• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah untuk Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah untuk

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Need terhadap Pelayanan Kesehatan

2.2 Demand (Permintaan) .1 Demand Kesehatan .1 Demand Kesehatan

2.2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah untuk Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah untuk

memenuhi kebutuhan dan permintaan para pemakai jasa pelayanan kesehatan terhadap kesehatan sedemikian rupa sehingga kesehatan para pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut tetap terpelihara. Pelayanan kesehatan dapat dikategorikan sempurna bila memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap konsumen

yang terkait dengan timbulnya rasa puas terhadap pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).

Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Trisnantoro (2009), faktor-faktor di bawah ini memengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain:

1) Kebutuhuan berbasis Fisiologis

Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan medis. Keputusan ini akan memengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini, demand terhadap pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi.

2) Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan

Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Disamping itu, masalah persepsi mengenai resiko sakit merupakan hal penting sehingga mengakibatkan sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain, tidak memperhatikannya.

3) Variabel-variabel Ekonomi

Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif, maka demand akan semakin rendah. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, faktor tarif, mungkin tidak berperan dalam memengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat

inelastis. Sebagai contoh: operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas, apabila

tidak ditolong segera, korban dapat meninggal dunia atau cacat seumur hidup. 4) Penghasilan Masyarakat

Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, adanya kenaikan penghasilan masyarakat, akan menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit/puskesmas di berbagai kota/kabupaten. 5) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan

Adanya asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan. Semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi, maka demand akan pelayanan kesehatan semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan sebanyak-banyaknya.

6) Variabel-variabel Demografis dan Umur

Faktor umur sangat memengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang, akan meningkatkan demandnya terhadap pelayanan kuratif, sementara demand terhadap pelayanan kesehatan preventif akan menurun.

7) Jenis Kelamin

Demand wanita terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi dibanding

laki-laki. Kondisi ini karena dua hal. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih

rendah, sehingga kesediaan untuk meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibanding laki-laki. Pada kasus darurat, perbedaan ini tidak nyata. 8) Pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. 9) Faktor-faktor lain

Berbagai faktor lain yang memengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand. Pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia, telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand. Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga dan asuransi kesehatan (Trisnantoro, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor yang memengaruhi tingkat permintaan pelayanan kesehatan seperti pendapat yang dikemukakan Andersen menyimpulkan bahwa ada delapan kategori model penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu:

1) Model Demografi (Kependudukan)

Dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah anggota keluarga. Asumsi penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan variabel demografi tersebut. Karakteristik demografi ini juga mencerminkan atau berhubungan dengan karakteristik tipe dan ciri sosial

2) Model Struktur Sosial (Sosial Structur Models)

Pemanfaatan pelayanan model ini didominasi oleh faktor pendidikan, pekerjaan dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dan individu atau keluarga di dalam masyarakat. Mereka mengingatkan akan berbagai gaya kehidupan yang diperlihatkan dari kedudukan sosial tertentu (Notoatmodjo, 2009). Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini, yang ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik dan psikologis. Pendekatan struktur sosial didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan latar belakang struktur sosial yang bertentangan akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara yang tertentu pula.

3) Model Sosial Psikologis (Psychological Models)

Tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan individu. Variabel-variabel sosiopsikologis pada umumnya terdiri dari empat kategori, yaitu: pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari penyakit, keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan dalam menghadapi penyakit, serta kesiapan tindakan individu.

4) Model Sumber Keluarga (Family Resouce Models)

Variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga, dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Karakteristik ini untuk mengukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan mereka.

5) Model Sumber Daya Masyarakat

Tipe yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Model ini memindahkan pelayanan kesehatan dari tingkat individu atau keluarga ke tingkat masyarakat. 6) Model Organisasi

Variabel yang dipakai adalah pencerminan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan, seperti : gaya praktik pengobatan (sendiri, rekanan atau grup), Sifat (nature) dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau tidak), letak dari pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit, atau klinik), petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter, perawat, asisten dokter).

7) Model Kepercayaan Kesehatan (The Health Belief Models)

Model ini sebagai suatu bentuk penjabaran dari model sosio-psikologis. Munculnya model ini didasarkan pada problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive health behavior) oleh Becker (1974) yang dikembangkan dari teori

Lewin (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model).

Ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan seseorang apabila bertindak melawan atau mengobati penyakitnya, yaitu :

a. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan (suceptible) terhadap penyakit tersebut. b. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness)

Tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh persepsi keseriusan atau beratnya penyakit tersebut.

c. Manfaat dan rintangan yang dirasakan (perceived benefits and baririers) Apabila seseorang merasa dirinya rentan terhadap penyakit-penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan tersebut tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan di dalam tindakan tersebut. persepsi manfaat ini juga berhubungan dengan ketersediaan sumber daya sehingga tindakan tersebut mungkin dilaksanakan. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya. Persepsi rintangan berupa persepsi aspek negatif seperti biaya dan pengalaman tidak menyenangkan.

d. Isyarat atau tanda-tanda (Cues)

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut misalnya, pesan-pesan media massa, nasihat atau anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya.

8) Model Sistem Kesehatan (Health System Model)

Anderson menggambarkan model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan. Dalam model ini terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yaitu:

a. Karakteristik predisposisi (Predisposing characterictics)

Masing-masing individu memiliki kecenderungan yang berbeda dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diramalkan dengan karakteristik pasien yag telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik ini meliputi: ciri demografi (umur, jenis kelamin), struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, suku, ras), dan kepercayaan tentang kesehatan (sikap dan kemampuan petugas, fasilitas kesehatan, pengetahuan dan nilai terhadap penyakit).

b. Karakteristik pendukung (Enabling characterisrics)

Faktor yang menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan oleh variabel sumber pendapatan dan asuransi kesehatan keluarga, serta aksesibilitas sarana pelayanan kesehatan. Bila faktor ini terpenuhi maka individu cenderung menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada saat sakit.

c. Karakteristik Kebutuhan (Need characteristics)

Faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan karena alasan yang kuat seperti penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan cara mencari pelayanan kesehatan. Kebutuhan merupakan dasar stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat

predisposing dan enabling itu ada.

Kebutuhan diukur dengan perceived need (kebutuhan yang dirasakan) dan evaluated need (kebutuhan dari diagnisis klinis) melalui jumlah hari individu

tidak bisa bekerja, gejala yang dialaminya, penilaian individu tentang status kesehatannya.

Menurut Fauriza (2014), salah satu faktor dalam karakteristik predisposisi yang menentukan perilaku dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepercayaan tentang kesehatan (health beliefs model). Kepercayaan tentang kesehatan terkait dengan aspek persepsi, sikap dan pengetahuan tentang penyakit dan pelayanan kesehatan. Intinya, perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi secara langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan keyakinannya terhadap nilai manfaat dari suatu tindakan kesehatan.

2.3 Persepsi