dimiliki

meliputi kemampuan untuk berpikir lebih, kemampuan membuat

kesimpulan dari bukti yang syah, kemampuan untuk bertahan dan

memberikan pertanggungjawaban, kemampuan untuk memahami dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang bervariasi.

c. Ketrampilan untuk bekerja sama

Ketrampilan bekerjasama ini merupakan kemampuan bekerja dengan

orang dari latar belakang sosial budaya yang berbeda untuk mencapai

suatu tujuan bersama. Elemen yang seharusnya dimiliki dalam kemampuan

bekerjasama dalam kelompok adalah kemampuan untuk membangun

hubungan yang baik, berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan orang

lain, kemampuan memahami dan memainkan peran yang baik sebagai

pemimpin maupun pengikut, serta kemampuan untuk mengenali dan

menghormati sikap, perilaku dan kepercayaan orang lain. Sedangkan

Elemen yang sebaiknya dimiliki adalah kemampuan untuk memberikan

kontribusi terhadap rencana dan koordinasi pada pekerjaan kelompok, dan

bertanggungjawab terhadap keputusan kelompok.

d. Ketrampilan manajemen pembelajaran dan informasi hidup jangka panjang

Merupakan keahlian yang melibatkan usaha untuk belajar agar menjadi

mandiri atau belajar mengatur sendiri dalam memperoleh keahlian dan

(36)

adalah mampu menemukan dan mengatur informasi yang relevan dari

berbagai sumber, mampu menerima ide baru dan melakukan pembelajaran

otonomi. Sedangkan elemen yang baik jika dimiliki adalah mampu

mengembangkan penyelidikan ingatan dan mencari pengetahuan.

e. Kewirausahaan

Ketrampilan berwirausaha ini mengacu pada kemampuan untuk mencari

kesempatan bisnis dan mengembangakan kesadaran terhadap resiko.

Kemampuan yang seharusnya dimiliki mampu mengidentifikasi

kesempatan kerja sedangkan kemampuan yang sebaiknya dimiliki adalah

kemampuan untuk menawarkan kesempatan bisnis, kemampuan untuk

membangun dan mencari kesempatan bisnis dan pekerjaan, serta mampu

memperkerjakan diri sendiri.

f. Ketrampilan beretika, moral dan ketrampilan profesional

Ketrampilan beretika, moral dan ketrampilan profesional merupakan

ketrampilan untuk mempraktekkan sebuah standar moral yang tinggi

dalam tugas profesional dan interaksi sosial. Kemampuan yang seharusnya

dimiliki meliputi kemampuan untuk memahami krisis ekonomi,

lingkungan dan aspek sosial budaya secara profesional, serta kemampuan

untuk menganalisis dan membuat keputusan untuk pemecahan masalah

yang berkaitan dengan etika. Disamping itu dalam aspek ini akan lebih

baik apabila seseorang memiliki kemampuan untuk menunjukkan sikap

(37)

g. Kepemimpinan

Merupakan mampu memimpin dalam berbagai tugas dan aktivitas.

Sehingga seorang individu harus memiliki pengetahuan dari teori dasar

kepemimpinan, mampu memimpin sebuah proyek. Disamping itu akan

baik apabila memiliki kemampuan untuk memahami dan mengambil

giliran sebagai pemimpin dan pengikut secara alternatif serta mampu

mengawasi anggota kelompok.

Putra (2005) menyebutkan beberapa aspek soft skil diantaranya: 1. Komunikasi, baik lisan maupun tulisan

Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan berkomunikasi dengan

tulisan atau dengan komunikasi secara lisan. Komunikasi ini diperlukan

dalam pergaulan kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.

2. Manajemen waktu

Individu diharapkan mampu mengelola pelaksanaan kegiatan-kegiatan

hingga selesai tanpa ada tekanan untuk menyelesaikan tugasnya dengan

kualitas maksimal dan stress yang minimal.

3. Meningkatkan motivasi

Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang yang

menggerakkannya untuk melakukan sesuatu dan memenuhi keinginan

(38)

4. Berpikir kreatif

Berpikir kreatif yaitu berani mencoba gagasan-gagasan baru dan mencari

alternatif jawaban. Berpikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar

dari suatu masalah.

5. Kerjasama dalam kelompok

Bekerjasama dalam dunia kerja menyerupai kerjasama dalam organisasi,

oleh karena itu aktif berorganisasi merupakan salah satu cara untuk

melatih kemampuan kerjasama.

6. Ketahanan menghadapi tekanan

Ketika memasuki dunia kerja tidak jarang seseorang dituntut untuk

menyelesaikan banyak hal dalam waktu yang sebenarnya nyaris mustahil

untuk mencukupi. Apabila dalam tekanan seseorang tetap mampu

memiliki performa prima, maka orang tersebut memiliki nilai tambah yang

luar biasa.

7. Asertif

Asertif adalah ketegasan dan keberanian dalam menyatakan pendapat

sekaligus tetap peka terhadap kebutuhan orang lain.

8. Kemampuan untuk belajar

Semua bidang karir mengharuskan tenaga kerjanya untuk mempelajari

banyak hal. Di sisi lain tidak semua hal yang dipelajari semasa sekolah

akan terpakai di dunia kerja sehingga untuk mempersiapkan karir, individu

(39)

9. Meningkatkan kemampuan interpersonal

Kemampuan interpesonal adalah ketrampilan untuk bersosialisasi dengan

orang lain. adalah kemampuan seorang individu untuk melakukan

komunikasi yang efektif. Kompetensi interpersonal terdiri atas

kemampuan berinisiatif, kemampuan membuka diri, bersikap asertif, dapat

memberikan dukungan emosional dan mampu mengatasi konflik.

10. Etika kerja

Etika kerja adalah keyakinan, nilai dan prinsip yang akan membimbing

individu berinteraksi dalam kaitannya dengan pekerjaan dari

tanggungjawab akan suatu tugas.

Dalam penelitian ini pengertian soft skil dibatasi sebagai keahlian atau ketrampilan diluar bidang akademis yang diperlukan seseorang siswa SMA

dalam berelasi dengan lingkungan sosial dan persiapan karir siswa. Batasan

ini peneliti tentukan berdasarkan teori-teori yang ada dan sekaligus

memperhatikan relevansinya dalam konteks kehidupan siswa SMA. Untuk

menentukan batasan ini, selain mempelajari teori yang ada peneliti juga

mencoba mengidentifikasinya dalam penelitian pendahuluan.

Ada beberapa aspek soft skil yang dipakai menjadi batasan dalam penelitian ini. Aspek ini dipilih dengan harapan dapat dimunculkan oleh

(40)

1. Berpikir kritis dan pemecahan masalah (Ministry of Higher Education Malaysia, 2006)

Berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk

berpikir secara kritis, kreatif, inovatif dan analitis. Kemampuan ini juga

meliputi kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan paham

terhadap masalah yang baru dan berbeda.

2. Keahlian kepemimpinan (Ministry of Higher Education Malaysia, 2006), Merupakan kemampuan untuk memimpin dalam berbagai tugas dan

aktivitas. Kemampuan yang harus dimiliki adalah:

a. Memiliki pengetahuan dari teori dasar kepemimpinan

b. Mampu memimpin sebuah proyek

c. Mampu memahami dan mengambil giliran sebagai pemimpin dan

pengikut secara alternatif serta mampu mengawasi anggota kelompok.

3. Berpikir kreatif (Putra, 2005)

Berpikir kreatif yaitu berani mencoba gagasan-gagasan baru dan mencari

alternatif jawaban. Berpikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar

dari suatu masalah.

4. Bersikap asertif (Kanfer & Goldstain, 1975; Lazaruz, 1991 dalam

Santosa 1999; Perlman & Cozby dalam Nashori, 2000).

Asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk

mengungkapkan perasaan-perasaan, pendapat secara jelas, berani dan

tegas serta dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas sekaligus

(41)

Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:

a. Tegas dan berani menyatakan pendapat

b. Mempertahankan hak dengan tegas

c. Dapat memberikan respon yang wajar pada hal-hal yang sangat

disukainya.

d. Mengekspresikan emosi atau perasaan positif maupun negatif dengan

wajar dan tepat.

e. Mampu mengungkapkan keinginan atau permintaan, pendapat,

penolakan, persetujuan, dan pujian secara jujur.

f. Meminta pertolongan dengan tegas dan wajar.

g. Menguasai diri sesuai dengan situasi yang ada.

h. Peka terhadap kebutuhan orang lain.

5. Ketrampilan berkomunikasi (Putra, 2005; Ministry of Higher Education Malaysia, 2008)

Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan berkomunikasi dengan

tulisan atau dengan komunikasi secara lisan. Komunikasi ini diperlukan

dalam pergaulan kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.

Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:

a. Menyampaikan ide secara jelas dan efektif, dengan percaya diri baik

lisan maupun dengan tulisan,

b. Kemampuan untuk mendengarkan dan merespon secara aktif,

(42)

d. Kemampuan untuk mempergunakan teknologi selama melakukan

presentasi

e. Kemampuan untuk berdiskusi dan mencapai persetujuan

f. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu dengan latar

belakang budaya yang berbeda

g. Kemampuan untuk memperluas kemampuan berkomunikasi sendiri,

h. Kemampuan untuk melakukan komunikasi non oral.

6. Ketrampilan untuk bekerja sama (Putra 2005; Ministry of Higher Education Malaysia, 2008)

Bekerjasama dalam dunia kerja menyerupai kerjasama dalam organisasi,

oleh karena itu aktif berorganisasi adalah salah satu cara untuk melatih

kemampuan kerjasama.

Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:

a. Kemampuan bekerja dengan orang dari latar belakang sosial budaya

yang berbeda untuk mencapai suatu tujuan bersama.

b. Kemampuan untuk membangun hubungan yang baik,

c. Kemampuan untuk berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan

orang lain,

d. Kemampuan memahami dan memainkan peran yang baik sebagai

pemimpin maupun pengikut,

e. Kemampuan untuk mengenali dan menghormati sikap, perilaku dan

(43)

f. Kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap rencana dan

koordinasi pada pekerjaan kelompok,

g. Bertanggungjawab terhadap keputusan kelompok.

Batasan ini digunakan dengan harapan dapat dimunculkan oleh

subjek selama proses diskusi berjalan. Selain itu aspek soft skil tersebut merupakan aspek soft skil yang relevan dengan keberadaan siswa akselerasi sebagai remaja.

B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SOFT SKIL

Soft skil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diantaranya:

1. Self monitoring

Yaitu bagaimana individu mampu menampilkan kesan yang tepat pada

situasi atau individu yang berbeda (Baron & Byrne, 1994 dalam Moningka

2005). Menurut Cooper, Goethals, Olfon, & Worchel (dalam Dayakisni,

2006) pemantauan diri adalah menyesuaikan perilaku terhadap

norma-norma situasional dan harapan-harapan dari orang lain.

2. Minat

Minat seseorang merupakan aspek penting kepribadian dan dapat

mempengaruhi hubungan antar pribadi. Karakteristik tersebut secara nyata

dapat mempengaruhi prestasi pendidikan dan pekerjaan, kesenangan serta

(44)

sosial, biasanya individu tersebut mau berhubungan dengan orang lain dan

mampu berempati (Anastasi, 1997 dalam Moningka 2005).

3. Konsep diri

Setiap orang sedapat mungkin bertingkah laku sesuai konsep dirinya. Bila

seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, maka ia

akan menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik,

mempelajari kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai

akademis yang baik. Jika orang merasa rendah diri maka ia akan

mengalami kesulitan mengungkapkan gagasan kepada orang yang belum

dikenalnya dan terutama orang-orang yang diseganinya dan tidak mampu

berbicara di hadapan umum (Rakhmat dalam Nashori 2000).

Faktor dari luar diantaranya :

1. Kehidupan yang seimbang antara aktivitas akademik dan non akademik

(Putra, 2005). Seorang siswa sebaiknya memiliki kegiatan lain selain

kegiatan belajar di sekolah seperti ekstrakulikuler dan organisasi sekolah.

Siswa akselerasi kurang memiliki kesempatan dalam mengikuti

ekstrakulikuler dan organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor ini

kurang terpenuhi. Sedangkan siswa reguler memiliki kesempatan yang

lebih banyak untuk mengikuti ekstrakulikkuler dan mengikuti organisasi.

2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya sehingga

memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan perkembangan

(45)

interpersonal (Krammer & Gottman dalam Nashori 2000). Dalam sebuah

sekolah jumlah siswa dengan IQ 125 ke atas dan mampu masuk dalam

kelas akselerasi sangat terbatas sehingga dalam satu angkatan hanya ada

satu kelas akselerasi. Hal ini membuat pergaulan siswa kelas akselerasi

sangat terbatas. Berbeda dengan siswa kelas reguler yang prosentasinya

jauh lebih besar, sehingga dapat dikatakan pergaulan siswa reguler lebih

luas.

Pada dasarnya soft skil dimiliki oleh setiap orang, namun dengan kadar yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir, berkata,

bertindak dan bersikap selain itu penerapan soft skil yang dapat dilakukan di ruang kelas misalnya dengan lebih banyak tugas presentasi, diskusi kelompok

dan role play hal ini bertujuan untuk mengasah kemampuan bekerja sama dan

berkomunikasi (Sucipta, 2009). Baik kelas akselerasi dan kelas reguler

menerima materi kurikulum yang sama dan memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengembangkan soft skil melalui presentasi dan diskusi kelompok.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa banyak faktor yang dapat

mengembangkan soft skil seperti faktir dari dalam dan dari luar. terkait dengan siswa SMA, soft skil dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi selain itu dengan metode pembelajaran yang

milibatkan siswa untuk aktif berbicara dalam presentasi maupun diskusi

kelompok. Dalam kasus penyelenggaraan kelas akselerasi, siswa tidak

(46)

merupakan kegiatan diluar kegiatan akademis, sehingga subjek yang tidak

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler diambil dari kelas akselerasi.

C. PEMILIHAN SUBJEK

Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler atau organisasi maupun siswa SMA yang

tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi.

Subjek yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi

diambil dari kelas reguler sedangkan subjek yang tidak mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler dan organisasi diambil dari kelas akselerasi yang didasarkan

atas asumsi bahwa bahwa siswa reguler memiliki kesempatan yang lebih

banyak untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sehingga memiliki

kehidupan akademis dan non akademis yang cenderung seimbang. Berbeda

dengan siwa kelas akselerasi yang kurang diberi kebebasan untuk mengikuti

kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA sebab usia remaja

merupakan usia efektif soft skil dapat berkembang dengan baik (Sucipta, 2009). Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1

Wonosari.

D. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA

Pelajar SMA memiliki usia yang berkisar antara 15-18 tahun sehingga

(47)

berusia antara masa puber hingga usia 21 tahun sebagai tahap perkembangan

remaja. Berbeda dengan Erickson yang dalam tahap perkembangannya

menyebutkan bahwa remaja adalah individu dengan usia 10-20 tahun.

Sedangkan menurut Hall (dalam Santrock, 1995) remaja adalah masa antara

usia 12 sampai 23 tahun. Dalam bukunya Hurlock (1997) mengungkapkan

bahwa usia remaja berkisar antara usia 14 tahun hingga 18 tahun sehingga

seringkali usia remaja disebut dengan belasan atau “teenage”. Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia adalah usia 11 hingga 24 tahun. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa pada usia 11 tahun, pada umumnya

tanda-tanda seksual sekunder sudah mulai tampak. Sedangkan usia 24 tahun

adalah batas usia dimana seseorang masih menggantungkan diri pada orang

tua (Wirawan, dalam Monks 1989).

Remaja dikenal juga dengan sebutan adolesence yang berasal dari bahasa latin adolescere atau adolescentia yang artinya “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam bukunya Life Span Development, Santrock (2007) mengartikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak

dan masa dewasa yang mencakup perubahan psikologis, kognitif, dan

sosial-emosional.

Menurut Erikson (Santrock, 2007) masa remaja disebut dengan

masa identitas dan kebingungan identitas (identity versus identity confusion) yang merupakan tahap perkembangan kelima. Pada masa ini individu

dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan

(48)

Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan menurut Havigurst

(dalam Monks, 1989) yaitu:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya dengan efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa

lainnya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku mengembangkan ideologi.

E. GAMBARAN SOFT SKIL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Soft skil merupakan keahlian, bakat dan kebiasaan yang mengarah pada kepribadian, sikap (Moss & Tily 1995, 1996 ). Karena sifatnya yang

tidak tampak terkadang soft skil terkesan diabaikan. Belum banyak sekolah yang mempertimbangakan perkembangan soft skil yang dimiliki oleh siswanya. Bahkan tidak sedikit pula sekolah yang hanya mementingkan segi

kognitif siswa saja. Beberapa survey telah membuktikan bahwa soft skil

(49)

Soft skil yang meliputi kemampuan bekerjasama, bersosialisasi, berkomunikasi, kemampuan interpersonal dan lain sebagainya dapat

berkembang dengan baik sebelum usia 25 tahun dan dipengaruhi oleh

kebiasaan berpikir, berkata, bertindak dan bersikap (Sucipta, 2009). Di usia

yang sama seseorang sedang berada pada masa remaja dan dihadapkan

dengan tugas perkembangan untuk mencapai hubungan baru dan yang lebih

matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta untuk

mempersiapkan karier ekonomi. Tugas perkembangan tersebut akan berjalan

dengan baik apabila individu memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan

sosial yang baik. Agar remaja mampu menjalin hubungan sosial yang baik,

maka remaja harus memiliki kemampuan berkomunikasi, keahlian

interpersonal dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.

Kemampuan-kemampuan tersebut dapat disebut sebagai soft skil. Soft skil

merupakan keahlian yang merupakan sebuah proses yang terus berjalan dan

terbentuk melalui pergaulan dengan orang lain. Untuk dapat memiliki soft skil

tersebut, seorang remaja harus membiasakan diri dan berlatih

mengembangkan kemampuan bersosialisasi melalui relasi dengan orang lain.

Permasalahan lain yang timbul adalah bahwa selain tugas perkembangan

tersebut, remaja memiliki tugas perkembangan lain yaitu mempersiapkan

karier melalui studi.

(50)

pihak yang kurang mempertimbangkan pembentukan ekstrakulikuler dan

organisasi siswa misalnya dengan dibentuknya kelas akselerasi yang

siswanya dibatasi untuk mengikuti ekstrakulikuler dan organisasi.

Penelitian ini ingin memberikan gambaran tentang soft skil yang dimiliki siswa SMA yang mengikuti maupun tidak mengikuti kegitan

(51)

-

+

Gambar 1. Skema soft skil pada siswa kelas akelerasi

Faktor dari dalam: 1. Self monitoring 2. Minat

3. Konsep diri

Kaktor dari luar:

1.Keseimbangan kegiatan akademis dan non akademis

2.Pergaulan yang luas dengan teman sebaya

Soft skil

Kepemimpinan, asertivitas, kemampuan berkomunikasi,

kemampuan kerjasama kurang menonjol

Memiliki kemampuan kepemimpinan, asertivitas, kemampuan berkomunikasi,

(52)

A.JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini

menggunakan latar belakang alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang

terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Denzin

& Lincoln, 1987) dan menghasilkan data deskriptif berupa berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan &

Taylor,1975).

Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif sebab penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

populasiatau daerah tertentu (Suryabrata, 2008). Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran

terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana

adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum

(Sugiyono, 1999).

B.SUBJEK PENELITIAN

Subjek yang dipilih untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah

(53)

1. Duduk di kelas 2 kelas akselerasi untuk subjek yang tidak mengikuti

kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi.

2. Duduk di kelas 2 kelas reguler untuk subjek yang mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler dan organisasi.

3. Masuk dalam tahap perkembangan remaja lanjut yaitu 15-18 tahun.

4. Berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005), penentuan subjek di atas

digolongkan dalam pengambilan sampel berdasarkan teori atau berdasarkan

konstruk operasional (theory-based/operasional construct sampling). Menurut pengambilan sampel ini, sampel berdasarkan kriteria tertentu berdasarkan teori

atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya atau sesuai tujuan

penelitian dengan tujuan agar smpel benar-benar mewakili fenomena yang

dipelajari (Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria

pemilihan subjek didasarkan pada model pembelajaran yang dilakukan siswa

yaitu akselerasi dan reguler. Ketika masuk kelas 2 siswa SMA sudah mengalami

penjurusan, sehingga kelas reguler terdiri dari dua jurusan yaitu IPA dan IPS.

Subjek usia remaja dipilih sebab di usia tersebut remaja memiliki tugas

perkembangan untuk mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan

teman sebaya baik pria maupun wanita yang dapat digolongkan dalam salah satu

(54)

Penelitian ini dilakukan pada remaja yang sedang duduk di bangku SMA.

Mengingat bahwa saat ini beberapa sekolah Negeri di wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta sedang mengadakan program pembelajaran dengan model akselerasi

dan reguler. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1

Wonosari. SMA Negeri 1 Wonosari dipilih sebab sejauh ini sekolah tersebut

belum pernah dijadikan sebagai tempat untuk penelitian terkait dengan pengadaan

kelas akselerasi.

C. BATASAN ISTILAH

Dalam penelitian ini pengertian soft skill dibatasi sebagai keahlian atau ketrampilan diluar bidang akademis yang diperlukan seseorang siswa SMA dalam

berelasi dengan lingkungan sosial dan persiapan karir siswa.

Ada beberapa aspek soft skill yang dipakai menjadi batasan dalam penelitian ini. Aspek ini dipilih dengan harapan dapat dimunculkan oleh subjek

selama proses diskusi berjalan. Beberapa aspek soft skill yang dipakai sebagai batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Berpikir kritis dan pemecahan masalah (Ministry of Higher Education Malaysia, 2006)

Berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk berpikir

secara kritis, kreatif, inovatif dan analitis. Kemampuan ini juga meliputi

kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan paham terhadap

masalah yang baru dan berbeda.

(55)

Merupakan kemampuan untuk memimpin dalam berbagai tugas dan aktivitas.

Kemampuan yang harus dimiliki adalah:

a. Memiliki pengetahuan dari teori dasar kepemimpinan

b. Mampu memimpin sebuah proyek

c. Mampu memahami dan mengambil giliran sebagai pemimpin dan pengikut

secara alternatif serta mampu mengawasi anggota kelompok.

3. Berpikir kreatif (Putra, 2005)

Berpikir kreatif yaitu berani mencoba gagasan-gagasan baru dan mencari

alternatif jawaban. Berpikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar dari

suatu masalah.

4. Bersikap asertif (Kanfer & Goldstain, 1975; Lazaruz, 1991 dalam Santosa

1999; Perlman & Cozby dalam Nashori, 2000).

Asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan

perasaan-perasaan, pendapat secara jelas, berani dan tegas serta dapat

mempertahankan hak-haknya dengan tegas sekaligus peka terhadap kebutuhan

orang lain.

Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:

a. Tegas dan berani menyatakan pendapat

b. Mempertahankan hak dengan tegas

c. Dapat memberikan respon yang wajar pada hal-hal yang sangat

disukainya.

d. Mengekspresikan emosi atau perasaan positif maupun negatif dengan

(56)

e. Mampu mengungkapkan keinginan atau permintaan, pendapat, penolakan,

persetujuan, dan pujian secara jujur.

f. Meminta pertolongan dengan tegas dan wajar.

g. Menguasai diri sesuai dengan situasi yang ada.

h. Peka terhadap kebutuhan orang lain.

5. Ketrampilan berkomunikasi (Putra, 2005; Ministry of Higher Education Malaysia, 2008)

Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan berkomunikasi dengan tulisan

atau dengan komunikasi secara lisan. Komunikasi ini diperlukan dalam

pergaulan kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.

Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:

a. Menyampaikan ide secara jelas dan efektif, dengan percaya diri baik lisan

maupun dengan tulisan,

b. Kemampuan untuk mendengarkan dan merespon secara aktif,

c. Kemampuan untuk tampil di depan umum dengan percaya diri.

d. Kemampuan untuk mempergunakan teknologi selama melakukan

presentasi

e. Kemampuan untuk berdiskusi dan mencapai persetujuan

f. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu dengan latar belakang

budaya yang berbeda

g. Kemampuan untuk memperluas kemampuan berkomunikasi sendiri,

(57)

6. Ketrampilan untuk bekerja sama (Putra 2005; Ministry of Higher Education Malaysia, 2008)

Bekerjasama dalam dunia kerja menyerupai kerjasama dalam organisasi, oleh

karena itu aktif berorganisasi adalah salah satu cara untuk melatih kemampuan

kerjasama.

Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:

a. Kemampuan bekerja dengan orang dari latar belakang sosial budaya yang

berbeda untuk mencapai suatu tujuan bersama.

b. Kemampuan untuk membangun hubungan yang baik,

c. Kemampuan untuk berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan orang

lain,

d. Kemampuan memahami dan memainkan peran yang baik sebagai

pemimpin maupun pengikut,

e. Kemampuan untuk mengenali dan menghormati sikap, perilaku dan

kepercayaan orang lain.

f. Kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap rencana dan koordinasi

pada pekerjaan kelompok,

g. Bertanggungjawab terhadap keputusan kelompok.

Dalam penelitian ini, subjek dikatakan memiliki memiliki soft skill apabila subjek tersebut memunculkan perilaku yang mendukung adanya soft skill

(58)

menunjukkan bahwa subjek tersebut berbicara dengan suara yang keras dan dapat

didengar sebanyak 10 kali dan memunculkan perilaku berbicara dengan suara

pelan dan menunduk sebanyak 1 kali, maka dapat dikatakan bahwa perilaku yang

mendukung munculnya soft skill pada subjek tersebut lebih banyak dan subjek tersebut memiliki kemampuan berkomunikasi.

D. METODE PENGAMBILAN DATA

1. OBSERVASI SEBAGAI METODE UTAMA

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi

diturunkan dari bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Istilah ini

diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang

muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut

(Poerwandari, 2005).

Metode observasi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan metode

utama dalam pengambilan data. Observasi dilakukan pada subjek yang diberi

stimulus berupa dua buah kasus untuk didiskusikan. Kasus ini diharapkan dapat

memunculkan soft skill melalui tingkah laku dan tindakan yang dimunculkan siswa saat berdiskusi. Peneliti melakukan uji coba untuk menentukan kasus yang

relevan untuk siswa SMA sekaligus untuk mengungkap gambaran soft skill

mereka. Ada dua kasus yang diujicobakan yaitu kasus tentang pengurangan

jumlah ekstrakulikuler dan kasus tentang pengadaan program akselerasi. Kedua

kasus tersebut relatif cukup dekat dengan realitas kehidupan siswa SMA di

(59)

IPS di SMA Negeri 1 Wonosari. Berdasarkan uji coba tersebut, kedua kasus ini

dinyatakan dapat memunculkan respon dari subjek yang dapat dikategorikan

dalam soft skill. Hasil uji coba ini sekaligus sebagai penelitian pendahuluan.

2. KASUS SEBAGAI STIMULUS

Kasus 1

Suatu hari, guru-guru dan komite sekolah mengadakan rapat yang membahas tentang

pembatasan jumlah ekstrakulikuler. Keputusan yang diperoleh, dari rapat ini adalah beberapa

ekstrakulikuler yang telah ada harus dihapus, sehingga jumlah ekstrakulikuler yang semula 10

harus berkurang menjadi 3. karena mengalami kesulitan menentukan 3 ekstrakulikuler

tersebut, maka kepala sekolah memutuskan untuk membentuk tim dari siswa untuk turut

membantu menentukan ekstrakulikuler apa yang akan tetap dipertahankan. Apabila anda

adalah tim siswa tersebut, ekstrakulikuler apa yang akan anda pilih dan apa alasan anda

memilih ekstrakulikuler tersebut? Menurut anda, apakah ekstrakulikuler penting untuk siswa

SMA seperti anda dan teman-teman?

Kasus 2

Seandainya anda menjadi siswa di sebuah sekolah yang sedang meningkatkan kualitas

pendidikan, dan membentuk program akselerasi sebagai salah satu usaha untuk

mengembangakan kualitas. Diskusikan dengan teman sekelompok anda, menurut anda dan

kelompok, apa dampak yang terjadi apabila sekolah melakukan pembagian kelas menjadi kelas

akselerasi dan reguler? Menurut anda, apa keuntungan dan kekurangan dari pembentukan

program akselerasi dan reguler? Apabila terdapat kekurangan, langkah apakah yang bisa

dilakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut? Setujukah anda dengan dibentuknya kelas

(60)

Kasus di atas merupakan kasus yang telah di uji cobakan pada tiga

kelompok siswa yang masing-masing terdiri dari tiga orang. Kasus ini dipilih

untuk menstimulasi subjek sehingga diharapkan subjek merasa terpancing untuk

mengungkapkan pendapatnya. Kasus yang dipilih sengaja bukan berasal dari

kasus yang netral sebab dengan kasus yang netral dikhawatirkan siswa kurang

sensitif dan tidak cukup tahu mengenai kasus tersebut, sehingga dimungkinkan

siswa tidak mengeluarkan pendapat bukan karena siswa tidak memiliki

kemampuan untuk berbicara di depan umum tapi diakibatkan karena siswa kurang

memahami masalah yang harus didiskusikan. Kasus pertama merupakan kasus

yang membahas tentang ekstrakulikuler di sekolah yang lebih mengarah pada

kasus yang sering dihadapi oleh siswa reguler. Sedangkan kasus kedua merupakan

kasus mengenai kelas akselerasi yang lebih dekat dengan dunia siswa kelas

akselerasi. Kasus tersebut diharapkan dapat memancing kemunculan tingkah laku

yang mengindikasikan soft skill pada siswa SMA.

3. MELIBATKAN 4 OBSERVER

Observasi dilakukan oleh 4 orang observer yang juga bertindak sebagai

rater dengan menggunakan daftar observasi. Daftar observasi yaitu suatu daftar

yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki, yang

bermaksud mensistematiskan catatan observasi, alat ini lebih memungkinkan

peneliti memperoleh data yang meyakinkan di bidang lain, sebab faktor yang

hendak diteliti sudah dicantumkan dalam daftar isian dan observer hanya bertugas

Gambar

Gambar 1. Skema soft skil pada siswa kelas akelerasi
Tabel. 1
Tabel 2.
Tabel 3. Kemampuan Berkomunikasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Sebelumnya peneliti bersama kolaborator terlebih dahulu mengadakan asesmen tentang kemampuan anak dalam mengenal kosakata benda, ternyata anak tidak mengetahui nama

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah

Peserta yang telah melakukan pendaftaran akan dihubungi oleh pihak panitia pada tanggal 5 Oktober 2016 untuk konfirmasi.. Formulir pendaftaran dapat diambil di sekretariat