• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membentuk Anak Sehat dari Sejak Lahir

HIDUP SEHAT UNTUK SEMUA

4.2. Membentuk Anak Sehat dari Sejak Lahir

Diawali dari Pengetahuan Seks yang Terbatas.

Secara Teori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan (PHBS). Dari itu PHBS dalam masyarakat Etnik Mairasi masih sangat kurang. Dari sisi pengetahuan seksual

Etnik Mairasi, Kab. Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat

misalnya, mereka telah mengetahui hubungan seksual sejak usia sangat muda. Salah satu informan mengatakan:

“...tong tau tentang gituan sejak tong umur 12 taun, dong melakukan dalam rumah, tong liat tapi tara baik diliat, tong pergi karena malu...”

Hal yang serupa juga dikatakan oleh Mama AD. Mama AD menceriterakan bahwa ia telah mengetahui hubungan seks sejak usia 10 tahun. Mama AD melihat langsung apa yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarganya di rumah. Waktu itu, Mama AD malu. Ia pergi keluar rumah. Mama AD menceriterakan tentang perilaku itu pada teman-temannya. Artinya, pengetahuan seks itu diperoleh tidak dari orangtua dalam rangka tata krama atau pendidikan seksualitas. Pengetahuan diperoleh dari melihat sendiri dan teman sebaya. Sudah barang tentu, hal-hal itu tidak berisi muatan nilai-nilai seksualitas dalam budaya Mairasi bahwa hubungan seks pra nikah sebagai suatu yang dihindari dan taboo.

Mama AD sendiri melakukan hubungan seks sejak usia 13 tahun. Ia melakukannya dengan dengan pacarnya. Akibatnya, ia hamil di luar nikah. Di saat hamil, Mama AD tidak menceritakan kepada orang tuanya, bahkan menyembunyikan kehamilannya sampai akhirnya perut sudah mulai membesar. Pada saat itulah, ayah dan ibunya tahu. Pihak keluarga pun memproses kehamilan Mama AD. Mama AD dan kekasihnya dipanggil serta keluarga pihak dari laki-laki tersebut untuk diproses, apakah Mama AD akan dinikahi atau tidak. Jika menolak, maka pihak laki-laki akan dikenakan denda sebanyak 20 piring bahkan lebih. Jika mereka menikah, maka keluarga pihak dari laki-laki tidak dikenakan denda karena sudah bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat.

Setelah Mama AD dinikahkan, maka pihak perempuan akan tinggal di rumah pihak laki-laki. Pernikahan itu dilakukan secara adat. Pernikahan adat bukan pernikahan resmi gereja.

Pernikahan itu tidak dicatat oleh gereja. Bila dicatat gereja, biasanya pernikahan itu juga dilaporkan ke kantor catatat sipil. Masyarakat Mairasi menikahi hanya sebatas pernikahan adat dirumah pihak perempuan.

Begitulah adat dan tradisi orang Mairasi, mereka sudah melakukan seksual sejak usia dini 12 tahun, bukan itu saja, di saat masih sekolah dasar sudah banyak yang kecelakaan, setelah perut kelihatan besar, mereka langsung dinikahkan. Hubungan seksual sejak dini dimasyarakat Kampung Wombu ini sudah hal yang biasa dan wajar.

Orang tua merekapun tidak melarang atau memarahi anaknya jika ketahuan menghamilih anak orang atau dihamili. Hanya saja mereka akan mengenakan denda pada pihak laki-laki jika pihak dari laki-laki tidak bertanggung jawab, tetapi jika pihak laki-laki membawa perempuan tersebut lari atau kabur maka laki-laki dan perempuan akan dibunuh. Jika pihak laki-laki dan perempuan melakukannya suka sama suka maka tidak akan dikenakan denda, mereka akan dinikahkan langsung.

Dilihat dari cara mereka berbicara, sudah dipastikan mereka sudah banyak mengerti tentang masalah seksualitas sejak dini. Bukan cuma itu saja, menurut salah satu informan lain, R mengatakan:

“...tong sebelum nikah sudah berbuat begituan dengan paitua, dan itu sudah tradisi adat menurut orang Somu, tara apa, nanti tong dinikahkan jika orang tua tong tau, dengan paitu setelah tau...”

Karena pernikahan dilakukan sebelum mentruasi, maka tidak jarang beberapa bulan sesudahnya perempuan mengalami menstruasi, seperti dialami Mama AD. Setiap kali menstruas,i mereka tidak memakai pembalut wanita (softext), seperti yang dijual di toko-toko. Mereka hanya memakai kain yang terbuat

Etnik Mairasi, Kab. Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat

peduli apakah kain itu bersih atau kotor. Bukan hanya itu saja, mereka tidak begitu memperhatikan atau memperdulikan daerah kewanitaan. Tidak menggunakan ramuan yang digunakan untuk membersihkan daerah kewanitaan, seperti daun sirih, secara rutin. Ada salah satu informan mengatakan bahwa setiap melakukan hubungan seksual dengan suami mereka tidak membersihkan kemaluannya terlebih dahulu, mereka langsung saja melakukan hubungan seksual seperti biasanya. Tidak heran di Etnik Mairasi tepatnya di Kampung Wombu ini sebagian ibu-ibu menderita keputihan dan gatal, tetapi langsung mengobatinya dengan ramuan khusus dari daun jangkaro. Mereka masih beranggapan keputihan merupakan penyakit HIV/Aids.

Kehamilan Terabaikan.

Kehamilan pada perempuan seringkali dianggap biasa saja, bahkan kehamilan untuk kesekian kalinya sudah dianggap enteng. Hanya pada kehamilan untuk pertama kalinya bagi ibu dianggap agak berbeda. Pada waktu hamil, ibu berperilaku seperti biasanya. Dalam keseharianny, Ibu sangat aktif dan sibuk mengerjakan urusan rumah tangga, meskipun dalam keadaan hamil tua. Ada juga yang pergi ke kebun untuk mengambil atau memetik hasil kebun untuk persediaan makanan di rumah. Bukan hanya mengambil bahan makanan saja, ibu juga mengambil kayu bakar ke kebun dan menggendongnya di punggung. Atau, mereka menggunakan noken (tas terbuat dari kulit kayu). Hasil kebun dan beberapa batang kayu bakar dimasukkan ke dalam noken. Tali noken ditaruh di dahi dengan noken di punggung. Noken dengan berat beberapa kilogram itu dibawa pulang ke rumah satu dua kilometer, bahkan lebih jaraknya dari kebun. Benar-benar perempuan perkasa!

Dengan kesibukan seperti hari-hari biasanya, ibu sampai lupa dengan memeriksakan kehamilannya. Ia juga lupa sudah berapa bulan usia kehamilannya, apalagi tidak ada acara ritual yang menandainya, seperti di Jawa dengan upacara tiga bulan dan tujuh bulan. Mereka tahu bila pinggang sakit dan air ketuban telah keluar. Pada saat itu mereka baru menyadari akan melahirkan. Mereka pun berhenti bekerja, tinggal di rumah dan tidak keluar lagi hingga setelah melahirkan.

Apa lagi di Kampung Wombu tidak ada petugas ke-sehatan, hanya ada Pustu tetapi petugasnya hanya datang satu kali dalam satu bulan, jadi ibu-ibu Etnik Mairasi tepatnya di Kampung Wombu ini tidak memeriksa kandungannya, mereka hanya pergi ke dukun beranak kebetulan istri bapak kepala Etnik wombu Lukas Urio adalah dukun beranak, dimana dialah yang membantu ibu-ibu menolong dalam persalinan bahkan memijat perut ibu-ibu agar persalinannya nanti berjalan dengan lancar.

Dari pihak suami tidak ada tanggung jawabnya atau pedulinya terhadap istrinya, itu dikarenakan memang sudah adatnya di Etnik Mairasi tepatnya diKampung Wombu ini, suami tidak begitu berhak mengatur kehamilan istri bahkan dalam masalah persalinan juga suami tidak boleh menemani sang istri.

Pola makan untuk ibu hamil pada Etnik Mairasi pada umumnya sama dengan pola makan keluarganya yang biasa saja. Mereka hanya menambah jumlahnya menjadi 3 kali sehari. Namun demikian, variasi makanan tetap, yaitu ubi, pisang, bête, singkong dan sayur gedi serta tanpa tambahan protein lainnya. Sementara itu, pantangan makanan hanya dilakukan pada saat menjelang menjelang persalinan. Mereka pantang makan daging babi dan rusa. Di dalam kepercayaannya, bila memotong, dan bahkan memakang daging kedua binatang itu, maka mereka akan sulit melahirkan. Setelah dua atau tiga hari, mereka baru boleh memakan daging tersebut.

Etnik Mairasi, Kab. Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat

Gambar 4.5.

Ibu hamil menggendong kayu bakar menggunakan Noken Sumber: Dokumentasi Peneliti

Pantangan lain adalah berhubungan kelamin. Pantangan ini berasal dari ketakutan para ibu yang hamil. Terutama ketika usia kehamilan 1 s/d 2 bulan, mereka takut keguguran. Mereka juga takut mengalami cacat pada bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, selama 1 s/d 2 bulan mereka menghindari hubungan kelamin. Hal itu bukan suatu keharusan secara adat.

Usia kehamilan diketahui oleh keluarga bila melihat ibu menggendong kayu. Bila jumlah kayu yang digendong sedikit, maka keluarga pasti menduga kalau usia kehamilan sudah di atas 2 bulan. Di awal usia kehamilan diperkirakan 2 bulan. Dia harus