EKSTRAKULIKULER DAN ORGANISASI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Mahadsih Worowiranti NIM: 059114030
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
EKSTRAKULIKULER DAN ORGANISASI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Mahadsih Worowiranti NIM: 059114030
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
$
###
%
###
&
&
###
&
##
###
###
###
###
%
&
###
%
'
%
$
*
%
+
*
#
!
+
-Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang dituliskan dalam
Mahadsih Worowiranti
ABSTRAK
Soft skill adalah hal yang tidak terlihat namun sangat diperlukan di dunia kerja maupun pergaulan sosial. Soft skill dapat berkembang karena faktor dari dalam dan faktor dari luar seperti kehidupan yang seimbang antara aktivitas akademik dan non akademik. Meskipun softskill sangat diperlukan namun saat ini masih banyak pihak yang kurang mempertimbangkan perkembangan soft skill bagi siswa SMA. Misalnya dengan dibentuknya kelas akselerasi yang membatasi siswanya untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan fenomena yang ada dengan metode utama observasi pada empat kelompok siswa yang melakukan diskusi tentang kasus yang sudah ditentukan. Kelompok pertama merupakan kelompok yang terdiri dari enam orang siswa yaitu 2 orang siswa akselerasi yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, 1 orang siswa IPA yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, 2 siswa IPA yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler serta 2 orang siswa IPS yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi. Kelompok kedua terdiri dari 3 orang siswa akselerasi, kelompok ketiga terdiri dari 3 orang siswa IPA dan kelompok keempat terdiri dari 3 orang siswa IPS. Kelompok kedua, ketiga dan keempat digolongkan dalam desain kedua. Hasil penelitian pada desain pertama menunjukkan bahwa subjek yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi memiliki gambaran softskill yang berbeda dengan subjek yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi. Soft skill yang dimiliki oleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler maupun tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler adalah kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama. Soft skill yang hanya dimiliki oleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi adalah asertivitas.
Mahadsih Worowiranti
ABSTRACT
Soft skill is skill, which is intangible but it is really needed fur bussiness and also for social interaction. The developed of soft skill can be affecter by internal factor and external factor that is the balancing of academic and non academic activity. Although soft skill is very important but there is no much attention in it, especially soft skill for senior High School Student. The existence of accelerate class limit the student to join the extracurricular activity and organization at school. This is a qualitative research to describe the phenomenon using observation method of four group of students who discuss a case determined. The first group was a group consist of six students, two students of accelerate class who did not joined the extracurricular activity, 2 student of science who did not join extracurricular activity, 2 students social class who joined the extracurricular activity and organization. The second group consist of 3 student of accelerate class, the third group is consist of 3 students of social class, the second, the third, and the fourth group classified as the second design.The result of the first research shows that the subject who joined extracurricular and organization activity has the different soft skill description with the subject who did not joined the extracurricular and organization activity. The soft skill of subject who joined and did not joined the extracurricular activity and organization was the ability to communicate and the ability to cooperate. While the soft skillof subject who joined extracurricular and organization activity was asertivity.
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Mahadsih Worowiranti
NIM : 059114030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
GAMBARAN SOFT SKILL PADA SISWA SMA
YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DAN ORGANISASI
Beserta peragkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, medistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun member royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Di buat di Yogyakarta
detik yang boleh penulis lewati, untuk kasih setia yang tidak pernah habis, dan
berkat yang senantiasa melimpah, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terwujud dan terlaksana
dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, waktu, tenaga dan kesempatan untuk penulis. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di Daerah istimewa Yogyakarta.
2. Kepala Bappeda Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Bupati Gunungkidul beserta jajaran stafnya.
4. Kepala Bappeda Kabupaten Gunungkidul beserta jajaran stafnya
5. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta beserta
jajaran staffnya.
6. Kepala dinas pendidikan kabupaten Gunungkidul beserta jajaran staffnya.
7. Terima kasih untuk Bapak Sutamsir selaku Kepala Sekolah, Bapak
Supardjono selaku mantan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Wonosari yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA
Negeri 1 Wonosari. Terima kasih kepada Bapak Aris Feriyanto atas
kesabaran, keramahan, serta waktu dan bantuannya yang telah diberikan
terbuka menerima peneliti untuk melakukan observasi dalam KBM TIK serta
untuk wawancara dan support selama peneliti melakukan penelitian. Terima
kasih juga untuk guru-guru yang telah menyumbangkan ilmu, pengalaman dan
nasehat-nasehat dimiliki untuk peneliti sehingga peneliti mampu melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Terima kasih kepada karyawan SMA
Negeri 1 Wonosari atas keramahan yang telah peneliti terima ketika
melakukan pengambilan data.
8. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku dekan dan dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, masukan. Terima kasih
untuk setiap proses yang “berdarah-darah” dan “ceceran” yang ibu berikan sehingga saya yang “dodol” ini bisa menghasilkan sebuah karya yang
“manis”.
9. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si dan Bapak Minta Istono, S.Psi, M.Si. selaku
dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan, arahan, dan perbaikan
bagi penulisan skripsi ini.
10. Ibu Kristiana Dewayani selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih
untuk bimbingan selama penulis menempuh kuliah.
11. Ibu Agnes Indar Etikawati selaku koordinator Divisi Konseling dan Dosen
Pengampu mata kuliah TAT, terimakasih telah mengijinkan penulis untuk
belajar lebih banyak mengenai konseling dan alat-alat tes di unit konseling
12. Ibu ML “Peri” Anantasari terima kasih telah mengajarkan acceptance, gunuine, dan unconditional positif regards. Tidak akan pernah penulis lupa mata kuliah kesehatan mental yang membuat penulis bangkit menjadi pribadi
yang lebih matang, sehat mental, dan dapat mengaktualisasikan diri.
13. Seluruh bapak-ibu dosen fakultas psikologi yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih untuk ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.
14. Mas Gandung, Mbak Nanik, dan Pak Gie di sekretariat, terima kasih untuk
bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Mas Doni dan Mas Muji di
lantai 3 terima kasih untuk buku, kursus pdf singkatnya dan alat-alat tesnya.
15. Babe dan Emakku, Bpk Ismulayanto dan Ibu Atik EP terimakasih untuk doa,
nasehat, kasih sayang, kesabaran, dan dukungan yang selalu diberikan. Aku
memang keras kepala dan kadang tidak tersentuh olah nasehat kalian tapi aku
tetap sayang kalian dan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian.
16. Keluarga Besar Sardi, BA dan Suwartirah (alm). Matur nuwun mbah kakung,
mbah Putri atas doa, perhatian dan kasih sayangnya. Terima kasih juga sudah
rajin “nguyak-uyak” penulis supaya segera menjadi sarjana. Terimaksih juga untuk Pakdhe bambang-budhe Yuni, Om Dono, Om Jarwo-Bulik Ntin, Om
Ely-Bulik Frenty.
17. Keluarga besar Mulyono (alm) dan Isnaniah. Matur nuwun atas doa, perhatian
18. My sister Mahadsih Reni Cinderawati. Terimakasih sudah bercabar
menghadapi aku yang galak dan mau menang sendiri. Terimakasih juga untuk
doa, semangat, dan kasih sayangnya. Ayo semangat! Jangan mau berhenti di
Am. Kep. Kamu harus jadi M. Kep.
19. Buat Faradiva Damarjati dan Bayu Damarlaksa. Terima kasih untuk keceriaan
yang kalian berikan. Kalian bisa jadi obyek refreshing kalo aku penat ngerjain
skripsi. Terima kasih juga untuk Mas Andrew, Mas Nanda, Iken, Opik, Andre,
Pipin, Anta, Fara, dan Fian yang lain terimakasih untuk jalinan kasih dan
persaudaraannya.
20. Sahabatku sepanjang 4 tahun terakhir ini, Mbak Eceu dan Mbak Muth terimakasih untuk perjuangan yang sudah terbangun, untuk setiap konflik
yang terjadi sehingga kita semakin dewasa, untuk sharing, untuk doa,
dukungan, kasih sayang, dan mau menerimaku yang keras kepala, idealis,
sensitif dan galak… tapi kurasa Eceu lebih galak. Hahaha!!! Sampai jumpa
tanggal 1 Mei 2010 di panggung realino.
21. Ex kelas E SMP Negeri 1 Wonosari angkatan 1999 esp. Fun Island
Gank-Pipit, Kentrik, Ika, Erny, dan Kawat yang cantek-cantek serta D’kiriks Erwin, Yuan, Arep, Bayu. Ex kelas B SMA 1 Wonosari angkatan 2002 esp. Kus-kus,
Hary, Meyot, Ibnul, Nining, Intan dkk. Ex kelas IPS 2 SMA 1 Heru, Iya,
Mega, Totok, Irwan, dkk tunjukan kalo IPS bisa sukses! Terimakasih untuk
learned… Terima kasih untuk suka duka yang semakin mendewasakan. Akan tetap kukenang meski telah berakhir.
23. Saudara-saudara seimanku dan rekan sekerja Allah dalam Chelsion Bible and Comunication. Miss Ining, makasih abstraknya ya sister... Mas Eko, Noel, Mb Rum, Ms Argo, Mb Novi, dkk, terima kasih untuk setiap doa, dukungan, dan
kasih yang senantiasa ada meski akhir-akhir ini penulis kurang eksis.
24. PMK Ebenhaezer (Kak Sony, Nana-Nana-Nana, Ucuph, Ari, Yoga, Cik Devi,
Cik Ine, Bang Jo, Mas Abe, Cik Tanti dkk) terimakasih untuk Selasa sorenya,
fellowship, kerjasama, kasih, sharing, dan kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis untuk ikut dalam pelayanan.
25. Komsel Kepuh Village (Mami Cika, Ci Nia, Nanut, Butet, Kak adel, Putri)
terimakasih untuk doa, dukungan, dan fellowship yang sudah terjalin indah.
26. Rekan Sekerja Allah di GKJ Wonosari Kompa dan Komra (Mas Pipin, Mas
Idus, Mas Tava, Mas Etta, Mas Mey, Mas Thole, Mas Sulis, Mbak Retno,
Mbak Disty, Sita, Ardi, Yuli, Irfan, Irwan, dkk.) Terimakasih telah
mempercayakan penulis untuk ikut melayani, terima kasih telah mengasah soft skillku, memberi kesempatan untuk menjadi MC, SL, dll. Terima kasih telah membuatku sadar bahwa “dalam setiap kelemahanku kuasaNya nyata” (kata-kata ajaibku sebelum melayani). Jangan lelah bekerja diladang Tuhan !!!!!!
27. Keluarga baruku di unit konseling psikologi Keyren, Poe2ds, Ci Vey, Mbak
kasih juga sudah memberi kesempatan bagiku untuk lari-lari ngejar dosen dan
ngerjain skripsi di tengah duty. Selamat datang untuk Erisa, Wayan, Rara, Ike,
dan Jean.
28. Great Team Goes to Wonosari Githa, Karen, Ari dan Agunk. Terimakasih untuk team worknya dan untuk bantuan kalian selama kau menyelesaikan
penelitian.
29. Keluarga Cemara Season 1, terimakasih untuk sharing skripsi dan
simulasinya. Mb Na, Githa, Inko, Arya, Wida, Lilo, Alma, Tiwi, Mb Bela,
Sinta, dan Lucky), Season 2 (Nur, Baka, Mas Ndaru dkk), ditunggu season 3,
4 dan seterusnya. Semangat Guys!!!!! Perjuangan belum berakhir.
30. Teman-teman Psikologi angkatan ’02, ’03, ’04, ’05, ’06, ’07, ’08 dan nol-nol
lainnya yang sudah mendahului menyandang gelar S.Psi, guys akhirnya aku
bisa nyusul kalian... yang menyandang gelar M.Psi alias mahasiswa Psikologi,
ayo semangat...!!!! kalian pasti bisaaaa. I’ve found my friend and my way in psy... psy... psychology!
31. Teman seatap di Kost Tastiti, Kost Icha (Mb Vi, Anna, Sania, Erita, Widya,
Pawul), Canna Exclussive Boardinghouse (Widya, Ani, Sari, Mb Tinul, Henny, Anne, Marni dkk) terima kasih telah menerimaku sebagai keluarga.
32. My bluerooms, blue bongkar, blue satellite, blue dolphin, telah menjadi saksi
menjadi alarm bahwa waktuku tidak lama lagi,
34. Terimakasih untuk setiap orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Mungkin bisa jadi skripsi baru lagi kalau ditulis semua. Semua pihak yang
telah banyak mendukung. Semua orang yang sudah bersedia bertanya, kapan
selesai, kapan ujian, kapan wisuda, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang
membuatku semakin bergegas untuk berlari. Juga untuk semua pihak yang
telah berpartisipasi menguntai manik-manik dalam kalungku, menggoreskan
tinta dalam lembar kehidupanku dan telah memberikan warna bagi pelangi
kehidupanku… “abu-abu mungkin ada, tapi tidak akan ada warna hitam…”
HALAMAN JUDUL...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………....
HALAMAN PENGESAHAN………..
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.……….….
KATA PENGANTAR………....…………..
A. Latar Belakang Masalah………...
B. Rumusan Masalah…………...………. C. Tujuan Penelitian………...
D. Manfaat Penelitian………
BAB II. LANDASAN TEORI………..
A. Soft Skill………....………
1. Definisi Soft Skill………...………...
2. Aspek Soft Skill………..………...
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Soft Skill………... C. Pemilihan Subjek..………
D. Tugas Perkembangan Remaja………..
B. Subyek Penelitian………..………..
C. Batasan Istilah………….………
D. Metode Pengambilan Data………..………
E. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian……...……….. F. Analisis Data………...……….
G. Keabsahan Data………...……….
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian... B. Pelaksanaan Penelitian... C. Deskripsi dan Profil Subyek... D. Hasil Penelitian... E. Pembahasan ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 29 31 35 39 42 43
46 46 47 50 61 98
98 98 98
Tabel 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ………...
Tabel 2 Deskripsi Subjek ………
Tabel 3 Kemampuan Berkomunikasi Desain 1 ………..
Tabel 4 Asertivitas Desain 1 ………...
Tabel 5 Kemampuan Bekerjasama Desain 1 ………..
Tabel 6 Kemampuan Berkomunikasi Desain 2 ………..
Tabel 7 Asertivitas Desain 2 ………...
Tabel 8 Kemampuan Bekerjasama Desain 2 ………..
42
50
64
70
76
83
87
Lampiran 1. Lembar Checklist Observasi...
Lampiran 2. Penghitungan Keabsahan Data...
Lampiran 3. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma...
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta...
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari Bupati Gunungkidul... 101
102
110
A. LATAR BELAKANG
Buku-buku pengembangan diri, seperti cara memotivasi diri, manajemen
waktu, bagaimana melatih kemampuan berkomunikasi, serta cara untuk menjalin
hubungan dengan orang lain atau ketrampilan interpersonal saat ini menjamur di
pasaran. Sejalan dengan itu National Association of Colleges and Employers telah menerbitkan survey yang hasilnya adalah kemampuan berkomunikasi dan
integritas yang digolongkan dalam soft skill adalah kemampuan yang lebih penting dibanding nilai hasil belajar dan IPK (indeks prestasi kumulatif)
seseorang. Soft skill menduduki peringkat yang paling tinggi, dan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai hasil belajar. Peryataan tersebut menujukkan
bahwa kemampuan kognitif atau prestasi yang telah dicapai siswa bukanlah
satu-satunya modal bagi mereka untuk dapat mencapai kesuksesan dalam karir di masa
depan (Nealy, 2005).
Hasil survei lain yang dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa
menurut wawancara yang sudah dilakukan pada 50 orang tersukses di Amerika
Serikat, ketrampilan lunak atau soft skill merupakan hal terpenting yang menjadi syarat sukses di dunia kerja. Orang-orang sukses tersebut juga mengungkapkan
bahwa ketrampilan teknis bukanlah hal yang dapat menentukan kesuksesan. Ada
hal lain yang lebih berperan dalam kesuksesan seseorang seperti kualitas diri yang
Di Indonesia sendiri, pentingnya soft skill juga dirasakan oleh penyedia tenaga kerja yang mendapat keluhan dari perusahaan pengguna tenaga kerja
lulusan ITB yang menyatakan bahwa lulusan ITB kurang tekun dalam meniti
karir. Meskipun memiliki karakteristik positif dengan inteligensi yang relatif
tinggi namun lulusan tersebut kurang memiliki dedikasi dan kerja keras.
Komentar-komentar lain muncul, mengeluhkan tentang tenaga kerja yang pintar
namun tidak dapat bekerja sama, hebat tapi mengundurkan diri sebelum kontrak
kerja habis (Fatmawiyah, 2007). Survei-survei yang telah ditulis sebelumnya
merupakan bukti bahwa soft skill merupakan kemampuan non akademis yang tidak terlihat wujudnya namun sangat diperlukan. Hasil survei tersebut juga
didukung oleh pernyataan Giblin (2008), yang menyamakan soft skill dengan ketrampilan dalam membina hubungan dengan orang lain. Menurutnya, soft skill
adalah bekal yang akan menentukan kualitas kehidupan bisnis, sosial maupun
berkeluarga.
Ada banyak hal yang mempengaruhi soft skill yang dimiliki seseorang. Faktor tersebut adalah faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam yang
mampu mempengaruhi softskill adalah self monitoring yaitu bagaimana individu mampu memberikan kesan yang tepat pada situasi atau individu yang berbeda
(Baron & Byrne, dalam Moningka & Widyarini, 2005). Individu yang memiliki
self monitoring mampu menunjukkan perilaku yang berbeda ketika berhadapan dengan teman sebaya dan kepada orang yang lebih tua. Selain itu soft skill
dipengaruhi oleh bagaimana minat seseorang (Anastasi, dalam Moningka &
menjalin relasi dengan orang lain, dibanding dengan seseorang yang memiliki
minat dalam hal ilmu pengetahuan alam yang lebih banyak menghabiskan waktu
di laboratorium. Di samping itu soft skill juga dipengaruhi oleh faktor dari luar. Faktor dari luar misalnya adanya kesempatan untuk berinteraksi dengan orang
lain. Individu yang memiliki pergaulan yang luas dan terbiasa bergaul dengan
banyak orang akan lebih mudah dan terbiasa dalam berkomunikasi dan
bekerjasama dengan orang lain (Krammer & Gottman dalam Nashori 2000).
Faktor lainnya adalah kehidupan yang seimbang antara aktivitas akademik dan
non akademik (Putra, 2005). Seorang siswa yang memiliki kegiatan lain selain
kegiatan belajar di sekolah seperti ekstrakulikuler dan organisasi sekolah akan
memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam bergaul sebab teman yang dimiliki
tidak hanya berasla dari kelas yang sama melainkan dari kelas yang berbeda dan
dari angkatan yang berbeda pula.
Kebiasaan untuk hidup bersama dan mengembangkan pergaulan
menjadikan kompetensi interpersonal seseorang tumbuh dan berkembang seperti
yang diungkapkan Danardono (dalam Nashori, 2000) bahwa mahasiswa yang
aktif dalam kegiatan pecinta alam memiliki perbedaan kompetensi interpersonal
yang signifikan dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan pecinta alam.
Mengingat soft skill adalah hal yang tidak dengan mudah dimiliki seseorang secara instan, maka soft skill perlu dipupuk dan dilatih sejak dini. Salah satu contoh usaha untuk mengembangkan soft skill seorang individu sudah dilakukan sejak seseorang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
jam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Keadaan tersebut sejalan
dengan pernyataan Rohiat (2002) yang menyatakan bahwa pengembangan model
kegiatan ekstrakulikuler untuk menumbuh kembangkan kecerdasan soft skill siswa SMU adalah memberikan fondasi yang kokoh dengan mengembangkan aspek2
soft skill siswa SMU guna mengembangkan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangannya.
Meskipun soft skill dapat dilatih melalui ekstrakulikuler, namun kesadaran siswa dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan agar siswa SMA mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler belum terlalu besar. Bersamaan dengan menjamurnya
buku-buku yang melatih soft skill artikel-artikel yang mengungkapkan pentingnya softskill bagi seseorang dalam pergaulan dan persiapan karir pekerjaan, masih ada
pihak yang menilai bahwa sebagian besar sekolah saat ini cenderung hanya
mementingkan perkembangan aspek kognitif siswa-siswanya namun kurang
menekankan aspek kemanusiaan lain seperti sosialitas, emosionalitas, dan
religiusitas pada siswanya (Mujiran, 2004). Hal ini terbukti melalui salah satu
program pendidikan khusus yang membatasi siswa untuk mengikuti kegiatan
organisasi dan tidak mewajibkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
yaitu program akselerasi.
Dalam program akselerasi, siswa dibatasi untuk mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler dan organisasi. Hal ini dikarenakan program akselerasi merupakan
program pendidikan yang dilakukan dengan mempercepat masa studi dengan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan pendidikan lebih cepat
yang ditimbulkan dari dibentuknya program akselerasi ini adalah terjadinya
pemampatan waktu studi yang membuat siswa kurang memiliki kebebasan untuk
melakukan kegiatan lain diluar jam sekolah.
Masa studi yang ditempuh pelajar di kelas akselerasi lebih singkat, maka
kurikulum yang diterima dimampatkan. Pemampatan ini memberikan dampak
bagi siswa akselerasi. Siswa kelas akselerasi memiliki waktu yang lebih singkat
dalam menempuh studi sehingga menjadi lebih fokus terhadap materi pelajaran di
sekolah yang artinya fokus pada perkembangan kognitifnya. Hal tersebut
membuat mereka kurang memiliki waktu untuk melakukan aktivitas lain seperti
ekstrakulikuler atau bermain dengan teman sebayanya. Lain halnya dengan kelas
reguler, waktu luang yang lebih banyak pada siswa reguler membuat mereka
memiliki kesempatan lebih banyak untuk bermain dan menjalin relasi dengan
teman sebaya. Selain itu mereka diberi kesempatan yang lebih banyak untuk
mengikuti ekstrakulikuler serta kegiatan di luar kegiatan belajar seperti organisasi
kesiswaan.
Pelajar SMA, masuk dalam masa perkembangan remaja yang memiliki
tugas-tugas perkembangan tertentu untuk dilaksanakan dan dilakukan dengan
baik, agar mereka dapat menjalankan tugas perkembangan yang selanjutnya
(Havigusrt, 1990). Tugas perkembangan yang harus dilakukan remaja antara lain
mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
laki-laki maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, serta mengharapakan
ini mungkin dapat terlaksana dengan baik maupun tidak dapat terlaksana dengan
baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran soft skill yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler atau organisasi.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran soft skill
pada siswa SMA yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
atau organisasi.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran soft skill pada siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi
sehingga memberikan masukan bagi psikologi pendidikan terkait dengan
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada guru, pihak-pihak
yang bergerak di bidang pendidikan serta orang-tua dan masyarakat luas
tentang gambaran soft skill siswa yang mengikuti maupun tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Berdasarkan gambaran tersebut diharapkan guru dan
orang-tua dapat mempertimbangkan pentingnya pelaksanaan ekstrakulikuler
dan kegiatan organisasi bagi siswa SMA.
Penelitian tentang gambaran soft skil siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti ekstrakulikuler adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat
gambaran soft skil pada siswa SMA yang mengikuti kegiatan non akademik maupun tidak. Bab ini menjelaskan beberapa hal yang saling terkait dengan
soft skil pada siswa kelas akselerasi yaitu apa yang dimaksud dengan soft skil, faktor apa saja yang dapat mempengaruhi soft skil dan bagaimana pemilihan subjek penelitian.
A.SOFT SKIL
1. DEFINISI SOFT SKIL
Dalam penelitian ini, istilah soft skil dipilih sebab belum ditemukan kata yang cocok untuk menerjemahkan kata soft skil dalam istilah Indonesia.
Soft skil didefinisikan sebagai keahlian, bakat dan kebiasaan yang mengarah pada kepribadian, sikap dan perilaku (Moss & Tily, 1995, 1996 ).
Menurut Ministry of Higher Education Malaysia (2006), soft skil
merupakan gabungan dari semua aspek dari keahlian umum, termasuk di
dalamnya adalah elemen kognitif yang terkait dengan keahlian non akademis.
Meskipun soft skil tersebut tidak spesifik, namun mayoritas dari soft skil
kerjasama kelompok, keahlian berkomunikasi, dan pembelajaran hidup
jangka panjang.
Menurut Nieragden (dalam Johnson 2005) soft skil disebut juga dengan professional skill dan dikelompokkan menjadi 4 area yaitu manajemen diri, interaksi, komunikasi, dan oganisasional. Soft skil dianggap juga sebagai kunci menuju hidup yang lebih baik, sahabat yang lebih banyak,
sukses lebih besar, kebahagiaan yang lebih luas, tidak mempunyai makna
apabila tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baru bernilai (Giblin,
2008; Sailah dalam Sucipta, 2009).
Soft skil sering disamakan dengan ketrampilan interpersonal yang meliputi komunikasi, mendengarkan, pemecahan masalah dalam tim, relasi
lintas budaya, dan pelayanan terhadap pelanggan (Dubrin dalam Nealy,
2005). Hal ini bertolak belakang dengan beberapa definisi lainnya. Definisi
lain menyebutkan bahwa ketrampilan interpersonal merupakan bagian dari
soft skil seperti halnya aspek soft skil yang diungkapkan oleh Putra (2005). Peneliti memilih soft skil untuk diteliti sebab soft skil bersifat lebih menyeluruh daripada ketrampilan interpersonal. Ada beberapa aspek soft skil
yang tidak terdapat dalam ketrampilan interpersonal yaitu kreativitas,
kepemimpinan, dan manajemen waktu (Putra, 2005).
Ketrampilan interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menjalin hubungan dengan manusia atau orang lain
sebagai keinginan untuk memahami orang lain, meliputi kemampuan dalam
menyimak secara akurat atau kemampuan dalam memahami muatan perasaan
dan pikiran yang tidak terucapkan melalui mulut orang lain secara obyektif.
Sama halnya dengan soft skil, ketrampilan sosial ini sangat mempengaruhi performansi kerja individu. Seperti yang diungkapkan
Moningka dan Widyarini (2005) bahwa kesuksesan karier dan tercapainya
tujuan organisasi ternyata sangat tergantung pada hubungan interpersonal
yang efektif. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Johson, Cohen, dan
Wiliamson (dalam Moningka & Widyarini, 2005) bahwa hubungan
interpersonal yang baik sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan
sosial dan kognitif, mengembangkan konsep diri yang baik, membantu
individu dalam proses aktualisasi diri dan dalam membangun mental yang
sehat. Di lain pihak, hubungan interpersonal yang buruk dapat menyebabkan
individu terisolasi dari dunia luar menjadi kurang pengetahuan, dipecat dari
pekerjaan, menurun produktivitasnya bahkan dapat menyebabkan gangguan
psikologis dan gangguan kesehatan.
Khusus dalam penelitian ini pengertian soft skil dibatasi sebagai keahlian atau ketrampilan diluar bidang akademis yang diperlukan seseorang
dalam berelasi dengan lingkungan sosial. Batasan ini perlu dibuat mengingat
2. ASPEK SOFT SKIL
Menurut Ministry of Higher Education (dalam Salih, 2006) ada 6 aspek yang merupakan bagian dari soft skil yaitu :
a. Ketrampilan berkomunikasi
Ketrampilan berkomunikasi meliputi kemampuan untuk menyampaikan
ide secara jelas dan efektif, dengan percaya diri baik lisan maupun dengan
tulisan, kemampuan untuk mendengarkan dan merespon secara aktif,
kemampuan untuk tampil di depan umum dengan percaya diri. Sedangkan
kemampuan yang sebaiknya dimiliki dalam keahlian ini meliputi
kemampuan untuk mempergunakan teknologi selama melakukan
presentasi, kemampuan untuk mendiskusikan dan mencapai persetujuan,
kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu dengan latar belakang
budaya yang berbeda, kemampuan untuk memperluas kemampuan
berkomunikasi sendiri, kemampuan mampu melakukan komunikasi non
oral.
b. Ketrampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah
Berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk
berpikir secara kritis, kreatif, inovatif dan analitis. Kemampuan ini juga
meliputi kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan memahami
masalah yang baru dan berbeda. Kemampuan yang harus dimiliki dalam
aspek ini adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
masalah dalam situasi yang sulit dan kemampuan untuk memberikan
meningkatkan keahlian berpikir seperti menjelaskan, menganalisis dan
mengevaluasi diskusi, serta kemampuan untuk menemukan ide dan
melihat solusi alternatif. Sedangkan kemampuan yang sebaiknya dimiliki
meliputi kemampuan untuk berpikir lebih, kemampuan membuat
kesimpulan dari bukti yang syah, kemampuan untuk bertahan dan
memberikan pertanggungjawaban, kemampuan untuk memahami dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang bervariasi.
c. Ketrampilan untuk bekerja sama
Ketrampilan bekerjasama ini merupakan kemampuan bekerja dengan
orang dari latar belakang sosial budaya yang berbeda untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Elemen yang seharusnya dimiliki dalam kemampuan
bekerjasama dalam kelompok adalah kemampuan untuk membangun
hubungan yang baik, berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan orang
lain, kemampuan memahami dan memainkan peran yang baik sebagai
pemimpin maupun pengikut, serta kemampuan untuk mengenali dan
menghormati sikap, perilaku dan kepercayaan orang lain. Sedangkan
Elemen yang sebaiknya dimiliki adalah kemampuan untuk memberikan
kontribusi terhadap rencana dan koordinasi pada pekerjaan kelompok, dan
bertanggungjawab terhadap keputusan kelompok.
d. Ketrampilan manajemen pembelajaran dan informasi hidup jangka panjang
Merupakan keahlian yang melibatkan usaha untuk belajar agar menjadi
mandiri atau belajar mengatur sendiri dalam memperoleh keahlian dan
adalah mampu menemukan dan mengatur informasi yang relevan dari
berbagai sumber, mampu menerima ide baru dan melakukan pembelajaran
otonomi. Sedangkan elemen yang baik jika dimiliki adalah mampu
mengembangkan penyelidikan ingatan dan mencari pengetahuan.
e. Kewirausahaan
Ketrampilan berwirausaha ini mengacu pada kemampuan untuk mencari
kesempatan bisnis dan mengembangakan kesadaran terhadap resiko.
Kemampuan yang seharusnya dimiliki mampu mengidentifikasi
kesempatan kerja sedangkan kemampuan yang sebaiknya dimiliki adalah
kemampuan untuk menawarkan kesempatan bisnis, kemampuan untuk
membangun dan mencari kesempatan bisnis dan pekerjaan, serta mampu
memperkerjakan diri sendiri.
f. Ketrampilan beretika, moral dan ketrampilan profesional
Ketrampilan beretika, moral dan ketrampilan profesional merupakan
ketrampilan untuk mempraktekkan sebuah standar moral yang tinggi
dalam tugas profesional dan interaksi sosial. Kemampuan yang seharusnya
dimiliki meliputi kemampuan untuk memahami krisis ekonomi,
lingkungan dan aspek sosial budaya secara profesional, serta kemampuan
untuk menganalisis dan membuat keputusan untuk pemecahan masalah
yang berkaitan dengan etika. Disamping itu dalam aspek ini akan lebih
baik apabila seseorang memiliki kemampuan untuk menunjukkan sikap
g. Kepemimpinan
Merupakan mampu memimpin dalam berbagai tugas dan aktivitas.
Sehingga seorang individu harus memiliki pengetahuan dari teori dasar
kepemimpinan, mampu memimpin sebuah proyek. Disamping itu akan
baik apabila memiliki kemampuan untuk memahami dan mengambil
giliran sebagai pemimpin dan pengikut secara alternatif serta mampu
mengawasi anggota kelompok.
Putra (2005) menyebutkan beberapa aspek soft skil diantaranya: 1. Komunikasi, baik lisan maupun tulisan
Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan berkomunikasi dengan
tulisan atau dengan komunikasi secara lisan. Komunikasi ini diperlukan
dalam pergaulan kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.
2. Manajemen waktu
Individu diharapkan mampu mengelola pelaksanaan kegiatan-kegiatan
hingga selesai tanpa ada tekanan untuk menyelesaikan tugasnya dengan
kualitas maksimal dan stress yang minimal.
3. Meningkatkan motivasi
Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang yang
menggerakkannya untuk melakukan sesuatu dan memenuhi keinginan
4. Berpikir kreatif
Berpikir kreatif yaitu berani mencoba gagasan-gagasan baru dan mencari
alternatif jawaban. Berpikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar
dari suatu masalah.
5. Kerjasama dalam kelompok
Bekerjasama dalam dunia kerja menyerupai kerjasama dalam organisasi,
oleh karena itu aktif berorganisasi merupakan salah satu cara untuk
melatih kemampuan kerjasama.
6. Ketahanan menghadapi tekanan
Ketika memasuki dunia kerja tidak jarang seseorang dituntut untuk
menyelesaikan banyak hal dalam waktu yang sebenarnya nyaris mustahil
untuk mencukupi. Apabila dalam tekanan seseorang tetap mampu
memiliki performa prima, maka orang tersebut memiliki nilai tambah yang
luar biasa.
7. Asertif
Asertif adalah ketegasan dan keberanian dalam menyatakan pendapat
sekaligus tetap peka terhadap kebutuhan orang lain.
8. Kemampuan untuk belajar
Semua bidang karir mengharuskan tenaga kerjanya untuk mempelajari
banyak hal. Di sisi lain tidak semua hal yang dipelajari semasa sekolah
akan terpakai di dunia kerja sehingga untuk mempersiapkan karir, individu
9. Meningkatkan kemampuan interpersonal
Kemampuan interpesonal adalah ketrampilan untuk bersosialisasi dengan
orang lain. adalah kemampuan seorang individu untuk melakukan
komunikasi yang efektif. Kompetensi interpersonal terdiri atas
kemampuan berinisiatif, kemampuan membuka diri, bersikap asertif, dapat
memberikan dukungan emosional dan mampu mengatasi konflik.
10. Etika kerja
Etika kerja adalah keyakinan, nilai dan prinsip yang akan membimbing
individu berinteraksi dalam kaitannya dengan pekerjaan dari
tanggungjawab akan suatu tugas.
Dalam penelitian ini pengertian soft skil dibatasi sebagai keahlian atau ketrampilan diluar bidang akademis yang diperlukan seseorang siswa SMA
dalam berelasi dengan lingkungan sosial dan persiapan karir siswa. Batasan
ini peneliti tentukan berdasarkan teori-teori yang ada dan sekaligus
memperhatikan relevansinya dalam konteks kehidupan siswa SMA. Untuk
menentukan batasan ini, selain mempelajari teori yang ada peneliti juga
mencoba mengidentifikasinya dalam penelitian pendahuluan.
Ada beberapa aspek soft skil yang dipakai menjadi batasan dalam penelitian ini. Aspek ini dipilih dengan harapan dapat dimunculkan oleh
1. Berpikir kritis dan pemecahan masalah (Ministry of Higher Education Malaysia, 2006)
Berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk
berpikir secara kritis, kreatif, inovatif dan analitis. Kemampuan ini juga
meliputi kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan paham
terhadap masalah yang baru dan berbeda.
2. Keahlian kepemimpinan (Ministry of Higher Education Malaysia, 2006), Merupakan kemampuan untuk memimpin dalam berbagai tugas dan
aktivitas. Kemampuan yang harus dimiliki adalah:
a. Memiliki pengetahuan dari teori dasar kepemimpinan
b. Mampu memimpin sebuah proyek
c. Mampu memahami dan mengambil giliran sebagai pemimpin dan
pengikut secara alternatif serta mampu mengawasi anggota kelompok.
3. Berpikir kreatif (Putra, 2005)
Berpikir kreatif yaitu berani mencoba gagasan-gagasan baru dan mencari
alternatif jawaban. Berpikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar
dari suatu masalah.
4. Bersikap asertif (Kanfer & Goldstain, 1975; Lazaruz, 1991 dalam
Santosa 1999; Perlman & Cozby dalam Nashori, 2000).
Asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk
mengungkapkan perasaan-perasaan, pendapat secara jelas, berani dan
tegas serta dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas sekaligus
Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:
a. Tegas dan berani menyatakan pendapat
b. Mempertahankan hak dengan tegas
c. Dapat memberikan respon yang wajar pada hal-hal yang sangat
disukainya.
d. Mengekspresikan emosi atau perasaan positif maupun negatif dengan
wajar dan tepat.
e. Mampu mengungkapkan keinginan atau permintaan, pendapat,
penolakan, persetujuan, dan pujian secara jujur.
f. Meminta pertolongan dengan tegas dan wajar.
g. Menguasai diri sesuai dengan situasi yang ada.
h. Peka terhadap kebutuhan orang lain.
5. Ketrampilan berkomunikasi (Putra, 2005; Ministry of Higher Education Malaysia, 2008)
Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan berkomunikasi dengan
tulisan atau dengan komunikasi secara lisan. Komunikasi ini diperlukan
dalam pergaulan kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.
Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:
a. Menyampaikan ide secara jelas dan efektif, dengan percaya diri baik
lisan maupun dengan tulisan,
b. Kemampuan untuk mendengarkan dan merespon secara aktif,
d. Kemampuan untuk mempergunakan teknologi selama melakukan
presentasi
e. Kemampuan untuk berdiskusi dan mencapai persetujuan
f. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu dengan latar
belakang budaya yang berbeda
g. Kemampuan untuk memperluas kemampuan berkomunikasi sendiri,
h. Kemampuan untuk melakukan komunikasi non oral.
6. Ketrampilan untuk bekerja sama (Putra 2005; Ministry of Higher Education Malaysia, 2008)
Bekerjasama dalam dunia kerja menyerupai kerjasama dalam organisasi,
oleh karena itu aktif berorganisasi adalah salah satu cara untuk melatih
kemampuan kerjasama.
Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:
a. Kemampuan bekerja dengan orang dari latar belakang sosial budaya
yang berbeda untuk mencapai suatu tujuan bersama.
b. Kemampuan untuk membangun hubungan yang baik,
c. Kemampuan untuk berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan
orang lain,
d. Kemampuan memahami dan memainkan peran yang baik sebagai
pemimpin maupun pengikut,
e. Kemampuan untuk mengenali dan menghormati sikap, perilaku dan
f. Kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap rencana dan
koordinasi pada pekerjaan kelompok,
g. Bertanggungjawab terhadap keputusan kelompok.
Batasan ini digunakan dengan harapan dapat dimunculkan oleh
subjek selama proses diskusi berjalan. Selain itu aspek soft skil tersebut merupakan aspek soft skil yang relevan dengan keberadaan siswa akselerasi sebagai remaja.
B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SOFT SKIL
Soft skil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diantaranya:
1. Self monitoring
Yaitu bagaimana individu mampu menampilkan kesan yang tepat pada
situasi atau individu yang berbeda (Baron & Byrne, 1994 dalam Moningka
2005). Menurut Cooper, Goethals, Olfon, & Worchel (dalam Dayakisni,
2006) pemantauan diri adalah menyesuaikan perilaku terhadap
norma-norma situasional dan harapan-harapan dari orang lain.
2. Minat
Minat seseorang merupakan aspek penting kepribadian dan dapat
mempengaruhi hubungan antar pribadi. Karakteristik tersebut secara nyata
dapat mempengaruhi prestasi pendidikan dan pekerjaan, kesenangan serta
sosial, biasanya individu tersebut mau berhubungan dengan orang lain dan
mampu berempati (Anastasi, 1997 dalam Moningka 2005).
3. Konsep diri
Setiap orang sedapat mungkin bertingkah laku sesuai konsep dirinya. Bila
seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, maka ia
akan menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik,
mempelajari kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai
akademis yang baik. Jika orang merasa rendah diri maka ia akan
mengalami kesulitan mengungkapkan gagasan kepada orang yang belum
dikenalnya dan terutama orang-orang yang diseganinya dan tidak mampu
berbicara di hadapan umum (Rakhmat dalam Nashori 2000).
Faktor dari luar diantaranya :
1. Kehidupan yang seimbang antara aktivitas akademik dan non akademik
(Putra, 2005). Seorang siswa sebaiknya memiliki kegiatan lain selain
kegiatan belajar di sekolah seperti ekstrakulikuler dan organisasi sekolah.
Siswa akselerasi kurang memiliki kesempatan dalam mengikuti
ekstrakulikuler dan organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor ini
kurang terpenuhi. Sedangkan siswa reguler memiliki kesempatan yang
lebih banyak untuk mengikuti ekstrakulikkuler dan mengikuti organisasi.
2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya sehingga
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan perkembangan
interpersonal (Krammer & Gottman dalam Nashori 2000). Dalam sebuah
sekolah jumlah siswa dengan IQ 125 ke atas dan mampu masuk dalam
kelas akselerasi sangat terbatas sehingga dalam satu angkatan hanya ada
satu kelas akselerasi. Hal ini membuat pergaulan siswa kelas akselerasi
sangat terbatas. Berbeda dengan siswa kelas reguler yang prosentasinya
jauh lebih besar, sehingga dapat dikatakan pergaulan siswa reguler lebih
luas.
Pada dasarnya soft skil dimiliki oleh setiap orang, namun dengan kadar yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir, berkata,
bertindak dan bersikap selain itu penerapan soft skil yang dapat dilakukan di ruang kelas misalnya dengan lebih banyak tugas presentasi, diskusi kelompok
dan role play hal ini bertujuan untuk mengasah kemampuan bekerja sama dan
berkomunikasi (Sucipta, 2009). Baik kelas akselerasi dan kelas reguler
menerima materi kurikulum yang sama dan memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengembangkan soft skil melalui presentasi dan diskusi kelompok.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa banyak faktor yang dapat
mengembangkan soft skil seperti faktir dari dalam dan dari luar. terkait dengan siswa SMA, soft skil dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi selain itu dengan metode pembelajaran yang
milibatkan siswa untuk aktif berbicara dalam presentasi maupun diskusi
kelompok. Dalam kasus penyelenggaraan kelas akselerasi, siswa tidak
merupakan kegiatan diluar kegiatan akademis, sehingga subjek yang tidak
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler diambil dari kelas akselerasi.
C. PEMILIHAN SUBJEK
Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler atau organisasi maupun siswa SMA yang
tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi.
Subjek yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi
diambil dari kelas reguler sedangkan subjek yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler dan organisasi diambil dari kelas akselerasi yang didasarkan
atas asumsi bahwa bahwa siswa reguler memiliki kesempatan yang lebih
banyak untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sehingga memiliki
kehidupan akademis dan non akademis yang cenderung seimbang. Berbeda
dengan siwa kelas akselerasi yang kurang diberi kebebasan untuk mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA sebab usia remaja
merupakan usia efektif soft skil dapat berkembang dengan baik (Sucipta, 2009). Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1
Wonosari.
D. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
Pelajar SMA memiliki usia yang berkisar antara 15-18 tahun sehingga
berusia antara masa puber hingga usia 21 tahun sebagai tahap perkembangan
remaja. Berbeda dengan Erickson yang dalam tahap perkembangannya
menyebutkan bahwa remaja adalah individu dengan usia 10-20 tahun.
Sedangkan menurut Hall (dalam Santrock, 1995) remaja adalah masa antara
usia 12 sampai 23 tahun. Dalam bukunya Hurlock (1997) mengungkapkan
bahwa usia remaja berkisar antara usia 14 tahun hingga 18 tahun sehingga
seringkali usia remaja disebut dengan belasan atau “teenage”. Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia adalah usia 11 hingga 24 tahun. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa pada usia 11 tahun, pada umumnya
tanda-tanda seksual sekunder sudah mulai tampak. Sedangkan usia 24 tahun
adalah batas usia dimana seseorang masih menggantungkan diri pada orang
tua (Wirawan, dalam Monks 1989).
Remaja dikenal juga dengan sebutan adolesence yang berasal dari bahasa latin adolescere atau adolescentia yang artinya “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam bukunya Life Span Development, Santrock (2007) mengartikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak
dan masa dewasa yang mencakup perubahan psikologis, kognitif, dan
sosial-emosional.
Menurut Erikson (Santrock, 2007) masa remaja disebut dengan
masa identitas dan kebingungan identitas (identity versus identity confusion) yang merupakan tahap perkembangan kelima. Pada masa ini individu
dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan
Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan menurut Havigurst
(dalam Monks, 1989) yaitu:
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya dengan efektif
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
f. Mempersiapkan karier ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
E. GAMBARAN SOFT SKIL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
Soft skil merupakan keahlian, bakat dan kebiasaan yang mengarah pada kepribadian, sikap (Moss & Tily 1995, 1996 ). Karena sifatnya yang
tidak tampak terkadang soft skil terkesan diabaikan. Belum banyak sekolah yang mempertimbangakan perkembangan soft skil yang dimiliki oleh siswanya. Bahkan tidak sedikit pula sekolah yang hanya mementingkan segi
kognitif siswa saja. Beberapa survey telah membuktikan bahwa soft skil
Soft skil yang meliputi kemampuan bekerjasama, bersosialisasi, berkomunikasi, kemampuan interpersonal dan lain sebagainya dapat
berkembang dengan baik sebelum usia 25 tahun dan dipengaruhi oleh
kebiasaan berpikir, berkata, bertindak dan bersikap (Sucipta, 2009). Di usia
yang sama seseorang sedang berada pada masa remaja dan dihadapkan
dengan tugas perkembangan untuk mencapai hubungan baru dan yang lebih
matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta untuk
mempersiapkan karier ekonomi. Tugas perkembangan tersebut akan berjalan
dengan baik apabila individu memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan
sosial yang baik. Agar remaja mampu menjalin hubungan sosial yang baik,
maka remaja harus memiliki kemampuan berkomunikasi, keahlian
interpersonal dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.
Kemampuan-kemampuan tersebut dapat disebut sebagai soft skil. Soft skil
merupakan keahlian yang merupakan sebuah proses yang terus berjalan dan
terbentuk melalui pergaulan dengan orang lain. Untuk dapat memiliki soft skil
tersebut, seorang remaja harus membiasakan diri dan berlatih
mengembangkan kemampuan bersosialisasi melalui relasi dengan orang lain.
Permasalahan lain yang timbul adalah bahwa selain tugas perkembangan
tersebut, remaja memiliki tugas perkembangan lain yaitu mempersiapkan
karier melalui studi.
pihak yang kurang mempertimbangkan pembentukan ekstrakulikuler dan
organisasi siswa misalnya dengan dibentuknya kelas akselerasi yang
siswanya dibatasi untuk mengikuti ekstrakulikuler dan organisasi.
Penelitian ini ingin memberikan gambaran tentang soft skil yang dimiliki siswa SMA yang mengikuti maupun tidak mengikuti kegitan
-
+
Gambar 1. Skema soft skil pada siswa kelas akelerasi
Faktor dari dalam: 1. Self monitoring 2. Minat
3. Konsep diri
Kaktor dari luar:
1.Keseimbangan kegiatan akademis dan non akademis
2.Pergaulan yang luas dengan teman sebaya
Soft skil
Kepemimpinan, asertivitas, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan kerjasama kurang menonjol
Memiliki kemampuan kepemimpinan, asertivitas, kemampuan berkomunikasi,
A.JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini
menggunakan latar belakang alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Denzin
& Lincoln, 1987) dan menghasilkan data deskriptif berupa berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan &
Taylor,1975).
Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah desain penelitian
deskriptif sebab penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
populasiatau daerah tertentu (Suryabrata, 2008). Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum
(Sugiyono, 1999).
B.SUBJEK PENELITIAN
Subjek yang dipilih untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah
1. Duduk di kelas 2 kelas akselerasi untuk subjek yang tidak mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi.
2. Duduk di kelas 2 kelas reguler untuk subjek yang mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler dan organisasi.
3. Masuk dalam tahap perkembangan remaja lanjut yaitu 15-18 tahun.
4. Berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005), penentuan subjek di atas
digolongkan dalam pengambilan sampel berdasarkan teori atau berdasarkan
konstruk operasional (theory-based/operasional construct sampling). Menurut pengambilan sampel ini, sampel berdasarkan kriteria tertentu berdasarkan teori
atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya atau sesuai tujuan
penelitian dengan tujuan agar smpel benar-benar mewakili fenomena yang
dipelajari (Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria
pemilihan subjek didasarkan pada model pembelajaran yang dilakukan siswa
yaitu akselerasi dan reguler. Ketika masuk kelas 2 siswa SMA sudah mengalami
penjurusan, sehingga kelas reguler terdiri dari dua jurusan yaitu IPA dan IPS.
Subjek usia remaja dipilih sebab di usia tersebut remaja memiliki tugas
perkembangan untuk mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan
teman sebaya baik pria maupun wanita yang dapat digolongkan dalam salah satu
Penelitian ini dilakukan pada remaja yang sedang duduk di bangku SMA.
Mengingat bahwa saat ini beberapa sekolah Negeri di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta sedang mengadakan program pembelajaran dengan model akselerasi
dan reguler. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1
Wonosari. SMA Negeri 1 Wonosari dipilih sebab sejauh ini sekolah tersebut
belum pernah dijadikan sebagai tempat untuk penelitian terkait dengan pengadaan
kelas akselerasi.
C. BATASAN ISTILAH
Dalam penelitian ini pengertian soft skill dibatasi sebagai keahlian atau ketrampilan diluar bidang akademis yang diperlukan seseorang siswa SMA dalam
berelasi dengan lingkungan sosial dan persiapan karir siswa.
Ada beberapa aspek soft skill yang dipakai menjadi batasan dalam penelitian ini. Aspek ini dipilih dengan harapan dapat dimunculkan oleh subjek
selama proses diskusi berjalan. Beberapa aspek soft skill yang dipakai sebagai batasan dalam penelitian ini adalah:
1. Berpikir kritis dan pemecahan masalah (Ministry of Higher Education Malaysia, 2006)
Berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk berpikir
secara kritis, kreatif, inovatif dan analitis. Kemampuan ini juga meliputi
kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan paham terhadap
masalah yang baru dan berbeda.
Merupakan kemampuan untuk memimpin dalam berbagai tugas dan aktivitas.
Kemampuan yang harus dimiliki adalah:
a. Memiliki pengetahuan dari teori dasar kepemimpinan
b. Mampu memimpin sebuah proyek
c. Mampu memahami dan mengambil giliran sebagai pemimpin dan pengikut
secara alternatif serta mampu mengawasi anggota kelompok.
3. Berpikir kreatif (Putra, 2005)
Berpikir kreatif yaitu berani mencoba gagasan-gagasan baru dan mencari
alternatif jawaban. Berpikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar dari
suatu masalah.
4. Bersikap asertif (Kanfer & Goldstain, 1975; Lazaruz, 1991 dalam Santosa
1999; Perlman & Cozby dalam Nashori, 2000).
Asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan, pendapat secara jelas, berani dan tegas serta dapat
mempertahankan hak-haknya dengan tegas sekaligus peka terhadap kebutuhan
orang lain.
Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:
a. Tegas dan berani menyatakan pendapat
b. Mempertahankan hak dengan tegas
c. Dapat memberikan respon yang wajar pada hal-hal yang sangat
disukainya.
d. Mengekspresikan emosi atau perasaan positif maupun negatif dengan
e. Mampu mengungkapkan keinginan atau permintaan, pendapat, penolakan,
persetujuan, dan pujian secara jujur.
f. Meminta pertolongan dengan tegas dan wajar.
g. Menguasai diri sesuai dengan situasi yang ada.
h. Peka terhadap kebutuhan orang lain.
5. Ketrampilan berkomunikasi (Putra, 2005; Ministry of Higher Education Malaysia, 2008)
Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan berkomunikasi dengan tulisan
atau dengan komunikasi secara lisan. Komunikasi ini diperlukan dalam
pergaulan kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.
Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:
a. Menyampaikan ide secara jelas dan efektif, dengan percaya diri baik lisan
maupun dengan tulisan,
b. Kemampuan untuk mendengarkan dan merespon secara aktif,
c. Kemampuan untuk tampil di depan umum dengan percaya diri.
d. Kemampuan untuk mempergunakan teknologi selama melakukan
presentasi
e. Kemampuan untuk berdiskusi dan mencapai persetujuan
f. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu dengan latar belakang
budaya yang berbeda
g. Kemampuan untuk memperluas kemampuan berkomunikasi sendiri,
6. Ketrampilan untuk bekerja sama (Putra 2005; Ministry of Higher Education Malaysia, 2008)
Bekerjasama dalam dunia kerja menyerupai kerjasama dalam organisasi, oleh
karena itu aktif berorganisasi adalah salah satu cara untuk melatih kemampuan
kerjasama.
Ketrampilan yang harus dimiliki adalah:
a. Kemampuan bekerja dengan orang dari latar belakang sosial budaya yang
berbeda untuk mencapai suatu tujuan bersama.
b. Kemampuan untuk membangun hubungan yang baik,
c. Kemampuan untuk berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan orang
lain,
d. Kemampuan memahami dan memainkan peran yang baik sebagai
pemimpin maupun pengikut,
e. Kemampuan untuk mengenali dan menghormati sikap, perilaku dan
kepercayaan orang lain.
f. Kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap rencana dan koordinasi
pada pekerjaan kelompok,
g. Bertanggungjawab terhadap keputusan kelompok.
Dalam penelitian ini, subjek dikatakan memiliki memiliki soft skill apabila subjek tersebut memunculkan perilaku yang mendukung adanya soft skill
menunjukkan bahwa subjek tersebut berbicara dengan suara yang keras dan dapat
didengar sebanyak 10 kali dan memunculkan perilaku berbicara dengan suara
pelan dan menunduk sebanyak 1 kali, maka dapat dikatakan bahwa perilaku yang
mendukung munculnya soft skill pada subjek tersebut lebih banyak dan subjek tersebut memiliki kemampuan berkomunikasi.
D. METODE PENGAMBILAN DATA
1. OBSERVASI SEBAGAI METODE UTAMA
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi
diturunkan dari bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Istilah ini
diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut
(Poerwandari, 2005).
Metode observasi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan metode
utama dalam pengambilan data. Observasi dilakukan pada subjek yang diberi
stimulus berupa dua buah kasus untuk didiskusikan. Kasus ini diharapkan dapat
memunculkan soft skill melalui tingkah laku dan tindakan yang dimunculkan siswa saat berdiskusi. Peneliti melakukan uji coba untuk menentukan kasus yang
relevan untuk siswa SMA sekaligus untuk mengungkap gambaran soft skill
mereka. Ada dua kasus yang diujicobakan yaitu kasus tentang pengurangan
jumlah ekstrakulikuler dan kasus tentang pengadaan program akselerasi. Kedua
kasus tersebut relatif cukup dekat dengan realitas kehidupan siswa SMA di
IPS di SMA Negeri 1 Wonosari. Berdasarkan uji coba tersebut, kedua kasus ini
dinyatakan dapat memunculkan respon dari subjek yang dapat dikategorikan
dalam soft skill. Hasil uji coba ini sekaligus sebagai penelitian pendahuluan.
2. KASUS SEBAGAI STIMULUS
Kasus 1
Suatu hari, guru-guru dan komite sekolah mengadakan rapat yang membahas tentang
pembatasan jumlah ekstrakulikuler. Keputusan yang diperoleh, dari rapat ini adalah beberapa
ekstrakulikuler yang telah ada harus dihapus, sehingga jumlah ekstrakulikuler yang semula 10
harus berkurang menjadi 3. karena mengalami kesulitan menentukan 3 ekstrakulikuler
tersebut, maka kepala sekolah memutuskan untuk membentuk tim dari siswa untuk turut
membantu menentukan ekstrakulikuler apa yang akan tetap dipertahankan. Apabila anda
adalah tim siswa tersebut, ekstrakulikuler apa yang akan anda pilih dan apa alasan anda
memilih ekstrakulikuler tersebut? Menurut anda, apakah ekstrakulikuler penting untuk siswa
SMA seperti anda dan teman-teman?
Kasus 2
Seandainya anda menjadi siswa di sebuah sekolah yang sedang meningkatkan kualitas
pendidikan, dan membentuk program akselerasi sebagai salah satu usaha untuk
mengembangakan kualitas. Diskusikan dengan teman sekelompok anda, menurut anda dan
kelompok, apa dampak yang terjadi apabila sekolah melakukan pembagian kelas menjadi kelas
akselerasi dan reguler? Menurut anda, apa keuntungan dan kekurangan dari pembentukan
program akselerasi dan reguler? Apabila terdapat kekurangan, langkah apakah yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut? Setujukah anda dengan dibentuknya kelas
Kasus di atas merupakan kasus yang telah di uji cobakan pada tiga
kelompok siswa yang masing-masing terdiri dari tiga orang. Kasus ini dipilih
untuk menstimulasi subjek sehingga diharapkan subjek merasa terpancing untuk
mengungkapkan pendapatnya. Kasus yang dipilih sengaja bukan berasal dari
kasus yang netral sebab dengan kasus yang netral dikhawatirkan siswa kurang
sensitif dan tidak cukup tahu mengenai kasus tersebut, sehingga dimungkinkan
siswa tidak mengeluarkan pendapat bukan karena siswa tidak memiliki
kemampuan untuk berbicara di depan umum tapi diakibatkan karena siswa kurang
memahami masalah yang harus didiskusikan. Kasus pertama merupakan kasus
yang membahas tentang ekstrakulikuler di sekolah yang lebih mengarah pada
kasus yang sering dihadapi oleh siswa reguler. Sedangkan kasus kedua merupakan
kasus mengenai kelas akselerasi yang lebih dekat dengan dunia siswa kelas
akselerasi. Kasus tersebut diharapkan dapat memancing kemunculan tingkah laku
yang mengindikasikan soft skill pada siswa SMA.
3. MELIBATKAN 4 OBSERVER
Observasi dilakukan oleh 4 orang observer yang juga bertindak sebagai
rater dengan menggunakan daftar observasi. Daftar observasi yaitu suatu daftar
yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki, yang
bermaksud mensistematiskan catatan observasi, alat ini lebih memungkinkan
peneliti memperoleh data yang meyakinkan di bidang lain, sebab faktor yang
hendak diteliti sudah dicantumkan dalam daftar isian dan observer hanya bertugas